64957951-referat-chf

80
DAFTAR ISI PENDAHULUAN......................................... . .. .. . Error: Reference source not found ANATOMI dan FISIOLOGI JANTUNG.. ...... .. . Error: Reference s ource no t found A. Anatomi Jantung........ . ........... . ............ . ... . Error: Reference source not found a. Bentuk dan ukuran jantung......................................... . ...... ..... . ............ . ... . 6 b. Ruang dalam jantung................................................ ........................... ..... . 8 c. Katup-katup jantung................................................ ...................... . .......... . 9 d. Komponen sistem induksi jantung....................................... . ........ .. . ....... 11 B. Fisiologi jantung................................................ ............... ............ . ............. 12 a. Sistem pengaturan jantung............................................... . ........... . .......... 12 b. Siklus jantung................................................ .............................. . .......... . 12 c. Bunyi jantung................................................ ....................... . ........... . ...... 14 d. Frekuensi jantung................................................ ................. . .......... . ....... 14 e. Pengaturan frekuensi jantung................................................ .. ............ . ... 14 f. Curah Jantung................................................ .................................... ..... . 16 EPIDEMIOLOGI........................................... ............................................ . .......... . 17

Transcript of 64957951-referat-chf

Page 1: 64957951-referat-chf

DAFTAR ISIPENDAHULUAN......................................... . .... . Error: Reference source not found

ANATOMI dan FISIOLOGI JANTUNG.. ...... .. . Error: Reference s ource no t found

A. Anatomi Jantung........ . ........... . ............ . ... . Error: Reference source not found

a. Bentuk dan ukuran jantung......................................... . ........... . ............ . ... . 6

b. Ruang dalam jantung........................................................................... ..... . 8

c. Katup-katup jantung...................................................................... . .......... . 9

d. Komponen sistem induksi jantung....................................... . .......... . ....... 11

B. Fisiologi jantung............................................................... ............ . ............. 12

a. Sistem pengaturan jantung............................................... ............ . .......... 12

b. Siklus jantung.............................................................................. . .......... . 12

c. Bunyi jantung....................................................................... . ........... . ...... 14

d. Frekuensi jantung................................................................. . .......... . ....... 14

e. Pengaturan frekuensi jantung.................................................. ............ . ... 14

f. Curah Jantung.................................................................................... ..... . 16

EPIDEMIOLOGI....................................................................................... . .......... . 17

ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI........................................................................ .. 18

A. Etiologi................................................................. ... ............. 1 8

B. Klasifikasi............................................................................. . .......... . .......... 19

PATOFISIOLOGI................................................................................................ .. 21

MANIFESTASI KLINIS. ................ . Error: Reference source not found

DIAGNOSA...................................................................................................... . ... . 26

A. Kriteria diagnosis gagal jantung...................................... ............ . ............ .. 26

B. Pemeriksaan Penunjang....................................................... ............ . .......... 27

KOMPLIKASI........................................................................................... . .......... . 29

PENATALAKSANAAN........................................................................... . .......... . 31

A. Non Medikamentosa................................................................ . .......... . ....... 31

B. Medikamentosa....................................................... .. ............. . 3 2

PROGNOSIS DAN UPAYA PENCEGAHAN............................................ .. ...... . 34

1

Page 2: 64957951-referat-chf

KESIMPULAN............................................................................................. . ....... . 36

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... . ........... . ...... 38

2

Page 3: 64957951-referat-chf

BAB I

PENDAHULUAN

Gagal jantung atau Heart failure adalah Sindrom klinis yang terjadi pada

pasien karena didapatkan suatu kelainan struktur atau fungsi jantung, sehingga

menimbulkan gejala klinis (dispnea, kelelahan, edema & lainnya) yang

mengakibatkan pasien sering rawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan

hidup pendek.(2) Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit jantung.

Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik,

gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini

dapat menyebabkan kematian pada pasien.(1)

Gagal jantung dan respon kompensatoriknya mengakibatkan kelainan pada

tiga penentu utama dari fungsi miokardium, yaitu beban awal (preload),

kontraktilitas, dan beban akhir (afterload):(2)

Beban awal (preload)

Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir

pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu

memperbanyak tumpang tindih antara filamen-filamen aktin dan miosin ,

sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat. Hubungan ini

dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium

selama diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada sistole.

Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnya volume diastolik

ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal dapat

terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan meningkatkan

tekanan pada akhir diastole untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel

dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal, penambahan volume

ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan

yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan paru atau sistemik, edema

akibat transudasi cairan, dan mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume

dan tekanan. Perubahan dalam volume intrakardial dan perubahan akhir pada

3

Page 4: 64957951-referat-chf

tekanan bergantung pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang

jantung yang sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume

yang relatif besar tanpa peningkatan tekanan yang bermakna. Sebaliknya, pada

ruang ventrikel yang gagal dan kurang lentur, penambahan volume yang kecil

dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang bermakna dan dapat berlanjut

menjadi pembendungan dan edem.

