PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PEMBANGUNAN TPA BENOWO …
Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PEMBANGUNAN TPA BENOWO …
ARTIKEL
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI
PEMBANGUNAN TPA BENOWO OLEH
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
Neny Sujianti1, Tito Surya Baskara2, Bella Ayu Damayanti3, Nimas Noormala
Dharmastuti4, Agus Machfud Fauzi5
In this study, the people around Benowo were faced with the presence of the construction of
a landfill adjacent to their environment. Various negative impacts were felt by the community
at first. In this study using a qualitative method by taking random sampling informants
located in western Surabaya, namely Benowo. The public perception of the Benowo landfill
site will later be examined using community construction theory. The final result of this
research is the existence of the construction of a landfill that will increasingly have a positive
impact on society. The community feels that the TPA has benefited from the presence of
supporting facilities in the area around Benowo. With the existence of sustainable
development by the Surabaya City Government based on three aspects namely environment,
social, and economy it is expected to be of benefit to the surrounding community.
Keynote: TPA Benowo, Social Construction, Revitalization
1 Neny Sujianti, Email: [email protected] 2 Tito Surya Baskara, Email: [email protected] 3 Bella Ayu Damayanti, Email: [email protected] 4 Nimas Noormala Dharmastuti, Email: [email protected] 5 Agus Machfud Fauzi, Email: [email protected]
© Neny Sujianti, 2020
Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya, Vol. 4, No. 1, 2020. Hal.103-118.
Cara mengutip artikel ini, mengacu gaya selikung American Sociological Association (ASA):
Sujianti, Neny., Baskara, Tito Surya., Damayanti, Bella Ayu., Dharmastuti, Nimas Noormala., Fauzi,
Agus Machfud.2020.” Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah
Kota Surabaya” Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 4(1): 103-118.
DOI: 10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2020.004.1.07
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 104
PENDAHULUAN
Setiap kota harus menghadirkan kehidupan yang layak, aman, dan sentosa bagi warga nya
untuk beraktifitas secara produktif. Surabaya menerjemahkan misi tersebut dengan
menjadikan kota Surabaya yang sentosa. Mewujudkan kota metropolis yang sentosa ini perlu
disiapkan adanya sarana pendidikan, pengupayaan layanan kesehatan yang prima,
pemberdayaan masyarakat, serta penciptaan kondisi yang kondusif. Dengan seperti itu,
diharapkan agar masyarakat hidup dengan nyaman menjalani kehidupan serta membangun
kota dengan leluasa. Kota Surabaya yang sebagai ibukota di Jawa Timur ini memiliki luas
wilayah 326,81 km2 dan berpenduduk sebesar 3.457.409 juta jiwa menjadikan kota Surabaya
menjadi kota metropolitan terbesar kedua setelah kota Jakarta yang menempati predikat
nomor satu kota metropolitan. Kota Surabaya sebagai kota yang terus maju dan berkembang
ingin meningkatkan pembangunan nya serta nyaman dihuni oleh penduduk yang mendiami
kota Surabaya ini dengan membenahi seluruh fasilitas public yang ada di kota Surabaya
seperti pelayanan akses kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lain-lain. Dengan adanya
pembenahan fasilitas public yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya menjadikan kota
Surabaya sering mendapatkan penghargaan selama tahun 2018 yaitu Online Popular City
Guangzhou International Awards, Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018, Adipura
Kencana, Nirwasita Tantra, Kinerja Pengurangan Sampah, hingga Sekolah Adiwiyata. Dari
sekian banyak penghargaan yang diraih oleh pemerintah kota Surabaya untuk membangun
dan memajukan kota Surabaya ini masih ada pembangunan yang tidak merata antara di pusat
kota Surabaya dan pinggiran kota Surabaya ini. Banyaknya taman yang ada dipinggir jalanan
kota Surabaya pun menjadi andalan pemerintah kota Surabaya untuk ikut mengurangi polusi
dan menurunkan suhu udara kota Surabaya yang panas ini.
Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan bentuk perlakuan tertua terhadap sampah,
yakni segala sampah yang ada di setiap kota terkumpul di tempat ini, setelah melalui Tempat
Pembuangan Sementara (TPS)1. Berbagai dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan
TPA ini sangat beragam, antara lain: Musibah fatal (misalnya longsoran perbukitan sampah),
1 SNI 19-2454-2002, “SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan,” ACM SIGGRAPH 2010 papers on - SIGGRAPH ’10, ICS 27.180, 2002, 1 <https://doi.org/10.1145/1833351.1778770>.
