BAB I-III 2003
-
Upload
ismail-andi-baso -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB I-III 2003
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
1/70
BAB IPENDAHULAUAN
A. Latar Belakang
Seiring laju perkembangan peradaban dimana banyak terjadi
perubahan pola hidup akan meberikan dampak pula pada pergeseran
pola penyakit, yaitu dari pola penyakit infeksi bergeser ke pola
penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang tampak
menonjol adalah stroke. (Andhriyantoro,2007)
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang
disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai
sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh
sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Mahendra, 2005).
Stroke dapat menyebabkan kecacatan, baik berupa cacat ringan,
sedang maupun cacat berat, sehingga berakibat pada menurunnya
kualitas hidup, seperti ; aktifitas hidup sehari-hari terganggu, tidak
berdaya sehingga membutuhkan bantuan orang lain, menurunnya
produktivitas kerja yang berdampak pada menurunnya kemampuan
ekonomi dan lain-lain. Selain akibatnya yang mengerikan,
pengobatannya pun memakan waktu sangat lama dan biaya yang
tidak sedikit. (Waluyo, 2009).
Di dunia angka kejadian stroke diperkirakan ada 200 per 100.000
penduduk dalam setahunnya. Sedikitnya ada 10% dari 5,5 juta
kematian di dunia disebabkan oleh penyakit stroke dan 50 juta orang
yang masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
2/70
ditimbulkannya (Fadillah, 2008). Berdasarkan data statistik di Amerika
Serikat, tercatat ada sekitar 750.000 kasus stroke baru. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang
Amerika yang terkena serangan stroke. Dimana setiap tahun ada
sekitar 160.000 penderita stroke meninggal dunia disana (Misbach,
2005)
Di Indonesia, menurut data yang dilansir oleh yayasan stroke
Indonsesia menyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia
menunjukkan kecendrungan yang terus menigkat disetiap tahunnya.
Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak.
Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita stroke terbesar di Asia. Pada tahun 2004, beberapa
peneliltian disejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap
yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang
dirawat jalan atau yang tidak dibawa ke dokter / rumah sakit tidak
diketahui jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 berhasil mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33
Provinsi dan 440 Kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini berhasil
mengumpulkan sebanyak 258.266 sampel rumah tangga perkotaan
dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran
berbagai variabel kesehatan masyarakat. Hasilnya stroke merupakan
pembunuh utama diantara penyakit-penyakit non-infeksi di kalangan
penduduk perkotaan (Waluyo, 2009). Dari data tersebut sepertiganya
bisa pulih kembali, sepertiganya mengalami gangguan fungsional
2
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
3/70
ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan
fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di
kasur (Abid, M. 2009).
Di Kalimantan timur, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 angka kejadian stroke
tidak diketahui secara pasti namun yang tercatat sekitar 1.867 orang
dari 13 rumah sakit yang ada. Hal Ini dikarenakan tidak semua rumah
sakit yang ada rutin melaporkan data ke Dinas Kesehatan sehingga
angka pastinya sulit untuk diketahui (Dinkesprop, 2009).
Penyakit Stroke terjadi karena gangguan aliran darah yang
mendadak pada bagian otak tertentu. Terjadianya stroke bersifat
mendadak tanpa peringatan lebih dahulu. Gangguan aliran darah
dapat berupa sumbatan (karena gumpalan darah atau pembuluh
darah yang menyempit) pada pembuluh darah arteri yang memberi
makanan berupa oksigen dan glukosa (gula) pada bagian otak
tertentu, sehingga terjadianya gangguan dari fungsi otak tersebut
(kelumpuhan). Jika sumbatan ini hanya berlangsung dalam beberapa
menit saja, maka bagian otak tersebut dapat berfungsi kembali secara
normal. Tapi bila sumbatan ini terjadi sampai beberapa jam, maka
bagian otak tersebut akan mati yang disebut sebagai Infark otak.
Stroke jenis ini disebut sebagai stroke iskrmik. (Cahyono, 2008).
Selain kejadian seperti diatas, aliran darah dapat juga terganggu
karena pecahnya pembuluh darah dari otak, baik didalam otak ( intra
serebral) maupun dipermukaan otak (subarahnoid). Darah yang keluar
3
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
4/70
dari pembuluh darah yang pecah ini akan membentuk gumpalan
darah berupa massa darah yang kemudian akan menekan bagian
otak dan pembuluh darah lainnya sehingga terjadi juga gangguan
pasokan oksigen dan glukosa pada bagian otak tersebut. Stroke jenis
ini disebut stroke perdarahan. (Cahyono, 2008)
Dulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia. Seiring
berjalannya waktu, menurut yayasan stroke Indonesia (Yastroki), kini
terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di
Indonesia dalam dewasa terakhir. Kecendrungannya menyerang
generasi muda yang masih produktif. Meski belum ada data pasti
jumlah penyandang stroke yang berusia produktif (Syarifuddin, 2008).
Dalam penelitian terhadap 196 penderita stroke, sebanyak 60,6 %
ternyata berusia 31-40 tahun. Bahkan ada penderita berusia 21 tahun
sudah dalam kondisi kronis (Suyono, 2003). Di Indonesia ternyata
stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir
sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana
seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini akan
berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat
mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga (Misbach,
2007).
Tingginya angka kejadian stroke lebih disebebkan oleh gaya dan
pola hidup yang tidak sehat. Meningkatnya usia harapan hidup,
kemajuan dibidang sosial ekonomi, serta perbaikan dibidang pangan,
tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola
4
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
5/70
hidup sehat. Kemakmuran telah merubah cara pandang dan
melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan
prinsip pola hidup sehat.
Pada usia produktif, dimana karir sedang menanjak seseorang
bekerja giat tanpa jeda, mengemban tanggung jawab yang besar,
jadwal kegiatan yang monoton dan rutin, sangat memungkinkan
menimbulkan stres. Sebagian orang beranggapan dengan merokok
dapat menghilangkan stres yang mereka alami, padahal itu salah.
Sebaliknya kebiasaan merokok malah menimbulkan masalah bagi
kesehatannya. Sebenarnya olahraga teratur dapat membantu
mengurangi stres. Olahraga sangat baik untuk kesehatan, namun
sayangnya lebih banyak orang yang enggan berolahraga dengan
berbagai alasan. Sebagai seorang yang sedang mengejar karir
sepertinya melakukan olahraga terasa seperti membuang waktu saja.
Dikarenakan kesibukan ini pula biasanya mereka mulai menerapkan
pola makan yang tidak sehat dengan seringnya menkonsumsi
makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi
rendah serat.
Sebenarnya stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat
dicegah, yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang ada. Faktor risiko
stroke umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu faktor yang
tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor risiko yang tidak
dapat dikontrol adalah umur, ras, jenis, kelamin, dan riwayat keluarga.
Sedangkan beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya
5
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
6/70
adalah kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan
olahraga dan stress baik fisik maupun mental. (Anies, 2006 dan
Junaidi, 2004).
Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol sangat diperlukan tubuh
terutama untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan dasar
pembentuakan hormon streoid. Kolesterol secara normal diproduksi
oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jika jumlahnya
berlebih maka akan tertimbun dan menimbulkan kondisi penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah (aterosklorosis). Pembuluh darah
yang menyempit dan mengeras yang terjadi pada area oatak akan
menimbulkan stroke. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian yang
menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar
kolesterol diatas 240 mg. Menurut analisis dari 16 penelitian di
Brigham and Womens Hospital di Bostron, bila kadar kolesterol
diturunkan hingga 25% maka dapat mengurangi risiko stroke sampai
29% (Sustrani, dkk 2004).
Selain kadar kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok juga
merupakan penyebab nyata terjadinya serangan stroke. Yang lebih
banyak dialami oleh kelompok dewasa muda. Risiko terkena stroke
meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok yang telah
dibuktikan dalam salaha satu penelitian (The Physician Health Study)
pada kelompok case control terhadap 22.071 laki-laki, perokok yang
merokok kurang dari 20 batang per hari berisiko terserang stroke 2,02
kali. Sedangkan mereka yang merokok lebih dari 20 batang per hari
6
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
7/70
berisiko sebesar 2,52 kali dibandingkan yang bukan perokok (Junaidi,
2004).
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terjadi stroke adalah
kurang atau tidak olahraga. Kurang atau tidak olahraga merupakan
salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular. Gaya hidup
kurang olahraga akan membawa berbagai macam risiko penyakit dan
kekurang-sehatan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah penelitian yang
mengatakan ada sekitar 28% kematian akibat penyakit kronis modern
itu dilatar belakangi oleh gaya hidup sedently (kurang gerak)
(Cahyono, 2008).
Disisi lain, stres yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari
juga dapat berpotensi menyebabkan terjadinya stroke. Pada usia
produktif, orang rentan terserang stres. Mereka yang produktif sering
berhadapan dengan tatangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa
berpotensi mengami stres. Meurut spesialis bedah syaraf dr. Syafrizal
A, SpBs, stres menyumbang 20% penyebab stroke. Stres yang tidak
terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kadar kolesterol
dalam darah. Kondisi ini yang nantinya dapat menyumbat pembuluh
darah sehingga rentan terhadap terjadinya serangan stroke.
Berdasarkan penelitian terbaru Universitas Cambrdge, Inggris yang
dipublikasikan dalam jurnal stroke, menunjukkan orang yang mampu
mengelola stress yang dideritanya, risiko terkena stroke akan
berkurang 24% (Budiman, 2006).
