Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
-
Upload
annisawidaningsih -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
1/13
MODUL 9
PENGECORAN LOGAM
Praktikan :
N ANNISA WIDANINGSIH
123.13.022
Asisten :
pak Budi dan pak Husain
Sabtu, 16 Januari 2015
PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
2/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
1. Mempelajari cara pembuatan cetakan untuk produk pengecoran
2. Mempelajari cara menganalisis produk hasil pengecoran
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur dimana lelehan logam dituangkan ke dalam
cetakan untuk menghasilkan produk dengan bentuk seperti cetakannya. Aplikasi dari produk
pengecoran dapat digunakan dalam transportasi, alat berat, peralatan, mesin, pertahanan,seni dan lainnya. Tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengecoran yaitu pembuatan
pola, pembuatan cetakan, pelelehan logam, dan penuangan lelehan ke dalam cetakan.
Pola yang diguanakan biasanya terbuat dari kayu, logam, plastic, atau komposit. Pola yang
sudah dibuat akan dibuat ke dalam cetakannya yang biasanya dalam bentuk pasir ataupun
permanen. Logam-logam yang akan dicetak pertama dilelehkan terlebih dahulu ke dalam
tanur seperti EAF (Electric Arc Furnace), tanur induksi, tanur reverberatory, tanur crusibel,
dan cupola.
Terdapat dua macam tipe cetakan yaitu, permanent (dapat digunakan kembali) dan
consumable (hancur setiap dilakukan pengecoran). Logam-logam yang biasanya digunakan
dalam pengecoran yang mungkin terjadi yaitu misruns, cold shut, cold shut, shrinkage cavity,
microporosity, dan tearing.
System saluran masuk perlu dirancng dengan baik dengan mempertimbangkan
factor-faktor sebagai berikut :
1. Aliran logam dapat memasuki rongga cetakan pada dasar atau dekat dasarnya dengan
turbolensi seminimal mungkin. Hal ini perlu diperhatikan terutama untuk benda tuang
kecil.
2. Pengikisan dinding saluran masuk harus diatur sedemikian sehingga solodifikasi terarah.
Solodifikasi hendaknya mulai dari permukaan cetakan kearah logam cair sehingga selalu
ada logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
3.
Usahakan agar kotoran atau partikel asing tidak dapat masuk kedalam rongga cetakan.
TUJAUN PERCOBAAN
TINJAUAN PUSTAKA
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
3/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
1. Bahan-bahan untuk Pembuatan Pola
Bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan pola adalah kayu, resin atau logam.
Dalam hal-hal tertentu atau pemakaian khusus juga bisa dipakai bahan seperti
plaster atau lilin.
Kayu yang dipakai untuk pola adalah kayu saru, kayu aras, kayu pinus, kayu
mahoni, kayu jati dan lain-lain. Pemilihan kayu menurut macam dan ukuran pola,
jumlah produksi, dan lamanya pemakaian. Kayu yang kadar airnya lebih dari 14
% tidak dapat dikapai karena akan terjadi pelentingan yang disebabkan perubahan
PROSEDUR PERCOBAAN
PEMBAHASAN
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
4/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
kadar air dalam kayu. Kadang-kadang suhu udara luar harus diperhitungkan, dan
ini tergantung pada daerah dimana pola itu dipakai.
Dari berbagai macam resin sintetis hanya resin epoksi yang termasuk bahan resin
termoset banyak dipakai untuk membuat pola resin, karena penyusutan yang kecil
pada waktu mengeras dan tahan aus. Penambahan zat pengencer, pemlastis atau
zat penggemuk akan memperbaiki sifat-sifat resin epoksi.
Bahan pola logam yang umum digunakan adalah besi cor kelabu, karena tahan
aus, tahan panas dan tidak mahal. Selain itu dapat pula dipakai pola dengan
bahan logam alumunium.yang ringan dan mudah dikerjakan.
Pembuatan Pola
Setelah menentukan kayu yang akan dipakai untuk bahan pola dan macam pola, maka
bentuk dan gambar pola dibuat. Pola dibagi menjadi pelat bulat, silinder, setengah
lingkaran, segi empat siku, pelat biasa menurut bentuk dari setiap bagian pola.
Penentuan struktur pola dibuat dengan mempergunakan sifat kayu (keadaan
lingkaran tahun) dan memperhitungkan kekuatannya.
Pada pembuatan pola, berbagai mesin dan perkakas dipakai. Untuk membuat
pola dibutuhkan pengalaman, keahlian dan hati-hati demi keselamatan, karena
mesin-mesin berputar cepat dan perkakas mempunyai ujung yang tajam.
