Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

24
Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014 157 KUASO BETINO RIMBO: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba Ahmad Syarifin STAI YPI Al Ikhlas Painan Email: [email protected] Abstract The relation between masculinity and femininity in the jungle family has a vital position. In inheritance case, a divorce, either life or death, causes several rights that belong to women such as child custody, property split (community or separate property. This nature resource inheritance status covers an ownership, utilization, and distribution for example in agricultural or hunted resource. However, social changes affect female (batino) role in a domestic field. She takes care not only for women responsibilities such as child care, household task, cooking and serving the husband, but also takes care of men’s responsibilities such as providing water from the river, collecting wood, farming and other activities that men should do. Keywords: power, women, and jungle family A. Pendahuluan Orang Rimba yang hidup sebagai sebuah komunitas di Provinsi Jambi tepatnya di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, memiliki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud tidak terlepas dari sistem sosial budaya masyarakat tersebut (Kontjaraningrat, 1965: 77-78). Misalnya, tempat tinggal mereka di rimba, kecenderungan menutup diri, gaya berpakaian, sistem kekerabatan, posisi perempuan dalam keluarga dan sebagainya. Penelitian ini fokus pada ruang kuasa perempuan rimba terutama dalam rumah tangga. Dalam bahasa rimba istilah perempuan dikenal dengan betino, dan kuaso betino rimbo mengandung makna ruang

Transcript of Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Page 1: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

157

KUASO BETINO RIMBO:Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

Ahmad Syarifin

STAI YPI Al Ikhlas PainanEmail: [email protected]

Abstract

The relation between masculinity and femininity in the jungle familyhas a vital position. In inheritance case, a divorce, either life or death,causes several rights that belong to women such as child custody,property split (community or separate property. This nature resourceinheritance status covers an ownership, utilization, and distributionfor example in agricultural or hunted resource. However, socialchanges affect female (batino) role in a domestic field. She takes carenot only for women responsibilities such as child care, household task,cooking and serving the husband, but also takes care of men’sresponsibilities such as providing water from the river, collectingwood, farming and other activities that men should do.

Keywords: power, women, and jungle family

A. Pendahuluan

Orang Rimba yang hidup sebagai sebuah komunitas di ProvinsiJambi tepatnya di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas,memiliki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud tidak terlepasdari sistem sosial budaya masyarakat tersebut (Kontjaraningrat, 1965:77-78). Misalnya, tempat tinggal mereka di rimba, kecenderunganmenutup diri, gaya berpakaian, sistem kekerabatan, posisi perempuandalam keluarga dan sebagainya.

Penelitian ini fokus pada ruang kuasa perempuan rimba terutamadalam rumah tangga. Dalam bahasa rimba istilah perempuan dikenaldengan betino, dan kuaso betino rimbo mengandung makna ruang

Page 2: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

158

kuasa perempuan dalam keluarga rimba. Pentingnya kajian tentangkuaso betino rimbo ini mengingat mulai intensifnya interaksi OrangRimba dengan orang luar. Interaksi ini menyuburkan perubahan yangterjadi di kalangan Orang Rimba itu sendiri. Ciri khas yang merekamiliki dari aspek tatanan hukum keluarga mengalami perubahan.Karena itu perlu dilihat bagaimana mereka mempertahankan identitassebagai Orang Rimba.

Diskursus Orang Rimba sudah menjadi perhatian peneliti-peneliti dunia maupun lokal. Di antara peneliti-peneliti yang telahmelakukan penelitian tentang Orang Rimba, misalnya Edwin Loebtahun 1935, kemudian Berhard Hagen tahun 1907, dan G.J. VanDongen tahun 1913. Namun demikian, dinamika kehidupan OrangRimba semakin berkembang. Sebaran Orang Rimba pun semakinmeluas. Perubahan-perubahan terus terjadi sehingga dalam berbagaidimensi, kekhasan Orang Rimba mulai menghilang. Terlebih jikatempat mereka tinggal dikaitkan dengan status taman nasional,masuknya orang dusun (luar) berkebun di dalam rimba, serta makinluasnya areal perusahaan perkebunan sawit dan perkebunan karet.Kondisi ini menjadi alasan mendasar bahwa kajian tentang perempuanrimba menjadi penting dilakukan. Penelitian ini diupayakan menjawabbagaimana kedudukan perempuan dalam keluarga Orang Rimba.Lebih lanjut diarahkan pada, bagaimana kuasa perempuan terhadaprumah tangga dan bagaimana kuasa perempuan terhadap harta.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini berupaya mengungkap budaya komunitas tertentu,yakni komunitas Orang Rimba, dengan corak penelitian etnografi,(Mardalis, 1993: 28, Hadari Nawawi dan Mimi Martini 1994: 174).Tujuan etnografi adalah untuk menggali atau menemukan esensi darisuatu kebudayaan dan keunikan beserta kompleksitas untuk bisamelukiskan interaksi dan setting suatu kelompok.

Sumber data dalam penelitian ini adalah komunitas rimba, secarakeseluruhan berjumlah 39 jiwa. Dari jumlah tersebut dipilih orang-orang yang berkedudukan sebagai temenggung, depati, menti,

Page 3: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

159

termasuk budak bujang dan orang dusun. Cara ini berdasarkanpertimbangan adanya pantang larang dalam komunitas rimba untukberinteraksi langsung dengan orang luar. Di samping itu adanyaketerbatasan Orang Rimba dalam berbicara. Agaknya inilah yangdigariskan Sugiyono dengan purpossive sampling. Pemilihanresponden bukan atas dasar prinsip keterwakilan melainkankepentingan dan kriteria (Sugiyono, 2008: 413).

Dalam kajian ini, peneliti berbicara dan mengamati secaralangsung kehidupan Orang Rimba, mempelajari tentang sejarah hidup,kebiasaan, harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemusecara langsung, menjalin persahabatan, dan menemukan dunia sosialbaru. Jadi, dalam penelitian ini peneliti mempelajari danmenggambarkan pola budaya khususnya tentang perempuan rimba.Namun, karena adanya kebiasaan—adat—orang rimba laki-laki luardilarang beriteraksi dengan perempuan rimba, maka data-data tentangkehidupan perempuan lebih banyak diperoleh dari laki-laki rimba.

Karena tujuan dari metode etnografi untuk menggambarkanbudaya tertentu, maka tidak dimulai dengan membuat pertanyaanterstruktur (Kanneth D. Bailey, 1982: 254). Dalam hal ini penelitimelakukan participant observation, eksplorasi terhadap kegiatanhidup sehari-hari orang rimba, pengamatan dan mewawancaraianggota kelompok dan terlibat di dalamnya.