7
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
8/70
Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda pada tiga tahun terakhir kejadian
stroke pada tahun 2007 sebanyak 588 kasus, yang berusia produktif
sebanyak 357 orang (60%), meninggal 132 orang (22%). Tahun 2008
sebanyak 573 kasus, yang berusia produktif sebanyak 415 orang
(72%), meninggal 142 orang (24%). Dan pada tahun 2009 kembali
mengalami peningkatan yaitu menjadi 581 kasus, yang berusia
produktif sebanyak 426 orang (73%), meninggal 151 orang (25%).
Dari data tersebut terlihat bahwa angka kematian dan kejadian
stroke pada usia produktif terus meningkat disetiap tahunnya.
Padahal awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua
yakni usia 65 tahun keatas.
Akhirnya mencegah selalu lebih baik dari mengobati, apabila tidak
ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah
penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali
lipat (Waluyo, 2009). Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan
sedini mungkin dengan cara yang paling mudah yaitu dengan
menerapkan gaya hidup sehat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka akan dilakukan penelitian
mengenai Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Usia Produktif di
Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda
tahun 2009.
8
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
9/70
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kolesterol
dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan stress
merupakan faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif di Rumah
Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda tahun 2009 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif
di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda
Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui besar risiko kolesterol dalam darah
terhadap stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.
b. Mengetahui besar risiko kebiasaan merokok terhadap
kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.
c. Mengetahui besar risiko kebiasaan berolahraga
terhadap kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.
d. Mengetahui besar risiko stress terhadap kejadian
stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.
9
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
10/70
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas
Sebagai sumber informasi dan diharapkan hasil penelitian ini
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat
bermanfaat bagi peneliti berikutnya.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti sendiri khususnya tentang faktor risiko
kejadian stroke pada usiap produktif.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber
informasi dan motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan gaya
hidup sehat.
10
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
11/70
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Stroke
1. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neorologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi
secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda-tanda yang
sesuai dengan daerah otak yang terganggu. (Bustan, 2000).
Stroke adalah penyakit gangguan fungsi otak fokal maupun
global dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena,
yang sebelumnya tanpa peringatan dan ada yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat gangguan
aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan
(Junaidi, 2004).
Sedangkan definisi stroke menurut WHO (1982) adalah
terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut, yang berlangsung lebih dari 24 jam ; akibat
gangguan aliran darah otak. (Anies, 2006).
2. Jenis / Klasifikasi Stroke
Stroke umumnya di bagi dalam 2 golongan besar, yaitu :
(Bustan, 2000).
a. Stroke Hemorhagik (Pembuluh darah pecah
sehingga aliran darah menjadi tidak normal, dan darah yang
keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya). Yang terbagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :
11
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
12/70
1) Pendarahan Intera Serebral (PIS)
2) pendarahan Sub arachnoid (PSA)
3) Pendarahan Sub Dural (PDS)
b. Stroke Non Hemorhagik (aliran darah ke otak
terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah, melaui proses
aterosklerosis).
1) Klinis :
a) Transient Ischemic Attack (TIA)
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c) Progresing Stroke atau Stroke In Evolusi
d) Complete Stroke
2) Kausal :
a) Stroke Trombotik
b) Stroke Embolik / nontrombolik
3. Faktor Resiko Stroke
Faktor risiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat
seseorang terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke umumnya
dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu ; (Junaidi, 2004).
a Yang tidak dapat dikontrol
1) Umur : makin tua kejadian
stroke makin tinggi
2) Ras / bangsa : Afrika / Negro,
Jepang dan Cina lebih sering terkena stroke
12
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
13/70
3) Jenis kelamin : laki-laki lebih
berisiko dibanding wanita.
4) Riwayat keluarga: orang tua
atau saudara pernah mengalami stroke pada usia muda,
maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke.
b Yang dapat dikontrol
1) Hipertensi
2) Diabetes Melitus
3) Transient Ischemic attack
(TIA)
4) Fibrasi atrial
5) Pust stroke
6) Abnormalitas lipoprotein
7) Fibrinogen tinggi dan
perubahan hemoreologikal lain
8) Perokok (sigeret)
9) Peminum alkohol
10) Hiperhomocysteinemia
11) Infeksi : virus dan bakteri
12) Obesitas / kegemukan
13) Kurang aktivitas fisik
14) Stress fisik dan mental
15) Hiperkolesterolemia/
hipertrigliserida/ hiperglikemia.
13
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
14/70
4. Gejala Stroke
Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat
penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawatan lebih
cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan (Abid, 2009).
Berikut ini beberapa gejala stroke : (Junaidi, 2006)
a Stroke sementara
(sembuh dalam beberapa menit / jam)
1) Tiba-tiba
sakit kepala
2) Pusing,
bingung
3) Penglihatan
kabur atau kehilangan ketajaman pada salah satu atupun
kedua belah mata.
4) Kehilangan
keseimbangan (limbung), lemah.
5) Rasa kebal
atau kesemutan pada satu sisi tubuh.
b Stroke ringan
(sembuh dalam beberapa minggu)
1) Beberapa atau semua gejala diatas
2) Kelemahan atau kelumpuhan tangan / kaki
3) Bicara tidak jelas
14
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
15/70
c Stroke berat
(sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau
tahun. Tidak bisa sembuh total)
1) Semua / beberapa gejala stroke sementara dan
ringan
2) Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
3) Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki
4) Bicara tidak jelas atau hilangnya kemapuan bicara
5) Sukar menelan
6) Hilangnya kontrol terhadap pengeluaran air seni
dan feses.
7) Kehilangan daya ingat atau konsentrasi,
perubahan perilaku misalnya bicara tidak menentu, mudah
marah, tingkah laku seperti anak kecil.
5. Akibat / Dampak stroke
Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang
cedera, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah stroke,
baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri otak, pada
umumnya adalah sebagai berikut : (Vitahealth, 2004)
a. Lumpuh
b. Perubahan mental
c. Ganggguan komunikasi
d. Gangguan emosional
15
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
16/70
e. Kehilangan indera rasa
6. Pencegahan Stroke
Diantara sekian banyak faktor risiko stroke, hipertensi
dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi
dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam
komuniti. Namun meski demikian pencegahan stroke tidak semata
ditujukan kepada hipertensi. Ada pendekatan yang
menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor
utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan,
biologis, dan pelayanan kesehatan). (Bustan, 2000).
Table 2.1 : Strategi Untuk Pencegahan Stroke/Hipertensi PadaKelompok Dewasa 30-44 tahun
TingkatPencegahan
Komponen yang di Kendalikan
Gaya Hidup Lingkungan BiologiPelayananKesehatan
Pencegahan
Primer
Reduksi stress
Diet rendah garamBerhenti merokok
-
Lingkungankerja positif-Perubahankerja
- Faktor
resikokeluargadantingginyalemak-Aspirin
- Edukasi
pasien:turunkantensi
Pencegahansekunder
Manajemen stressBerhenti merokokVitamin
-Konselingkeluarga
-Obat-obatanuntuk efeksampingan
- Edukas:relaksasi
16
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
17/70
Pencegahantersier
Reduksi stressDietBerhenti merokok
-Keamanandiri-Dukungan
keluarga
-Kepatuhanberobat-Edukasi
-Terapibicara
- Edukasi :terhadapefeksamping
-
Sumber : Dever, Epidemiology in health services management, hlm.12
B. Tinjauan Umum Tentang Usia Produktif
Usia atau umur adalah salah satu satuan waktu yang mengukur
waktu keberadaan benda atau makhluk baik yang hidup maupun mati,
misalanya umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak ia
lahir hingga waktu umur ia dihitung. (Anonim, 2009).
Penduduk usia produktif adalah penduduk yang melaksanakan
produksi dari segi ekonomi, dimana segala kebutuhannya ditanggung
mereka sendiri. Sedang penduduk usia tidak produktif adalah
penduduk yang belum bisa bekerja (Anonim, 2009)
Tidak ada batasan dalam kebudayaan mengenai usia produktif dan
non produktif karena seringkali batasan-batasan ekonomis atas usia
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai
ilustrasi, seorang anak berusia 9 tahun ternyata telah bekerja dan
secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi; atau seorang
nenek berusia lebih dari 80 tahun juga masih terlibat dalam usaha
warungnya, dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan
perilaku ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan nonproduktif
lagi.
17
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
18/70
Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada
dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif.
Usia kerja adalah suatu tingkat umur di mana orang sudah dapat
bekerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
64 tahun (Sardiman, 2009).
Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), berdasarkan komposisi
penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (Anonim,
2009)
- Usia 0 - 14 th : dinamakan usia muda / usia belum produktif
- Usia 15 64 th : dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia
produktif
- Usia + 65 th : dinamakan usia tua / usia tidak produktif / usia
jompo
Awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua yakni
usia 65 tahun keatas, semakin tua usia maka risiko terkena stroke pun
semakin tinggi karena pada proses penuaan terjadi pada semua organ
tubuh termasuk pembuluh darah otak yang menjadi rapuh (Syarifuddin,
2008)
Namun saat ini menurut yayasan stroke Indonesia (yastroki)
terdapat kecendrungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di
18
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
19/70
Indonesia dalam dewasa terakhir. Dalam penelitian terhadap 196
penderita stroke, sebanyak 60,6 % ternyata berusia 31-40 tahun.