Pemeriksaan Pola
Pola dibuat dengan memperhitungkan berbagai syarat dalam pengecoran, oleh
sebab itu pemeriksaan pola harus dilakukan dengan teliti. Pemeriksaan ini
memerlukan penentuan urutan.
Pemeriksaan dengan penglihatan dilakukan sejak dari pola sampai ke kotak inti.
Rencana pengecoran, pandangan muka, dan samping dari gambar ditempatkan
di samping pola pada arah yang sama, dicek dengan memutar dan
membandingkan. Pengecekan dimulai dari garis tengah untuk bagian-bagian utama,
kemudian dari kiri ke kanan dan akhirnya dari atas ke bawah.
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
5/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
Pemeriksaan ukuran dilakukan dengan mistar susut, jangka ukur, pengukur
permukaan, dan alat pengukur umum lainnya. Garis tengah atau permukaan
pisah ditentukan sebagai acuan dan setiap ukuran yang dinyatakan pada gambar
dicek dengan urutan seperti pada pemeriksaan dengan penglihatan. Hasil pengukuran
dicatat.
Kotak inti dicek dengan cara sama seperti pada pengecekan pola. Bila terdapat lebih
dari dua kotak inti, maka pemberian nomor mulai dari yang terbesar.
Semua hasil pemeriksaan dicatat, kesalahan yang ditemukan dicatat pada daftar
pemeriksaan. Pengubahan dan perbaikan harus diperintahkan kepada pembuat
pola. Setelah pengubahan, harus dilakukan kembali pengecekan.
Pola yang sudah ditempelkan pada plat, harus memperhitungkan berbagai
persyaratan dalam pengecoran. Karena itu pemeriksaan pola boleh dikatakan
sukar. Pemeriksaan ini memerlukan penentuan urutan. Perincian dari gambar,
yaitu bahan coran, jumlah produksi, macam pola, tambahan penyusutan,
tambahan penyelesaian mesin, tambahan pembetulan, permukaan pisah, bentuk
telapak inti, tahanan tekanan hidrolis atau perlakuan panas, semua itu harus di
mengerti untuk memeriksa suatu pola cetakan.
Gambar Penampang sebuah cetakan yang sedang dituang.
2. Cetakan Pasir Basah
Cetakan pasir basah merupakan cetakan yang banyak digunakan dan paling
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
6/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
murah. Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup
mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain
dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair
terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu
kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada pengecoran
produk-produk yang besar, dibuat dari campuran pasir, lempung, dan air. Cetakan
pasir basah juga banyak digunakan untuk besi tuang, paduan logam tembaga dan
aluminium yang beratnya relatif kecil (maksimum 100 kg).
Untuk komposisi dari cetakan basah ini adalah sebagai berikut :
Pasir 80-90 %
Bentonit 10-15 %
Air 4-5 %
Bahan Penolong / grafit 2-3 %
Cetakan Pasir Kering
Cetakan pasir kering, dibuat dengan menggunakan bahan pengikat organik, dan
kemudian cetakan dibakar dalam sebuah oven dengan temperatur berkisar antara
204°C sampai 316°C. Pembakaran dalam oven dapat memperkuat cetakan dan
mengeraskan permukaan rongga cetakan. Cetakan pasir kering digunakan pada
benda tuang yang berukuran besar (diatas 100 kg)
Untuk komposisi dari cetakan kering ini adalah :
Pasir 80-90 %
Tanah liat 10-15 %
Gula tetes 1-2 %
Pitch 1-1,5 %
Milase 0,5-1 %
Air kurang dari 4 %
3. Pengujian pasir cetak
Uji kadar air
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
7/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
Kadar air dalam pasir cetak kering antara 2 – 12 %. Prosedur pengujian kadar air dari pasir
cetak adalah sbb. : 1). Timbang campuran pasir awal 50 gram; 2). Keringkan spesimen dalam
tungku pengering pada suhu 110º C selama 1 jam; 3). Kemudian spesimen didinginkan
dengan desikator; 4). Timbang kembali berat campuran pasir; 5). Hitung perbedaan berat
awal dan akhir dalam satuan prosentase sebagai kadar air bebas dalam pasir cetak.
Uji Kadar Lempung.
Untuk menguji kadar lempung dibutuhkan peralatan pencuci pasir seperti terlihat pada
gambar 5.13. Rendahnya kadar lempung pada pasir cetak menyebabkan turunnya kekuatan
kering cetakan. Jika berlebihan menyebabkan buruknya permeabilitas dan membentuk
gumpalan pasir serta kekuatan sisa yang tinggi hasil cetakan menjadi sulit dibongkar.
Uji Permeabilitas.