Kontraktilitas

Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan

kontraksi atau keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan

dalam panjang serabut. Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin

atau digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis

akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas

miokardium.

Beban akhir (afterload)

Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus

dicapai untuk mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace,

ada tiga variabel yang mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius

intraventrikel, tekanan sistolik ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri

yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan

sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius

intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai konsekuensi

lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir.

Dahulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya

kontraktilitas dan daya pompa jantung, sehingga diperlukan inotropik untuk

meningkatkan kontraktilitas, dan diuretik serta vasodilator untuk mengurangi

beban jantung. Sekarang gagal jantung dianggap sebagai remodeling progresif

akibat beban atau penyakit pada miokard sehingga pencegahan progresivitas

dengan penghambat neurohumoral (neurohumoral blocker) seperti ACE-inhibitor,

angiotensin reseptor blocker dan beta-blocker diutamakan disamping obat

konvensional (diuretik dan digitalis), ditambah dengan terapi yang muncul

4

Page 5: 64957951-referat-chf

belakangan ini seperti bedah rekonstruksi ventrikel kiri (LV reconstruction

surgery) dan mioplasti.

Meningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka yang selamat

dari serangan infark jantung akut akibat kemajuan pengobatan dan

penatalaksanaannya, mengakibatkan semakin banyak orang yang hidup dalam

keadaan disfungsi ventrikel kiri, yang selanjutnya masuk ke dalam gagal jantung

kronis, dan semakin banyak yang dirawat akibat gagal jantung kronis.

5

Page 6: 64957951-referat-chf

BAB II

ANATOMI dan FISIOLOGI JANTUNG

Anatomi Jantung (2)

Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas

proses pengangkutan berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh. Sistem

ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung dan sistem saluran

yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari jantung, dan vena yang

mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung

berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan

organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh.

Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan

tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu

selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk

mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang

melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung

berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus menerus

tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan

kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari

otot jantung itu sendiri dan bukan dari saraf. Terdapat beberapa bagian

jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam referat ini, diantaranya

yaitu :

Bentuk dan ukuran jantung

Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler.

Jantung dibentuk oleh organ-organ muskular, apex, basis cordis, atrium

kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya

kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung

sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari

kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam

masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan

7.571 liter darah.

6

Page 7: 64957951-referat-chf

Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah

tengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm

diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial jantung berada pada

tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral

sternum. Pada tepi kanan caudal jantung berada pada tepi cranialis pars

cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial

jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi

lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira

9 cm di kiri linea medioclavicularis.

Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana

terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa. Dalam cavum pericardium ini

berisi 50 cc cairan yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan

antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar

dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan

ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan

endokardium.

7

Page 8: 64957951-referat-chf

Ruang dalam jantung

Ada 4 ruangan dalam jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel.

Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena

rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel

mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang

mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium

dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara

kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-

ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung

berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut

orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh

suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut

katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut

katup trikuspid.

8

Page 9: 64957951-referat-chf

Katup-katup jantung

Katup trikuspid

Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel

kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari

atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi

mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan

cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan

namanya, katup trikuspid terdiri dari tiga daun katup.

Katup pulmonal

Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari

dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus

pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri

yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada

pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri

dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi

dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga

memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri

pulmonalis.

9

Page 10: 64957951-referat-chf

Katup bikuspid

Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari

atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup

bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid

terdiri dari dua daun katup.

Katup aorta

Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada

pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri

berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seluruh tubuh.

Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,

sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

10

Page 11: 64957951-referat-chf

Komponen sistem induksi jantung

1. Sinoatrial

2. Atrioventrikular

3. RA, LA, RV, LV

4. Pace maker (pusat picu jantung)

Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh

dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang

bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan

untuk menimbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk

memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik.

Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak

pada celah antara vena cava superior dan atrium kanan. Pada nodus SA

mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan

timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium,

nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje, dan

akhirnya ke seluruh otot ventrikel.

11

Page 12: 64957951-referat-chf

B.Fisiologi jantung (1)

Sistem pengaturan jantung

1. Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringan

otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan

tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus SA

mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu

jantung.

2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk

menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium

selesai sebelum terjadi kontraksi ventricular. Berkas AV berfungsi

membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju

ventrikel.

3. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang

mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat

kecepatan hantaran serabut otot jantung.

12

Page 13: 64957951-referat-chf

Siklus jantung

Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan

relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya.

Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah

dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan

penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan

masuk ke arteri.