Data yang diperoleh melalui observasi participant digunakanuntuk menganalisis dalam menginterpretasikan, mengungkap maknadan hubungannya dengan gambaran kehidupan yang ada. Sedangkanwawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan keterangantentang kehidupan Orang Rimba. Tekniknya dengan wawancaramendalam dan terbuka. Terbuka artinya dilakukan pada orang yangada dalam latar penelitian. Cara kerja dalam melakukan penelitian inimengacu kepada prosedur penelitian dalam kerangka etnografi. Dalampraktiknya tidak ada cara kerja baku yang harus diikuti sepenuhnyadalam penelitian etnografi. Penelitian ini mengacu kepada (CreswellJohn W. Creswell, 2007: 68).

Page 4: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

160

Komunitas yang terlibat dalam penelitian ini adalah rombongTemenggung Serengam. Istilah temenggung merupakan istilah yangdigunakan sebagai sebutan bagi pimpinan Orang Rimba. Temenggungdipilih berdasarkam garis keturunan setelah dicalonkan oleh orangrimba. Tugas temenggung memimpin rombong (komunitas). Untukdapat dipilih sebagai temenggung, seseorang harus memiliki syaratseperti pintar, jujur, dermawan dan tidak suka memfitnah. Rombongtemenggung serengam sebenarnya tidak tinggal di Terap. Terapmemiliki ketemenggungan tersendiri yakni Temenggung Marituha.Ketika penelitian ini dilakukan, rombong Temenggung Serengamsedang melangun karena salah satu keluarganya meninggal. Prosesmelangun inilah yang menjadikan rombong ini tinggal di kawasanSungai Terap.

Gambar 1:Peta Sumatera dan Provinsi Jambi (Modifikasi Zaq al Jabal, Dosen

STAI Tulang Bawang Lampung 08/12/2013)

C. Mengenal Komunitas Rimba

1. Hutan Sebagai Rumah

Seperti dijelaskan di atas, komunitas Temenggung Serengamberada di Kawasan Terap Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD)

Page 5: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

161

Provinsi Jambi. Secara geografis, sebelah Utara Bukit Dua Belasberbatasan dengan Kecamatan Muaro Sebo Ulu Kabupaten BatangHari. Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan KabupatenSarolangun. Adapun wiayah Timur berbatasan dengan KecamatanBatin XXIV yang juga masuk dalam kawasan Kabupaten Batang Hari.Terakhir, di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tebo IlirKabupaten Tebo. Selain itu, kawasan inipun terletak di antarabeberapa jalur perhubungan yaitu lintas tengah Sumatera, lintas tengahpenghubung antara kota Bangko-Muara dengan Bungo-Jambi, danlintas Timur Sumatera. Dengan letak yang demikian, maka dapatdikatakan kawasan ini berada di tengah tengah provinsi Jambi.

Untuk menuju kawasan TNBD, dari kota Jambi dapatmenggunakan jalur darat memakai kendaraan roda dua atau empat.Jika perjalanan lancar dapat ditempuh dengan waktu perjalanan duasetengah jam. Perjalanan tersebut baru sampai pada gerbang menujuhutan yang sebenarnya, yakni di Kecamatan Pauh, tepatnya PasarSimpang Tugu Pauh. Untuk masuk ke dalam hutan Bukit Dua Belasmenggunakan jenis kendaraan darat yang berbeda, masyarakatsetempat menyebutnya hellen.

Sepanjang perjalanan yang terlihat adalah hutan yang telahberubah menjadi perkebunan sawit dan karet. Perjalanan ini jugamelewati anak-anak sungai dan jembatan kecil, seperti Sungai Jelutih,Dangku Kecik. Kawasan Sungai Terap terletak di kaki Bukit DuaBelas dengan ketinggian 126 sampai 150 M di atas permukaan laut.Wilayah ini cenderung bergelombang dan berbukit, masuk dalamkategori hutan tropis dengan curah hujan tertinggi mencapai 3.669 mmdan terendah 3.294 mm. Hutan dengan suhu 32 - 40 C ini memilikinilai kelembaban 80-94% (Buku Informasi TNBD 2011: 2).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa hutan adalahrumah bagi orang rimba. Ini memiliki makna bahwa hutan harusdijaga, dipelihara dan dihormati. Dalam konteks ini orang rimbamembagi hutan sesuai dengan peruntukan. Peruntukan ini mengacukepada penggunaan dan fungsi hutan itu sendiri, terutama menyangkutpemenuhan kebutuhan hingga persoalan ibadah.

Page 6: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

162

2. Jangan Panggil Aku “Kubu”

Asal usul Orang Rimba hingga saat ini masih menjadiperbincangan. Ketika peneliti berinteraksi dengan komunitas rimbaTemenggung Serengam, diketahui bahwa asal usul Orang Rimbaterkait dengan buah gelumpang. Kisah ini dimulai ketika ada seorangBujang Perantau yang hidup sendiri di hutan. Suatu hari ia mendapatbuah gelumpang dan pada malam harinya ia bermimpi, bahwa iamendapat petunjuk agar membungkus buah tersebut dengan kainputih. Setelah si Bujang mengikuti petunjuk dalam mimpinya,muncullah putri cantik dari dalam buah tersebut. Kemudian si Bujangmenikahi perempuan tersebut, dengan prosesi meniti kayu yang sudahdikupas kulitnya. Ketika kening keduanya bertemu maka pernikahankeduanya dianggap sah.

Dari pernikahan ini lahirlah empat orang anak, dua laki-laki dandua perempuan, yakni Bujang Malapagi, Dewo Tunggal, Putri Gadingdan Putri Pinang Masak. Selanjutnya anak pertama dan si bungsumemilih pergi keluar menjadi orang terang (dusun). Bujang Malapagike dusun Tana Garo, Putri Pinang Masak ke Dusun Tembesi. DewoTunggal dan Putri Gading memilih tinggal di hutan, dari merekaberdua inilah lahir keturunan rimba (Jenong, Wawancara 15 Desember2013).

Berbeda dengan uraian di atas, penelitian Zainudinmengungkapkan, sebagian Orang Rimba meyakini bahwa merekaberasal dari kerajaan Pagaruyung. Sejumlah pasukan diutus RajaPagaruyung untuk melakukan perjalanan ke Jambi mengemban misikerajaan, namun pasukan ini gagal menjalankan misinya. Tapi untukkembali ke Pagaruyung mereka malu, sehingga memilih melarikan dirike hutan. Ada juga yang meyakini orang rimba berasal dari sisapasukan kerajaan Sriwijaya yang kalah berperang melawan Belanda,dan kemudian melarikan diri ke hutan (Zainudin, 06 Desember 2013).