Kondisi ruang porous antara butir-butir pasir adalah penting untuk cetakan agar gas-gas
dalam cetakan atau yang keluar dari logam cair dapat melepaskan diri selama penuangan.
Uji ini menggunakan sampel yang masih berada di dalam silinder/tabung benda
Uji Kekerasan Pasir Cetak.
Uji Kekuatan Pasir Cetak. Uji Sebaran Butir Pasir Cetak.
4. Proses Peleburan & kontrolnya
Peleburan merupakan proses mencairkan logam dengan cara memanaskan untuk mencapai
komposisi, suhu, dan waktu yang diinginkan. Pada proses peleburan logam dilebur menggunakan
Induction Furnace dengan listrik sebagai sumber panasnya. Semua bahan – bahan yang
diperlukan dimasukan dalam waktu yang bersamaan. Dalam peleburan ini ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu komposisi, suhu, waktu. Bahan uatama yang dimasukan dalam furnace
antaralain steel scrab, return material, dan bahan paduaan.
5. Untuk mengontrol komposisi pada logam cair digunakan alat Spectrometer. Logam yang sudah
cair di ambil sampel nya lalu dicek menggunakan alat tersebut, jika komposisi sudah pas maka
logam bisa langsung dituang pada cetakan, namun jika komposisi masih belum sesuai maka harus
ditambahkan kembali komposisi yang masih kurang.
6. Cacat pada Pengecoran
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan, proses
peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik maka semuanya
harus direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran sering terjadi cacat.
Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh bebrapa faktor seperti :
1.Desain pengecoran dan pola
2 Pasir cetak, desain cetakan, dan inti
3.Komposisi muatan logam
4.Proses peleburan dan penuangan
5.Sistem saluran masuk dan penambah.
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
8/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
Cacat pengecoran tersebut dibagi menjadi 9 macam, menurut komisi pengecoran internasional. 9
macam cacat tersebut adalah sebagai berikut :
Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
Cacat ekor tikus merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata.
Cacat lubang-lubang Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam.
Bentuk cacat lubang-lubang dapat dibedakan menjadi :
1) Rongga udara
2) Lubang jarum
3) Penyusutan dalam
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
9/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
4) Penyusutan luar
5) Rongga penyusutan
6) Cacat rongga gas kecil
Cacat retakan Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan
sisa. Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama pembekuan.
Cacat Permukaan kasar
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar. Cacat ini
dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong ke atas,
pelekat, penyinteran dan penetrasi logam.
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
10/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
Cacat salah alir
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan. Umumnya
terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku sebelum mengisi rongga cetak
secara keseluruhan.
Cacat kesalahan ukuran
Cacat kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola yang dbuat
untuk memeuat cetaka ukurannya tidak sesuai dengan ukuran coran yang diharapkan.
Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang mengembang atau
penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan.
Cacat inklusi dan struktur tak seragam
Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke dalam cairan
logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau pembekuan. Cacat struktur
tidak seragam akan membentuk sebagian struktur coran berupa struktur cil.
Cacat deformasi
Deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang
timbul selama penuangan dan pembekuan.
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
11/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
Cacat-cacat tak tampak Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat
dilihat oleh mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari
permukaan coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir
terbuka. Cacat ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah
dikerjakandengan mesin.
1. Pada percobaan kali ini alat yang digunakan unutuk memisahkan mineral berhaga dan tailingadalah shaking table dan humprey spiral.
2. Setiap faktor/variable akan saling berhubungan karena bekerja pada waktu yang sama.
3. Pengecoran dengan pasir cetak sebagai media sangat murah karena pasir cetak yang sudah
digunakan dapt didaur ulang atau digunakan kembali. Dalam pekerjaan panas khusunya
pengecoran cacat-cacat hasil produk tidak dapat dihindari, akan tetapi cacat-cacat
pengecoran tersebut dapat diminimalisir.
1. Kohirozi, Nopi dkk. Perhitungan Pengaruh Kemiringan dan Debit Air Pada Pemakaian Shaking
Table Dalam Pengolahan Bijih Timah Low Grade Di Pos PAM Pengarem PT. Timah (Persero) Tbk.
2. Kelly, Errol dan David Spottiswood. Introduction to Mineral Processing. John Wiley and Sons. 1982
3. Cakra, dkk. Mekanisme Kerja Alat Humprey Spiral Pada Pengolahan Bahan Galian PAda Tahap
Konsentrasi. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya. 2006
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
12/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141
LAMPIRAN
-
8/17/2019 Modul 9_neneng Annisa Widaningsih_123.13.022
13/13
Laporan Praktikum MODUL 9 Lab Metalurgi I –MM3141