BAB I-III 2003

download BAB I-III 2003

of 70

Transcript of BAB I-III 2003

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    1/70

    BAB IPENDAHULAUAN

    A. Latar Belakang

    Seiring laju perkembangan peradaban dimana banyak terjadi

    perubahan pola hidup akan meberikan dampak pula pada pergeseran

    pola penyakit, yaitu dari pola penyakit infeksi bergeser ke pola

    penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang tampak

    menonjol adalah stroke. (Andhriyantoro,2007)

    Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang

    disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai

    sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh

    sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran. (Mahendra, 2005).

    Stroke dapat menyebabkan kecacatan, baik berupa cacat ringan,

    sedang maupun cacat berat, sehingga berakibat pada menurunnya

    kualitas hidup, seperti ; aktifitas hidup sehari-hari terganggu, tidak

    berdaya sehingga membutuhkan bantuan orang lain, menurunnya

    produktivitas kerja yang berdampak pada menurunnya kemampuan

    ekonomi dan lain-lain. Selain akibatnya yang mengerikan,

    pengobatannya pun memakan waktu sangat lama dan biaya yang

    tidak sedikit. (Waluyo, 2009).

    Di dunia angka kejadian stroke diperkirakan ada 200 per 100.000

    penduduk dalam setahunnya. Sedikitnya ada 10% dari 5,5 juta

    kematian di dunia disebabkan oleh penyakit stroke dan 50 juta orang

    yang masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    2/70

    ditimbulkannya (Fadillah, 2008). Berdasarkan data statistik di Amerika

    Serikat, tercatat ada sekitar 750.000 kasus stroke baru. Dari data

    tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang

    Amerika yang terkena serangan stroke. Dimana setiap tahun ada

    sekitar 160.000 penderita stroke meninggal dunia disana (Misbach,

    2005)

    Di Indonesia, menurut data yang dilansir oleh yayasan stroke

    Indonsesia menyatakan bahwa kasus stroke di Indonesia

    menunjukkan kecendrungan yang terus menigkat disetiap tahunnya.

    Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak.

    Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah

    penderita stroke terbesar di Asia. Pada tahun 2004, beberapa

    peneliltian disejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap

    yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang

    dirawat jalan atau yang tidak dibawa ke dokter / rumah sakit tidak

    diketahui jumlahnya. Namun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

    tahun 2007 berhasil mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33

    Provinsi dan 440 Kabupaten. Riskesdas tahun 2007 ini berhasil

    mengumpulkan sebanyak 258.266 sampel rumah tangga perkotaan

    dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran

    berbagai variabel kesehatan masyarakat. Hasilnya stroke merupakan

    pembunuh utama diantara penyakit-penyakit non-infeksi di kalangan

    penduduk perkotaan (Waluyo, 2009). Dari data tersebut sepertiganya

    bisa pulih kembali, sepertiganya mengalami gangguan fungsional

    2

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    3/70

    ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan

    fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di

    kasur (Abid, M. 2009).

    Di Kalimantan timur, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

    Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2009 angka kejadian stroke

    tidak diketahui secara pasti namun yang tercatat sekitar 1.867 orang

    dari 13 rumah sakit yang ada. Hal Ini dikarenakan tidak semua rumah

    sakit yang ada rutin melaporkan data ke Dinas Kesehatan sehingga

    angka pastinya sulit untuk diketahui (Dinkesprop, 2009).

    Penyakit Stroke terjadi karena gangguan aliran darah yang

    mendadak pada bagian otak tertentu. Terjadianya stroke bersifat

    mendadak tanpa peringatan lebih dahulu. Gangguan aliran darah

    dapat berupa sumbatan (karena gumpalan darah atau pembuluh

    darah yang menyempit) pada pembuluh darah arteri yang memberi

    makanan berupa oksigen dan glukosa (gula) pada bagian otak

    tertentu, sehingga terjadianya gangguan dari fungsi otak tersebut

    (kelumpuhan). Jika sumbatan ini hanya berlangsung dalam beberapa

    menit saja, maka bagian otak tersebut dapat berfungsi kembali secara

    normal. Tapi bila sumbatan ini terjadi sampai beberapa jam, maka

    bagian otak tersebut akan mati yang disebut sebagai Infark otak.

    Stroke jenis ini disebut sebagai stroke iskrmik. (Cahyono, 2008).

    Selain kejadian seperti diatas, aliran darah dapat juga terganggu

    karena pecahnya pembuluh darah dari otak, baik didalam otak ( intra

    serebral) maupun dipermukaan otak (subarahnoid). Darah yang keluar

    3

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    4/70

    dari pembuluh darah yang pecah ini akan membentuk gumpalan

    darah berupa massa darah yang kemudian akan menekan bagian

    otak dan pembuluh darah lainnya sehingga terjadi juga gangguan

    pasokan oksigen dan glukosa pada bagian otak tersebut. Stroke jenis

    ini disebut stroke perdarahan. (Cahyono, 2008)

    Dulu penyakit stroke hanya menyerang kaum lanjut usia. Seiring

    berjalannya waktu, menurut yayasan stroke Indonesia (Yastroki), kini

    terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di

    Indonesia dalam dewasa terakhir. Kecendrungannya menyerang

    generasi muda yang masih produktif. Meski belum ada data pasti

    jumlah penyandang stroke yang berusia produktif (Syarifuddin, 2008).

    Dalam penelitian terhadap 196 penderita stroke, sebanyak 60,6 %

    ternyata berusia 31-40 tahun. Bahkan ada penderita berusia 21 tahun

    sudah dalam kondisi kronis (Suyono, 2003). Di Indonesia ternyata

    stroke timbul banyak pada usia di bawah 45 tahun, dimana karir

    sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60 tahun dimana

    seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini akan

    berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat

    mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga (Misbach,

    2007).

    Tingginya angka kejadian stroke lebih disebebkan oleh gaya dan

    pola hidup yang tidak sehat. Meningkatnya usia harapan hidup,

    kemajuan dibidang sosial ekonomi, serta perbaikan dibidang pangan,

    tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola

    4

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    5/70

    hidup sehat. Kemakmuran telah merubah cara pandang dan

    melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan

    prinsip pola hidup sehat.

    Pada usia produktif, dimana karir sedang menanjak seseorang

    bekerja giat tanpa jeda, mengemban tanggung jawab yang besar,

    jadwal kegiatan yang monoton dan rutin, sangat memungkinkan

    menimbulkan stres. Sebagian orang beranggapan dengan merokok

    dapat menghilangkan stres yang mereka alami, padahal itu salah.

    Sebaliknya kebiasaan merokok malah menimbulkan masalah bagi

    kesehatannya. Sebenarnya olahraga teratur dapat membantu

    mengurangi stres. Olahraga sangat baik untuk kesehatan, namun

    sayangnya lebih banyak orang yang enggan berolahraga dengan

    berbagai alasan. Sebagai seorang yang sedang mengejar karir

    sepertinya melakukan olahraga terasa seperti membuang waktu saja.

    Dikarenakan kesibukan ini pula biasanya mereka mulai menerapkan

    pola makan yang tidak sehat dengan seringnya menkonsumsi

    makanan siap saji yang sarat dengan lemak dan kolesterol tapi

    rendah serat.

    Sebenarnya stroke merupakan masalah kesehatan yang dapat

    dicegah, yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang ada. Faktor risiko

    stroke umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu faktor yang

    tidak dapat dikontrol dan yang dapat dikontrol. Faktor risiko yang tidak

    dapat dikontrol adalah umur, ras, jenis, kelamin, dan riwayat keluarga.

    Sedangkan beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya

    5

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    6/70

    adalah kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan

    olahraga dan stress baik fisik maupun mental. (Anies, 2006 dan

    Junaidi, 2004).

    Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol sangat diperlukan tubuh

    terutama untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan dasar

    pembentuakan hormon streoid. Kolesterol secara normal diproduksi

    oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jika jumlahnya

    berlebih maka akan tertimbun dan menimbulkan kondisi penyempitan

    dan pengerasan pembuluh darah (aterosklorosis). Pembuluh darah

    yang menyempit dan mengeras yang terjadi pada area oatak akan

    menimbulkan stroke. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian yang

    menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar

    kolesterol diatas 240 mg. Menurut analisis dari 16 penelitian di

    Brigham and Womens Hospital di Bostron, bila kadar kolesterol

    diturunkan hingga 25% maka dapat mengurangi risiko stroke sampai

    29% (Sustrani, dkk 2004).

    Selain kadar kolesterol dalam darah, kebiasaan merokok juga

    merupakan penyebab nyata terjadinya serangan stroke. Yang lebih

    banyak dialami oleh kelompok dewasa muda. Risiko terkena stroke

    meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok yang telah

    dibuktikan dalam salaha satu penelitian (The Physician Health Study)

    pada kelompok case control terhadap 22.071 laki-laki, perokok yang

    merokok kurang dari 20 batang per hari berisiko terserang stroke 2,02

    kali. Sedangkan mereka yang merokok lebih dari 20 batang per hari

    6

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    7/70

    berisiko sebesar 2,52 kali dibandingkan yang bukan perokok (Junaidi,

    2004).

    Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan terjadi stroke adalah

    kurang atau tidak olahraga. Kurang atau tidak olahraga merupakan

    salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular. Gaya hidup

    kurang olahraga akan membawa berbagai macam risiko penyakit dan

    kekurang-sehatan. Hal ini dikuatkan dengan sebuah penelitian yang

    mengatakan ada sekitar 28% kematian akibat penyakit kronis modern

    itu dilatar belakangi oleh gaya hidup sedently (kurang gerak)

    (Cahyono, 2008).

    Disisi lain, stres yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari

    juga dapat berpotensi menyebabkan terjadinya stroke. Pada usia

    produktif, orang rentan terserang stres. Mereka yang produktif sering

    berhadapan dengan tatangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa

    berpotensi mengami stres. Meurut spesialis bedah syaraf dr. Syafrizal

    A, SpBs, stres menyumbang 20% penyebab stroke. Stres yang tidak

    terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kadar kolesterol

    dalam darah. Kondisi ini yang nantinya dapat menyumbat pembuluh

    darah sehingga rentan terhadap terjadinya serangan stroke.

    Berdasarkan penelitian terbaru Universitas Cambrdge, Inggris yang

    dipublikasikan dalam jurnal stroke, menunjukkan orang yang mampu

    mengelola stress yang dideritanya, risiko terkena stroke akan

    berkurang 24% (Budiman, 2006).