Bahkan ada penderita berusia 21 tahun sudah dalam kondisi kronis .
(Cahyono, 2008).
Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45
tahun, dimana karir sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60
tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini
akan berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat
mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. (Misbach,
2005)
C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh
masyarakat terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya
dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya kolesterol tidak selalu
jelek. Dalam ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak
kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi,
antara lain : membuat hormone seks, adrenalin, membentuk dinding
sel, dan lain-lain. Karena fungsi kolesterol demikian penting, tubuh
membuatnya sendri didalam hati (liver) (Soeharto, 2002).
Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah.
Kolesterol diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme
tubuh. Namun jika konsumsi secara berlebih akan mengakibatkan
penumpukan lemak yang menyumbat pembuluh darah atau bisa
19
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
20/70
mengakibatkan pengapuran dan pengerasan pembuluh darah
(aterosklorosis) (Hardjono, 2009).
Makanan yang berkualitas adalah makanan sehat. Pada dasarnya
makanan sehat selalu rendah kolesterol. Sayangnya, banyak dari kita
tidak peduli dengan hal ini. Kesibukan, fasilitas serba enak yang
membuat tubuh kurang bahkan malas bergerak, makanan serba cepat
saji dan tidak variatif, penuh penyedap rasa dengan kadar natrium
tinggi, membuat berat tubuh meningkat tajam. Itu artinya, kemungkinan
besar lemak sudah tertimbun di dalam tubuh (Cahyono, 2008).
Kolesterol ada 2 macam : HDL (High Density Lipoprotein) yaitu
kolesterol baik dan LDL (Low Density Lipoprotein) yaitu kolesterol
jahat. Dalam keadaan normal, kadar HDL dan LDL didalam tubuh
seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu bila ada kelebihan lemak
dalam makanan kita, sehingga peran LDL inilah yang paling dominan
dan akan berakibat pada penyempitan pembuluh darah (Hardjono,
2009)
Kolesterol, selain diproduksi dengan sendirinya oleh tubuh
(terutama dalam hati), diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap
harinya. Ada dua jenis makanan berlemak yang mengandung
kolesterol. Pertama, lemak jenuh. Lemak ini menjadi padat pada suhu
kamar, seperti yang terdapat pada lemak hewani (daging, jeroan, otak,
kuning telur, udang kerang, mentega, susu, dan minyak kelapa).
Semakin banyak mengkonsumsi lemak jenuh, maka kadar kolesterol
dalam darah akan meningkat. Kedua, lemak tidak jenuh. Lemak ini
20
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
21/70
tidak menjadi padat pada suhu kamar, seperti yang terdapat pada
minyak bunga matahari, minyak jagung, dan minyak ikan (Indriyani,
2009).
Ada beberapa faktor penyebab kolesterol yang tidak dapat
diubah, yaitu proses penuaan, mempunyai riwayat kolesterol tinggi
dalam keluarga/turunan dan jenis kelamin. Perempuan memiliki resiko
lebih rendah terkena kolesterol dibandingkan laki-laki sebelum
mengalami atau memasuki masa menopause. Tetapi setelah
memasuki masa menopause kadar LDL daam tubuh perempuan
meningkat sehingga di masa ini perempuan memiliki resiko lebih
besar. Sedang gaya hidup merupakan faktor penyebab kolesterol yang
dapat diubah (Hardjono, 2009).
Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol, sangat diperlukan
tubuh, terutama untuk membentuk dinding sel. Lemak juga sebagai
bahan dasar pembentuk hormon streoid. Kolesterol secara normal
diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jumlah
itu akan meningkat bila kita sering mengasup makanan sampah (junk
food) yang banyak mengandung lemak hewani dan telur (Soeharto,
2002).
Tabel 2.4 Kandungan Kolesterol dari 10 gr Makanan
No Makanan (per 10 gr)Kolesterol
(Mg)Kategori
1 Putih telur ayam 0 Sehat
2 Teripang 0 Sehat
3 Ubur-ubur 0 Sehat
4 Susu sapi non fet 0 Sehat
5 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat
6 Daging bebek pilihan tanpa kulit 50 Sehat
7 Ikan sungai biasa 55 Sehat
8 Daging pilihan tanpa lemak 60 Sehat9 Daging babi pilihan tanpa lemak 60 Sehat
21
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
22/70
10 Daging kelinci 65 Sehat
11 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat
12 Ikan ekor kuning 85 Sehat
13 Daging asap (ham) 98 Sekali-sekali
14 Iga sapi 100 Sekali-sekali
15 Iga babi 105 Sekali-sekali16 Daging sapi 105 Sekali-sekali
17 Burung dara 110 Sekali-sekali
18 Ikan bawal 120 Sekali-sekali
19 Daging sapi berlemak 125 Sekali-sekali
20 Gajih sapi 130 Hati-hati
21 Gajih kambing 130 Hati-hati
22 Daging babi berlemak 130 Hati-hati
23 Keju 140 Hati-hati
24 Sosis daging 150 Hati-hati
25 Kepiting 150 Hati-hati
26 Udang 160 Hati-hati
27 Kerang atau siput 160 Hati-hati28 Belut 180 Hati-hati
29 Santan kelapa 185 Berbahaya
30 Gajih babi 200 Berbahaya
31 Susu sapi 250 Berbahaya
32 Susu sapi cream 280 Berbahaya
33 Coklat/cacao 290 Berbahaya
34 Mentega/margarin 300 Berbahaya
35 Jeroan sapi 380 Berbahaya
36 Jeroan babi 420 Berbahaya
37 Kerang putih/remis/triam 450 Berbahaya
38 Telor ayam 500 Berbahaya
39 Jeroan kambing 610 Berbahaya40 Cumi-cumi 1170 Pantang
41 Kuning telur ayam 2000 Pantang
42 Otak sapi 2300 Pantang
43 Otak babi 3100 Pantang
44 Telur burung puyuh 3640 PantangSumber: General Hospital, Singapore
Kolesterol normal dalam darah adalah 160 - 200 Mg. Kolesterol
tinggi akan mengakibatkan penyakit mendadak seperti Hipertensi,
Jantung, Stroke, bahkan kematian (Indriyani, 2009)
Table 2.5 Kadar Kolesterol Yang BaikJenis Kadar Kolesterol Keterangan
Kolesterol total
< 200 Yang diperlukan
200-239 Batas normal tertinggi
> 240 Tinggi
LDL < 100 Optimal
100-129 Mendekati Optimal
130-159 Batas normal tertinggi
22
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
23/70
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
24/70
3. Mengatur pola makan : membatasi makanan berlemak dan
kolesterol tinggi, serta membiasakan banyak mengkonsumsi buah
dan sayur yang banyak mengandung vitamin c dan serat larut
dapat membantu membuat kolesterol. Banyak makan ikan laut
yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk akan membantu
menurunkan kolesterol.
4. Mengubah kebiasaan : meninggalkan kebiasaan-kebiasaan
tidak sehat seperti merokok, minuman beralkohol dan perilaku tidak
sehat lainnya.
D. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Merokok1. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotin
tabacum, nicotin rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
(PP RI No. 81 Tahun 1999, Tentang Pengaman Rokok Bagi
Kesehatan).
Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar kedalam
tubuh dan kemudian menghembuskannya kembali keluar, sehingga
dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitar (Mangoenprasodjo, 2005).
2. Jenis Rokok
Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi
beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus
24
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
25/70
rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan
penggunaan filter pada rokok. (Jaya, 2009)
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun jagung
2) Rokok Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya
berupa daun aren
3) Sigeret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
kertas
4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun tembakau.
b. Rokok berdasarkan bahan baku
1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya
hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan
rasa dan aroma tertentu.
2) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya
berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya
berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya
25
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
26/70
1) Sigeret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan
menggunakan tagan dan atau alat bantu sederhana.
2) Sigeret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses
pembuatannya menggunakan mesin.
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter
1) Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian
pangkalnya terdapat gabus
2) Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian
pangkalnya tidak terdapat gabus.
3. Jenis Perokok
Menurut Mangoenprasodjo 2005, jenis perokok dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu :
a. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah seorang perokok yang langsung
menghisap rokok baik rokok jenis kretek, cerutu maupun rokok
putih.
b. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok tetapi
harus turut merasakan akibat buruk dari rokok yang dibakar.
Perokok pasif ini bisa dikatakan tidak punya pilihan selain harus
turut menelan asap rokok yang dimiliki para perokok.
4. Tipe Perokok
26
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
27/70
Tipe perokok dibedakan berdasarkan banyaknya jumlah batang
rokok yang di hisap dalam perhari. Menurut Bustan (2000) tipe
perokok di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Perokok ringan : jika merokok kurang dari 10 batang per
hari.
b. Perokok sedang : jika merokok 10-20 batang per hari
c. Perokok berat : jika merokok lebih dari 20
batang per hari.