Peristiwa mekanik dalam siklus jantung :

1) Selama masa diastole (relaksasi)

Tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah,

tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel. Atrium

secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava

superior dan inferior, vena pulmonar). Darah mengalir dari atrium

menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka. Tekanan

ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk

menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan pulmonar

menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar

daripada tekanan dalam ventrikel. Sekitar 70% pengisian

ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial.

2) Akhir diastole ventricular

Nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan

peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah

sebanyak 30% ke dalam ventrikel.

13

Page 14: 64957951-referat-chf

3) Sistole ventrikular

Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai

berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat

dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.

4) Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri

Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi.

Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah

sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume

diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).

5) Diastole ventrikular

Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan

dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta

dan trunkus pulmonarius, sehingga katup semilunar menutup

(bunyi jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat

akibat penutupan katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi

rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup

masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel

menurun tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di

bawah tekanan atrium, katup A-V membuka, dan siklus jantung

dimulai kembali.

14

Page 15: 64957951-referat-chf

Bunyi jantung

Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan

dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup A-V

menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar menutup. Bunyi

ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung

saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar

jika bunyi jantung diperkuat melalui mikrofon.

Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak

wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul

karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat

aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan

aliran balik darah.

Frekuensi jantung

Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per

menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan

seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik,

dan diastole 0,3 detik. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung

sampai melebihi 100 denyut per menit. Bradikardia ditujukan untuk

frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit.

Pengaturan frekuensi jantung

1) Impuls eferen (motorik) menjalar ke jantung melalui saraf

simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom. Frekuensi

jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui

keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf

simpatis dan parasimpatis.

· Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron

dalam medulla oblongata.Efek impuls neuron ini adalah

15

Page 16: 64957951-referat-chf

untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini menjalar

melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju

jantung. Ujung serabut saraf mensekresi nerepineprin, yang

meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-

A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan

sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas

keseluruhan jantung.

· Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla

oblongata.

Efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi

frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut

parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf

mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi

pengeluaran impuls dari nodus SA dan memperpanjang

waktu hantaran melalui nodus V-A.

2) Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung

berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam

sistem kardiovaskular.

· Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap

perubahan tekanan darah.

(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu

refleks yang memperlambat frekuensi jantung.

(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu

refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar

melalui pusat medular.

· Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan

tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi

suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk

mempertahankan tekanan darah.

16

Page 17: 64957951-referat-chf

3) Pengaruh lain pada frekuensi jantung

· Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir

semua saraf pada kulit, seperti reseptor untuk nyeri, panas,

dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem

saraf pusat.

· Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan

elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang

mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat

atau berkurang.

Curah Jantung

Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua

ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume

jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada

laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

Perhitungan curah jantung yaitu curah jantung = frekuensi jantung

x isi sekuncup.

BAB III

EPIDEMIOLOGI

Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat

kejadian dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 5 juta

orang di AS mengalami gagal jantung, dan hampir 500.000 kasus baru yang

muncul tiap tahun.(2) Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus mengenai

orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung meningkat

1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80 tahun.

Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.

Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%

17

Page 18: 64957951-referat-chf

wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 –

3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat

di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan

berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan

harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.

Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0.4 – 2% dan meningkat pada

usia yang lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Seperdua dari pasien gagal

jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada

keadaan gagal jantung berat, lebih dari 50% akan meninggal dalam tahun

pertama.(1)

Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin

meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang

utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan

hidup 5 tahun. Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar

62% pada pria dan 42% wanita.

BAB IV

ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Etiologi (1)

Penyebab gagal jantung digolongkan menurut apakah gagal jantung tersebut

menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau dominan sisi kanan. Dominan sisi

kiri: penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta,

penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan

curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan:

gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup

trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli

pulmonal masif.

18

Page 19: 64957951-referat-chf

1. Gangguan mekanis

a. Peningkatan beban tekanan

b. Peningkatan beban volume

c. Hambatan pengisian ventrikel

d. Retriksi endokardial atau miokardial

e. Aneurisma ventrikular

2. Kelainan miokardial

a. Primer

b. Sekunder

3. Gangguan irama jantung

· Ventrikular standstill

· Ventrikular fibrilasi

· Takhikardi atau bradikardi

· Gangguan konduksi

Klasifikasi (2)

Gagal jantung sistolik dan diastolik

Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung

memompa sehingga curah jantung menurun dan menyebabkan kelemahan

fisik, kemampuan aktivitas fisik menurun, dan gejala hipoperfusi lainnya.

Sedangkan gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan

gangguan pengisian ventrikel dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%. Kedua

jenis ini tumpang tindih dan tidak dapat dibedakan dari pemeriksaan

jasmani, foto thoraks, atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan

doppler-ekokardiografi

Gagal jantung high output dan low output

Gagal jantung curah tinggi disebabkan oleh penurunan resistensi

vaskular sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V,

beri-beri dan paget’s disease. Gagal jantung curah rendah ditemukan pada

hipertensi, kardiomiopati dilatasi, kelainan katup, dan perikardium.