Memperhatikan versi asal usul Orang Rimba, sulit untukdibuktikan karena tidak ditemukan adanya bukti-bukti yang mengarahke sana. Versi pertama tantang buah gelumpang lebih banyak dinilaisebagai legenda, namun demikian hingga saat ini versi tersebut sering

Page 7: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

163

muncul dalam riwayat asal usul Orang Rimba dan masih diyakini olehOrang Rimba secara turun temurun. Dari ketiga versi itu tidak satupunyang mendekati kebenaran asal usul Orang Rimba, karena jika merekaberasal dari Kerajaan Pagaruyung, ataupun Sriwijaya maka dalamkehidupan mereka seharusnya juga telah mengenal peradaban yangada di masa itu, yang mungkin diturunkan kepada anak cucunya.Karena pada saat itu kerajaan Pagaruyung dan Sriwijaya telahmemiliki kebudayaan tertentu, seperti membuat rumah, bercocoktanam, bahasa, dialek, dan pelafalan huruf tidak ditemui di kehidupanOrang Rimba.

Asal usul Orang Rimba yang mendekati kebenaran berasal darisuku Melayu Proto atau "Melayu Asli" termasuk golonganAustronesia yang berasal dari Yunnan. Kelompok pertama dikenalsebagai Melayu Proto berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman BatuBaru (2500 SM). Suku Melayu Proto ini juga yang kemudian sampaidi dataran Jambi. Mereka sudah mengalami suatu proses perubahansosial beribu tahun dan kebanyakan terisolasi di dalam hutan. Ketikabudaya baru seperti Hindu, Budha dan terakhir Islam masuk danmempengaruhi budaya masyarakat lainnya, kelompok orang rimbayang berada di hutan tidak tersentuh sama sekali sehingga merekatidak mengalami tranformasi perubahan sosial. Hingga kini budaya-budaya yang berkembang pesat dan mempengaruhi kehidupanmasyarakat Melayu lainnya, sedangkan Orang Rimba justrusebaliknya, mereka masih berpegang teguh dengan budaya merekayang diwariskan leluhur dari zaman batu. Hidup secara nomadendengan mengandalkan kehidupan dari berburu ataupun meramu danini masih bertahan hingga sekarang (Zainudin, 06 Desember 2013).

Terkait dengan sebutan terhadap Orang Rimba, ada tiga sebutanyang popular dalam masyarakat, yaitu Kubu, Suku Anak Dalam danOrang Rimba. Kubu, merupakan sebutan paling populer terutama bagiorang Melayu dan masyarakat Internasional (Adi Prasetijo, 2013:180). Kubu dalam bahasa Melayu memiliki makna negatif sepertiprimitif, bodoh, kafir, kotor dan menjijikan. Orang Rimba sendirimerasa tidak nyaman dipanggilan Orang Kubu.

Page 8: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

164

Sebutan lainnya adalah Suku Anak Dalam (SAD), sebutan inidigunakan oleh pemerintah melalui Kementerian Sosial. Anak Dalammemiliki makna orang terbelakang yang tinggal di pedalaman.Selanjutya Orang Rimba, sebutan yang digunakan oleh etnik ini untukmenyebut dirinya. Penyebutan Orang Rimba pertama kalidipublikasikan oleh Muntholib Soetomo tahun 1995 dalamdesertasinya yang berjudul “Orang Rimbo” Kajian Struktural-Fungsional Masyarakat Terasing di Makekal, Propinsi Jambi,(Muntholib, 12 Desember 2013). Menurutnya, ketika istilah OrangRimbo ini dipopulerkannya mendapat protes dari beberapa antropolog.Ia menjelaskan bahwa akhiran 'o' pada sebutan Orang Rimbomerupakan dialek Melayu Jambi dan Minang. Makna sebutan iniadalah menunjukkan jati diri mereka sebagai etnis yangmengembangkan kebudayaannya yang tidak bisa lepas dari hutan.

Mengamati tiga sebutan ini agaknya sebutan terakhir lebihreprensentatif untuk menggambarkan keadaan mereka. Mereka lebihsenang dengan sebutan Orang Rimba dan menjadi kebiasaan merekadalam menggambarkan diri mereka sendiri. Selanjutnya dalampenulisan ini akan digunakan istilah Orang Rimba, dengan alasanuntuk melihat kekhasan mereka yang hidup di rimba.

D. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan temuan dengan acuan etnografirealistis dan analisis dengan acuan etnografi kritis. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa rombong Temenggung Serengamterdiri dari 39 jiwa, 12 KK, 5 di antaranya jando (janda). Dilihat darijenis kelamin, rombong ini didominasi oleh betino (perempuan), yaknisebanyak 24 orang dan sisanya jenton (laki-laki). Jika dikelompokkanberdasarkan usia, budak kecik (anak-anak) berjumlah 16 orang, 8budak kecik jenton dan 8 orang budak kecik betino, 2 orang budakbujang (remaja laki-laki) serta 3 orang budak gadis (remajaperempuan) (Bepanji dan Bilam, wawancara 17 Desember 2013).

Page 9: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

165

Gambar 2:Peta pemukiman Rombong Serengan (Sumber Bapanji, Bilam

Modifikasi Zaq al Jabal Dosen STAI Tulang Bawang Lampung08/12/2013)

Jika diamati ciri fisik Orang Rimba memiliki perawakan rata-

Gambar 2: Peta pemukiman Rombong Serengan (Sumber Bapanji,Bilam Modifikasi Zaq al Jabal Dosen STAI TulangBawang Lampung 08/12/2013)

Jika diamati ciri fisik orang rimba memiliki perawakan rata-ratasedang, kulit sawo matang, rambut agak keriting dan ikal, telapak kakitebal. Ciri lainnya terlihat pada gigi mereka yang rata-rata ompong danagak coklat. Meskipun mereka tinggal di pegunungan, tetapi ketikaberbicara suaranya terdengar keras. Jika bertemu dengan orang luarseperti peneliti, mereka pemalu, diam dan melihat dengan tatapantajam. Pengamatan dilakukan terhadap keluarga besuai, dan keluargamenyurau di samping anggota komunitas lainnya.

Secara umum, Orang Rimba tidak menyukai orang terang (orangluar). Menurut mereka, orang terang penipu, perusak alam, pembawawabah penyakit, atau pembawa sial. Itulah sebabnya Orang Rimbamembatasi interaksi dengan orang terang. Hal ini disebabkan karenaorang terang kerap kali menipu Orang Rimba, tetapi sayangnyamereka tidak bisa membuktikan penipuan tersebut, karenaketidakmampuan mereka dalam membaca dan menulis. Orang luarsering mengatasnamakan Orang Rimba ketika ada permasalahanantara orang dusun dengan perusahaan-perusahaan. Orang luar seringmenetapkan harga murah terkait dengan harga madu, rotan dan

Page 10: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

166

lainnya. Karena keterbatasan pengetahuan mereka tentang harga, makamereka menerima saja harga yang ditentukan oleh orang luar (Jenong,wawancara, 20 Desember 2013).