5. Racun Dalam Rokok
Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan
racun dalam rokok membahayakan kesehatan seseorang. Baik
asap yang dihisap langsung saat merokok (mainstream smoke)
maupun yang keluar dari ujung rokok (sidestream smoke), sama-
sama mengandung bahan kimia beracun, seperti : nikotin, ter,
nitrous oxide, formaldehyde, acrolein, formic, acid, phenol, carbon
monoxide, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila berinteraksi
dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan penyakit kanker (paru, bibir, mulut, kerongkongan,
dan usus), penyakit jantung dan penyakit paru kronis. Paling tidak
rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia. Lima puluh
sembilan bahan kimia di antaranya memiliki racun (toksik),
karsinogenik (bersifat memicu timbulnya kanker) dan bersifat
mutagenik (mengubah sifat sel). Pada tabel 2.2 dapat kita lihat jenis
27
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
28/70
senyawa gas yang ada dalam rokok dan kandungannya masing-
masing. (Cahyono, 2008).
Tabel 2.2 Senyawa Gas dalam Asap RokokSenyawa Sifat Senyawa Kadar (mg)
Karbon monoksida Beracun 17.000
Asetaldehida Sangat beracun 800
Nitrogen Oksida Beracun 315
Hydrogen Sianida Sangat beracun 110
Akrolein Sangat beracun 70
Amoniak Beracun 60
FormaldehidSangat beracun &
karsinogenik30
Piridina Beracun 10
Akrilonitril karsinogenik 10
2-nitropropan karsinogenik 0,92
Hidrazina karsinogenik 0,032
Uretan karsinogenik 0,030
Dimetilnitrosamina karsinogenik 0,013
Vinil klorida karsinogenik 0,012
Berbagai senyawanirosamina karsinogenik 0,011
Sumber : Cahyono, 2008
Sebuah penelitian di Universitas Indonesia oleh Dewi
Susana, Budi Hartono, dan Hendra Fauzan tentang kadar nikotin
dalam asap rokok kretek lebih besar dibandingkan dengan rokok
filter. Hal ini dikarenakan pada rokok kretek tidak dilengkapi dengan
filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok
(Susana dkk, 2009).
6. Bahaya/Akibat Rokok Bagi Kesehatan
Organisasi keshatan dunia (WHO) menyatakan, tembakau
membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan
28
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
29/70
akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. dari jumlah itu, 70%
korban berasal dari Negara berkembang. Lembaga demografi UI
mencatat, angka kematian yang disebabkan oleh rokok tahun 2004
adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa perhari atau sekitar 22.5 %
dari total kematian di Indonesia (Waluyo, 2009). Risiko stroke
meningkat 2-3 kali pada perokok, efek rokok bisa bertahan 5-10
tahun (Junaidi, 2004).
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Kodya dan Roemani Muhammadiyah Semarang
menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko
terjadinya stroke dengan nilai rasio prevalensi = 1,489 [ 95%(1,090
2,0330)] yang artinya bahwa orang yang memiliki kebiasan
merokok berpeluang terserang stroke 1,489 kali dibandingkan yang
bukan perokok (Mondana, 2008).
Keparahan penyakit yang ditimbulkan akibat rokok berhubungan
langsung dengan banyaknya rokok yang dihisap, berapa lama atau
tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri,
apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti
(Jaya, 2009).
Perokok berat dalam jangka panjang menyebabkan darah
mengental. Darah kental menghambat aliran darah, termasuk aliran
darah ke sel-sel saraf otak. Kebutuhan sel-sel saraf otak akan zat
29
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
30/70
gizi dan oksigen menjadi terganggu. Dan ini memicu serangan
stroke (Waluyo, 2009).
Kebiasaan merokok kemungkinan untuk menderita stroke lebih
besar, risiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan
merokok. Pada The Physician Health Study, suatu penelitian
kelompok (kohort) yang bersifat prosfektif pada 22.071 laki-laki;
diperoleh data untuk perokok kurang dari 20 batang per hari resiko
stroke sebesar 2.02 kali, perokok lebih dari 20 batang per hari
beresiko stroke 2.52 kali dibandingkan bukan perokok. Wanita
perokok juga mempunyai resiko lebih besar. Wanita perokok juga
mempunyai risiko terken stroke lebih besar. Pada penelitian
prospektif kohort pada 118.539 perawat berumur 30-35 tahun,
yang, merokok kurang dari 15 batang per hari resiko 2,2 kali.
Perokok lebih dari 25 batang atau lebih berisiko 3,7 kali dibanding
bukan perokok. Risiko perokok terkena infrak serebral 1,9 kali.
Tekanan perdarahan subarakhonid 2,9 kali. Dan perdarahan
intracranial sebesar 0,7 kali. Merokok berefek pada proses
pembentukan plak aterosklerotik hematologik dan reologik (Junaidi,
2004).
Penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukan bahwa 64,8%
pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok.
Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar
wanita di Jakarta sudah merokok (Tandra, 2006).
30
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
31/70
Dalam dua dekade terakhir prevalensi perokok usia muda atau
usia pertama kali merokok terus meningkat pesat. Menurut data
pada Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah perokok pemula, yakni
umur 5-9 tahun , naik secara signifikan. Hanya dalam tempo tiga
tahun (2001-2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4
menjadi 2,8 persen. (Supeno, 2008).
Data tersebut didukung oleh hasil penelitian Lembaga Penelitian
Masyarakat (LPM) Universitas Andalas mengenai pencegahan
merokok bagi anak di bawah 18 tahun, yang dilakukan di kota
Padang menunjukkan lebih dari 50 % responden memulai merokok
sebelum usia 13 tahun. Intinya, bila sebelumnya anak merokok
pertama kali pada usia belasan tahun, sekarang bergeser menjadi
5 9 tahun atau rata-rata 7 tahun (Supeno, 2008).
Mereka merokok pada usia dini karena lingkungan
mengkondisikan demikian. Di tingkat negara tidak ada aturan yang
mengendalikan peredaran tembakau. Di rumah orang dewasa
merokok tanpa mempedulikan kesehatan anak-anak. Di sekolah
kita sering mendapati seorang guru mengajar sambil merokok. Di
masjid kita lihat ustad atau kiai tanpa beban tetap merokok. Di
mana-mana, di setiap ruang publik anak-anak melihat para tokoh
idola mereka seperti penyanyi, bintang sinetron, tokoh politik juga
merokok, membuat mereka ingin tahu dan ingin mencoba, hingga
akhirnya ketagihan (Supeno, 2008).
31
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
32/70
Table 2.3 : Prevalensi perokok menurut kelonpok umur, Di
Indonesia pada tahun 2001
Kelompok Umur Banyaknya Prevalensi10-14 1216 2,1
15-19 1925 18,9
20-24 2165 32,2
25-29 1778 32,0
30-34 1631 33,9
35-39 1587 33,3
40-44 1414 34,1
45-49 1011 38,0
50-54 918 34,1
55-59 493 38,5
60-64 430 39,3
65 + 502 33,7
Sumber : Penelitian Prevalensi Rokok di Indonesia, tahun 2001, Puslibang Depkes.
Semakin lama kebiasaan meokok yang dimiliki maka semakin
banyak pula racun yang tertimbun di dalam tubuh, zat zat yang
terkandung dalam rokok seperti nikotin dan karbonmosokarida
akan merusak pembuluh darah. Pembuluh darah yang rusak ini
membuat kolesterol mudah terperangkap dan tertimbun pada
dinding pembuluh darah. Timbunan kolesterol yang makin lama
makin banyak akan menyebabkan pembuluh darah makin sempit
sehingga aliran darah tidak lancar sehingga berpotensi terserang
penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke (Adib, 2009).
Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari oleh
perokok maupun bukan perokok. 90% perokok pernah mencoba
untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang yang berhasil untuk
32
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
33/70
menghentikannya (Bustan, 2000). Sesungguhnya risiko stroke
menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat
jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. (Junaidi,
2004).
Berhenti merokok mungkin dapat dilakukan dengan cara :
(Bustan, 2000)
a. Menurunkan jumlahnya secara bertahap
b. Berhenti cold trukey
c. Mencari bentuk penggantinya, misalnya gula-gula
d. Dan berbagai cara lainnya.
E. Tinjauan Umum Tentang Olahraga
1. Pengertian Olahraga
Olahraga menurut hakekatnya adalah aktivitas otot-otot besar
yang menggunakan energi tertentu untuk meningkatkan kualitas
hidup. Menurut Keppres No.131 tahun 1962, Olahraga adalah
segala usaha untuk mendorong, membangkitkan,
mengembangkan, dan membina kekuatan jasmani dan rohani
manusia.
Olahraga dapat dikatakan secara terminology umum dari semua
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan jasmani. Dalam UU
No. 3 Tahun 2005 mendefinisikan bahwa olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan social.
33
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
34/70
2. Olahraga dan Kesehatan
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan
hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti
meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, gerak
(Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-
menerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk mempertahankan
hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat
ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat
dinikmati dan bermanfaat bagi kesehatan pada mereka yang
melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton
olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton
orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya
berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari
olahraga bagi kesehatannya. (Irianto, 2004)
Kurang atau tidak olahraga merupakan salah satu faktor resiko
utama penyakit tidak menular. Gaya hidup kurang olahraga
(sedentary life style) akan membewa berbagai macam resiko
penyakit dan kekurang-sehatan. Sementara itu, dengan olahraga
diharapkan olahraga akan menjadi proteksi terhadap berbagai
gangguan penyakit/kesehatan. Olahraga menjadi faktor protektif
untuk hipertensi, penyakit jantung, stroke, DM type 2, kegemukan,
osteoporosis dan kanker (Cahyono, 2008).
34
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
35/70
Banyak orang berfikir bahwa setiap menggerakkan badan
berarti sudah melakukan olahraga. Memang tidak ada kriteria
spesifik apa yang disebut olahraga ringan, sedang atau berat.