105 Sujianti
kerusakan infrastruktur (misalnya kerusakan akses jalan akibat terlewati kendaraan berat),
pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan
pencemaran tanah selama pemakaian TPA, maupun saat selesai penutupan TPA), pelepasan
gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana merupakan gas
rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada gas karbon dioksida, dan lebih
membahayakan bagi penduduk setempat), selain itu keberadaan TPA juga melidungi hewan
pembawa penyakit seperti tikus dan lalat.
Tempat Pembuangan Akhir TPA Benowo merupakan salah satu areal tempat pembuangan
akhir sampah sebagian Kota Surabaya yang terletak di Kelurahan Romokalisari yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik, dengan luas lahan kurang lebih 37 Ha sudah
termasuk daerah pengembangan seluas 3,43 Ha. Saat ini pengelolaan timbunan sampah di
TPA Benowo dibagi dalam 5 (lima) sel, dimana (dua) sel timbunan sampah yaitu sel IA dan
IB dalam tahap stabilisasi dan 3 (tiga) sel lainnya masih dilakukan penambahan timbunan
sampah. Total volume sampah pada 2 (dua) sel timbunan sampah yang telah ditutup tersebut
adalah kurang lebih 312.960 m. Sel timbunan sampah yang ditutup tersebut kemudian dilapisi
tanah liat (clay) setebal 30 cm dan dipadatkan dengan bantuan mesin pemadat tanah.
Salah satu daerah yang masih menjadi banyak persoalan dan masih belum diperhatikan adalah
masyarakat yang ada di sekitar Benowo terutama di dekat Geloro Bung Tomo. Disitu terdapat
TPA Benowo yang menjadi tempat berkumpulnya sampah dari semua area yang ada di Kota
Surabaya dan dibuang di TPA Benowo ini. Keberadaan TPA Benowo membuat masyarakat
pada awalnya resah dengan keberadaan TPA yang ada didekat lingkungan mereka, karena
aroma yang ditimbulkan oleh sampah tersebut sampai membuat masyarakat terganggu akan
kondisi kesehatannya. Persoalan inilah yang membuat pemerintah kota Surabaya membuat
ide supaya bagaimana sampah itu juga tidak menimbulkan bau dan diolah kembali menjadi
sumber energy listrik. Kota Surabaya pun juga menyandang kota dengan konsep SmartCity
diaplikasikan kesemua bidang termasuk juga dengan pengelolaan lingkungan. Salah satu nya
yaitu TPA Benowo yang sukses menjadi pengolahan sampah menjadi energy listrik.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 106
Sampah yang diolah setiap hari nya sebanyak 1.300-1500 ton sampah per hari diolah di TPA
Benowo dengan lahan 37,4 hektare tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dalam waktu
yang panjang. Tumpukan sampah yang membukit di area TPA Benowo tersebut tak sia-sia
begitu saja. Sampah yang dihasilkan tersebut bermanfaat sebagai energy terbarukan yang siap
digunakan, dengan mengubah sampah menjadi gas metana. Gas metana tersebut merupakan
bahan baku utama listrik lewat sistem landfill gas colletion.
Mengolah tumpukan sampah yang banyak bukanlah hal yang mudah. Awalnya sampah
tersebut ditumpuk satu lokasi, lalu didiamkan. Gunungan sampah pun dibuat terasering
setinggi 25-meter agar tidak membahayakan para pekerja. Agar sampah tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap di semprot semacam obat kemudian ditutup menggunakan tiga jenis
cover, yakni tanah, terpal, dan pasltik hitam tebal. Perlahan, tumpukan sampah tersebut
menghasilkan gas metana yang siap dipanen. Beberapa jenis sampah pun juga butuh
perlakuan khusus tergantung dengan cuacanya. Hal itu agar menjaga bakteri penghasil gas
metana tetap baik. Kemudian gas metana tersebut alirkan ke pipa-pipa menuju mesin dan
listrik dialirkan ke travo PLN serta menghasilkan 1 megawatt2.