Dalam pengelolaan sumber daya hutan, Orang Rimba mengenalwilayah peruntukan seperti adanya tanoh peranokon, rimba, ladang,sesap, belukagh dan benuaron. Hutan yang disebut rimba oleh mereka,diolah sebagai ladang untuk makanan pokok (ubi kayu, padi ladang,ubi jalar), kemudian setelah ditinggalkan berubah menjadi sesap.Sesap merupakan ladang yang ditinggalkan yang masih menghasilkansumber pangan bagi mereka.

Selanjutnya setelah tidak menghasilkan sumber makanan pokoklagi, sesap berganti menjadi belukagh. Belukagh meski tidakmenghasilkan sumber makanan pokok, tetapi masih menyisakantanaman buah-buahan dan berbagai tumbuhan yang bermanfaat bagimereka seperti durian, duku, bedaro, tampui, bekil, nadai, kuduk kuya,buah sio, dekat, tayoy, buah buntor, rambutan, cempedak, petai,pohon sialang (Jenis pohon kayu Kruing, Kedundung, Pulai, KayuKawon/Muaro Keluang), pohon setubung dan tenggeghis (sebagaitempat menanam tali pusar bayi yang baru lahir), pohon benal(daunnya digunakan untuk atap rumah), kayu berisil (digunakan untuktuba ikan) dan berbagai jenis rotan termasuk manau dan jernang.Benuaron memiliki fungsi yang sangat besar bagi Orang Rimba, selainberfungsi sebagai sumber makanan (buah-buahan) dan kayubermanfaat (pohon benal, sialong, dan berisil) juga berfungsi sebagaitanoh peranokon. Tanoh peranokon merupakan tempat yang sangatdijaga keberadaanya, tidak boleh dibuka atau dialih fungsikan,misalnya untuk lahan perladangan atau kebun karena merupakantempat proses persalinan ibu dalam melahirkan bayi. Tanoh peranokonyang dipilih biasanya yang relatif dekat dengan tempat permukimanatau ladang mereka serta sumber air atau sungai.

Seiring berjalannya waktu, di saat seluruh tumbuhan yangterdapat di benuaron semakin besar dan tua, maka pada akhirnyabenuaron tersebut kembali menjadi rimba. Rotasi penggunaansumberdaya hutan, dari rimba menjadi ladang kemudian sesap,

Page 11: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

167

belukor dan benuaron, dan kembali menjadi rimba, merupakanwarisan budaya mereka. Sehingga patut dcermati bahwa Orang Rimbayang tergolong sebagai masyarakat terasing, ternyata memilikikearifan tradisional di mana selama ini dilupakan oleh masyarakat ataupemerintah pusat (Menti, Wawancara 17 Desember 2013).

Dari aspek budaya, Orang Rimba memiliki salah satu kebiasaanyang mereka sebut melangun. Seorang anggota keluarga Orang Rimbayang meninggal dunia merupakan peristiwa yang sangat menyedihkanbagi seluruh warga, terutama pihak keluarganya. Kelompok merekayang berada di sekitar rumah kematian akan pergi karena menganggapbahwa rumah tersebut sial, selain untuk dapat lebih cepat melupakankesedihan yang ada. Mereka meninggalkan rumah dalam waktu yangcukup lama, pada jaman duhulu bisa antara 10 sampai 12 tahun.Namun kini karena wilayah mereka sudah semakin sempit banyakdijarah oleh orang luar, maka masa melangun menjadi semakin singkatantara 4 bulan sampai 1 tahun. Wilayah melangun merekapun semakindekat, tidak sejauh dahulu. Pada masa sekarang apabila terjadikematian di suatu daerah, juga tidak seluruh anggota Orang Rimbatersebut yang pergi melangun. Hanya angota keluarga mendiang sajayang melakukannya.

Pada saat kematian terjadi, seluruh anggota keluarga orangrimba yang meninggal dunia merasa sedih yang mendalam, merekamenangis dan meraung-raung selama satu minggu. Sebagianwanitanya sampai menghempas-hempaskan badannya ke pohon besaratau tanah. Jenazah orang yang meninggal kemudian ditutup dengankain dari mata kaki hingga menutupi kepala. Kemudian diangkat oleh3 orang dari sudung menuju peristirahatannya yang terakhir di sebuahpondok yang terletak lebih dari 4 km ke dalam hutan. Pondok jenazahorang dewasa tingginya 12 undukan dari tanah, anak-anak 4 undukandari tanah. Pondok jenazah ini diberi alas batang-batang kayu bulatkecil dan diatap dengan daun-daun kering. Jenazah orang rimba tidakdimandikan dan tidak dikuburkan dalam tanah.

Menurut kepercayaan Orang Rimba, orang yang sudahmeninggal bisa hidup kembali. Jika mereka dikuburkan dalam tanah,

Page 12: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

168

maka orang yang sudah meninggal tersebut tidak dapat bangkitkembali menemui kelompoknya. Kepercayaan tersebut bermula padazaman dahulu di mana ada orang yang sudah sekarat (pingsan dalamwaktu yang lama) ditinggalkan oleh kelompoknya di sebuah pondokjenazah. Kemudian orang tersebut sadar dan sehat serta pulang kekelompoknya. Peristiwa ini yang menyebabkan mereka tidakmenguburkan jenazah orang yang sudah meninggal. Anggotakeluarga, sesekali masih mendatangi pondok di mana jenazah tersebutdiletakan, mereka melihat dan memastikan keadaan jenazah, sehinggaperistiwa yang terjadi pada zaman dahulu tidak terulang kembali.

Berkaitan dengan tata krama, hukum, etika, serta hubungansesama, mereka mempunyai seloko dan mantra. Seloko dalam bahasaIndonesia disebut seloka, atau pepatah/ petuah adat. Seloka berasaldari bahasa Sangsekerta celoka yaitu bentuk puisi dalam Mahabratadan Ramayana di India. Sajak-sajak yang berupa seloka dalam kitabitu amat sederhana terdiri dari empat sampai delapan suku kata dantidak terlalu memperhatikan persajakan (Maizar Karim, 2007: 14).Ekspresi kegembiraan dan rasa syukur serta lantunan do’a, merekarangkai dalam tradisi besale. Asal kata besale sampai saat ini belumdiketahui, namun demikian dapat diartikan secara harafiah dudukbersama untuk bersama-sama memohon kepada Yang Kuasa agardiberikan kesehatan, ketentraman dan dihindarkan dari mara bahaya.Besale dilaksanakan pada malam hari yang dipimpin oleh seorangtokoh yang disegani yang disebut dukun. Tokoh ini harus memilikikemampuan lebih dan mampu berkomunikasi dengan dunia ghaib/arwah. Sesajian disediakan untuk melengkapi upacara. Pada intinyaupacara besale merupakan kegiatan sakral yang bertujuan untukmengobati anggota yang sakit atau untuk menolak bala. Pelengkapbesale lainnya berupa bunyi-bunyian dan tarian yang mengiringiproses pengobatan

1. Perempuan dalam Keluarga Rimba

Dari aspek aturan, pergaulan antara laki-laki dan perempuanmemiliki batasan yang jelas. Perempuan memiliki akses dan mobilitasyang terbatas, perempuan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain

Page 13: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

169

tanpa didampingi oleh suami atau anak laki-lakinya (Menyurau,wawancara, 19 Desember 2013). Laki-laki dan perempuan rimbadilarang berbicara atau berjalan berduaan ditempat-tempat sepi atau dirumah tanpa kehadiran suaminya.