Olahraga yang ideal adalah olahraga yang dapat meningkatkan
ketahanan jantung, resfirasi, disamping juga melatih ketahanan dan
kekuatan otot (Cahyono, 2008).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa seseorang yang
memiliki kebugaran tubuh dan tetap menjaga pola makan memiliki
usia lebih panjang karena melalui olahraga, cadangan lemak akan
lebih banyak dibakar. Efek positif pada keadaan tersebut membuat
kadar kolesterol LDL akan menurun, kadar HDL meningkat dan
berat badan relatif proporsional (Iriyanto, 2004).
Melalui olahraga, frekuensi d enyut nadi berkurang dan
tekanan darah menurun. Secara kumulatif olahraga memberikan
perlindungan terhadap berbagi penyakit. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Eropa pada 22.602
subyek menunjukan bahwa aktivitas fisik dan olahraga dapat
menurunkan risiko terjadaianya stroke (Waluyo, 2009).
Olahraga memerlukan suatu ukuran tertentu agar dapat
memberikan kebugaran jasmani, ukuran olahraga dinilai
berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan, intensitas, frekuensi,
dan lamanya berolahraga. Olahraga yang tidak sesuai dengan
patokan, maka yang didapatkan hanya kegembiraan saja,
35
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
36/70
sementara kebugarannya tidak diperoleh. Akibatnya walaupun
seseorang sudah merasa berolahraga, tubuhnya tidak sesehat
yang diharapkan (Cahyono, 2008).
Departemen kesehatan melalui survey kesehatan nasional
(Surkesnas), tahun 2001, melakukan penelitian prevalensi kegiatan
fisik. Ditemukan masih tingginya prevalensi masyarakat yang
kurang atau tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin dalam
kegiatan atau kehidupannya sehari-hari. Dalam table 2.6 disajikan
persentase responden surkesnas yang menggunakan waktunya
per hari untuk kegiatan banyak duduk (inaktif). Sebanyak 59%
kelompok laki-laki melakukan kegiatan inaktif, sedangkan
perempuan mencapai 64%. (Waluyo, 2009).
Table 2.6 : Persentase Waktu Inaktif Menurut Jenis Kelamindan Kelompok Umur
Kel.Umur (th) Laki-laki (%) Perempuan (%)
15-24 63,5 66,7
25-34 58,5 62,7
35-44 57,8 60,3
45-54 56,2 60,4
55-64 55,6 64,5Kel.Umur (th) Laki-laki (%) Perempuan (%)
65+ 62,2 71,0
Total 59,2 63,6
Sumber : SKRT 2001, Depkes.
3. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan
36
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
37/70
Manfaat umum dari kegiatan olahraga buat kesehatan dapat
berupa : (Bustan, 2000 dan Indriyani, 2009)
a Memperlancar aliran sirkulasi darah
b Membantu pencernaan
c Menguragi keletihan dan memperbaiki ketahanan tubuh
d Memperkuat otot-otot, tulang dan jaringan ligamen.
e Memperindah tubuh
f Dapat mengurangi bunyi napas waktu tidur
g Membantu menyeimbangkan emosi
h Mempertajam kekuatan mental
i Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit
j Memperbaiki kepercayaan diri.
k Meningkatkan sensitivitas insulin.
Tabel 2.7 Keuntungan Melakukan Kegiatan OlahragaKeuntungan Efek
Perbaikanjarinagn fungsiparu
1. Peningkatan ambilan oksigen2. Penurunan kebutuhan oksigen jantung padaintensitas tertentu3. Penurunan frekwensi jantung dan tekanan darah4. Peningkatan cadangan pernafasan
Berkurangnyafaktor risikopenyakit jantung
koroner
1. Penurunan tekanan darah2. Peningkatan kadar kolesterol HDL dan penurunankadar trigliserida dalam darah
3. Penurunan lemak badan dan berat badan4. Penurunan kebutuhan insulin, perbaikan toleransiglukosa
Keuntungan Efek
Penurunanangka kematiandan kesakitan
1. Pencegah primer : menurunkan kejadian PJK2. Pencegahan skunder
- Memperpanjang usia- Mengurangi serangan jantung
Keuntungan lain 1. Berkurangannya rasa cemas dan depresi2. Bertambahnya perasaan sehat3. Bertambahnya prestasi kerja4. Menurunkan risiko osteoporosisi
Sumber : Hahn Ra, J. Am. Med. Assoc. 264 ; 2654 2659, 1990
37
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
38/70
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
39/70
berat, dibutuhkan lebih lama lagi untuk sembuh sempurna.
Dengan memberikan waktu bagi otot untuk sembuh, itu dapat
membuat otot menjadi lebih kuat.
b. Intensitas
Intensitas mengandung arti berat beban latihan yang diberikan
tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Sebaiknya
olahraga yang dilakukan bersifat ringan hingga sedang yaitu
60%-70% MHR (Maximun Heart Rate atau detak jantung
maksimum) olahraga dengan intensitas seperti ini sudah cukup
memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung karena
bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan
menyebabkan kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika
latihan dibawah 70% maka efek latihan sangat sedikit atau
kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat.
Perhitungan MHR adalah 220 - umur. Contohnya, target untuk
orang yang berusia 40 tahun adalah 220 - 40 = 180. Enam puluh
(60) % dari nilai tersebut adalah 108. Ini berarti selama latihan
diusahakan agar denyut nadi berkisar 108 kali hingga 126 kali
per menit.
c. Time/ Tempo
Tempo latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya
latihan yang diberikan agar memberikan manfaat. Penelitian-
penelitian menunjukan, lama latihan antara 20-30 menit sudah
cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak 35% bila
39
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
40/70
dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu
setengah bulan. Maka latihan-latihan yang serupa selama 6
bulan akan menghasilkan peningkatan kemampuan sampai
optimal. Makin lama seorang berlatih pada dosis latihan yang
dianjurkan berarti makin tahan jantungnya. Makin lama latihan
berarti semakin banyak darah yang dialirkan, semakin banyak
pula oksigen yang dipakai atau didistribusikan keseluruh tubuh.
Latihan yang dilakukan 30 menit akan memberikan efek bagi
kita, disatu pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak
akan membantu memecahkan metabolisme lemak dan
kolesterol. Dengan demikian siapapun yang berolahraga dengan
baik dan benar artinya mampu meningkatkan kesegaran jasmani
sampai ketingkat baik. Selain bugar merekapun telah melakukan
tindakan preventif. Toleransi waktu maksimal yang digunakan
untuk berolah raga adalah 3060 menit.
d. Tipe
Olahraga secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu olahraga aerobik (dengan oksigen) atau anaerobik (tanpa
oksigen). Hampir semua olahraga adalah kombinasi dari kedua
macam tersebut. Berikut akan dijelaskan perbedaan kedua
macam olahraga tersebut :
1) Olahraga aerobik: Istilah ini digunakan untuk olahraga yang
membutuhkan oksigen dari udara untuk dapat
menggerakkan otot-otot, sehingga membuat jantung & paru-
40
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
41/70
paru bekerja lebih keras dari yang biasanya. Berjalan kaki,
berlari, bersepeda, & berenang yang dilakukan dalam waktu
lama adalah contoh olahraga aerobik. Olahraga jenis ini lebih
bagus untuk membakar kalori & meningkatkan fungsi jantung
dibandingkan olahraga anaerobik. Tetapi, olahraga jenis ini
kurang bagus untuk meningkatkan kekuatan atau
membentuk otot-otot.
2) Olahraga anaerobik: Berbeda dengan olahraga
aerobik, olahraga jenis ini menggunakan sumber energi di
otot yang dibakar tanpa oksigen dari udara. Olahraga jenis
ini membutuhkan latihan yang lebih sering dalam waktu yang
lebih singkat. Contohnya adalah angkat beban. Olahraga
jenis ini membakar kalori dalam jumlah yang lebih sedikit dari
olahraga aerobik. Tetapi, olahraga jenis ini bagus untuk
meningkatkan kekuatan atau membentuk otot-otot rangka.
Dalam waktu yang lama, massa otot rangka yang bertambah
banyak membuat berat badan turun karena massa otot
rangka yang lebih banyak membutuhkan kalori lebih banyak.
Untuk memperkuat jantung, olahraga harus dilakukan
dengan intensitas yang cukup tinggi. Intensitas dirasakan
cukup ketika denyut jantung per menit meningkat sebanyak
20 kali per menit dari yang normal, disertai nafas berat &
keringat dalam jumlah banyak (dalam udara yang tidak
panas). Sedangkan untuk menilai tingginya intensitas adalah
41
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
42/70
ketika tubuh sudah tidak mampu melakukan gerakan
olahraga yang sama lagi.
5. Tahapan-Tahapan Dalam Berolahraga
Setiap kali berolahraga hendaknya memperhatikan dan
mengikuti tahapan-tahapan yang telah ada. Adapun tahapan-
tahapan yang dianjurkan, yaitu : (Suara Pembaharuan, 2002).
a. Pemanasan (warm up)
Latihan ini dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan
tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum
memasuki latihan yang sebenarnya. Tujuan latihan ini adalah
menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung
mendekati intensitas latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga.