19

Page 20: 64957951-referat-chf

Gagal jantung kanan dan kiri

Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel kiri, ventrikel

kiri gagal untuk memompa darah, maka akan terbendung kemudian terjadi

peningkatan tekanan di atrium kiri serta vena-vena di belakangnya (vena

pulmonalis), menyebabkan pasien sesak napas dan orthopnea. Gagal

jantung kanan terjadi bila terdapat kelainan yang melemahkan ventikel

kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/ sekunder, tromboemboli

paru kronik sehingga terjadi kongesti pada vena-vena sistemik yang

menyebabkan oedem perifer, hepatomegali dan distensi vena jugularis.

Gagal jantung akut dan kronik

Gagal jantung akut terjadi bila pasien yang secara awal sehat

secara keseluruhannya, lalu mendadak mengalami penurunan curah

jantung, terjadi penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer.

Contohnya terjadi robekan daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis,

trauma atau infark miokard luas. Gagal jantung akut biasanya adalah

sistolik. Gagal jantung kronik secara khas diamati pada pasien dengan

kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvuler yanhg berkembang

secara lambat. Kongesti perifer sangat mencolok, tapi tekanan darah

kadang masih terpelihara dengan baik.

20

Page 21: 64957951-referat-chf

BAB V

PATOFISIOLOGI

Pompa yang tidak adekuat dari jantung merupakan dasar terjadinya gagal

jantung(4). Pompa yang lemah tidak dapat memenuhi keperluan terus-menerus dari

tubuh akan oksigen dan zat nutrisi. Sebagai reaksi dari hal tersebut, awalnya

dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah karena hal ini,

maka otot jantung menebal untuk memompa lebih kuat. Sementara itu ginjal

menyebabkan tubuh menahan cairan dan sodium. Ini menambah jumlah darah

yang beredar melalui jantung dan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan

kenaikkan yang progresif pada tekanan pengisian sistemik rata-rata dimana

tekanan atrium kanan meningkat sampai akhirnya jantung mengalami peregangan

yang berlebihan atau menjadi sangat edema sehingga tidak mampu memompa

darah yang sedang sekalipun. Tubuh kemudian mencoba untuk berkompensasi

dengan melepaskan hormon yang membuat jantung bekerja lebih keras. Dengan

berlalunya waktu, mekanisme pengganti ini gagal dan gejala-gejala gagal jantung

mulai timbul. Seperti gelang karet yang direntang berlebihan, maka kemampuan

jantung untuk merentang dan mengerut kembali akan berkurang. Otot jantung

menjadi terentang secara berlebihan dan tidak dapat memompa darah secara

efisien.

21

Page 22: 64957951-referat-chf

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup

keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan

kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal

meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel, sedangkan stenosis aorta

dan hipertensi sistemik akan meningkatkan beban akhir. Kontraktilitas

miokardium dapat menurun karena infark miokardium dan kardiomiopati. Selain

dari ketiga mekanisme fisiologis tersebut, ada faktor-faktor fisiologis lain yang

dapat juga mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa, seperti stenosis

katup atrioventrikularis dapat mengganggu pengisian ventrikel, perikarditis

konstriktif dan tamponade jantung dapat mengganggu pengisian ventrikel dan

ejeksi ventrikel, sehingga menyebabkan gagal jantung. Diperkirakan bahwa

abnormalitas penghantaran kalsium di dalam sarkomer atau dalam sintesisnya

atau fungsi dari protein kontraktil merupakan penyebab gangguan kontraktilitas

miokardium yang dapat mengakibatkan gagal jantung.

Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme primer terjadi

yaitu(3): meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal

akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan hipertrofi ventrikel.

Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan

curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun, dengan berlanjutnya gagal

jantung kompensasi menjadi kurang efektif. Sekresi neurohormonal sebagai

respon terhadap gagal jantung antara lain (2) :

1. Norepinephrine menyebabkan vasokontriksi, meningkatkan denyut

jantung, dan toksisitas miosit

2. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi, stimulasi aldosteron, dan

mengaktifkan saraf simpatis

3. Aldosteron menyebabkan retensi air dan sodium

4. Endothelin menyebabkan vasokontriksi dan toksisitas miosit

5. Vasopresin menyebabkan vasokontriktor dan resorbsi air

6. TNF α merupakan toksisitas langsung miosit

22

Page 23: 64957951-referat-chf

7. ANP menyebabkan vasodilatasi, ekresi sodium, dan efek antiproliferatif

pada miosit

8. Interleukin-1 dan interleukin-6 bersifat toksis terhadap miosit.

Gangguan kontraktilitas miokardium ventrikel kiri yang menurun pada

gagal jantung akan mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel, sehingga