    7

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    8/70

    Berdasarkan data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah

    Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda pada tiga tahun terakhir kejadian

    stroke pada tahun 2007 sebanyak 588 kasus, yang berusia produktif

    sebanyak 357 orang (60%), meninggal 132 orang (22%). Tahun 2008

    sebanyak 573 kasus, yang berusia produktif sebanyak 415 orang

    (72%), meninggal 142 orang (24%). Dan pada tahun 2009 kembali

    mengalami peningkatan yaitu menjadi 581 kasus, yang berusia

    produktif sebanyak 426 orang (73%), meninggal 151 orang (25%).

    Dari data tersebut terlihat bahwa angka kematian dan kejadian

    stroke pada usia produktif terus meningkat disetiap tahunnya.

    Padahal awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua

    yakni usia 65 tahun keatas.

    Akhirnya mencegah selalu lebih baik dari mengobati, apabila tidak

    ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah

    penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali

    lipat (Waluyo, 2009). Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan

    sedini mungkin dengan cara yang paling mudah yaitu dengan

    menerapkan gaya hidup sehat.

    Berdasarkan hal tersebut di atas maka akan dilakukan penelitian

    mengenai Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Usia Produktif di

    Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda

    tahun 2009.

    8

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    9/70

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah kolesterol

    dalam darah, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan stress

    merupakan faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif di Rumah

    Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda tahun 2009 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui faktor risiko kejadian stroke pada usia produktif

    di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda

    Tahun 2009.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui besar risiko kolesterol dalam darah

    terhadap stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum

    Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.

    b. Mengetahui besar risiko kebiasaan merokok terhadap

    kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum

    Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.

    c. Mengetahui besar risiko kebiasaan berolahraga

    terhadap kejadian stroke pada usia produktif di Rumah Sakit

    Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.

    d. Mengetahui besar risiko stress terhadap kejadian

    stroke pada usia produktif di Rumah Sakit Umum Daerah

    Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009.

    9

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    10/70

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Fakultas

    Sebagai sumber informasi dan diharapkan hasil penelitian ini

    dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat

    bermanfaat bagi peneliti berikutnya.

    2. Bagi Peneliti

    Diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan dan

    pengetahuan bagi peneliti sendiri khususnya tentang faktor risiko

    kejadian stroke pada usiap produktif.

    3. Bagi Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber

    informasi dan motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan gaya

    hidup sehat.

    10

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    11/70

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Stroke

    1. Pengertian Stroke

    Stroke adalah suatu penyakit defisit neorologis akut yang

    disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi

    secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda-tanda yang

    sesuai dengan daerah otak yang terganggu. (Bustan, 2000).

    Stroke adalah penyakit gangguan fungsi otak fokal maupun

    global dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena,

    yang sebelumnya tanpa peringatan dan ada yang dapat sembuh

    sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat gangguan

    aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan

    (Junaidi, 2004).

    Sedangkan definisi stroke menurut WHO (1982) adalah

    terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara

    mendadak dan akut, yang berlangsung lebih dari 24 jam ; akibat

    gangguan aliran darah otak. (Anies, 2006).

    2. Jenis / Klasifikasi Stroke

    Stroke umumnya di bagi dalam 2 golongan besar, yaitu :

    (Bustan, 2000).

    a. Stroke Hemorhagik (Pembuluh darah pecah

    sehingga aliran darah menjadi tidak normal, dan darah yang

    keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan

    merusaknya). Yang terbagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :

    11

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    12/70

    1) Pendarahan Intera Serebral (PIS)

    2) pendarahan Sub arachnoid (PSA)

    3) Pendarahan Sub Dural (PDS)

    b. Stroke Non Hemorhagik (aliran darah ke otak

    terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah

    menyumbat suatu pembuluh darah, melaui proses

    aterosklerosis).

    1) Klinis :

    a) Transient Ischemic Attack (TIA)

    b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

    c) Progresing Stroke atau Stroke In Evolusi

    d) Complete Stroke

    2) Kausal :

    a) Stroke Trombotik

    b) Stroke Embolik / nontrombolik

    3. Faktor Resiko Stroke

    Faktor risiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat

    seseorang terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke umumnya

    dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu ; (Junaidi, 2004).

    a Yang tidak dapat dikontrol

    1) Umur : makin tua kejadian

    stroke makin tinggi

    2) Ras / bangsa : Afrika / Negro,

    Jepang dan Cina lebih sering terkena stroke

    12

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    13/70

    3) Jenis kelamin : laki-laki lebih

    berisiko dibanding wanita.

    4) Riwayat keluarga: orang tua

    atau saudara pernah mengalami stroke pada usia muda,

    maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke.

    b Yang dapat dikontrol

    1) Hipertensi

    2) Diabetes Melitus

    3) Transient Ischemic attack

    (TIA)

    4) Fibrasi atrial

    5) Pust stroke

    6) Abnormalitas lipoprotein

    7) Fibrinogen tinggi dan

    perubahan hemoreologikal lain

    8) Perokok (sigeret)

    9) Peminum alkohol

    10) Hiperhomocysteinemia

    11) Infeksi : virus dan bakteri

    12) Obesitas / kegemukan

    13) Kurang aktivitas fisik

    14) Stress fisik dan mental

    15) Hiperkolesterolemia/

    hipertrigliserida/ hiperglikemia.

    13

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    14/70

    4. Gejala Stroke

    Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat

    penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawatan lebih

    cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan (Abid, 2009).

    Berikut ini beberapa gejala stroke : (Junaidi, 2006)

    a Stroke sementara

    (sembuh dalam beberapa menit / jam)

    1) Tiba-tiba

    sakit kepala

    2) Pusing,

    bingung

    3) Penglihatan

    kabur atau kehilangan ketajaman pada salah satu atupun

    kedua belah mata.

    4) Kehilangan

    keseimbangan (limbung), lemah.

    5) Rasa kebal

    atau kesemutan pada satu sisi tubuh.

    b Stroke ringan

    (sembuh dalam beberapa minggu)

    1) Beberapa atau semua gejala diatas

    2) Kelemahan atau kelumpuhan tangan / kaki

    3) Bicara tidak jelas

    14

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    15/70

    c Stroke berat

    (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau

    tahun. Tidak bisa sembuh total)

    1) Semua / beberapa gejala stroke sementara dan

    ringan

    2) Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)

    3) Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki

    4) Bicara tidak jelas atau hilangnya kemapuan bicara

    5) Sukar menelan

    6) Hilangnya kontrol terhadap pengeluaran air seni

    dan feses.

    7) Kehilangan daya ingat atau konsentrasi,

    perubahan perilaku misalnya bicara tidak menentu, mudah

    marah, tingkah laku seperti anak kecil.

    5. Akibat / Dampak stroke

    Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang

    cedera, tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah stroke,

    baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri otak, pada

    umumnya adalah sebagai berikut : (Vitahealth, 2004)

    a. Lumpuh

    b. Perubahan mental

    c. Ganggguan komunikasi

    d. Gangguan emosional

    15

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    16/70

    e. Kehilangan indera rasa

    6. Pencegahan Stroke

    Diantara sekian banyak faktor risiko stroke, hipertensi

    dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi

    dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam

    komuniti. Namun meski demikian pencegahan stroke tidak semata

    ditujukan kepada hipertensi. Ada pendekatan yang

    menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor

    utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan,

    biologis, dan pelayanan kesehatan). (Bustan, 2000).

    Table 2.1 : Strategi Untuk Pencegahan Stroke/Hipertensi PadaKelompok Dewasa 30-44 tahun

    TingkatPencegahan

    Komponen yang di Kendalikan

    Gaya Hidup Lingkungan BiologiPelayananKesehatan

    Pencegahan

    Primer

    Reduksi stress

    Diet rendah garamBerhenti merokok

    -

    Lingkungankerja positif-Perubahankerja

    - Faktor

    resikokeluargadantingginyalemak-Aspirin

    - Edukasi

    pasien:turunkantensi

    Pencegahansekunder

    Manajemen stressBerhenti merokokVitamin

    -Konselingkeluarga

    -Obat-obatanuntuk efeksampingan

    - Edukas:relaksasi

    16

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    17/70

    Pencegahantersier

    Reduksi stressDietBerhenti merokok

    -Keamanandiri-Dukungan

    keluarga

    -Kepatuhanberobat-Edukasi

    -Terapibicara

    - Edukasi :terhadapefeksamping

    -

    Sumber : Dever, Epidemiology in health services management, hlm.12

    B. Tinjauan Umum Tentang Usia Produktif

    Usia atau umur adalah salah satu satuan waktu yang mengukur

    waktu keberadaan benda atau makhluk baik yang hidup maupun mati,

    misalanya umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak ia

    lahir hingga waktu umur ia dihitung. (Anonim, 2009).

    Penduduk usia produktif adalah penduduk yang melaksanakan

    produksi dari segi ekonomi, dimana segala kebutuhannya ditanggung

    mereka sendiri. Sedang penduduk usia tidak produktif adalah

    penduduk yang belum bisa bekerja (Anonim, 2009)

    Tidak ada batasan dalam kebudayaan mengenai usia produktif dan

    non produktif karena seringkali batasan-batasan ekonomis atas usia

    seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai

    ilustrasi, seorang anak berusia 9 tahun ternyata telah bekerja dan

    secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi; atau seorang

    nenek berusia lebih dari 80 tahun juga masih terlibat dalam usaha

    warungnya, dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan

    perilaku ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan nonproduktif

    lagi.

    17

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    18/70

    Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang

    yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

    atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

    Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada

    dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif.

    Usia kerja adalah suatu tingkat umur di mana orang sudah dapat

    bekerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun

    64 tahun (Sardiman, 2009).

    Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), berdasarkan komposisi

    penduduk, usia penduduk dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (Anonim,

    2009)

    - Usia 0 - 14 th : dinamakan usia muda / usia belum produktif

    - Usia 15 64 th : dinamakan usia dewasa / usia kerja / usia

    produktif

    - Usia + 65 th : dinamakan usia tua / usia tidak produktif / usia

    jompo

    Awalnya, kasus stroke banyak ditemukan pada orang tua yakni

    usia 65 tahun keatas, semakin tua usia maka risiko terkena stroke pun

    semakin tinggi karena pada proses penuaan terjadi pada semua organ

    tubuh termasuk pembuluh darah otak yang menjadi rapuh (Syarifuddin,

    2008)

    Namun saat ini menurut yayasan stroke Indonesia (yastroki)

    terdapat kecendrungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di

    18

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    19/70

    Indonesia dalam dewasa terakhir. Dalam penelitian terhadap 196

    penderita stroke, sebanyak 60,6 % ternyata berusia 31-40 tahun.