Anak perempuan bagi Orang Rimba memiliki posisi strategis.Keluarga lebih mengharapkan mendapat anak perempuandibandingkan anak laki-laki. Menurut Menyurau, hal ini terjadi karenaperempuan yang mewarisi harta orang tuanya. Selain itu, perempuanmemegang peran penting dalam distribusi makanan dalam rumahtangga. Laki-laki harus menjaga harga diri anak perempuannya dananak perempuan orang lain. Laki-laki harus bisa menjadi suri teladandan melindungi kaum perempuan. Untuk menjaganya maka laki-lakirimba dilarang untuk bercakap kasar apalagi memukulnya (Zainudin,06 Desember 2013).

Perempuan bukan sekedar sebagai penerus keturunan saja, tetapijuga sebagai pemilik semua harta rumah tangga yang akan diwariskan. Perempuan rimba merupakan simbol dari kekuatan adatrimba sehingga mereka selalu menyimbolkan perempuan sebagaisosok seorang “raja”. Seperti yang disebutkan dalam seloka (undang)adat rimba perempuan dianggap sebagai “raja nang ditakutko dan rajanang dikemaluko (hukum empat pertama raja) (Zainudin, wawancara,06 Desember 2013).

Keistimewaan perempuan dalam keluarga rimba terlihat dariperlindungan yang diberikan keluarga. Proteksi keluarga terhadapperempuan cukup tinggi, mulai dari usia kanak-kanak hingga dewasa.Ketika masa kanak-kanak dan remaja proteksi diberikan oleh anggotakeluarga laki-laki, kakak atau orang tuanya. Ketika perempuan sudahmenikah maka perlindungan diberikan oleh suaminya. Aturan initermaktub dalalam seloko anak betino berkurung malam, keluar siang,tapi dikawal (Ngelambu, wawancara 20 Desember 2013).

Keistimewaan hak perempuan dalam keluarga rimba dikenaldengan kuaso betino. Tegasnya, perempuan rimba tidak hanyamemiliki hak lebih pada wilayah harta, melainkan juga masalah anak,

Page 14: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

170

dan sumber daya alam. Untuk masalah harta kekayaan kekuasaanperempuan meliputi peralatan masak seperti periuk, kuali, parang danperalatan memasak lainnya. Sedangkan anak, ketika terjadi perceraian,baik cerai hidup maupun cerai mati, anak menjadi hak perempuan danmereka juga berhak menerima jaminan hidup. Perempuan juga berhakatas harta yang didapat selama masa perkawinan.

Di samping masalah hak, perlakuan terhadap perempuan dalamadat orang rimba, ada aturan lain, yakni dilarang menyebut namaperempuan, baik terhadap anak remaja maupun orang dewasa. Bagianak perempuan cukup dipanggil budak kecil betino (anak perempuankecil), untuk remaja perempuan dipanggil budak gadis (remaja gadis).Adapun untuk perempuan dewasa yang sudah menikah dipanggilinduk (ibu). Pada rombong lain terdapat perbedaan dialek tentangpenyebutan perempuan, namun hanya pada cara pengucapan,sedangkan maksud dan maknanya sama.

Sepanjang penelitian ini dilakukan, penulis tidak bisaberinteraksi langsung dengan permpuan rimba. Beberapa kaliwawancara yang dilakukan tidak terdengar nama perempuan dipanggiloleh keluarganya, baik terhadap anak-anak, remaja maupunperempuan dewasa. Menurut Temenggung Serengam, pantangan inisebagai penghormatan terhadap perempuan rimba, sekaligusmenunjukkan bahwa perempuan sebagai orang yang istimewa dalamkomunitas rimba.

2. Batino Rimbo dan Fashion

Hal lain yang menjadi ciri khas perempuan rimba adalahpakaian. Pakaian betino dewasa yang sudah menikah berupa kainpanjang. Cara memakainya, kain panjang dibentangkan kemudiandililitkan dan diikatkan dipinggang sebelah kanan hingga menjulur kebawah lutut. Adapun pakaian budak gadis (perempuan remaja ataudewasa yang belum menikah) terdiri dari dua bagian, yakni kainpanjang seperti perempuan sudah menikah, kemudian kain penutupdada yang mereka sebut kemben. Cara memakai kain sama sepertiperempuan yang sudah menikah.

Page 15: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

171

Adapun kemben tidak sepanjang kain, lebarnya tergantungukuran lingkar dada dan pinggang ke bahu. Kemben berfungsi untukmenutupi dada ke pinggang. Cara memakainya dengan melilitkan daribelakang, ditutupkan dari tangan kanan terlebih dahulu kemudianditutupkan bagian kiri dan dibuat simpul di bagian samping bawahketiak sebelah kanan. Awalnya pakaian perempuan terbuat dari kulitkayu terap. Pohon kayunya berukuran besar, diameternya mencapaidua kali lingkar tangan orang dewasa, bercabang lebat daunnyamenyerupai daun sukun. Kulit luar pohon ini berwarna putih keabu-abuan, sedangkan bagian dalamnya coklat. Tekstur kulitnya lembutserta mudah dibentuk walaupun dalam keadaan kering (Pak Zul,Wawancara 27 Desember 2013).

3. Kuaso Betino Rimbo terhadap Sudung (Rumah)

Beratap cikai, bedinding bener, bertikar gambut, berayam kuo,berkambing kijang, berkerbau pada tuno (Jenong, wawancara, 26Desember 2013). Ini merupakan seloko yang digunakan oleh OrangRimba untuk menggambarkan tentang rumah dan peralatan sertamakanan yang digunakan Orang Rimba. Beratap sikai maksudnyabahwa rumah mereka tidak beratap seng atau genteng ataupun plastik.Orang rimba menyebut rumahnya dengan sudung atau sesudung.Bahan utama sudung adalah kayu, masing-masing keluarga memilikisudung sendiri, sudung bagi budak bujang dan budak gadis jugaberbeda. Dari aspek ukuran masing-masing sudung memilikiperbedaan. Sudung keluarga biasanya lebih besar dibandingkansudung budak bujang ataupun budak gadis.