Dari cara tersebut pemerintah kota Surabaya berupaya penuh untuk memerhatikan
masyarakatnya yang ada di sekitaran Benowo. Karena bagaimanapun masyakarat dan
pemerintah kota Surabaya bersinergi untuk menjaga lingkungan sekitaran Benowo agar tetap
asri. Sebelum terjadinya pengelolaan sampah menjadi energy listrik masyarakat banyak yang
mengeluhkan keberadaan TPA tersebut karena aroma bau yang ditimbulkan oleh sampah
tersebut membuat masyarakat sekitar merasa pusing dan mengganggu kesehatan mereka.
Masyarakat pun pada waktu itu juga menuntut agar menutup lokasi TPA Benowo jika tidak
ditangani dengan baik. Kemudian masyarakat membuat tuntutan agar daerah sekitaran TPA
Benowo diperbaiki fasilitas akses jalan dan saluran air. Pemerintah kota Surabaya kemudian
memenuhi permintaan tuntutan masyarakat tersebut serta menjamin bahwa aroma sampah
yang ditimbulkan tidak menimbulkan bau yang menyengat karena sampah tersebut sudah
diberi obat dan disemprot setiap hari nya.
2 Pembangunan Nasional et al., “Walikota Surabaya Provinsi Jawa Timur,” 2017 (2018), 1–17.
107 Sujianti
Berbeda kondisinya dengan Cipayung. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa universitas
Indraprasta PGRI Jakarta mengenai TPA Cipayung menghasilkan data bahwa TPA Cipaying
menjadi ancaman bagi kesehatan warga. Masyarakat sering menderita penyakit diare, gatal-
gatal, dan jenis sakit perut lainnya. Sakit yang dialami oleh masyarakat akibat dari kurang
sosialisasinya pemerintah yang difokuskan kepada masyasrakat penghuni depakt TPA
mengenai hiodup sehat dan bersih. Masyarakat hanya mengetahui cara mencucui tangan,
kebersihan rambut dan kebersihan kulit. Masyarakat tidak tau menau bahwa pentingnya
kebersihan bak-bak dan kubangan air yang menjadi pemicunya penyakit dan semakin besar
kemungkinan penyakit akan menjangkit masyarakat akibat rumah dekat dengan TPA
Cipayung3.
Namun, dengan adanya TPA Benowo tersebut masyarakat sekitar diuntungkan oleh adanya
TPA tersebut salah satu nya mengurangi pengangguran yang ada di wilayah sekitaran TPA
tersebut karena kebanyakan masyarakat sekitar masih menganggur, mulai adanya saluran air
PDAM, serta akses jalan lebih bagus dan lebar. Pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah Kota Surabaya membuat kota Surabaya ingin masyarakatnya mendapatkan
perlakuan yang sama dengan masyarakat yang ada dipusat kota. Pemerintah kota Surabaya
juga berupaya untuk membenahi daerah pinggiran seperti Benowo agar pemerataan
pembangunan menjadi sama dengan yang dipusat.
LANDASAN TEORI
Peter Ludwig Berger lahir di Wina, Austria pada tanggal 17 Maret 1929 merupakan sosiolog
amerika yang tidak hanya berminat dengan teori sosial dan agama, melainkan juga menulis
tentang isu dunia ketiga, sosiologi keluarga, dan sosiologi politik. Pemikirannya banyak
dipengaruhi oleh Max Weber dan Durkheim serta sosiologi fenomenologis. Pemikirannya
yang hanya ditopang oleh sebuah harapan untuk mendamaikan otonomi manusia dengan
struktur sosial yang koersif dalam sosiologi intepretasi yang menyelidiki bahwa akhirnya
pengetahuan tentang actor sosial menjadi sah dan diterima begitu saja.