Lama pemanasan biasanya 5 - 10 menit.
b. Latihan inti (conditioning)
Pada tahap ini, denyut nadi diusahakan mencapai target
seperti yang ditulis di atas. Bila target tersebut tidak tercapai,
maka tidak ada manfaatnya, sebaliknya bisa melebihi target
yang telah ditentukan, akan menimbulkan resiko yang tidak
diinginkan.
c. Pendinginan (cool down)
Sebaiknya setiap selesai melakukan olahraga dilakukan
pendinginan untuk mencegah terjadinya penimbunan zat-zat
racun yang dikeluarkan sewaktu berolahraga atau pusing-
42
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
43/70
pusing karena darah masih terkumpul di otot yang aktif.
Penimbunan asam laktat dapat menimbulkan rasa nyeri pada
otot sesudah berolahraga. Bila olahraga yang dilakukan adalah
jogging maka pada pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk
beberapa menit. Bila bersepeda, tetap mengayun sepeda tanpa
beban. Lama pendinginan kurang lebih 5 - 10 menit, hingga
denyut nadi mendekati detak jantung waktu istirahat.
Olahraga yang dimaksud bagi penderita yang berisiko stroke
adalah tingkat kegiatan fisik yang sedang-sedang saja seperti
berjalan, jalan cepat, bersepeda, berkebun, membersihkan rumah,
berdansa dan bowling. Bila dilakukan secara teratur akan memberikan
manfaat namun tidak kontinyu. Sebaiknya hindarkan olahraga atau
kegiatan yang memaksa dan berkepanjangan karena
mengakibatkan beban berlebihan pada tubuh terutama jantung
(Sustrani dkk, 2004).
F. Tinjauan Umum Tentang Stress
Menurut Munandar (2001), stress adalah suatu kekuatan yang
mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan
dalam diri seseorang. Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi. Stress
43
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
44/70
merupakan segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri karena itu
sesuatu yang menggangu keseimbangan kita.
Stress merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap
setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari,
setiap orang mengalaminya, stress memberi dampak secara total pada
individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual,
stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stress emosional
dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi
dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress
sosial akan menggangu hubungan individual terhadap kehidupan.
(Rasmun, 2004)
Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor
adalah suatu peristiwa, situasi individu atau objek yang dapat
menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Stressor yang
berkepanjangan akan menggangu individu, misalnya menimbulkan
rasa tidak sejahtera atau mengganggu keseimbangan hidup seseorang
sehingga menimbulkan dampak yang merugikan (Lukluka, 2008).
Usia yang rentan terserang stress karena menghadapi dinamika
kehidupan yaitu pada usia produktif. Mereka yang produktif sering
berhadapan dengan tantangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa
berpotensi stress. Selain lingkungan social yang makin kompleks,
44
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
45/70
kebiasaan orang diusia produktif yang tidak selektif dalam konsumsi
makana juga mempengaruhi tingkat stress (Aminullah, 2008)
Menurut Mahsun (2004) ada dua jenis stress yaitu :
a. Eustress, yaitu hasil dari responden terhadap stress yang
bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal
tersebut temasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kempuan adaptasi
dan tingkatperformance yang tinggi.
b. Distress yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat
tidak sehat, negative dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan
kematian.
Menurut Santrock dalam Indri Kamela 2007, faktor-faktor yang
Mempengaruhi/Menyebabkan Stress yaitu :
a. Faktor Lingkungan
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Istilah yang sering digunakan untuk beban yang terlalu berat di
masa kini adalah burnout, perasaan tidak berdaya, tidak
memiliki harapan, yang disebabkan oleh stress akibat pekerjaan
yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa
sangat kelelahan secara fisik dan emosional. Berbagai stimulus
bukan hanya dapat menjadi beban yang terlalu berat, namun
45
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
46/70
juga bisa menjadi sumber konflik. Konflik terjadi ketika
seseorang harus mengambil keputusan dari dua atau lebih
stimulus yang tidak cocok. Tiga tipe konflik utama adalah :
a) Mendekat (approach/approach conflict), terjadi bila
individu harus memilih antara dua stimulus atau keadaan
yang sama menarik. Konflik mendekat/mendekat adalah
konflik yang tingkat stresnya paling rendah dibandingkan
dua tipe konflik lainnya karena dua pilihannya memberikan
hasil yang positif.
b) Menghindar/menghindar (avoidance/avoidance
conflict), terjadi ketika individu harus memilih antara dua
stimulus yang sama-sama tidak menarik, yang sebenarnya
ingin dihindari keduanya, namun mereka harus memilih
salah satunya. Pada banyak kasus, individu memilih untuk
menunda mengambil keputusan dalam konflik
menghindar/menghindar sampai saat-saat terakhir.
c) Mendekat/menghindar (approach/avoidance conflict),
terjadi bila hanya ada satu stimulus atau keadaan namun
memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif. Bila
dihadapkan dalam konflik seperti ini (timbul dilema),
biasanya individu merasa bimbang sebelum mengambil
keputusan. Ketika waktunya untuk mengambil keputusan
semakin dekat, kecenderungan untuk menghindar biasanya
semakin mendominasi
46
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
47/70
d) Frustasi adalah situasi apapun dimana individu tidak
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kegagalan dan
kehilangan adalah dua hal yang terutama membuat frustasi.
2) Kejadian besar dalam hidup dan gangguan sehari-
hari
b. Faktor-Faktor Kepribadian
Pola Tingkah Laku Tipe A (type A Behavior Pattern)
Adalah sekelompok karakteristik rasa kompetitif yang
berlebihan, kemauan keras, tidak sabar, mudah marah , dan sikap
bermusuhan yang dianggap berhubungan dengan masalah
jantung. Penelitian mengenai pola tingkah laku tipe A pada anak-
anak dan remaja menemukan bahwa anak-anak dan remaja
dengan pola tingkah laku tipe A cenderung menderita lebih banyak
penyakit, gejala gangguan jantung, ketegangan otot, dan gangguan
tidur, dan bahwa anak-anak dan remaj dengan tipe A biasanya
memiliki orang tua yang juga memiliki pola tingkah laku A
c. Faktor-Faktor Kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung pada bagaimana
individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara
kognitif. Pandangan ini telah dikemukan oleh peneliti bernama
Richard Lazarus (1966, 1990, 1993).
Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah istilah yang
digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu
terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu
47
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
48/70
yang berbahaya, mengancam, atau menantang dan keyakinan
mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi
suatu kejadian dengan efektif.
Menurut pandangan Lazarus, berbagai kejadian dinilai dua
langkah :
1) Penilaian primer ( primary appraisal), mengartikan
apakah suatu kejadian mengandung bahaya atau menyebabkan
kehilangan, menimbulkan suatu ancaman akan bahaya di masa
yang akan datang atau tantangan yang harus dihadapi.
a) Bahaya (harm), penilaian terhadap kerusakan yang
sudah diakibatkan oleh suatu kejadian.
b) Ancaman (threat), penilaian terhadap kerusakan yang
berpotensi terjadi di masa yang akan datang akibat suatu
kejadian.
c) Tantangan (challenge), penilaian terhadap potensi
untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan akibat
suatu kejadian dan mengambil keuntungan secara maksimal
dari kejadian tersebut.
2) Penilaian sekunder (secondary appraisal),
mengevaluasi potensi atau kemampuan dan menentukan
seberapa efektif potensi atau kemampuan yang dapat
digunakan untuk menghadapi suatu kejadian.
Lazarus percaya bahwa pengalaman stres adalah
keseimbangan antara penilaian primer dan sekunder. Ketika
48
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
49/70
bahaya dan ancaman tinggi, sementara tantangan dan sumber
daya yang dimiliki rendah, stres cenderung akan menjadi berat;
bila bahaya dan ancaman rendah, dan tantangan serta sumber
daya yang dimiliki tinggi, maka stres akan cenderung menjadi
ringan atau sedang
d. Faktor-Faktor Sosial Budaya
1) Stres akulturatif
Akulturasi (acculturation) mengacu pada perubahan
kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak langsung yang
sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang
berbeda. Sedangkan stres akulturatif (acculturative) adalah
konsekuensi negatif dari akulturasi.
2) Status sosial ekonomi
Tekanan stress (stressor) akan membebani individu dan akan
mengakibatkan gangguan keseibangan fisik maupun psikis. Batas
kritis tekanan yang menimbulkan stress sangat bervariasi antar
individu (Hartono,2007).
Perubahan yang terlalu besar dan cepat dibandingkan dengan
kemampuan kita untuk menerimanya bisa menimbulkan stress. Secara
umum semakin banyak peristiwa yang kita alami dalam kurun waktu
tertentu dan semakin tinggi tingkat stresnya, maka akan semakin
banyak stress yang dialami, baik dalam emosi maupun fisik. Beratnya
tingkat stress juga dipengaruhi oleh pentingnya kejadian dan
perubahan yang dialami. Stress dapat timbul akibat peristiwa yang
49
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
50/70
menggembirakan, seperti menikah, memenangkan hadiah uang,
mendapat bayi, ataupun peristiwa yang menyedihkan seperti
kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau sakitnya seorang anggota
keluarga (Wilkinson, 2002).
Dalam setiap tahun kita harus menghadapi banyak
persoalan/cobaan yang tidak dapat dihindari. Ahli ilmu jiwa Amerika
Dr.Thomas Holmes dari Universitas Washington melakukan penelitian
dengan membuat daftar cobaan/peristiwa kehidupan guna menyelidiki
pengaruhnya terhadap kesehatan badan dan jiwa. Sesuai dengan
pengaruhnya dia telah memberikan berbagai nilai untuk berbagai
peristiwa. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam setahun tidak boleh
lebih dari 300. Bila angka sebanyak 300 sudah tercapai dia mengamati
timbulnya gejala sakit yang serius, seperti serangan jantung dan
depresi ( Machfoedz, 2008).