Pola bangunannya membentuk rumah panggung persegi empat.Tiangnya terdiri dari empat sisi kayu yang ditanamkan dalam tanah.Tingginya antara 1 atau 1,5 meter. Kayu tersebut membentukmenyilang pada bagian ujung. Pada silangan kayu diikat dengan rotankemudian diberi kayu antara satu sisi dengan sisi lainnya. Selanjutnyakayu-kayu bulat ukuran kecil disusun di atasnya sebagai lantai. Untukmembuat atap harus menggunakan kayu yang memiliki cabang sepertihuruf Y. Hal ini untuk digunakan sebagai penyangga kayu. Dengan

Page 16: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

172

menancapkan kayu sebelah kiri dan kanan lantai sudung kemudiandiletakkan kayu pada ujung kayu yang membentuk huruf Y tersebut.

Sebagai atap awalnya orang rimba menggunakan daun puagh.Caranya, memilih batang puagh yang memiliki ukuran sama dengantinggi kayu yang digunakan sebagai penyangga atap kemudian dauntersebut disusun rapi di atasnya. Saat ini sudung beratap plastik hitam.Cara memasangnya, empat ujung plastik diikat, kemudian dinaikkanpada kayu penyangga atap, lalu ditarik dan diikat pada empat penjuru.Bagian-bagian sudung terutama sudung keluarga terdiri dari ruangtidur, bagian depan kemudian bagian belakang dapur. Bagian bawahjuga digunakan untuk menyimpan barang. Adapun barang-barangberharga seperti pakaian dan bahan makanan diletakkan di atas.Beberapa sudung juga dilengkapi dengan tempat penyimpanan yangdibuat di dalam sudung bagian atas yang juga terbuat dari kayu dibuatseperti rak-rak atau lemari gantung.

Secara keseluruhan sudung dalam keluarga rimba dirancangoleh perempuan. Perempuan dewasa (induk) dan budak gadis, tidakhanya menentukan tata letak dan ukuran, namun juga ikut mencaribahan dan proses pendirian sudung. Namun, saat ini sudah mulaiterjadi pergeseran, laki-laki rimba terutama anak bujang sudah mulaimembantu mencari bahan untuk membuat sudung. MenurutTemenggung Serengam, hal ini terjadi karena mulai terbatasnya kayudan kesulitan untuk mengangkut kayu dari jarak jauh.

4. Kuaso Betino Rimbo terhadap Harta

Seperti telah dijelaskan di atas, perempuan adalah pewaris harta,baik dari orang tua maupun dari suami. Di samping kekuasaanterhadap hak harta, perempuan juga memiliki posisi kontrol terhadaphasil buruan, sialang (madu), pohon, buah-buahan, serta ladang dantanaman yang tumbuh di dalamnya. Hak yang dimiliki olehperempuan ini tidak hanya pada kepemilikan namun juga persoalandistribusi dan hak guna. Ketika mendapat buruan maka distribusinyamenjadi kuasa perempuan (icohan betino). Bagi keluarga rimba,perempuan memiliki wewenang untuk menentukan pembagiannya,yang dikenal dengan istilah undang menso artinya pembagian lauk.

Page 17: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

173

Orang yang berburu atau mendapat buruan keluarga perempuannyaberhak mendapat bagian, seperti ipar-ipar tertua. Bagian kepala dapatdiberikan kepada mertua dan ipar perempuan. Distribusi makanan bisajuga dilakukan oleh mertua ipar atau istri (Jenong, wawancara, 20Desember 2013).

Sisi strategis lainnya bagi anak perempuan adalah ketikamemasuki usia remaja atau gadis. Pada fase ini anak perempuan mulaidilamar oleh budak bujang. Ketika budak bujang sudah melamar,maka si bujang akan bekerja dengan calon semendo (calonmertuanya). Biasanya budak bujang tersebut bekerja dalam waktuyang cukup lama, tergantung kapan pernikahan dilakukan. Pada waktuyang bersamaan menjelang pernikahan, si bujang harus memberikanhadiah atau pemberian berupa makanan, pakaian bahkan uang kepadasi gadis dan keluarganya. Namun demikian, ketika pernikahan gagaldilakukan, pihak bujang tidak dapat menuntut kembali pemberianyang diberikannya.

5. Kuaso Betino Rimbo terhadap Pendidikan

Keluarga rimba juga memberikan perhatian khusus terhadappendidikan anak perempuan. Secara tradisional, memasuki usia 3tahun, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan masih dianggapmemiliki resiko tinggi terhadap gangguan alam. Pada masa ini merekatidak dibiarkan berjalan atau bermain sendiri. Kondisi ini biasanyaberlanjut hingga usia 8 tahun. Bagi anak perempuan pada usia 5 tahunmulai dibekali oleh keluarga tentang posisinya sebagai perempuan.Misalnya tanggung jawabnya untuk memasak, membuat keterampilanseperti tikar, dan pendistribusian makanan. Bagi keluarga rimba padausia 5 tahun umumnya anak perempuan sudah bisa memasak, danmengasuh adik-adiknya. Pada usia ini juga mulai diajarkan caraberladang, menanam, membersihkan ladang hingga memanen (Jenong,wawancara, 26 Desember 2013).

Memasuki usia remaja hingga dewasa tanggung jawabperempuan semakin tinggi. Pada fase ini perempuan rimba mulaimendapat bekal tentang adat dan etika pergaulan perempuan. Untuk

Page 18: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

174

masalah adat diberikan oleh ayahnya dan untuk urusan pergaulanperempuan diberikan oleh ibunya. Menyangkut masalah pergaulanperempuan, di antaranya tentang perlindungan diri. Salah satularangan bagi perempuan adalah, berjalan dengan laki-laki dewasaatau dengan bujangan.

E. Pembahasan

Akeh urang rimbo (saya orang rimba), demikian merekamenjawab ketika ditanya mereka orang mana. Sebutan itu lebihmereka senangi dibandingkan Suku Anak Dalam, apalagi Kubu.Kendati demikian, dalam memahami orang rimba perlu dilihat ciri-ciriyang lain, misalnya cara berjalan, gaya berpakaian, bahasa yangdigunakan, kulitnya yang gelap, dan malu bertemu dengan orang baru.

Berkaitan dengan uraian di atas, diketahui bahwa manusia hiduptidak terlepas dengan interaksi dengan alam, demikian pula komunitasrimba. Orang Rimba memahami bahwa hutan adalah rumah, hutanjuga sumber penghidupan, hutan juga sebagai taman bermain bagianak-anak. Kondisi ini menyebabkab Orang Rimba memilikiketergantungan yang tinggi terhadap hutan. Berkurangnya hutanmenyebabkan berkurang pula lahan tempat beraktivitas bagi OrangRimba.