volume residu ventrikel menjadi meningkat akibat berkurangnya stroke volume

yang diejeksikan oleh ventrikel kiri tersebut. Dengan meningkatnya EDV (End

Diastolic Volume), maka terjadi pula peningkatan LVEDP (Left Ventricle End

Diastolic Pressure), yang mana derajat peningkatannya bergantung pada

kelenturan ventrikel. Oleh karena selama diastole atrium dan ventrikel

berhubungan langsung, maka peningkatan LVEDP akan meningkatkan LAP (Left

Atrium Pressure), sehingga tekanan kapiler dan vena paru-paru juga akan

meningkat. Jika tekanan hidrostatik di kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik

vaskular, maka akan terjadi transudasi cairan ke interstitial dan bila cairan tersebut

merembes ke dalam alveoli, terjadilah edema paru-paru. Peningkatan tekanan

vena paru yang kronis dapat meningkatkan tekanan arteri paru yang disebut

dengan hipertensi pulmoner, yang mana hipertensi pulmoner akan meningkatkan

tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Bila proses yang terjadi pada jantung kiri

juga terjadi pada jantung kanan, akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan

edema.

23

Page 24: 64957951-referat-chf

BAB VI

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis gagal jantung secara umum (2):

· Dispnea, atau perasaan sulit bernafas adalah manifestasi yang paling

umum dari gagal jantung. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja

pernafasan akibat kongesti vaskular paru-paru yang mengurangi

kelenturan paru-paru. Meningkatnya tahanan aliran udara juga

menimbulkan dispnea. Dispnea saat beraktivitas menunjukkan gejala awal

dari gagal jantung kiri.

· Ortopnea, atau dispnea pada posisi berbaring, terutama disebabkan oleh

redistribusi aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah

24

Page 25: 64957951-referat-chf

sirkulasi sentral. Reabsorpsi dari cairan interstitial dari ekstremitas bawah

juga akan menyebabkan kongesti vaskular paru-paru lebih lanjut.

· Dispnea nokturnal paroksismal (PND) atau mendadak terbangun karena

dispnea, dipicu oleh perkembangan edema paru-paru interstitial. PND

merupakan manifestasi yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri daripada

dispnea atau ortopnea.

· Asma kardial adalah mengi akibat bronkospasme dan terjadi pada waktu

malam atau karena aktivitas fisik.

· Batuk non produktif juga dapat terjadi sekunder dari kongesti paru-paru,

terutama pada posisi berbaring. Terjadinya ronki akibat transudasi cairan

paru-paru adalah ciri khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya

terdengar di bagian bawah paru-paru sesuai pengaruh gaya gravitasi.

· Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial sekunder dari

distensi vena.

· Distensi atrium atau vena pulmonalis dapat menyebabkan kompresi

esophagus dan disfagia atau kesulitan menelan.

Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association ( NYHA )

umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat

latihan fisik, yang mana klasifikasinya sebagai berikut (3) :

1. Kelas I : tidak terbatas, aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan lelah,

sesak nafas atau palpitasi

2. Kelas II : sedikit terbatas pada altifitas fisik, aktivitas fisik sehari-hari

menyebabkan lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina

3. Kelas III : aktivitas fisik sangat terbatas, saat istirahat tanpa keluhan,

namun aktivitas kurang dari sehari-hari menimbulkan gejala

25

Page 26: 64957951-referat-chf

4. Kelas IV : tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun, gejala gagal

jantung timbul bahkan saat istirahat dan bertambah berat bila melakukan

aktivitas.

ACC/AHA Heart Failure Practice Guidelines 2001

STAGE EXAMPLESStage A: At high risk for HF but HTN, CAD, DM, cardiotoxins,

without structural heart disease FHx of CM

or symptoms of HF

Stage B: Structural heart disease but Previous MI, LV systolic dysfunction,

without symptoms of HF asymptomatic valvular diseaseStage C: Structural heart disease with Known structural heart disease, SOB and

prior or current symptoms of HF fatigue, reduced exercise tolerance

Stage D: Refractory HF requiring Marked symptoms at rest

specialized interventions despite maximal medical therapy

BAB VII

DIAGNOSA

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan

penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,

biomarker, dan ekokardiografi Doppler.(2) Pasien segera diklasifikasikan apakah

26

Page 27: 64957951-referat-chf

disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik dan karakteristik forward or backward,

left or right heart failure.