Tabel 2. 8 Peristiwa KehidupanPeristiwa Kehidupan Nilai
Kematian suami/istri 100
Perceraian 73
Hidup terpisah dalam perkawinan 65
Hukuman penjara 63
Kematian anggota keluarga dekat 63
Luka atau sakit (diri sendiri) 58
Perkawinan 50Dipecat dari perusahaan (PHK) 47
Rukun kembali antar suami istri 45
Pensiun 45
Peristiwa Kehidupan Nilai
Perubahan kesehatan anggota keluarga 44
Kehamilan 40
Masalah seksual 39
Mendapat anggota keluarga baru 39
Penyesuaian kembali dalam bisnis 39
Perubahan situasi keuangan /status ekonomi 38
Kematain teman dekat 37
50
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
51/70
Perbaikan kebiasaan 37
Perubahan bidang pekerjaan / ganti pekerjaan 36
Bertengkar dengan pasangan 35
Hutang lebih dari 10 jt 31
Penyitaan barang yang didigadaikan 30Perubahan tangguang jawab pada pekrjaan/ganti jabatan 29
Masalah dengan keluarga suami/istri 29
Anak tinggalkan rumah 29
Prestasi istimewa 28
Pasangan berhenti/mulai bekerja 26
Muali atau mengakhiri sekolah 26
Perubahan kondisi kehidupan/tempat tinggal 25
Mengubah kebiasaan pribadi 24
Masalah dengan bos 23
Pindah rumah, sekolah, rekreasi 20
Perubahan kegiatan keagamaan 19
Perubahan kegiatan sosial 18
Hutang kurang dari 10 juta 17
Perubahan kebiasaan tidur 16
Perubahan kebiasaan makan 15
Cuti 13
Liburan 12
Pelanggaran hukum ringan 11Sumber :Lukluka, Zuyina dan Siti Bandiyah. 2008
Skor : cara menentukan tingkat stres adalah dengan menjumlahkan
item stres yang sesuai. Dan menyesuaiakan dengan patokan nila
150 199 : tergolong stress ringan
200 299 : tergolong stress sedang
300 : tergolong stress berat
Menurut Potter dan Perry dalam Rasmun (2004), telah
menghubungkan tingkat stress dengan kejadian sakit :
1. Stres Ringan : biasanya tidak merusak aspek fisiologis,
stress ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya :
lupa, ketiduran, kemacetan dan dikritik. Situasi seprti ini biasanya
berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam.
2. Stress Sedang : terjadi lebih lama beberapa jam sampai
hari, misalanya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang
51
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
52/70
berlebihan, mengharapkan pekerjaan yang baru, anggota keluarga
pergi dalam waktu yang lama.
3. Stres Berat : adalah stress kronis yang terjadi beberapa
minggu sampai tahun, miasalnya hubungan suami istri yang tidak
harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik lainnya.
Stres bisa memicu stroke karena stres meningkatkan adrenalin.
Adrenalin akan memicu tubuh untuk menghasilkan energi yang
diperoleh dari pembakaran lemak. Pembakaran lemak akibat stres
menyebabakan kadar lemak dalam darah menjadi tianggi. Hal ini
dikarenakan kendaraan pengangkut untuk membuang lemak yaitu high
density lipoprotein (HDL) tidak ikut meningkat. Hal tersebut berbeda
dengan pembakaran lemak karena berolahraga. Pembakaran pada
saat berolahraga ikut meningkatkan kadar HDL dalam darah sehinga
lemak yang terbakar akan dibuang keluar dari tubuh (Indriasari, 2005).
Menurut ahli spesialis syaraf dr. Syfrizal A, SpBs menyatakan
bahwa stres dapat menyumbang 20% penyebab stroke. Stroke yang
tidak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kolesterol
daam darah sehingga rentan terhadap terjadiya serangan stroke
(Budiman, 2006).
Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004), Stress dapat
bersumber dari beberapa hal, yaitu :
1. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam pencapaian tujuan karena
adanya hambatan. Frustasi ada yang bersifat intristik (cacat badan,
52
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
53/70
dan kegagalan usaha) dan ekstrensik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan, dll).
2. Konflik Peran
Tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan atau tujuan. Para wanita yang bekerja dikabarkan
sebagai pihak yang mengalami stress lebih tinggi dibandingkan
dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik
peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.
3. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan
dapat berasal dari dalam individu, misalanya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu,
misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu
rengking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebih
kepada suami.
4. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan
stress kepada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,
kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi. Hal ini dapat
53
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
54/70
membuat seseorang menghadapi perasaan yang kritis yang dapat
menimbulkan stress.
Beberapa gejala awal akibat stress dapat dibagi menjadi
keluhan somatik, psikis dan gangguan psikomotor dengan atau tanpa
gejala psikotik. (Hartono, 2007)
1. Keluhan somatik (sakit)
a. Gangguan cerna
b. Nyeri dada atau debar jantung
c. Insomnia berupa sulit tidur atau tidur tapi mudah terbangun
d. Gangguan yang tidak spesifik seperti sakit kepala atau tidak
nafsu makan
e. Nyeri otot, letih, lesu, tidak bergairah.
2. Keluhan psikis
a. Putus asa, merasa masa depan suram
b. Sedih dan merasa suram
c. Inplusifdan mudah marah
d. Selalu tegang dan suka menyendiri
3. Gangguan psikomotor
a. Gairah kerja/belajar menurun
b. Mudah lupa dan konsentrasi berkurang.
Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia menunjukan bahwa
kaum hawa lebih rentan terserang stres dibandingkan kaum adam.
Umumnya mereka yang menderita stres berada dalam kisaran usia
54
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
55/70
produktif. Yang dipicu oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial-
lingkungan dan psikologis (Wilkinson, 2002).
Akan tetapi hampir semua orang pernah mengalami stres.
Stres merupakan hal yang wajar. Disatu sisi, stres dapat mengganggu
keseimbangan hidup seseorang, tetapi disisi lain stres merupaan
salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai
cita-citanya. Bila stres dikelola dengan baik stres justru dapat
meningkatkan vitalitasme, optimisme, pandangan hidup yang positif,
ketahanan mental dan fisik serta dapat meningkatkan produktivitas
dan kreatifitas (Wilkinson, 2002).
Tanpa pernah disadari, gaya hidup yang dijalani juga membuka
peluang lebih besar untuk stress. Adapun gaya hidup yang berpotensi
membuat seseorang menjadi stress yaitu : (Hartono, 2007)
1. Terlalu banyak bekerja tanpa keseimbangan
Bekerja giat tanpa jeda sangat memungkinkan membuat
stress. Menngaku seorang workaholic ? tidak masalah jika
workaholic itu berjalan seimbang dengan kehidupan yang lain
seperti melakukan olahraga, hobi atau hal-hal di luar pekerjaan.
2. Rutinitas yang monoton
Jadwal kegiatan yang monoton dan rutin dapat
mengeringkan emosi atau suasana hati. Rutinitas membuat kita
hidup seperti dalam auto mode dan membuat kita tidak dapat
menikmati hidup. Membuat kita menjadi sensitive, merasa buntu,
sehingga stress tersebut mmuncul.
55
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
56/70
3. Tidak ada supportive resources
Menampuk tanggung jawab besar sangat memungkinkan
membuat kita terbebani. Pemikiran seperti jika saya cuti sehari,
maka semua pekerjaan menjadi berantakan justru membuat stress
dan depresi. Percayalah pada rekan-rekan anda. Jika pekerjaan
anda banyak delegasikan saja tugas tersebut kepada rekan.
4. Kurang dukungan sosial
Keterasingan tanpa memiliki seseorang sebagai tempat
untuk bercerita ketika mengalami masalah, bisa menjadi factor
pendorong stress.
5. Tidak ada waktu untuk hobi
Sebagai seorang yang sedang mengejar karir, sepertinya
waktu untuk melakukan hobi seakan terasa seperti membuang
waktu saja. Padahal hobi sangat baik agar kita merasa rileks dan
santai. Mereka yang tidak pernah meluangkan waktu untuk santai
atau rileksasi cenderung cepat stress ketima menghadapi masalah.
6. Kurang tidur
Orang biasanya tidak menyadari pentingnya memenuhi
kebutuhan waktu tidur, kita menjadi tidak konsentrasi, tidak
produktif dalam bekrja, dan cepat emosi ketika mengatasi maslah.
Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, bukan tidak
mungkin anda mengalami stress.
7. Kurang waktu luang
56
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
57/70
Bagian dari hidup sehat adalah memiliki waktu luang.
Manfaatkan sebaik-baiknya waktu luang dengan aktivitas yang
menyenangkan. Aktivitas tersebut dapat memberikan selingan
segar dari maslah-masalah dalam hidup.
Pada hakekatnya, stres dapat dikendalikan secara dini bila
seseorang menyadari datangnya stres di awal. Mengelola stres
mungkin dapat dilakukan dengan cara : olahraga, relaksasi,
meditasi, yoga, aroma terapi dan lain-lain (Hartono, 2007).