Hutan sebagai sumber kehidupan, turut mempengaruhi pakaianOrang Rimba. Pakaian yang digunakan Orang Rimba selalumempertimbangkan kondisi alam, pekerjaan yang mereka jalanisehari-hari termasuk berburu. Justru itu, kain yang mereka gunakansebagai penutup pinggang ke bawah umumnya hanya sampai padabetis. Sehingga pakaian yang digunakan tidak menghambat aktivitasyang dilakukan dan perkerjaan yang dilakukan.

Sejatinya bagi Orang Rimba, pakaian merupakan suatu budayayang sangat penting. Orang Rimba memandang bahwa pakaian bukansekedar untuk melindungi tubuh, melainkan sebagai identitas dankebanggaan sebagai Orang Rimba. Kain panjang dan kemben bagiperempuan menjadi ciri khas bahwa mereka adalah Orang Rimba.Sama halnya dengan penggunaan pakaian bagi orang biasa, maka

Page 19: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

175

pakaian bagi Orang Rimba juga memilik makna tersendiri. KomunitasOrang Rimba menggunakan pakaian disesuaikan dengan kondisi yangada. Misalnya ketika mereka akan ke pasar mingguan, merekamenggunakan baju biasa, seperti celana dan baju kaos atau kemeja.Dalam pelaksanaan akad nikah, temenggung menggunakan pakaianlengkap juga disertai dengan ikat kepala. Ikat kepala yang digunakandibuat berbentuk segi tiga dan diikatkan ke kepala. Bagian ujung kainditarik sehingga menyerupai tanduk pada sisi kiri dan kanan. Adapunpakaian untuk mempelai menggunakan pakaian lengkap dan baru.

Kepemilikan rumah bagi Orang Rimba diperuntukkan kepadaperempuan. Perempuan memiliki kuasa dalam pengelolaan,merancang dan menentukan tata letak sudung (rumah) yang akandibangun. Jika terjadi perceraian maka suami yang harus turun darisudung. Namun demikian saat ini tradisi ini sedikit berubah,perempuan sudah banyak dibantu suami dan anak bujangnya. Kondisiini terjadi karena mulai langkanya bahan bangunan/ kayu. Kendatidemikian, kuasa milik dan kuasa kelola tetap menjadi hak perempuan.

Jika dilihat dari aspek arsitektur sudung, dapat dikatakan bahwaproses pembuatan yang cepat didukung oleh sumber daya alam yangmemadai pula. Atap dari sudung terbuat dari daun karena ketiadaanbahan lainnya. Kondisi ini sesuai dengan seloko, yang mengaturbahwa rumah mereka mesti beratap sikae. Bagi orang rimba “haram”beratap seng. Di sisi lain erat kaitannya dengan salah satu budayamereka yakni melangun. Dalam proses ini sudung tidak dibongkarapalagi dibawa, dengan bangunan seperti sudung maka akanmempermudah proses melangun.

Lantai sudung yang terbuat dari susunan kayu bulat tidakberaturan, tidak menjadi penghalang bagi penghuninya. Hal ini telahdisiasati bagi pendirinya dengan mengarahkan cucuran air pada ujung-ujung kayu dan pintu masuk pada bagian tengah kayu. Sehinggameskipun susunan kayu ini tidak diikat namun tidak menimbulkanmasalah. Adapun fungsi masing-masing ruangan memiliki maknafilosofi tersendiri. Ruang tamu tidak diperuntukkan bagi tamu. Oranglain tidak dibenarkan duduk di rumah mereka termasuk sesama orang

Page 20: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

176

rimba. Bagi mereka rumah memiliki nilai kesucian dan harus dijaga.Bagian berikutnya ruang tidur yang difungsikan oleh keluarga untukberistirahat. Adapun dapur menjadi areal khusus perempuan. Adapantangan laki-laki menguasai dapur termasuk ketika isteri baru sajamelahirkan.

Ragam hiasan rumah terlihat pada pola ikatan yang digunakandalam mengikat fondasi. Fondasi pada empat penjuru diikat hinggamenyerupai huruf X. Masing-masing ikatan memiliki pola yang sama,yakni melilit dari arah atas ke bawah. Terkait dengan tata letak, bagiorang rimba awalnya sudung harus dibuat di dalam rimba, tidakdibenarkan di dalam kebun. Arah depan rumah harus menghadap kematahari terbit sehingga jika melihat sudung orang rimba pada saturombong cenderung menghadap pada arah yang sama.

Kuasa perempuan terhadap harta kekayaan mengikuti hukumadat yang dipakai di rimba. Perempuan memiliki kuasa penuh terhadapkepemilikan harta, tetapi yang perlu dicatat ada semacam hubunganmutualisme simbolik dalam kekuasaan dan kepemilikkan harta di manadapat digambarkan setiap hasil yang diperoleh dari sebuah pekerjaanmenjadi kekuasaan pasangannya. Ruang kuasa perempuan tidak hanyapada wilayah domistik namun juga pada aspek distribusi harta.

Kuasa milik dan kuasa distribusi ini menunjukkan bahwaperempuan memiliki akses dan mobilitas yang cukup luas. Hal ini jugaberpengaruh pada keberlangsungan hidup orang rimba. Terlebihkebiasaan mereka yang tidak mengenal istilah menyimpan. Semakinmahir perempuan melakukan distribusi harta, maka semakin besarkekuatan keluarga bertahan hidup. Demikian pula sebaliknya, ketikaperempuan tidak dapat mengatur hartanya dengan maksimal, makaakan menyulitkan keluarga untuk bertahan.

Posisi ini bagi perempuan rimba memberikan keuntungansekaligus keamanan tersendiri. Jika terjadi perceraian, maka hartakekayaan sepenuhnya menjadi hak perempuan. Laki-laki tidakmemperoleh hak terhadap harta yang mereka peroleh selamapernikahan. Demikian pula dengan kuasa terhadap anak, hak asuhanak menjadi hak perempuan, namun kewajiban nafkah tetap menjadi

Page 21: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

177

tanggung jawab laki-laki. Demikian pula jika laki-laki inginmelakukan poligami, perempuan sebagai isteri pertama dapat memintamahar yang tinggi.

Meskipun pada wilayah politik posisi perempuan terbatas,namun dari aspek pendidikan, perempuan mendapat hak yang samadengan laki-laki. Perempuan rimba tidak hanya mendapat pendidikandari ayah melainkan juga dari ibunya. Ayah berperan memberikanpendidikan adat, ibu memberikan pendidikan sosial dan domestik.Pendidikan menjadikan perempuan mandiri, kreatif dan beranimenentukan sikap terhadap situasi yang terjadi di rimba. Pendidikanmenjadikan mereka kuat pada wilayah rumah tangga dan mampuberdikari membantu mencari nafkah.