    Bahkan ada penderita berusia 21 tahun sudah dalam kondisi kronis .

    (Cahyono, 2008).

    Di Indonesia ternyata stroke timbul banyak pada usia di bawah 45

    tahun, dimana karir sedang menanjak. Demikian pula pada usia 45-60

    tahun dimana seseorang sedang berada pada puncak karirnya. Hal ini

    akan berdampak terhadap menurunnya produktifitas serta dapat

    mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. (Misbach,

    2005)

    C. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol

    Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh

    masyarakat terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya

    dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya kolesterol tidak selalu

    jelek. Dalam ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak

    kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi,

    antara lain : membuat hormone seks, adrenalin, membentuk dinding

    sel, dan lain-lain. Karena fungsi kolesterol demikian penting, tubuh

    membuatnya sendri didalam hati (liver) (Soeharto, 2002).

    Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah.

    Kolesterol diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme

    tubuh. Namun jika konsumsi secara berlebih akan mengakibatkan

    penumpukan lemak yang menyumbat pembuluh darah atau bisa

    19

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    20/70

    mengakibatkan pengapuran dan pengerasan pembuluh darah

    (aterosklorosis) (Hardjono, 2009).

    Makanan yang berkualitas adalah makanan sehat. Pada dasarnya

    makanan sehat selalu rendah kolesterol. Sayangnya, banyak dari kita

    tidak peduli dengan hal ini. Kesibukan, fasilitas serba enak yang

    membuat tubuh kurang bahkan malas bergerak, makanan serba cepat

    saji dan tidak variatif, penuh penyedap rasa dengan kadar natrium

    tinggi, membuat berat tubuh meningkat tajam. Itu artinya, kemungkinan

    besar lemak sudah tertimbun di dalam tubuh (Cahyono, 2008).

    Kolesterol ada 2 macam : HDL (High Density Lipoprotein) yaitu

    kolesterol baik dan LDL (Low Density Lipoprotein) yaitu kolesterol

    jahat. Dalam keadaan normal, kadar HDL dan LDL didalam tubuh

    seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu bila ada kelebihan lemak

    dalam makanan kita, sehingga peran LDL inilah yang paling dominan

    dan akan berakibat pada penyempitan pembuluh darah (Hardjono,

    2009)

    Kolesterol, selain diproduksi dengan sendirinya oleh tubuh

    (terutama dalam hati), diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap

    harinya. Ada dua jenis makanan berlemak yang mengandung

    kolesterol. Pertama, lemak jenuh. Lemak ini menjadi padat pada suhu

    kamar, seperti yang terdapat pada lemak hewani (daging, jeroan, otak,

    kuning telur, udang kerang, mentega, susu, dan minyak kelapa).

    Semakin banyak mengkonsumsi lemak jenuh, maka kadar kolesterol

    dalam darah akan meningkat. Kedua, lemak tidak jenuh. Lemak ini

    20

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    21/70

    tidak menjadi padat pada suhu kamar, seperti yang terdapat pada

    minyak bunga matahari, minyak jagung, dan minyak ikan (Indriyani,

    2009).

    Ada beberapa faktor penyebab kolesterol yang tidak dapat

    diubah, yaitu proses penuaan, mempunyai riwayat kolesterol tinggi

    dalam keluarga/turunan dan jenis kelamin. Perempuan memiliki resiko

    lebih rendah terkena kolesterol dibandingkan laki-laki sebelum

    mengalami atau memasuki masa menopause. Tetapi setelah

    memasuki masa menopause kadar LDL daam tubuh perempuan

    meningkat sehingga di masa ini perempuan memiliki resiko lebih

    besar. Sedang gaya hidup merupakan faktor penyebab kolesterol yang

    dapat diubah (Hardjono, 2009).

    Sebetulnya lemak, khususnya kolesterol, sangat diperlukan

    tubuh, terutama untuk membentuk dinding sel. Lemak juga sebagai

    bahan dasar pembentuk hormon streoid. Kolesterol secara normal

    diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat dan memadai. Jumlah

    itu akan meningkat bila kita sering mengasup makanan sampah (junk

    food) yang banyak mengandung lemak hewani dan telur (Soeharto,

    2002).

    Tabel 2.4 Kandungan Kolesterol dari 10 gr Makanan

    No Makanan (per 10 gr)Kolesterol

    (Mg)Kategori

    1 Putih telur ayam 0 Sehat

    2 Teripang 0 Sehat

    3 Ubur-ubur 0 Sehat

    4 Susu sapi non fet 0 Sehat

    5 Daging ayam pilihan tanpa kulit 50 Sehat

    6 Daging bebek pilihan tanpa kulit 50 Sehat

    7 Ikan sungai biasa 55 Sehat

    8 Daging pilihan tanpa lemak 60 Sehat9 Daging babi pilihan tanpa lemak 60 Sehat

    21

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    22/70

    10 Daging kelinci 65 Sehat

    11 Daging kambing tanpa lemak 70 Sehat

    12 Ikan ekor kuning 85 Sehat

    13 Daging asap (ham) 98 Sekali-sekali

    14 Iga sapi 100 Sekali-sekali

    15 Iga babi 105 Sekali-sekali16 Daging sapi 105 Sekali-sekali

    17 Burung dara 110 Sekali-sekali

    18 Ikan bawal 120 Sekali-sekali

    19 Daging sapi berlemak 125 Sekali-sekali

    20 Gajih sapi 130 Hati-hati

    21 Gajih kambing 130 Hati-hati

    22 Daging babi berlemak 130 Hati-hati

    23 Keju 140 Hati-hati

    24 Sosis daging 150 Hati-hati

    25 Kepiting 150 Hati-hati

    26 Udang 160 Hati-hati

    27 Kerang atau siput 160 Hati-hati28 Belut 180 Hati-hati

    29 Santan kelapa 185 Berbahaya

    30 Gajih babi 200 Berbahaya

    31 Susu sapi 250 Berbahaya

    32 Susu sapi cream 280 Berbahaya

    33 Coklat/cacao 290 Berbahaya

    34 Mentega/margarin 300 Berbahaya

    35 Jeroan sapi 380 Berbahaya

    36 Jeroan babi 420 Berbahaya

    37 Kerang putih/remis/triam 450 Berbahaya

    38 Telor ayam 500 Berbahaya

    39 Jeroan kambing 610 Berbahaya40 Cumi-cumi 1170 Pantang

    41 Kuning telur ayam 2000 Pantang

    42 Otak sapi 2300 Pantang

    43 Otak babi 3100 Pantang

    44 Telur burung puyuh 3640 PantangSumber: General Hospital, Singapore

    Kolesterol normal dalam darah adalah 160 - 200 Mg. Kolesterol

    tinggi akan mengakibatkan penyakit mendadak seperti Hipertensi,

    Jantung, Stroke, bahkan kematian (Indriyani, 2009)

    Table 2.5 Kadar Kolesterol Yang BaikJenis Kadar Kolesterol Keterangan

    Kolesterol total

    < 200 Yang diperlukan

    200-239 Batas normal tertinggi

    > 240 Tinggi

    LDL < 100 Optimal

    100-129 Mendekati Optimal

    130-159 Batas normal tertinggi

    22

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    23/70

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    24/70

    3. Mengatur pola makan : membatasi makanan berlemak dan

    kolesterol tinggi, serta membiasakan banyak mengkonsumsi buah

    dan sayur yang banyak mengandung vitamin c dan serat larut

    dapat membantu membuat kolesterol. Banyak makan ikan laut

    yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk akan membantu

    menurunkan kolesterol.

    4. Mengubah kebiasaan : meninggalkan kebiasaan-kebiasaan

    tidak sehat seperti merokok, minuman beralkohol dan perilaku tidak

    sehat lainnya.

    D. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Merokok1. Pengertian Rokok

    Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk

    cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotin

    tabacum, nicotin rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

    mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

    (PP RI No. 81 Tahun 1999, Tentang Pengaman Rokok Bagi

    Kesehatan).

    Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar kedalam

    tubuh dan kemudian menghembuskannya kembali keluar, sehingga

    dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang

    disekitar (Mangoenprasodjo, 2005).

    2. Jenis Rokok

    Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi

    beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus

    24

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    25/70

    rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan

    penggunaan filter pada rokok. (Jaya, 2009)

    a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus

    1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

    daun jagung

    2) Rokok Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya

    berupa daun aren

    3) Sigeret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

    kertas

    4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa

    daun tembakau.

    b. Rokok berdasarkan bahan baku

    1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya

    hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan

    rasa dan aroma tertentu.

    2) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya

    berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus

    untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

    3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya

    berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang

    diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

    tertentu.

    c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya

    25

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    26/70

    1) Sigeret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses

    pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan

    menggunakan tagan dan atau alat bantu sederhana.

    2) Sigeret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses

    pembuatannya menggunakan mesin.

    d. Rokok berdasarkan penggunaan filter

    1) Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian

    pangkalnya terdapat gabus

    2) Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian

    pangkalnya tidak terdapat gabus.

    3. Jenis Perokok

    Menurut Mangoenprasodjo 2005, jenis perokok dapat

    digolongkan kedalam dua bagian, yaitu :

    a. Perokok Aktif

    Perokok aktif adalah seorang perokok yang langsung

    menghisap rokok baik rokok jenis kretek, cerutu maupun rokok

    putih.

    b. Perokok Pasif

    Perokok pasif adalah mereka yang tidak merokok tetapi

    harus turut merasakan akibat buruk dari rokok yang dibakar.

    Perokok pasif ini bisa dikatakan tidak punya pilihan selain harus

    turut menelan asap rokok yang dimiliki para perokok.

    4. Tipe Perokok

    26

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    27/70

    Tipe perokok dibedakan berdasarkan banyaknya jumlah batang

    rokok yang di hisap dalam perhari. Menurut Bustan (2000) tipe

    perokok di bagi menjadi tiga yaitu :

    a. Perokok ringan : jika merokok kurang dari 10 batang per

    hari.

    b. Perokok sedang : jika merokok 10-20 batang per hari

    c. Perokok berat : jika merokok lebih dari 20

    batang per hari.