3 Emilda Emilda, “Dampak Pengelolaan Sampah Pada Kesehatan Masyarakat Di Tpa,” Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5.2 (2019), 246–52 <https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.138>.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 108
Dalam kehidupan ini hanya merupakan realitas saja. Itulah kecurigan Peter L. Berger yang
bertolak dari skeptisisme radikal inilah bahwa Berger kemudian meretas sebuah teori yang
dapat melucuti semua realitas kita, bahwa semua yang kita tahu dan ada, hanya sebatas
konstruksi atas kenyataan. Dalam teori konstruksi sosial yang telah disinggung oleh Berger
dan Luckman dalam sosiologi pengetahuan, suatu masyarakat terbentuk dan terjadi atas
berbagai tingkat. Menurut Berger, masyarakat merupakan suatu fenomena dialektis dalam
pengertian masyarakat bahwa masyarakat adalah suatu produk manusia yang akan selalu
memberi tindak balik kepada produsennya. Proses dialektik fundamental terdiri dari tiga
Langkah atau momentum yaitu eksternalisasi, obyektivas, dan internalisasi. Dalam buku
karya Hanneman Samuel dengan judul “Peter Berger Sebuah Pengantar Ringkas” yang
menjelaskan tentang realitas yang hanya merupakan hasil konstruksi “Dan lantaran sebuah
‘pengetahuan’ manusia dibangun, diteruskan, dan dijaga dalam situasi sosial, sosiologi
pengetahuan mesti berupaya untuk memahami proses bagaimana fenomena ini berlangsung
sehingga ‘realitas’ yang diterima begitu saja menjadi sesuatu yang keras bagi seorang insan
yang dapat ditemui dijalan” (Berger dan Luckmann, 1966: 15). Peter L. Berger pun
menjelaskan bagian pentingnya dalam mengeksplorasi suatu fenomena dari setiap sudut,
orang awam berkecenderungan untuk melihat suatu fenomena apa adanya tanpa memiliki
rasio yang kritis terhadap apa yang sedang dihadapi. Disini dijelaskan tiga penjelasan tahap-
tahap konstruksi terhadap realitas:
a. Eksternalisasi
Merupakan suatu pencerahan kedirian manusia secara terus menerus kedalam dunia, baik
dalam aktifitas fisik maupun mentalnya dalam pembangunan dunia. Karena secara biologis
manusia tidak mempunyai dunia-manusia melainkan manusia membangun suatu dunia
manusia. Manusia menciptakan suatu jenis alat untuk mengubah lingkungan fisik dan alam
ia kehendaki. Manusia pun juga menciptakan Bahasa yang merupakan suatu symbol yang
meresapi kedalam aspek kehidupannya. Sama seperti kehidupan materialnya, masyarakat
merupakan produk dari manusia.
109 Sujianti
b. Objektivasi
Objektitivitas merupakan disandangnya prosuk-produk aktifitas itu (baik mental maupun
fisik), suatu realitas yang berhadapan dengan para produsen semula, dalam bentuk suatu
kefaktaan yang eksternal terhadap yang lain dari produsen itu sendiri. Dunia ini terdiri dari
benda-benda materiil maupun non materiil yang menentang kehendak dari produsennya.
Objektivitas dari masyarakat terlihat jelas dalam prosedur-prosedur kontrol sosial yaitu
prosedur-prosedur yang khusus untuk memasyarakatkan Kembali individu dan kelompok-
kelompok yang pembangkang. Contoh nya seorang individu dipaksakan untuk menamakan
sebuah benda yang digunakan untuk duduk sebagai kursi, benda yang terbuat dari kayu
dikonstruksikan sebagai kursi, Lembaga-lembaga politik dan hukum dapat memberi contoh
penjelasan mengenai hal ini. objektivitas mengenai proses penuaan sudah menjadi hal yang
harus dilewati oleh setiap manusia.
c. Internalisasi
Internalisasi menurut Berger merupakan tahap dimana seorang individu memilik objektivitas
apa yang dia anut. Setiap kelompok masyarakat memiliki konstruksi sendiri tentang
pembangunan di wilayah Surabaya Barat terutama Benowo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi.
Fenomenologi merupakan studi yang mempelajari fenomena, seperti segalah hal yang
muncul berdasarkan pengalaman pribadi. Fenomenologi mempelajari serta memahami suatu
fenomena yang di alami oleh individu hingga sebuah “keyakinan” oleh individu yang
bersangkutan. Dengan demikian, dapat dipelajari melalui berdasarkan sudut pandang dari
individu yang bersangkutan sebagai subjek. Penelitian fenomenologi juga dilakukan
penelitian yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 110
Subjek dari penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di sekitar TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) Benowo. Alasan memilih subjek tersebut agar mendapatkan data yang benar-benar
valid dan dapat dipercaya. Pemilihan subjek penelitian menggunakan random sampling, yaitu
pemilihan subjek nya dilakukan secara acak dengan maksud yaitu siapa subjek yang ingin
langsung diteliti.