Membaca potret perempuan dalam keluarga rimba di atas,agaknya mulai mengalami pergeseran. Misalnya kaum perempuan,sebelumnya tidak menggunakan bra, saat ini sudah banyak yangmenggunakan bra. Sudah mengenal handphone, menyenangi makananluar. Perubahan ini memiliki latar historis yang cukup panjang. Jikadicermati interaksi orang rimba dengan orang luar, perusahaan-perusahaan, para peneliti dan Lembaga Swadaya Masyarakat semacamWARSI, maka sangat dimungkinkan perubahan pada berbagai aspekcepat terjadi. Menurut Temenggung Jenong, perubahan mulai terlihatketika masuknya perusahaan pada tahun 1976. Perubahan makin kuatterlihat mulai tahun 1996. Ketika orang-orang PT membuka hutan,mereka memperkenalkan kepada orang rimba terpal, kemudian bajudan celana termasuk bra untuk perempuan. Tidak hanya itu, bahan-bahan yang mereka bawa dalam jumlah yang besar, diberikan secaracuma-cuma kepada orang rimba.

Perubahan dalam masyarakat rimba sebenarnya bukan jenisperubahan yang direncanakan oleh orang rimba. Sebaliknyadirencanakan oleh pihak lain, dalam hal ini boleh jadi pemerintahmelalui perusahaan yang masuk ke kawasan mereka. Terkait denganini Clifford menulis bahwa perubahan yang dikehendaki adalahperubahan yang direncanakan oleh pihak yang hendak mengadakanperubahan. Orang yang melakukan atau menghendaki ini disebut agen

Page 22: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

178

of change (Cliiford Geertz, 1956: 13). Hal ini cukup beralasanmengingat orang rimba sangat kuat dalam mempertahankan identitaskerimbaannya. Orang rimba tidak menginginkan adanya perubahan.

Jika ingin ditelaah maka dapat ditegaskan bahwa perubahanyang terjadi dalam komunitas rimba disebabkan oleh lingkungan alamfisik yang ada di sekitar manusia. Yakni tindakan masyarakat dalampenggunaan lahan tanpa memperhitungkan keberadaan orang rimba itusendiri. Pada bagian lain, masuknya budaya-budaya lain dalamkomunitas rimba yang disebut oleh antropolog dan sosiolog sebagaidiffusion (Soerjono Soekanto, 1982: 283).

Ketika ada tamu yang datang atau orang luar yang masuk kerimba, maka bagi orang rimba perlu dikarantina terlebih dahulu.Tujuannya agar tidak terjadi kontak langsung dengan orang rimba. Inimerupakan salah satu wujud bahwa orang rimba memiliki karaktertertutup. Dengan karakter ini maka perubahan yang terjadi cenderunglambat. Kendati demikian, perubahan yang terjadi dalam komunitasrimba tidak sama sekali baru. Orang rimba tetap mempertahankanidentitas kerimbaan. Pemanfaatan sumber daya hutan menjadi pilihanutama. Perubahan yang mereka lakukan lebih disebabkan olehberkurangnya sumber daya yang dibutuhkan serta menjaga agarsumber daya tidak dimanfaatkan secara berlebihan.

F. Penutup

Berdasarkan kajian terhadap temuan yang telah dilakukan sertaanalisis kritis terhadap potret kehidupan perempuan rimba maka dapatdikemukakan beberapa kesimpulan berikut:

1. Bagi betino rimbo pakain berupa kain panjang merupakanidentitas. Cara memakainya mempertimbangkan keadaan alamsebagai ruang kehidupan mereka. Jalanan yang dihambat olehranting dan tumbuhan serta kebiasan mereka berburu,mengharuskan mereka bergerak cepat dan tidak terhambat olehpakaian.

2. Rumah (sudung) bagi orang rimba tidak bisa dilepaskan denganbetino. Perempuan sebagai arsitek sekaligus tukangnya.

Page 23: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No.2 Tahun 2014

179

Perempuan menentukan tata letak dan peruntukkan. Tidak hanyasampai di situ, perempuan memiliki kuasa pengelolaan dankepemilikan. Jika terjadi perceraian maka suami yang harus turundari sudung.

3. Kuaso betino rimbo terhadap harta, terlihat pada posisi kontrolyang mereka miliki. Hak yang dimiliki oleh perempuan ini tidakhanya pada kepemilikan namun juga persoalan distribusi dan hakguna. Ketika mendapat buruan maka distribusinya menjadi kuasaperempuan (icohan betino).

4. Dari aspek pendidikan, betino rimbo mendapat porsi yang samadengan anak laki-laki. Memasuki usia 3 tahun, anak perempuanmasih dianggap memiliki resiko tinggi terhadap gangguan alam.Pada usia 5 tahun mulai dibekali oleh keluarga tentang posisinyasebagai perempuan, tanggung jawab untuk memasak, membuatketerampilan seperti tikar, pendistribusian makanan. Pada usia inijuga mulai diajarkan cara berladang, menanam, membersihkanladang hingga memanen. Memasuki usia remaja hingga dewasatanggung jawab perempuan semakin tinggi. Mereka mulaimendapat bekal tentang adat dan etika pergaulan perempuan.

G. Referensi

Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design,Choosing Among Five Approach California: Sage Publications,

D. Kanneth, Bailey. 1982. Methods of Social Research, New York: ADivision of Macmillan Publishing Co. Inc.

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi-dimensi Metodologi PenelitianPendidikan dan Sosial Konsep Dasar dan Implementasi,Bandung: Alfabeta.

Geertz, Cliiford. 1956. The Social Context of Economic Change: anIndonesia Case Study Mimeograped Paper, MI Cabridge:Mass: MIT.

http://www.warsi.or.id/ diakses tanggal 06 Januari 2014

Page 24: Ahmad Syarifin/ Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol ...

Kuaso Betino Rimbo: Potret Perempuan dalam Keluarga Rimba

180

Karim, Maizar. 2007. Sastra Melayu Jambi, Jambi: Unja

Kontjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: RinekaCipta.

________, 1965. Pengantar Antropologi, Jakarta: PenerbitUniversitas.

Lodico, Marguerite G. Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle.2006. Methods in Educational Research From Theory toPractice San Fransisco: Jossey Bass.

Mardalis. 1993. Metode Penelitian Jakarta: Bumi Aksara

Nawawi, Hadari, dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan,Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan PendekatanKuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:Rajawali Pers.

Prasetijo, Adi. 2013. Orang Kubu dalam Pandangan Edwin Loeb(ulasan buku) Seloko, Jurnal Budaya, Vol. 2 No. 1.

Wulandari, Dewi. 2009. Sosiologi; Konsep dan Teori, Bandung:Refika Aditama.

Zainudin. 2013. Adat Istiadat Orang Rimba, Makalah dipresentasekanpada Short Course Metodologi Penelitian Sosial Keagamaan,IAIN Sultan Thaha Jambi, 06 Desember 2013.