    5. Racun Dalam Rokok

    Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan

    racun dalam rokok membahayakan kesehatan seseorang. Baik

    asap yang dihisap langsung saat merokok (mainstream smoke)

    maupun yang keluar dari ujung rokok (sidestream smoke), sama-

    sama mengandung bahan kimia beracun, seperti : nikotin, ter,

    nitrous oxide, formaldehyde, acrolein, formic, acid, phenol, carbon

    monoxide, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila berinteraksi

    dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat

    menimbulkan penyakit kanker (paru, bibir, mulut, kerongkongan,

    dan usus), penyakit jantung dan penyakit paru kronis. Paling tidak

    rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia. Lima puluh

    sembilan bahan kimia di antaranya memiliki racun (toksik),

    karsinogenik (bersifat memicu timbulnya kanker) dan bersifat

    mutagenik (mengubah sifat sel). Pada tabel 2.2 dapat kita lihat jenis

    27

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    28/70

    senyawa gas yang ada dalam rokok dan kandungannya masing-

    masing. (Cahyono, 2008).

    Tabel 2.2 Senyawa Gas dalam Asap RokokSenyawa Sifat Senyawa Kadar (mg)

    Karbon monoksida Beracun 17.000

    Asetaldehida Sangat beracun 800

    Nitrogen Oksida Beracun 315

    Hydrogen Sianida Sangat beracun 110

    Akrolein Sangat beracun 70

    Amoniak Beracun 60

    FormaldehidSangat beracun &

    karsinogenik30

    Piridina Beracun 10

    Akrilonitril karsinogenik 10

    2-nitropropan karsinogenik 0,92

    Hidrazina karsinogenik 0,032

    Uretan karsinogenik 0,030

    Dimetilnitrosamina karsinogenik 0,013

    Vinil klorida karsinogenik 0,012

    Berbagai senyawanirosamina karsinogenik 0,011

    Sumber : Cahyono, 2008

    Sebuah penelitian di Universitas Indonesia oleh Dewi

    Susana, Budi Hartono, dan Hendra Fauzan tentang kadar nikotin

    dalam asap rokok kretek lebih besar dibandingkan dengan rokok

    filter. Hal ini dikarenakan pada rokok kretek tidak dilengkapi dengan

    filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok

    (Susana dkk, 2009).

    6. Bahaya/Akibat Rokok Bagi Kesehatan

    Organisasi keshatan dunia (WHO) menyatakan, tembakau

    membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan

    28

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    29/70

    akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. dari jumlah itu, 70%

    korban berasal dari Negara berkembang. Lembaga demografi UI

    mencatat, angka kematian yang disebabkan oleh rokok tahun 2004

    adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa perhari atau sekitar 22.5 %

    dari total kematian di Indonesia (Waluyo, 2009). Risiko stroke

    meningkat 2-3 kali pada perokok, efek rokok bisa bertahan 5-10

    tahun (Junaidi, 2004).

    Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit

    Umum Kodya dan Roemani Muhammadiyah Semarang

    menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor risiko

    terjadinya stroke dengan nilai rasio prevalensi = 1,489 [ 95%(1,090

    2,0330)] yang artinya bahwa orang yang memiliki kebiasan

    merokok berpeluang terserang stroke 1,489 kali dibandingkan yang

    bukan perokok (Mondana, 2008).

    Keparahan penyakit yang ditimbulkan akibat rokok berhubungan

    langsung dengan banyaknya rokok yang dihisap, berapa lama atau

    tahun seseorang menjadi perokok dan status merokok itu sendiri,

    apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah berhenti

    (Jaya, 2009).

    Perokok berat dalam jangka panjang menyebabkan darah

    mengental. Darah kental menghambat aliran darah, termasuk aliran

    darah ke sel-sel saraf otak. Kebutuhan sel-sel saraf otak akan zat

    29

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    30/70

    gizi dan oksigen menjadi terganggu. Dan ini memicu serangan

    stroke (Waluyo, 2009).

    Kebiasaan merokok kemungkinan untuk menderita stroke lebih

    besar, risiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan

    merokok. Pada The Physician Health Study, suatu penelitian

    kelompok (kohort) yang bersifat prosfektif pada 22.071 laki-laki;

    diperoleh data untuk perokok kurang dari 20 batang per hari resiko

    stroke sebesar 2.02 kali, perokok lebih dari 20 batang per hari

    beresiko stroke 2.52 kali dibandingkan bukan perokok. Wanita

    perokok juga mempunyai resiko lebih besar. Wanita perokok juga

    mempunyai risiko terken stroke lebih besar. Pada penelitian

    prospektif kohort pada 118.539 perawat berumur 30-35 tahun,

    yang, merokok kurang dari 15 batang per hari resiko 2,2 kali.

    Perokok lebih dari 25 batang atau lebih berisiko 3,7 kali dibanding

    bukan perokok. Risiko perokok terkena infrak serebral 1,9 kali.

    Tekanan perdarahan subarakhonid 2,9 kali. Dan perdarahan

    intracranial sebesar 0,7 kali. Merokok berefek pada proses

    pembentukan plak aterosklerotik hematologik dan reologik (Junaidi,

    2004).

    Penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukan bahwa 64,8%

    pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok.

    Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar

    wanita di Jakarta sudah merokok (Tandra, 2006).

    30

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    31/70

    Dalam dua dekade terakhir prevalensi perokok usia muda atau

    usia pertama kali merokok terus meningkat pesat. Menurut data

    pada Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah perokok pemula, yakni

    umur 5-9 tahun , naik secara signifikan. Hanya dalam tempo tiga

    tahun (2001-2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4

    menjadi 2,8 persen. (Supeno, 2008).

    Data tersebut didukung oleh hasil penelitian Lembaga Penelitian

    Masyarakat (LPM) Universitas Andalas mengenai pencegahan

    merokok bagi anak di bawah 18 tahun, yang dilakukan di kota

    Padang menunjukkan lebih dari 50 % responden memulai merokok

    sebelum usia 13 tahun. Intinya, bila sebelumnya anak merokok

    pertama kali pada usia belasan tahun, sekarang bergeser menjadi

    5 9 tahun atau rata-rata 7 tahun (Supeno, 2008).

    Mereka merokok pada usia dini karena lingkungan

    mengkondisikan demikian. Di tingkat negara tidak ada aturan yang

    mengendalikan peredaran tembakau. Di rumah orang dewasa

    merokok tanpa mempedulikan kesehatan anak-anak. Di sekolah

    kita sering mendapati seorang guru mengajar sambil merokok. Di

    masjid kita lihat ustad atau kiai tanpa beban tetap merokok. Di

    mana-mana, di setiap ruang publik anak-anak melihat para tokoh

    idola mereka seperti penyanyi, bintang sinetron, tokoh politik juga

    merokok, membuat mereka ingin tahu dan ingin mencoba, hingga

    akhirnya ketagihan (Supeno, 2008).

    31

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    32/70

    Table 2.3 : Prevalensi perokok menurut kelonpok umur, Di

    Indonesia pada tahun 2001

    Kelompok Umur Banyaknya Prevalensi10-14 1216 2,1

    15-19 1925 18,9

    20-24 2165 32,2

    25-29 1778 32,0

    30-34 1631 33,9

    35-39 1587 33,3

    40-44 1414 34,1

    45-49 1011 38,0

    50-54 918 34,1

    55-59 493 38,5

    60-64 430 39,3

    65 + 502 33,7

    Sumber : Penelitian Prevalensi Rokok di Indonesia, tahun 2001, Puslibang Depkes.

    Semakin lama kebiasaan meokok yang dimiliki maka semakin

    banyak pula racun yang tertimbun di dalam tubuh, zat zat yang

    terkandung dalam rokok seperti nikotin dan karbonmosokarida

    akan merusak pembuluh darah. Pembuluh darah yang rusak ini

    membuat kolesterol mudah terperangkap dan tertimbun pada

    dinding pembuluh darah. Timbunan kolesterol yang makin lama

    makin banyak akan menyebabkan pembuluh darah makin sempit

    sehingga aliran darah tidak lancar sehingga berpotensi terserang

    penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke (Adib, 2009).

    Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari oleh

    perokok maupun bukan perokok. 90% perokok pernah mencoba

    untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang yang berhasil untuk

    32

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    33/70

    menghentikannya (Bustan, 2000). Sesungguhnya risiko stroke

    menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat

    jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. (Junaidi,

    2004).

    Berhenti merokok mungkin dapat dilakukan dengan cara :

    (Bustan, 2000)

    a. Menurunkan jumlahnya secara bertahap

    b. Berhenti cold trukey

    c. Mencari bentuk penggantinya, misalnya gula-gula

    d. Dan berbagai cara lainnya.

    E. Tinjauan Umum Tentang Olahraga

    1. Pengertian Olahraga

    Olahraga menurut hakekatnya adalah aktivitas otot-otot besar

    yang menggunakan energi tertentu untuk meningkatkan kualitas

    hidup. Menurut Keppres No.131 tahun 1962, Olahraga adalah

    segala usaha untuk mendorong, membangkitkan,

    mengembangkan, dan membina kekuatan jasmani dan rohani

    manusia.

    Olahraga dapat dikatakan secara terminology umum dari semua

    kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan jasmani. Dalam UU

    No. 3 Tahun 2005 mendefinisikan bahwa olahraga adalah segala

    kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta

    mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan social.

    33

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    34/70

    2. Olahraga dan Kesehatan

    Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan

    terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan

    hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti

    meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, gerak

    (Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-

    menerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk mempertahankan

    hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat

    ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat

    dinikmati dan bermanfaat bagi kesehatan pada mereka yang

    melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton

    olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton

    orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya

    berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari

    olahraga bagi kesehatannya. (Irianto, 2004)

    Kurang atau tidak olahraga merupakan salah satu faktor resiko

    utama penyakit tidak menular. Gaya hidup kurang olahraga

    (sedentary life style) akan membewa berbagai macam resiko

    penyakit dan kekurang-sehatan. Sementara itu, dengan olahraga

    diharapkan olahraga akan menjadi proteksi terhadap berbagai

    gangguan penyakit/kesehatan. Olahraga menjadi faktor protektif

    untuk hipertensi, penyakit jantung, stroke, DM type 2, kegemukan,

    osteoporosis dan kanker (Cahyono, 2008).