G. Kerangka Teori
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komleks,
yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar dari
kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini
Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas sebagai berikut :
(Notoatmodjo, 2003)
57
Keturunan
Lingkungan :- Fisik- Sosial,
Ekonomi,budaya, dsb
StatusKesehatan
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
58/70
Gambar 2.1 Teori H.L Blum
Keterangan :
1. Lingkungan
Lingkungan dimana seseorang tinggal dan bisa
mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan. Baik lingkungan
fisik, ekonomi, sosial maupun budaya. Pada stroke, misalnya
perokok pasif, mereka tidak merokok tetapi harus turut merasakan
akibat buruk dari rokok yang dibakar oleh orang di sekitarnya.
lingkungan kerja atau sosial yang tidak nyaman, menimbulkan
tekanan-tekanan tersendiri bagi seseorang sehingga seseorang
tersebut menjadi stres. Atau tinggal dilingkungan yang banyak
menjual makanan siap saji, seperti junk food, sea food dll sehingga
orang yang tinggal didaerah tersebut lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya kolesterol sehingga memiliki risiko terkena
stroke akibat konsumsi makanan berkolesterol lebih tinggi.
2. Perilaku
Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup
seseorang yang bisa memicu timbulnya penyakit. Adapun prilaku
58
Perilaku
PelayananKesehatan
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
59/70
yang dapat memicu terjadinya stroke yaitu seperti kebiasaan
merokok, konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol yang
rendah serat, konsumsi alkohol berlebih, sedentary living, kurang
olahraga, dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan
Yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah
kesehatan. Pada stroke, sering kali gejala awal sebagai isyarat
terjadinya stroke diabaikan sehingga korban terlambat
mendapatkan pertolongan sehingga berakibat fatal.
4. Keturunan
Faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian suatu
penyakit. Pada stroke, seperti riwayat keluarga, umur, ras dan jenis
kelamin.
BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
59
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
60/70
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan
pendekatan kasus - kontrol (case control study). Dimana faktor risiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Kasus
adalah subyek dengan karakter efek positif, sedangkan control adalah
subyek dengan karakter efek negative. Subyek dipilih dari subyek
yang sama kondisinya dengan kasus (matching). Yang dimaksud
matching dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin
(Notoatmodjo, 2005).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada bulan Mei 2010.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian
atau obyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah pasien stroke berusia produktif yang berobat di
Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie Samarinda
tahun 2009 yang berjumlah 426 orang. (Rekam medik RSUD AW
Sjahranie, 2009).
60
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
61/70
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang
berusia produktif. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu pengambilan
sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri dan sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005)
Untuk penelitian ini memakai pertimbangan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Kelengkapan data
b. Berdomisili di Samarinda
c. Pasien bersedia menjadi sampel.
d. Berusia produktif ( 15 - 55 tahun)
e. Tercatat sebagai karyawan di instansi pemerintahan
maupun swasta atau bekerja
Pengambilan sampel dilakukan pada 2 kelompok responden
yaitu:
a. Kasus : Pasien yang terdiagnosa menderita stroke pada usia
produktif
b. Kontrol : Pasien yang tidak terdiagnosa menderita stroke pada
usia produktif
Jumlah sampel diambil secara Purposive (non random)
dengan matching usia dan jenis kelamin. Sebanyak 75 orang
diambil sebagai sampel dengan perbandingan jumlah kasus dan
61
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
62/70
kontrol 1 : 1, maka total sampel kasus dan kontrol adalah 150
orang. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan
rumus sebagai berikut : (Budianto, 2002)
Rumus :
n = P . q . Z
L
Keterangan :
n = Besar Sampel
P = Besar Populasi yang diinginkan
q = 1 P
Z = Simpang dari rata-rata didistribusi normal standar
L = Besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang
masih dapat diterima (10%)
Maka :
n = 0,73 x 0,27 x 1,96
0,1
= 0,75
0,01
= 75 Orang
D. Kerangka Konsep Penelitian
Rencana penelitian Case Control Studydapatdigambarkan
sebagai berikut :
62
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
63/70
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
E. Hipotesis Penelitian
63
Kasus (+)
Penderita Stroke
Kebiasaan Merokok (+)
Kebiasaan Berolahraga (+)
Kolesterol (+)Stress (+)
Kebiasaan Merokok (-)
Kebiasaan Berolahraga (-)
Kolesterol (-)
Stress (-)
Kebiasaan Merokok (+)
Kebiasaan Berolahraga (+)
Kolesterol (+)
Stress (+)
Kebiasaan Merokok (-)
Kebiasaan Berolahraga (-)
Kolesterol (-)
Stress (-)
Kontrol (-)Bukan Penderita
Stroke
MatchingUsia dan Jenis
Kelamin
Populasi
Retrospektif
Retrospektif
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
64/70
1 Kolesterol merupakan faktor risiko kejadian stroke usia
produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009
2 Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian stroke
usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009
3 Kebiasaan olahraga merupakan faktor risiko kejadian stroke
usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009
4 Stres merupakan faktor risiko kejadian stroke usia produktif
pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel
Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009
F. Variabel Penelitian
1 Variabel Terikat (dependent) : Kejadian Stroke pada usia
produktif
2 Variabel Bebas (independent) :
a. Kolesterol
b. Kebiasaan Merokok
c. Kebiasaan Olahraga
d. Stres
64
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
65/70
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan-batasan yang berguna
untuk membatasi ruang lingkup variabel yang akan di teliti. Defenisi
operasional berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005).
Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabel Definisi operasional Kriteria objektif Alat Ukur Skala
Stroke Stroke adalah pasien yangdidiagnose dokter mengalamigangguan saraf otak yangdisebabkan oleh kerusakanpembuluh darah di otak(pecah/sumbatan) yangterjadi dalam tempo sekitar24 jam atau lebih. Yangberusia produktif (15-55tahun)
- Kasus : pasien yangdidiagnosa menderitastroke iskemik ataupunhemoragik.
- Kontrol : pasien yangdidiagnosa tidakmenderita stroke
Dataskunderrekammedik
Ordinal
Kolesterol Kadar kolesterol total dalamdarah
- Berisiko : jika memilikitotal kolesterol 240mg
- Tidak berisiko : jikakadar kolesterol < 240mg
Dataskunderrekam
medik
Ordinal
KebiasaanMerokok
Kegiatan atau aktifitasmenghisap batangrokok/merokok dalam sehari
- Berisiko : jika memilikikebiasaan
- Tidak berisiko : jikatidak memilikikebiasaan merokok
Kuesioner Ordinal
65
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
66/70
Variabel Definisi operasional Kriteria objektif Alat Ukur Skala
KebiasaanBerolahraga
Kegiatan atau aktifitasolahraga diluar aktifitas kerjadalam seminggu yang
mengacu pada pedomanFITT (Frekuensi, Intensitas,Time/Tempo, Type) Yangdiawali dengan propsespemanasan dan diakhiridengan pendinginan
- Berisiko : JikaResponden menjawab< 80% dari total
petanyaan
- Tidak Berisiko : JikaResponden menjawab 80% dari totalpertanyaan
Kuesioner Ordinal
Stres Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi yangmenimbulkan tekanan,
perubahan, dan keteganganemosional. Dalam setahunterakhir.
- Berisiko : jika skor 300
- Tidak Berisiko : jikaskor < 300
Angket Nomonal
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
lebih baik hasilnya, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolahnya (Arikunto, 2002)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kuisioner
2. Angket
3. Rekam Medik
66
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
67/70
I. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara
terpimpin yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yaitu
pasien stroke maupun tidak yang berusia produktif yang di
rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie.
b. Data sekunder
Data diperoleh dari dokumen atau laporan instansi terkait
dengan penelitian ini yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel
Wahab Sjahranie.
2. Teknik Pengolahan Data
Beberapa tahapan dalam pengolahan data yaitu :
a. Editing
Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah
diberikan responden. Editing dilakukan di lapangan agar dapat
mempermudah dalam proses melengkapi atau
menyempurnakan data yang kurang.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angkabilangan agar mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entrydata.
67
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
68/70
c. Proccessing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan
juga sudah melewati pengkodingan maka langkah selanjutnya
adalah memproses data agar dapat dianalisis dengan cara
meng-entrydata dari kuesioner ke computer.
d. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada
saat meng-entryke komputer.
J. Analisis Data dan Pengujian Hipotesa
Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner lalu di olah dan
selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, maka digunakan program
SPSS (statistical Product and Service Solutions) 11,5 forwindows dan
selanjutnya data di analisis dengan cara :
1. Analisis Univariat
Analisis univariate dilakukan untuk meperoleh gambaran
tentang tiap-tiap variable yang digunakan dalam penelitian. Setelah
itu data diolah dan disajikan dalam bentuk table frekuensi atau
tabel silang.
2. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis yang
diuji Hipotesis Nol (Ho). Hipotesis diuji dengan tingkat kemaknaan
68
-
8/6/2019 BAB I-III 2003
69/70
= 0,05. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan antara
kasus dan kontrol terhadap faktor - faktor risiko (variabel
independent) dengan rumus Odds Ratio (OR) dengan formulasi
sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Kontingensi 2 x 2
Sumber : Kasjono & Kristiawan, 2008
Rumus Odds Ratio (OR), dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
a = jumlah kasus dengan resiko positif (+)
b = jumlah kontrol dengan resiko positif (+)
c = jumlah kasus dengan resiko negatif (-)
d = ju