Kriteria diagnosis gagal jantung

Kriteria diagnosis gagal jantung menurut Framingham Heart Study :

Kriteria mayor :

a. Paroksismal nokturnal dispneu

b. Ronki paru

c. Edema akut paru

d. Kardiomegali

e. Gallop S3

f. Distensi vena leher

g. Refluks hepatojugular

h. Peningkatan tekanan vena jugularis

Kriteria minor :

a. Edema ekstremitas

b. Batuk malam hari

c. Hepatomegali

d. Dispnea d’effort

e. Efusi pleura

f. Takikardi (120x/menit)

g. Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal

Kriteria mayor dan minor : Penurunan berat badan ≥ 4,5 kg dalam 5 hari

pengobatan.

Diagnosis gagal jantung ditegakkan dengan dua kriteria mayor atau satu kriteria

mayor dan 2 kriteria minor.

27

Page 28: 64957951-referat-chf

Pemeriksaan Penunjang

Dalam membantu penegakan diagnosis gagal jantung dapat dilakukan

pemeriksaan berikut ini(2):

1. EKG

EKG sangat penting dalam menentukan irama jantung, tetapi EKG

tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi LVH tetapi hanya

merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventrikular aritmia) sebagai

faktor sekunder dalam mengamati perubahan anatomi. Hasil pemeriksaan

EKG tidak spesifik menunjukkan adanya gagal jantung.

2. Foto thorax

Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung.

Kardiomegali biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan

cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan posterior

anterior. Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal jantung pada

disfungsi sistolik karena ukuran biasa terlihat normal. Selain itu, pada

pemeriksaan foto toraks didapatkan adanya kongesti vena paru-paru,

berkembang menjadi edema interstitial atau alveolar pada gagal jantung

yang lebih berat, redistribusi vaskular pada lobus atas paru-paru, dan

kardiomegali. Pada gagal jantung akut sering tidak terdapat kardiomegali.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perubahan yang khas

pada kimia darah, seperti adanya hiponatremia, sedangkan kadar kalium

dapat normal atau menurun sekunder terhadap terapi diuretik.

Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap lanjut dari gagal jantung karena

28

Page 29: 64957951-referat-chf

gangguan ginjal. Kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin dapat

meningkat sekunder terhadap perubahan laju filtrasi glomerulus. Urin

menjadi lebih pekat dengan berat jenis yang tinggi dan kadar natriumnya

berkurang. Kelainan pada fungsi hati dapat mengakibatkan pemanjangan

masa protrombin yang ringan. Dapat pula terjadi peningkatan bilirubin dan

enzim-enzim hati, aspartat aminotransferase (AST) dan fosfatase alkali

serum, terutama pada gagal jantung yang akut. Kadar kalium dan natrium

merupakan prediktor mortalitas.

Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal

jantung yaitu pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide)

dan NT-pro BNP (N Terminal protein BNP. Kegunaan pemeriksaan BNP

adalah untuk skrining penyakit jantung, stratifikasi pasien dengan gagal

jantung, deteksi left ventricular systolic dan atau diastolic dysfunction

serta untuk membedakan dengan dispnea. Berbagai studi menunjukkan

konsentrasi BPN lebih akurat mendignosis gagal jantung.

4. Ekokardiografi

Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal

jantung. Tes ini membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan

fungsi. Doppler echocardiography dua dimensi dapat digunakan untuk

menentukan penampilan LV sistolik dan diastolik, cardiac output

(ejection fraction), serta tekanan pengisian ventrikel dan arteri pulmoner

(pulmonary artery and ventricular filling pressures). Harus dilakukan

secara rutin untuk diagnosis optimal gagal jantung dalam menilai fungsi

sistolik dan diastolik ventrikel kiri, katup, ukuran ruang jantung, hipertrofi,

dan abnormalitas gerakan.

5. Tes fungsi paru

29

Page 30: 64957951-referat-chf

6. Uji latih beban jantung

7. Kardiologi nuklir.

BAB VIII

KOMPLIKASI

Komplikasi gagal jantung meliputi: (4)

1. Cachexia jantung

Jika pasien gagal jantung dengan kelebihan berat badan, kondisi mereka

cenderung lebih parah. Indikator penting dari kondisi memburuk adalah

terjadinya cachexia jantung, yang ditandai dengan berat badan yang cepat

menurun (kehilangan sedikitnya 7,5% dari berat normal dalam waktu 6

bulan).

2. Gangguan fungsi ginjal

Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa darah,

hal ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.

Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal

jantung, baik sebagai komplikasi gagal jantung dan sebagai komplikasi

berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung (seperti

diabetes). Studi menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung

dan gangguan fungsi ginjal meningkatkan risiko komplikasi jantung

termasuk rawat inap dan kematian.

3. Aritmia

· Fibrilasi atrium adalah mengalahkan cepat bergetar di ruang atas

jantung. Ini adalah penyebab utama stroke dan sangat berbahaya pada

penderita gagal jantung.

30

Page 31: 64957951-referat-chf

· Takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel adalah aritmia serius

yang dapat terjadi pada pasien ketika fungsi jantung secara signifikan

terganggu.