    34

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    35/70

    Banyak orang berfikir bahwa setiap menggerakkan badan

    berarti sudah melakukan olahraga. Memang tidak ada kriteria

    spesifik apa yang disebut olahraga ringan, sedang atau berat.

    Olahraga yang ideal adalah olahraga yang dapat meningkatkan

    ketahanan jantung, resfirasi, disamping juga melatih ketahanan dan

    kekuatan otot (Cahyono, 2008).

    Berbagai penelitian membuktikan bahwa seseorang yang

    memiliki kebugaran tubuh dan tetap menjaga pola makan memiliki

    usia lebih panjang karena melalui olahraga, cadangan lemak akan

    lebih banyak dibakar. Efek positif pada keadaan tersebut membuat

    kadar kolesterol LDL akan menurun, kadar HDL meningkat dan

    berat badan relatif proporsional (Iriyanto, 2004).

    Melalui olahraga, frekuensi d enyut nadi berkurang dan

    tekanan darah menurun. Secara kumulatif olahraga memberikan

    perlindungan terhadap berbagi penyakit. Hal ini sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Eropa pada 22.602

    subyek menunjukan bahwa aktivitas fisik dan olahraga dapat

    menurunkan risiko terjadaianya stroke (Waluyo, 2009).

    Olahraga memerlukan suatu ukuran tertentu agar dapat

    memberikan kebugaran jasmani, ukuran olahraga dinilai

    berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan, intensitas, frekuensi,

    dan lamanya berolahraga. Olahraga yang tidak sesuai dengan

    patokan, maka yang didapatkan hanya kegembiraan saja,

    35

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    36/70

    sementara kebugarannya tidak diperoleh. Akibatnya walaupun

    seseorang sudah merasa berolahraga, tubuhnya tidak sesehat

    yang diharapkan (Cahyono, 2008).

    Departemen kesehatan melalui survey kesehatan nasional

    (Surkesnas), tahun 2001, melakukan penelitian prevalensi kegiatan

    fisik. Ditemukan masih tingginya prevalensi masyarakat yang

    kurang atau tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin dalam

    kegiatan atau kehidupannya sehari-hari. Dalam table 2.6 disajikan

    persentase responden surkesnas yang menggunakan waktunya

    per hari untuk kegiatan banyak duduk (inaktif). Sebanyak 59%

    kelompok laki-laki melakukan kegiatan inaktif, sedangkan

    perempuan mencapai 64%. (Waluyo, 2009).

    Table 2.6 : Persentase Waktu Inaktif Menurut Jenis Kelamindan Kelompok Umur

    Kel.Umur (th) Laki-laki (%) Perempuan (%)

    15-24 63,5 66,7

    25-34 58,5 62,7

    35-44 57,8 60,3

    45-54 56,2 60,4

    55-64 55,6 64,5Kel.Umur (th) Laki-laki (%) Perempuan (%)

    65+ 62,2 71,0

    Total 59,2 63,6

    Sumber : SKRT 2001, Depkes.

    3. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan

    36

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    37/70

    Manfaat umum dari kegiatan olahraga buat kesehatan dapat

    berupa : (Bustan, 2000 dan Indriyani, 2009)

    a Memperlancar aliran sirkulasi darah

    b Membantu pencernaan

    c Menguragi keletihan dan memperbaiki ketahanan tubuh

    d Memperkuat otot-otot, tulang dan jaringan ligamen.

    e Memperindah tubuh

    f Dapat mengurangi bunyi napas waktu tidur

    g Membantu menyeimbangkan emosi

    h Mempertajam kekuatan mental

    i Meningkatkan daya tahan terhadap penyakit

    j Memperbaiki kepercayaan diri.

    k Meningkatkan sensitivitas insulin.

    Tabel 2.7 Keuntungan Melakukan Kegiatan OlahragaKeuntungan Efek

    Perbaikanjarinagn fungsiparu

    1. Peningkatan ambilan oksigen2. Penurunan kebutuhan oksigen jantung padaintensitas tertentu3. Penurunan frekwensi jantung dan tekanan darah4. Peningkatan cadangan pernafasan

    Berkurangnyafaktor risikopenyakit jantung

    koroner

    1. Penurunan tekanan darah2. Peningkatan kadar kolesterol HDL dan penurunankadar trigliserida dalam darah

    3. Penurunan lemak badan dan berat badan4. Penurunan kebutuhan insulin, perbaikan toleransiglukosa

    Keuntungan Efek

    Penurunanangka kematiandan kesakitan

    1. Pencegah primer : menurunkan kejadian PJK2. Pencegahan skunder

    - Memperpanjang usia- Mengurangi serangan jantung

    Keuntungan lain 1. Berkurangannya rasa cemas dan depresi2. Bertambahnya perasaan sehat3. Bertambahnya prestasi kerja4. Menurunkan risiko osteoporosisi

    Sumber : Hahn Ra, J. Am. Med. Assoc. 264 ; 2654 2659, 1990

    37

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    38/70

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    39/70

    berat, dibutuhkan lebih lama lagi untuk sembuh sempurna.

    Dengan memberikan waktu bagi otot untuk sembuh, itu dapat

    membuat otot menjadi lebih kuat.

    b. Intensitas

    Intensitas mengandung arti berat beban latihan yang diberikan

    tidak mengakibatkan efek yang membahayakan. Sebaiknya

    olahraga yang dilakukan bersifat ringan hingga sedang yaitu

    60%-70% MHR (Maximun Heart Rate atau detak jantung

    maksimum) olahraga dengan intensitas seperti ini sudah cukup

    memperbaiki atau meningkatkan kemampuan jantung karena

    bila latihan dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan

    menyebabkan kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika

    latihan dibawah 70% maka efek latihan sangat sedikit atau

    kurang bermanfaat bagi jantung khususnya bagi orang sehat.

    Perhitungan MHR adalah 220 - umur. Contohnya, target untuk

    orang yang berusia 40 tahun adalah 220 - 40 = 180. Enam puluh

    (60) % dari nilai tersebut adalah 108. Ini berarti selama latihan

    diusahakan agar denyut nadi berkisar 108 kali hingga 126 kali

    per menit.

    c. Time/ Tempo

    Tempo latihan mengandung arti jangka waktu atau lamanya

    latihan yang diberikan agar memberikan manfaat. Penelitian-

    penelitian menunjukan, lama latihan antara 20-30 menit sudah

    cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak 35% bila

    39

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    40/70

    dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu

    setengah bulan. Maka latihan-latihan yang serupa selama 6

    bulan akan menghasilkan peningkatan kemampuan sampai

    optimal. Makin lama seorang berlatih pada dosis latihan yang

    dianjurkan berarti makin tahan jantungnya. Makin lama latihan

    berarti semakin banyak darah yang dialirkan, semakin banyak

    pula oksigen yang dipakai atau didistribusikan keseluruh tubuh.

    Latihan yang dilakukan 30 menit akan memberikan efek bagi

    kita, disatu pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak

    akan membantu memecahkan metabolisme lemak dan

    kolesterol. Dengan demikian siapapun yang berolahraga dengan

    baik dan benar artinya mampu meningkatkan kesegaran jasmani

    sampai ketingkat baik. Selain bugar merekapun telah melakukan

    tindakan preventif. Toleransi waktu maksimal yang digunakan

    untuk berolah raga adalah 3060 menit.

    d. Tipe

    Olahraga secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam,

    yaitu olahraga aerobik (dengan oksigen) atau anaerobik (tanpa

    oksigen). Hampir semua olahraga adalah kombinasi dari kedua

    macam tersebut. Berikut akan dijelaskan perbedaan kedua

    macam olahraga tersebut :

    1) Olahraga aerobik: Istilah ini digunakan untuk olahraga yang

    membutuhkan oksigen dari udara untuk dapat

    menggerakkan otot-otot, sehingga membuat jantung & paru-

    40

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    41/70

    paru bekerja lebih keras dari yang biasanya. Berjalan kaki,

    berlari, bersepeda, & berenang yang dilakukan dalam waktu

    lama adalah contoh olahraga aerobik. Olahraga jenis ini lebih

    bagus untuk membakar kalori & meningkatkan fungsi jantung

    dibandingkan olahraga anaerobik. Tetapi, olahraga jenis ini

    kurang bagus untuk meningkatkan kekuatan atau

    membentuk otot-otot.

    2) Olahraga anaerobik: Berbeda dengan olahraga

    aerobik, olahraga jenis ini menggunakan sumber energi di

    otot yang dibakar tanpa oksigen dari udara. Olahraga jenis

    ini membutuhkan latihan yang lebih sering dalam waktu yang

    lebih singkat. Contohnya adalah angkat beban. Olahraga

    jenis ini membakar kalori dalam jumlah yang lebih sedikit dari

    olahraga aerobik. Tetapi, olahraga jenis ini bagus untuk

    meningkatkan kekuatan atau membentuk otot-otot rangka.

    Dalam waktu yang lama, massa otot rangka yang bertambah

    banyak membuat berat badan turun karena massa otot

    rangka yang lebih banyak membutuhkan kalori lebih banyak.

    Untuk memperkuat jantung, olahraga harus dilakukan

    dengan intensitas yang cukup tinggi. Intensitas dirasakan

    cukup ketika denyut jantung per menit meningkat sebanyak

    20 kali per menit dari yang normal, disertai nafas berat &

    keringat dalam jumlah banyak (dalam udara yang tidak

    panas). Sedangkan untuk menilai tingginya intensitas adalah

    41

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    42/70

    ketika tubuh sudah tidak mampu melakukan gerakan

    olahraga yang sama lagi.

    5. Tahapan-Tahapan Dalam Berolahraga

    Setiap kali berolahraga hendaknya memperhatikan dan

    mengikuti tahapan-tahapan yang telah ada. Adapun tahapan-

    tahapan yang dianjurkan, yaitu : (Suara Pembaharuan, 2002).

    a. Pemanasan (warm up)

    Latihan ini dilakukan sebelum memasuki latihan inti dengan

    tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum

    memasuki latihan yang sebenarnya. Tujuan latihan ini adalah

    menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung

    mendekati intensitas latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk

    mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga.