Lokasi penelitian ini berada di daerah pemukiman yang berada di sekitar TPA Benowo Kota
Surabaya. Alasan memilih tempat ini yaitu berdasarkan pengamatan dilapangan, TPA
Benowo menampung sampah serta limbah dari banyak penjuru daerah sehingga sampah serta
limbah menggunung. Dari terlihatnya penampungan akhir yang menggunung tersebut tampak
adanya perbedaan pemerataan kawasan didaerah pusat kota dengan didaerah kawasan TPA
Benowo. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2020.
Penelitian ini menggunakan 3 teknik pengumpulan data. Pertama, dilakukan pengamatan
yaitu mengamati lingkungan dan yang mendukung penelitian ini. Kedua, dilakukan
wawancara yaitu mewawancarai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Sedangkan
ketiga dilakukan dokumentasi untuk mendokumentasikan setiap hal yang didapat, baik
berupa ucapan informan, gambar situasi sekitar, dan wacana yang didapat.
Peneliti mengorganisir semua data yang telah data. Membaca serta mengelompokkan data-
data yang penting. Mengembangkan uraian data dari observasi dan hasil wawancara oleh
subjek penelitian. Langkah terakhir yaitu peneliti memberikan penjelasan secara naratif
tentang pandangan masyarakat yang berada di kawasan TPA Benowo terhadap pemerataan
kawasan oleh pemerintah kota Surabaya serta kondisi wilayah TPA Benowo, kemudian
dijadikan karya ilmiah.
111 Sujianti
HASIL
A. Keluhan Masyarakat
Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta yang ada di Indonesia. Pusat
ekonomi, akses pendidikan, sarana prasarana untuk hidup yang lengkap, dan lain sebagainya
merupakan daya tarik kota Surabaya. Daya tarik kota Surabaya tersebut menyebabkan banyak
masyarakat dari luar Surabaya datang ke Surabaya. Tidak hanya pendatang akan tetapi
pertambahan jumlah penduduk di Surabaya yang kian waktu kian melesat menyebabkan kota
Surabaya semakin padat. Kepadatan jumlah penduduk menimbulkan berbagai macam
pengaruh yang terjadi. Salah satu pengaruhnya adalah jumlah sampah yang semakin
meningkat pula baik sampah rumah tangga, sampah industri, sampah restaurant, dan lain
sebagainya.
Surabaya memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan juga Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). TPA yang ada di Surabaya berada di daerah Surabaya Barat yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Gresik. TPA ini berada di daerah Benowo yang tepatnya ada di
kelurahan Romokalisari. TPA Benowo berada di wilayah yang juga berbatasan dengan
pemukiman penduduk dan juga tambak ikan milik penduduk. Masyarakat sekitar TPA tentu
saja berhadapan langsung dengan TPA dan tidak jarang merasakan dampak negatif yang
disebabkan oleh adanya TPA.
Tidak jarang masyarakat mencium bau busuk yang berasal dari TPA. Sampah yang ada juga
menggunung dan mengalami pembusukan. Terlebih lagi saat musim hujan datang bau yang
ditimbulkan semakin menyengat. Bau yang terbawa oleh hembusan angin menyebar ke
pemukiman warga dan menyebabkan warga merasa sakit kepala. Tidak sedikit pula
masyarakat yang mengalami sakit batuk-batuk karena menghirup bau sampah dari TPA dan
juga badan yang gatal-gatal. Selain bau yang menyengat hewan lalat pun banyak sekali
dijumpai disekitar pemukiman. Masyarakat sekitar juga mengeluh dan menginginkan untuk
penutupan TPA yang ada di Benowo karena masyarakat sendiri yang merasakan dampak
negatifnya.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 112
B. Penanganan Sampah
Keluhan masyarakat sekitar TPA Benowo sangat banyak hingga adanya permintaan dari
masyarakat kepada Pemerintahan Kota Surabaya untuk menutup TPA yang berada di
kawasan mereka. Masalah utama yang mereka hadapi adalah masalah sampah yang
menggunung dan semakin bau. Setelah adanya keluhan yang disampaikan masyarakat,
Pemerintahan Kota Surabaya mengambil tindakan dengan penyemprotan sampah
menggunakan obat yang berfungsi untuk menghilangkan bau dari tumpukan sampah. Selain
itu obat tersebut berfungsi untuk mengurangi adanya lalat yang banyak beterbangan.