4. Depresi

Studi menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki efek biologis yang

merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf, pembekuan darah,

tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Orang yang depresi

mungkin gagal untuk mengikuti petunjuk medis dan tidak dapat menjaga

diri mereka sendiri.

5. Angina dan serangan jantung

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama gagal jantung,

pasien dengan gagal jantung memiliki risiko lanjutan untuk angina dan

serangan jantung.

6. Kongesti paru

7. Cardiac arrest

8. Sudden death.

31

Page 32: 64957951-referat-chf

BAB IX

PENATALAKSANAAN

Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada

lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,

mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab,

faktor pencetus dan penyakit yang mendasari.(4) Dasar pengobatan dekompensasi

kordis dapat dibagi menjadi :

Non medikamentosa (1)

Umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi

aktivitas sesuai beratnya keluhan. Dalam pengobatan non medikamentosa

yang ditekankan adalah istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan

dekompensasi harus dikurangi benar – benar dengan tirah baring

mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering tampak

gejala – gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja. Diet

umumnya berupa makanan lunak dengan rendah garam. Jumlah kalori

sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang diberi makanan

tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak 80 – 100

ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari. Program penatalaksanaan

non medikamentosa ini dapat berupa:

32

Page 33: 64957951-referat-chf

· Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, bagaimana upaya

jika timbul keluhan

· Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas

sosial, serta rehabilitasi

· Edukasi pola diet, control asupan garam, air, dan kebiasaan

alkohol

· Monitor berat badan, berhati-hati dengan kenaikan berat badan

tiba-tiba

· Mengurangi berat badan pada pasien obesitas

· Berhenti merokok

· Perlu perhatian khusus jika akan melakukan perjalanan jauh

dengan pesawat, ketinggian, udara panas dan humiditas

· Konseling mengenai obat, efek samping, dan perlunya

menghindari obat-obat tertentu seperti NSAID, antiaritmia

kelas I, verapamil, diltiazem, antidepresan trisiklik, steroid,

dihidropiridin efek cepat.

Medikamentosa (4)

Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala

akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas

hidup serta memperpanjang harapan hidup. Untuk itu, pendekatan awal

adalah memperbaiki berbagai gangguan yang mampu untuk

menghilangkan beban kardiovaskular yang berlebihan, seperti mengobati

hipertensi, mengobati anemia, mengurangi berat badan atau memperbaiki

stenosis aorta. Gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang

mendasarinya telah diobati, memerlukan pembatasan aktivitas fisik,

pembatasan asupan garam dan obat .

33

Page 34: 64957951-referat-chf

Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan

diuretik oral maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak

pengobatan gagal jantung sampai edema atau asites hilang (tercapai

euvolemik). Digitalis semula merupakan obat yang selalu diberikan pada

klien gagal jantung, tetapi ternyata efektivitas diuretik pada gagal jantung

sama dengan digitalis, terutama pada klien dengan edema sebagai gejala

utama gagal jantung, sehingga pada strategi pengobatan gagal jantung

pilihan pertama adalah pemberian diuretic. Diuretic yang digunakan

adalah grup II, Loop diuretic yaitu furosemid. Furosemid menghambat

reabsorpsi Na, Cl, pada ascending limbloop of Henle, sedikit efek pada

tubulus proksimalis. ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker

(ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.

Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik

dan ACE-inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila ada aritmia

supraventikuler (fibrilasi atrium atau SVT lainnya) atau bila ketiga obat

diatas belum memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitalis

sangat mudah terjadi apabila fungsi ginjal menurun atau kadar kalium

rendah. Aldosteron antagonis dipakai untuk memperkuat efek diuretik

atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa studi yang

menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.

Operatif (4)

Penatalaksanaan dari dekompensasi kordis pada dasarnya diberikan

hanya untuk menunggu saat terbaik untuk melakukan tindakan bedah pada

penderita yang potentially curable. Pemakaian alat dan tindakan bedah

antara lain :

Revaskularisasi (perkutan, bedah)

Operasi katup mitral

Aneurismektomi

Kardiomioplasti

34

Page 35: 64957951-referat-chf

External cardiac support

Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung

biventricular

Implantable cardioverter defibrillators (ICD)

Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart

Ultrafiltrasi, hemodialisis.

35

Page 36: 64957951-referat-chf

BAB X

PROGNOSIS DAN UPAYA PENCEGAHAN

Prognosis

Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui.

Sedangkan prognosis pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu: (2)

Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%

Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%

Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%

Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%

Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis, yaitu : (2)

· Waktu timbulnya gagal jantung

· Timbul serangan akut atau menahun

· Derajat beratnya gagal jantung

· Penyebab primer

· Kelainan atau besarnya jantung yang menetap

· Keadaan paru

· Cepatnya pertolongan pertama

· Respons dan lamanya pemberian digitalisasi

· Seringnya gagal jantung kambuh.