    Lama pemanasan biasanya 5 - 10 menit.

    b. Latihan inti (conditioning)

    Pada tahap ini, denyut nadi diusahakan mencapai target

    seperti yang ditulis di atas. Bila target tersebut tidak tercapai,

    maka tidak ada manfaatnya, sebaliknya bisa melebihi target

    yang telah ditentukan, akan menimbulkan resiko yang tidak

    diinginkan.

    c. Pendinginan (cool down)

    Sebaiknya setiap selesai melakukan olahraga dilakukan

    pendinginan untuk mencegah terjadinya penimbunan zat-zat

    racun yang dikeluarkan sewaktu berolahraga atau pusing-

    42

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    43/70

    pusing karena darah masih terkumpul di otot yang aktif.

    Penimbunan asam laktat dapat menimbulkan rasa nyeri pada

    otot sesudah berolahraga. Bila olahraga yang dilakukan adalah

    jogging maka pada pendinginan sebaiknya tetap jalan untuk

    beberapa menit. Bila bersepeda, tetap mengayun sepeda tanpa

    beban. Lama pendinginan kurang lebih 5 - 10 menit, hingga

    denyut nadi mendekati detak jantung waktu istirahat.

    Olahraga yang dimaksud bagi penderita yang berisiko stroke

    adalah tingkat kegiatan fisik yang sedang-sedang saja seperti

    berjalan, jalan cepat, bersepeda, berkebun, membersihkan rumah,

    berdansa dan bowling. Bila dilakukan secara teratur akan memberikan

    manfaat namun tidak kontinyu. Sebaiknya hindarkan olahraga atau

    kegiatan yang memaksa dan berkepanjangan karena

    mengakibatkan beban berlebihan pada tubuh terutama jantung

    (Sustrani dkk, 2004).

    F. Tinjauan Umum Tentang Stress

    Menurut Munandar (2001), stress adalah suatu kekuatan yang

    mendesak atau mencekam yang menimbulkan suatu ketegangan

    dalam diri seseorang. Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang

    menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi. Stress

    43

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    44/70

    merupakan segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri karena itu

    sesuatu yang menggangu keseimbangan kita.

    Stress merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap

    setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal

    yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari,

    setiap orang mengalaminya, stress memberi dampak secara total pada

    individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual,

    stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stress emosional

    dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri

    sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi

    dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress

    sosial akan menggangu hubungan individual terhadap kehidupan.

    (Rasmun, 2004)

    Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor

    adalah suatu peristiwa, situasi individu atau objek yang dapat

    menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Stressor yang

    berkepanjangan akan menggangu individu, misalnya menimbulkan

    rasa tidak sejahtera atau mengganggu keseimbangan hidup seseorang

    sehingga menimbulkan dampak yang merugikan (Lukluka, 2008).

    Usia yang rentan terserang stress karena menghadapi dinamika

    kehidupan yaitu pada usia produktif. Mereka yang produktif sering

    berhadapan dengan tantangan, jika tidak mampu mengaturnya bisa

    berpotensi stress. Selain lingkungan social yang makin kompleks,

    44

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    45/70

    kebiasaan orang diusia produktif yang tidak selektif dalam konsumsi

    makana juga mempengaruhi tingkat stress (Aminullah, 2008)

    Menurut Mahsun (2004) ada dua jenis stress yaitu :

    a. Eustress, yaitu hasil dari responden terhadap stress yang

    bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal

    tersebut temasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang

    diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kempuan adaptasi

    dan tingkatperformance yang tinggi.

    b. Distress yaitu hasil dari respon terhadap stress yang bersifat

    tidak sehat, negative dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut

    termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit

    kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang

    tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan

    kematian.

    Menurut Santrock dalam Indri Kamela 2007, faktor-faktor yang

    Mempengaruhi/Menyebabkan Stress yaitu :

    a. Faktor Lingkungan

    1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi

    Istilah yang sering digunakan untuk beban yang terlalu berat di

    masa kini adalah burnout, perasaan tidak berdaya, tidak

    memiliki harapan, yang disebabkan oleh stress akibat pekerjaan

    yang sangat berat. Burnout membuat penderitanya merasa

    sangat kelelahan secara fisik dan emosional. Berbagai stimulus

    bukan hanya dapat menjadi beban yang terlalu berat, namun

    45

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    46/70

    juga bisa menjadi sumber konflik. Konflik terjadi ketika

    seseorang harus mengambil keputusan dari dua atau lebih

    stimulus yang tidak cocok. Tiga tipe konflik utama adalah :

    a) Mendekat (approach/approach conflict), terjadi bila

    individu harus memilih antara dua stimulus atau keadaan

    yang sama menarik. Konflik mendekat/mendekat adalah

    konflik yang tingkat stresnya paling rendah dibandingkan

    dua tipe konflik lainnya karena dua pilihannya memberikan

    hasil yang positif.

    b) Menghindar/menghindar (avoidance/avoidance

    conflict), terjadi ketika individu harus memilih antara dua

    stimulus yang sama-sama tidak menarik, yang sebenarnya

    ingin dihindari keduanya, namun mereka harus memilih

    salah satunya. Pada banyak kasus, individu memilih untuk

    menunda mengambil keputusan dalam konflik

    menghindar/menghindar sampai saat-saat terakhir.

    c) Mendekat/menghindar (approach/avoidance conflict),

    terjadi bila hanya ada satu stimulus atau keadaan namun

    memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif. Bila

    dihadapkan dalam konflik seperti ini (timbul dilema),

    biasanya individu merasa bimbang sebelum mengambil

    keputusan. Ketika waktunya untuk mengambil keputusan

    semakin dekat, kecenderungan untuk menghindar biasanya

    semakin mendominasi

    46

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    47/70

    d) Frustasi adalah situasi apapun dimana individu tidak

    dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kegagalan dan

    kehilangan adalah dua hal yang terutama membuat frustasi.

    2) Kejadian besar dalam hidup dan gangguan sehari-

    hari

    b. Faktor-Faktor Kepribadian

    Pola Tingkah Laku Tipe A (type A Behavior Pattern)

    Adalah sekelompok karakteristik rasa kompetitif yang

    berlebihan, kemauan keras, tidak sabar, mudah marah , dan sikap

    bermusuhan yang dianggap berhubungan dengan masalah

    jantung. Penelitian mengenai pola tingkah laku tipe A pada anak-

    anak dan remaja menemukan bahwa anak-anak dan remaja

    dengan pola tingkah laku tipe A cenderung menderita lebih banyak

    penyakit, gejala gangguan jantung, ketegangan otot, dan gangguan

    tidur, dan bahwa anak-anak dan remaj dengan tipe A biasanya

    memiliki orang tua yang juga memiliki pola tingkah laku A

    c. Faktor-Faktor Kognitif

    Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung pada bagaimana

    individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara

    kognitif. Pandangan ini telah dikemukan oleh peneliti bernama

    Richard Lazarus (1966, 1990, 1993).

    Penilaian kognitif (cognitive appraisal) adalah istilah yang

    digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu

    terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu

    47

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    48/70

    yang berbahaya, mengancam, atau menantang dan keyakinan

    mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi

    suatu kejadian dengan efektif.

    Menurut pandangan Lazarus, berbagai kejadian dinilai dua

    langkah :

    1) Penilaian primer ( primary appraisal), mengartikan

    apakah suatu kejadian mengandung bahaya atau menyebabkan

    kehilangan, menimbulkan suatu ancaman akan bahaya di masa

    yang akan datang atau tantangan yang harus dihadapi.

    a) Bahaya (harm), penilaian terhadap kerusakan yang

    sudah diakibatkan oleh suatu kejadian.

    b) Ancaman (threat), penilaian terhadap kerusakan yang

    berpotensi terjadi di masa yang akan datang akibat suatu

    kejadian.

    c) Tantangan (challenge), penilaian terhadap potensi

    untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan akibat

    suatu kejadian dan mengambil keuntungan secara maksimal

    dari kejadian tersebut.

    2) Penilaian sekunder (secondary appraisal),

    mengevaluasi potensi atau kemampuan dan menentukan

    seberapa efektif potensi atau kemampuan yang dapat

    digunakan untuk menghadapi suatu kejadian.

    Lazarus percaya bahwa pengalaman stres adalah

    keseimbangan antara penilaian primer dan sekunder. Ketika

    48

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    49/70

    bahaya dan ancaman tinggi, sementara tantangan dan sumber

    daya yang dimiliki rendah, stres cenderung akan menjadi berat;

    bila bahaya dan ancaman rendah, dan tantangan serta sumber

    daya yang dimiliki tinggi, maka stres akan cenderung menjadi

    ringan atau sedang

    d. Faktor-Faktor Sosial Budaya

    1) Stres akulturatif

    Akulturasi (acculturation) mengacu pada perubahan

    kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak langsung yang

    sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang

    berbeda. Sedangkan stres akulturatif (acculturative) adalah

    konsekuensi negatif dari akulturasi.

    2) Status sosial ekonomi

    Tekanan stress (stressor) akan membebani individu dan akan

    mengakibatkan gangguan keseibangan fisik maupun psikis. Batas

    kritis tekanan yang menimbulkan stress sangat bervariasi antar

    individu (Hartono,2007).

    Perubahan yang terlalu besar dan cepat dibandingkan dengan

    kemampuan kita untuk menerimanya bisa menimbulkan stress. Secara

    umum semakin banyak peristiwa yang kita alami dalam kurun waktu

    tertentu dan semakin tinggi tingkat stresnya, maka akan semakin

    banyak stress yang dialami, baik dalam emosi maupun fisik. Beratnya

    tingkat stress juga dipengaruhi oleh pentingnya kejadian dan

    perubahan yang dialami. Stress dapat timbul akibat peristiwa yang

    49

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    50/70

    menggembirakan, seperti menikah, memenangkan hadiah uang,

    mendapat bayi, ataupun peristiwa yang menyedihkan seperti

    kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau sakitnya seorang anggota

    keluarga (Wilkinson, 2002).

    Dalam setiap tahun kita harus menghadapi banyak

    persoalan/cobaan yang tidak dapat dihindari. Ahli ilmu jiwa Amerika

    Dr.Thomas Holmes dari Universitas Washington melakukan penelitian

    dengan membuat daftar cobaan/peristiwa kehidupan guna menyelidiki

    pengaruhnya terhadap kesehatan badan dan jiwa. Sesuai dengan

    pengaruhnya dia telah memberikan berbagai nilai untuk berbagai

    peristiwa. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam setahun tidak boleh

    lebih dari 300. Bila angka sebanyak 300 sudah tercapai dia mengamati

    timbulnya gejala sakit yang serius, seperti serangan jantung dan

    depresi ( Machfoedz, 2008).

    Tabel 2. 8 Peristiwa KehidupanPeristiwa Kehidupan Nilai

    Kematian suami/istri 100

    Perceraian 73

    Hidup terpisah dalam perkawinan 65

    Hukuman penjara 63

    Kematian anggota keluarga dekat 63

    Luka atau sakit (diri sendiri) 58

    Perkawinan 50Dipecat dari perusahaan (PHK) 47

    Rukun kembali antar suami istri 45

    Pensiun 45

    Peristiwa Kehidupan Nilai

    Perubahan kesehatan anggota keluarga 44

    Kehamilan 40

    Masalah seksual 39

    Mendapat anggota keluarga baru 39

    Penyesuaian kembali dalam bisnis 39

    Perubahan situasi keuangan /status ekonomi 38

    Kematain teman dekat 37

    50

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    51/70

    Perbaikan kebiasaan 37

    Perubahan bidang pekerjaan / ganti pekerjaan 36

    Bertengkar dengan pasangan 35

    Hutang lebih dari 10 jt 31

    Penyitaan barang yang didigadaikan 30Perubahan tangguang jawab pada pekrjaan/ganti jabatan 29

    Masalah dengan keluarga suami/istri 29

    Anak tinggalkan rumah 29

    Prestasi istimewa 28

    Pasangan berhenti/mulai bekerja 26

    Muali atau mengakhiri sekolah 26

    Perubahan kondisi kehidupan/tempat tinggal 25

    Mengubah kebiasaan pribadi 24

    Masalah dengan bos 23

    Pindah rumah, sekolah, rekreasi 20

    Perubahan kegiatan keagamaan 19

    Perubahan kegiatan sosial 18

    Hutang kurang dari 10 juta 17

    Perubahan kebiasaan tidur 16

    Perubahan kebiasaan makan 15

    Cuti 13

    Liburan 12

    Pelanggaran hukum ringan 11Sumber :Lukluka, Zuyina dan Siti Bandiyah. 2008

    Skor : cara menentukan tingkat stres adalah dengan menjumlahkan

    item stres yang sesuai. Dan menyesuaiakan dengan patokan nila

    150 199 : tergolong stress ringan

    200 299 : tergolong stress sedang

    300 : tergolong stress berat

    Menurut Potter dan Perry dalam Rasmun (2004), telah

    menghubungkan tingkat stress dengan kejadian sakit :

    1. Stres Ringan : biasanya tidak merusak aspek fisiologis,

    stress ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya :

    lupa, ketiduran, kemacetan dan dikritik. Situasi seprti ini biasanya

    berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam.

    2. Stress Sedang : terjadi lebih lama beberapa jam sampai

    hari, misalanya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang

    51

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    52/70

    berlebihan, mengharapkan pekerjaan yang baru, anggota keluarga

    pergi dalam waktu yang lama.

    3. Stres Berat : adalah stress kronis yang terjadi beberapa

    minggu sampai tahun, miasalnya hubungan suami istri yang tidak

    harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik lainnya.

    Stres bisa memicu stroke karena stres meningkatkan adrenalin.

    Adrenalin akan memicu tubuh untuk menghasilkan energi yang

    diperoleh dari pembakaran lemak. Pembakaran lemak akibat stres

    menyebabakan kadar lemak dalam darah menjadi tianggi. Hal ini

    dikarenakan kendaraan pengangkut untuk membuang lemak yaitu high

    density lipoprotein (HDL) tidak ikut meningkat. Hal tersebut berbeda

    dengan pembakaran lemak karena berolahraga. Pembakaran pada

    saat berolahraga ikut meningkatkan kadar HDL dalam darah sehinga

    lemak yang terbakar akan dibuang keluar dari tubuh (Indriasari, 2005).

    Menurut ahli spesialis syaraf dr. Syfrizal A, SpBs menyatakan

    bahwa stres dapat menyumbang 20% penyebab stroke. Stroke yang

    tidak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan kolesterol

    daam darah sehingga rentan terhadap terjadiya serangan stroke

    (Budiman, 2006).

    Menurut Maramis dalam Sunaryo (2004), Stress dapat

    bersumber dari beberapa hal, yaitu :

    1. Frustasi

    Timbul akibat kegagalan dalam pencapaian tujuan karena

    adanya hambatan. Frustasi ada yang bersifat intristik (cacat badan,

    52

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    53/70

    dan kegagalan usaha) dan ekstrensik (kecelakaan, bencana alam,

    kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,

    pengangguran, perselingkuhan, dll).

    2. Konflik Peran

    Tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,

    kebutuhan atau tujuan. Para wanita yang bekerja dikabarkan

    sebagai pihak yang mengalami stress lebih tinggi dibandingkan

    dengan pria. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik

    peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.

    3. Tekanan

    Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan

    dapat berasal dari dalam individu, misalanya cita-cita atau norma

    yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu,

    misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu

    rengking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebih

    kepada suami.

    4. Krisis

    Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan

    stress kepada individu, misalnya kematian orang yang disayangi,

    kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi. Hal ini dapat

    53

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    54/70

    membuat seseorang menghadapi perasaan yang kritis yang dapat

    menimbulkan stress.

    Beberapa gejala awal akibat stress dapat dibagi menjadi

    keluhan somatik, psikis dan gangguan psikomotor dengan atau tanpa

    gejala psikotik. (Hartono, 2007)

    1. Keluhan somatik (sakit)

    a. Gangguan cerna

    b. Nyeri dada atau debar jantung

    c. Insomnia berupa sulit tidur atau tidur tapi mudah terbangun

    d. Gangguan yang tidak spesifik seperti sakit kepala atau tidak

    nafsu makan

    e. Nyeri otot, letih, lesu, tidak bergairah.

    2. Keluhan psikis

    a. Putus asa, merasa masa depan suram

    b. Sedih dan merasa suram

    c. Inplusifdan mudah marah

    d. Selalu tegang dan suka menyendiri

    3. Gangguan psikomotor

    a. Gairah kerja/belajar menurun

    b. Mudah lupa dan konsentrasi berkurang.

    Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia menunjukan bahwa

    kaum hawa lebih rentan terserang stres dibandingkan kaum adam.

    Umumnya mereka yang menderita stres berada dalam kisaran usia

    54

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    55/70

    produktif. Yang dipicu oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial-

    lingkungan dan psikologis (Wilkinson, 2002).

    Akan tetapi hampir semua orang pernah mengalami stres.

    Stres merupakan hal yang wajar. Disatu sisi, stres dapat mengganggu

    keseimbangan hidup seseorang, tetapi disisi lain stres merupaan

    salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai

    cita-citanya. Bila stres dikelola dengan baik stres justru dapat

    meningkatkan vitalitasme, optimisme, pandangan hidup yang positif,

    ketahanan mental dan fisik serta dapat meningkatkan produktivitas

    dan kreatifitas (Wilkinson, 2002).

    Tanpa pernah disadari, gaya hidup yang dijalani juga membuka

    peluang lebih besar untuk stress. Adapun gaya hidup yang berpotensi

    membuat seseorang menjadi stress yaitu : (Hartono, 2007)

    1. Terlalu banyak bekerja tanpa keseimbangan

    Bekerja giat tanpa jeda sangat memungkinkan membuat

    stress. Menngaku seorang workaholic ? tidak masalah jika

    workaholic itu berjalan seimbang dengan kehidupan yang lain

    seperti melakukan olahraga, hobi atau hal-hal di luar pekerjaan.

    2. Rutinitas yang monoton

    Jadwal kegiatan yang monoton dan rutin dapat

    mengeringkan emosi atau suasana hati. Rutinitas membuat kita

    hidup seperti dalam auto mode dan membuat kita tidak dapat

    menikmati hidup. Membuat kita menjadi sensitive, merasa buntu,

    sehingga stress tersebut mmuncul.

    55

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    56/70

    3. Tidak ada supportive resources

    Menampuk tanggung jawab besar sangat memungkinkan

    membuat kita terbebani. Pemikiran seperti jika saya cuti sehari,

    maka semua pekerjaan menjadi berantakan justru membuat stress

    dan depresi. Percayalah pada rekan-rekan anda. Jika pekerjaan

    anda banyak delegasikan saja tugas tersebut kepada rekan.

    4. Kurang dukungan sosial

    Keterasingan tanpa memiliki seseorang sebagai tempat

    untuk bercerita ketika mengalami masalah, bisa menjadi factor

    pendorong stress.

    5. Tidak ada waktu untuk hobi

    Sebagai seorang yang sedang mengejar karir, sepertinya

    waktu untuk melakukan hobi seakan terasa seperti membuang

    waktu saja. Padahal hobi sangat baik agar kita merasa rileks dan

    santai. Mereka yang tidak pernah meluangkan waktu untuk santai

    atau rileksasi cenderung cepat stress ketima menghadapi masalah.

    6. Kurang tidur

    Orang biasanya tidak menyadari pentingnya memenuhi

    kebutuhan waktu tidur, kita menjadi tidak konsentrasi, tidak

    produktif dalam bekrja, dan cepat emosi ketika mengatasi maslah.

    Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, bukan tidak

    mungkin anda mengalami stress.

    7. Kurang waktu luang

    56

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    57/70

    Bagian dari hidup sehat adalah memiliki waktu luang.

    Manfaatkan sebaik-baiknya waktu luang dengan aktivitas yang

    menyenangkan. Aktivitas tersebut dapat memberikan selingan

    segar dari maslah-masalah dalam hidup.

    Pada hakekatnya, stres dapat dikendalikan secara dini bila

    seseorang menyadari datangnya stres di awal. Mengelola stres

    mungkin dapat dilakukan dengan cara : olahraga, relaksasi,

    meditasi, yoga, aroma terapi dan lain-lain (Hartono, 2007).

    G. Kerangka Teori

    Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komleks,

    yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar dari

    kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,

    baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini

    Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas sebagai berikut :

    (Notoatmodjo, 2003)

    57

    Keturunan

    Lingkungan :- Fisik- Sosial,

    Ekonomi,budaya, dsb

    StatusKesehatan

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    58/70

    Gambar 2.1 Teori H.L Blum

    Keterangan :

    1. Lingkungan

    Lingkungan dimana seseorang tinggal dan bisa

    mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan. Baik lingkungan

    fisik, ekonomi, sosial maupun budaya. Pada stroke, misalnya

    perokok pasif, mereka tidak merokok tetapi harus turut merasakan

    akibat buruk dari rokok yang dibakar oleh orang di sekitarnya.

    lingkungan kerja atau sosial yang tidak nyaman, menimbulkan

    tekanan-tekanan tersendiri bagi seseorang sehingga seseorang

    tersebut menjadi stres. Atau tinggal dilingkungan yang banyak

    menjual makanan siap saji, seperti junk food, sea food dll sehingga

    orang yang tinggal didaerah tersebut lebih banyak mengkonsumsi

    makanan yang kaya kolesterol sehingga memiliki risiko terkena

    stroke akibat konsumsi makanan berkolesterol lebih tinggi.