Gagal jantung akut atau gagal jantung kronis sering merupakan kombinasi

kelainan jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik. Pasien

dengan gagal jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk.

36

Page 37: 64957951-referat-chf

Pencegahan (1)

Pencegahan gagal jantung, harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama

pada kelompok dengan risiko tinggi.

· Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard

· Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark

ulangan

· Pengobatan hipertensi yang agresif

· Koreksi kelainan kongenital serta penyakit katup jantung

· Memerlukan pembahasan khusus

· Bila sudah ada disfungsi miokard, upayakan eliminasi penyebab yang

mendasari.

37

Page 38: 64957951-referat-chf

BAB XI

KESIMPULAN

Gagal jantung adalah sindroma yang umum muncul dengan tingkat

kejadian dan sebaran yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hampir 500.000

kasus baru yang muncul tiap tahun. Penyakit ini berkaitan dengan usia, 75% kasus

mengenai orang dengan usia lebih dari 65 tahun. Tingkat kejadian gagal jantung

meningkat 1% pada usia dibawah 60 tahun dan hampir 10% pada usia diatas 80

tahun.

Congestive heart failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Klasifikasi

gagal jantung dapat dibedakan menjadi gagal jantung sistolik dan diastolik, gagal

jantung high output dan low output, gagal jantung kanan dan kiri, serta gagal

jantung akut dan kronik.

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-

keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan

kontraktilitas miokardium. Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3

mekanisme primer terjadi yaitu: meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,

meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron, dan

hipertrofi ventrikel. Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk

mempertahankan curah jantung. Mekanisme ini mungkin memadai untuk

mempertahankan curah jantung pada awal perjalanan gagal jantung. Namun,

dengan berlanjutnya gagal jantung kompensasi menjadi kurang efektif.

Gambaran klinis gagal jantung secara umum yaitu dispnea, orthopnea, asma

kardial, paroksismal nokturnal dispnoe, batuk non produktif, hemoptisis, dan

disfagia. Gagal jantung pada sisi kanan jantung menimbulkan tanda dan gejala

bendungan vena sistemik. Gagal jantung ke depan pada ventrikel kiri

menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ, karena darah

dialihkan dari organ-organ non vital demi mempertahankan perfusi ke jantung dan

38

Page 39: 64957951-referat-chf

otak, maka manifestasi paling dini dari gagal jantung kiri adalah berkurangnya

perfusi organ-organ seperti kulit dan otot rangka.

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala dan

penilaian klinis, didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG, foto toraks,

biomarker, dan ekokardiografi Doppler. Kriteria diagnosis gagal jantung yang

dipakai adalah menurut Framingham Heart Study.

Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada

lima aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,

mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab,

faktor pencetus dan penyakit yang mendasari. Dasar pengobatan dekompensasi

kordis dapat dibagi menjadi non medikamentosa dan medikamentosa. Pengobatan

dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral maupun parenteral

yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung sampai edema

atau asites hilang (tercapai euvolemik). Digitalis semula merupakan obat yang

selalu diberikan pada klien gagal jantung, tetapi ternyata efektivitas diuretik pada

gagal jantung sama dengan digitalis, terutama pada klien dengan edema sebagai

gejala utama gagal jantung, sehingga pada strategi pengobatan gagal jantung

pilihan pertama adalah pemberian diuretic. Tindakan bedah dapat dilakukan pada

penderita yang potentially curable.

Komplikasi yang ditimbulkan gagal jantung yaitu cachexia jantung,

gangguan fungsi ginjal, aritmia, depresi, angina dan serangan jantung, kongesti

paru, cardiac arrest, bahkan sudden death. Prognosis gagal jantung yang tidak

mendapat terapi tidak diketahui, sedangkan prognosis pada penderita gagal

jantung yang mendapat terapi berdasarkan kelas NYHA. Pasien dengan gagal

jantung akut memiliki prognosis yang sangat buruk. Pencegahan gagal jantung,

harus selalu menjadi hal yang diutamakan, terutama pada kelompok dengan risiko

tinggi.

39

Page 40: 64957951-referat-chf

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurdjanah S. Buku ajar ilmu penyakit dalam FK UI. 2006; ed IV

2. Hauser K, Longo B, Jameson F. Harrison’s principle of internal

medicine.2005; ed XVI

3. Batrum C. Real Time Ultrasound A Manual for Physicians and Technical

Personell. Ed II. W.B. Saunders Co. 1987

4. Grady KL, Dracus K, Kennedy G, at al. Team management of patients

with heart failure. A statement for healthcare professionals from The

Cardiovascular Nursing Councils of The American Heart Assiciation

Circulation 2000

40