    2. Perilaku

    Faktor yang berhubungan dengan kebiasaan hidup

    seseorang yang bisa memicu timbulnya penyakit. Adapun prilaku

    58

    Perilaku

    PelayananKesehatan

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    59/70

    yang dapat memicu terjadinya stroke yaitu seperti kebiasaan

    merokok, konsumsi makanan berlemak dan berkolesterol yang

    rendah serat, konsumsi alkohol berlebih, sedentary living, kurang

    olahraga, dan lain-lain.

    3. Pelayanan Kesehatan

    Yakni pelayanan yang diberikan untuk penanganan masalah

    kesehatan. Pada stroke, sering kali gejala awal sebagai isyarat

    terjadinya stroke diabaikan sehingga korban terlambat

    mendapatkan pertolongan sehingga berakibat fatal.

    4. Keturunan

    Faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian suatu

    penyakit. Pada stroke, seperti riwayat keluarga, umur, ras dan jenis

    kelamin.

    BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    59

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    60/70

    Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan

    pendekatan kasus - kontrol (case control study). Dimana faktor risiko

    dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Kasus

    adalah subyek dengan karakter efek positif, sedangkan control adalah

    subyek dengan karakter efek negative. Subyek dipilih dari subyek

    yang sama kondisinya dengan kasus (matching). Yang dimaksud

    matching dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin

    (Notoatmodjo, 2005).

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada bulan Mei 2010.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

    Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian

    atau obyek yang akan diteliti, yang menjadi populasi dalam

    penelitian ini adalah pasien stroke berusia produktif yang berobat di

    Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie Samarinda

    tahun 2009 yang berjumlah 426 orang. (Rekam medik RSUD AW

    Sjahranie, 2009).

    60

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    61/70

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang

    berusia produktif. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan

    menggunakan teknik purposive sampling. Yaitu pengambilan

    sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang

    dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri dan sifat-sifat populasi

    yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005)

    Untuk penelitian ini memakai pertimbangan dengan kriteria

    sebagai berikut :

    a. Kelengkapan data

    b. Berdomisili di Samarinda

    c. Pasien bersedia menjadi sampel.

    d. Berusia produktif ( 15 - 55 tahun)

    e. Tercatat sebagai karyawan di instansi pemerintahan

    maupun swasta atau bekerja

    Pengambilan sampel dilakukan pada 2 kelompok responden

    yaitu:

    a. Kasus : Pasien yang terdiagnosa menderita stroke pada usia

    produktif

    b. Kontrol : Pasien yang tidak terdiagnosa menderita stroke pada

    usia produktif

    Jumlah sampel diambil secara Purposive (non random)

    dengan matching usia dan jenis kelamin. Sebanyak 75 orang

    diambil sebagai sampel dengan perbandingan jumlah kasus dan

    61

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    62/70

    kontrol 1 : 1, maka total sampel kasus dan kontrol adalah 150

    orang. Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan

    rumus sebagai berikut : (Budianto, 2002)

    Rumus :

    n = P . q . Z

    L

    Keterangan :

    n = Besar Sampel

    P = Besar Populasi yang diinginkan

    q = 1 P

    Z = Simpang dari rata-rata didistribusi normal standar

    L = Besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang

    masih dapat diterima (10%)

    Maka :

    n = 0,73 x 0,27 x 1,96

    0,1

    = 0,75

    0,01

    = 75 Orang

    D. Kerangka Konsep Penelitian

    Rencana penelitian Case Control Studydapatdigambarkan

    sebagai berikut :

    62

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    63/70

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    E. Hipotesis Penelitian

    63

    Kasus (+)

    Penderita Stroke

    Kebiasaan Merokok (+)

    Kebiasaan Berolahraga (+)

    Kolesterol (+)Stress (+)

    Kebiasaan Merokok (-)

    Kebiasaan Berolahraga (-)

    Kolesterol (-)

    Stress (-)

    Kebiasaan Merokok (+)

    Kebiasaan Berolahraga (+)

    Kolesterol (+)

    Stress (+)

    Kebiasaan Merokok (-)

    Kebiasaan Berolahraga (-)

    Kolesterol (-)

    Stress (-)

    Kontrol (-)Bukan Penderita

    Stroke

    MatchingUsia dan Jenis

    Kelamin

    Populasi

    Retrospektif

    Retrospektif

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    64/70

    1 Kolesterol merupakan faktor risiko kejadian stroke usia

    produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah

    Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009

    2 Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian stroke

    usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum

    Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009

    3 Kebiasaan olahraga merupakan faktor risiko kejadian stroke

    usia produktif pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum

    Daerah Abdoel Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009

    4 Stres merupakan faktor risiko kejadian stroke usia produktif

    pada pasien yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel

    Wahab Sjahrani Samarinda Tahun 2009

    F. Variabel Penelitian

    1 Variabel Terikat (dependent) : Kejadian Stroke pada usia

    produktif

    2 Variabel Bebas (independent) :

    a. Kolesterol

    b. Kebiasaan Merokok

    c. Kebiasaan Olahraga

    d. Stres

    64

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    65/70

    G. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah batasan-batasan yang berguna

    untuk membatasi ruang lingkup variabel yang akan di teliti. Defenisi

    operasional berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

    pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

    pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005).

    Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabel Definisi operasional Kriteria objektif Alat Ukur Skala

    Stroke Stroke adalah pasien yangdidiagnose dokter mengalamigangguan saraf otak yangdisebabkan oleh kerusakanpembuluh darah di otak(pecah/sumbatan) yangterjadi dalam tempo sekitar24 jam atau lebih. Yangberusia produktif (15-55tahun)

    - Kasus : pasien yangdidiagnosa menderitastroke iskemik ataupunhemoragik.

    - Kontrol : pasien yangdidiagnosa tidakmenderita stroke

    Dataskunderrekammedik

    Ordinal

    Kolesterol Kadar kolesterol total dalamdarah

    - Berisiko : jika memilikitotal kolesterol 240mg

    - Tidak berisiko : jikakadar kolesterol < 240mg

    Dataskunderrekam

    medik

    Ordinal

    KebiasaanMerokok

    Kegiatan atau aktifitasmenghisap batangrokok/merokok dalam sehari

    - Berisiko : jika memilikikebiasaan

    - Tidak berisiko : jikatidak memilikikebiasaan merokok

    Kuesioner Ordinal

    65

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    66/70

    Variabel Definisi operasional Kriteria objektif Alat Ukur Skala

    KebiasaanBerolahraga

    Kegiatan atau aktifitasolahraga diluar aktifitas kerjadalam seminggu yang

    mengacu pada pedomanFITT (Frekuensi, Intensitas,Time/Tempo, Type) Yangdiawali dengan propsespemanasan dan diakhiridengan pendinginan

    - Berisiko : JikaResponden menjawab< 80% dari total

    petanyaan

    - Tidak Berisiko : JikaResponden menjawab 80% dari totalpertanyaan

    Kuesioner Ordinal

    Stres Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi yangmenimbulkan tekanan,

    perubahan, dan keteganganemosional. Dalam setahunterakhir.

    - Berisiko : jika skor 300

    - Tidak Berisiko : jikaskor < 300

    Angket Nomonal

    H. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

    peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

    lebih baik hasilnya, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

    sehingga lebih mudah diolahnya (Arikunto, 2002)

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    1. Kuisioner

    2. Angket

    3. Rekam Medik

    66

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    67/70

    I. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

    1. Teknik Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara

    terpimpin yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yaitu

    pasien stroke maupun tidak yang berusia produktif yang di

    rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjachranie.

    b. Data sekunder

    Data diperoleh dari dokumen atau laporan instansi terkait

    dengan penelitian ini yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel

    Wahab Sjahranie.

    2. Teknik Pengolahan Data

    Beberapa tahapan dalam pengolahan data yaitu :

    a. Editing

    Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah

    diberikan responden. Editing dilakukan di lapangan agar dapat

    mempermudah dalam proses melengkapi atau

    menyempurnakan data yang kurang.

    b. Coding

    Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

    data berbentuk angkabilangan agar mempermudah pada saat

    analisis data dan juga mempercepat pada saat entrydata.

    67

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    68/70

    c. Proccessing

    Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar dan

    juga sudah melewati pengkodingan maka langkah selanjutnya

    adalah memproses data agar dapat dianalisis dengan cara

    meng-entrydata dari kuesioner ke computer.

    d. Cleaning

    Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan

    pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada

    kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada

    saat meng-entryke komputer.

    J. Analisis Data dan Pengujian Hipotesa

    Data yang sudah terkumpul melalui kuesioner lalu di olah dan

    selanjutnya untuk membuktikan hipotesis, maka digunakan program

    SPSS (statistical Product and Service Solutions) 11,5 forwindows dan

    selanjutnya data di analisis dengan cara :

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariate dilakukan untuk meperoleh gambaran

    tentang tiap-tiap variable yang digunakan dalam penelitian. Setelah

    itu data diolah dan disajikan dalam bentuk table frekuensi atau

    tabel silang.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis yang

    diuji Hipotesis Nol (Ho). Hipotesis diuji dengan tingkat kemaknaan

    68

  • 8/6/2019 BAB I-III 2003

    69/70

    = 0,05. Uji statistik yang digunakan untuk membandingkan antara

    kasus dan kontrol terhadap faktor - faktor risiko (variabel

    independent) dengan rumus Odds Ratio (OR) dengan formulasi

    sebagai berikut :

    Tabel 3. 2 Kontingensi 2 x 2

    Sumber : Kasjono & Kristiawan, 2008

    Rumus Odds Ratio (OR), dengan rumus sebagai berikut :

    Keterangan :

    a = jumlah kasus dengan resiko positif (+)

    b = jumlah kontrol dengan resiko positif (+)

    c = jumlah kasus dengan resiko negatif (-)

    d = ju