Selain obat yang berfungsi untuk meredam bau sampah, Pemerintah Kota Surabaya juga
menciptakan inovasi dengan mengubah tanah menjadi energi listrik dengan mendirikan
bangunan – bangunan yang diciptakan untuk Pembangkit Litrik Tenaga Sampah. Meskipun
pengolahan sampah baru saja dilakukan akan tetapi hal tersebut telah menenangkan
masyarakat karena tidak ada lagi bau yang berlebihan dan lebih teratur untuk penanganan
permasalahan sampah.
Penyemprotan sampah dengan obat agar tidak menimbulkan bau dilakukan setiap hari dan
ada petugas tersendiri untuk melakukan penyemprotan. Penyemprotan tidak hanya dilakukan
saat ada acara atau hari-hari tertentu saja mengingat lokasi TPA Benowo yang bersebelahan
langsung dengan stadion sepak bola Gelora Bung Tomo. Gelora Bung Tomo sering sekali
digunakan untuk pertandingan sepak bola yang menyebabkan banyak masyarakat ingin
menonton. Permasalahan bau sampah dahulu juga dirasakan oleh masyarakat yang hadir
untuk menonton bola akan tetapi sekarang sudah ditangani dengan tepat dan tidak
menimbulkan kegelisahan penonton lagi.
C. Sarana Prasarana di Sekitar TPA
Wilayah Benowo dahulu merupakan rawa – rawa dan ada pemukiman yang tidak memiliki
jumlah penduduk banyak. Disekitar rawa – rawa hanya ada jalan kecil, sempit, dengan
kondisi yang tidak baik. Dengan dijadikannya TPA di wilayah Benowo yang selalu dilintasi
oleh kendaraan besar dan berat untuk mengangkut sampah menyebabkan adanya perbaikan
jalan agar menjadi akses yang mudah bagi kendaraan pengangkut sampah untuk menuju ke
TPA Benowo. Masyarakat banyak yang bersyukur karena jalan sudah dibenahi sehingga
113 Sujianti
mereka tidak khawatir jika ingin melintasi jalanan. Tidak hanya permasalahan infrastruktur
jalan saja, akan tetapi dengan adanya TPA di wilayah Benowo masyarakat juga menikmati
adanya perubahan yang terjadi di wilayahnya.
Masyarakat sekitar TPA hanya mengandalkan air hujan untuk kegiatan sehari – hari
dikarenakan tidak terjangkau oleh PDAM. Masyarakat juga mengalami kekeringan saat
memasuki kekeringan dan sulit untuk melakukan kegiatan sehari – hari. Dengan adanya TPA
Benowo masyarakat meminta kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk menyediakan PDAM
sehingga air hujan yang tertampung di sumur masyarakat tidak tercemar oleh TPA dan
masyarakat dapat dengan mudah untuk mengakses air bersih. Tidak banyak keluhan
setelahnya mengenai air bersih oleh PDAM. Sesekali keluhan hanya karena saluran air
tersumbat oleh dedaunan atau akar – akar tanaman yang menyangkut. Setelah ada keluhan
langsung saja ditangani oleh pihak PDAM.
D. Lapangan Pekerjaan
TPA Benowo tidak hanya menimbulkan dampak negatif akan tetapi setelahnya juga dirasakan
dampak positifnya oleh masyarakat. Awal dibukanya TPA pengelolah TPA yang berasal dari
Pemerintah Kota Surabaya tidak memperbolehkan masyarakat luar Benowo untuk masuk ke
area TPA dan memulung sampah yang masih bisa di daur ulang atau digunakan kembali.
Pemerintah Kota Surabaya melihat masih banyak masyarakat Benowo yang menganggur dan
membutuhkan pekerjaan. Sehingga yang diperbolehkan untuk masuk dan memulung sampah
adalah masyarakat Benowo.
Memulung sampah plastik dan juga beberapa barang yang masih bisa digunakan merupakan
pekerjaan yang tidak bisa disepelehkan. Hasil penjualan memulung sehari bisa mencapai 1
juta rupiah untuk dua orang. Akan tetapi para pemulung juga harus memasuki wilayah TPA
dan memilah – milah sampah. Dengan adanya program pengolahan juga pemanfaatan sampah
ini masyarakat Benowo juga diikut sertakan untuk menjadi pegawai pengelolah.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 114
Dengan berjalannya waktu masyarakat Benowo semakin sedikit yang memulung sampah lalu
menjualnya. Sehingga pemerintahan Kota Surabaya mengizinkan untuk masyarakat luar
Benowo bahkan luar Kota untuk masuk dan mencari sampah yang masih bisa untuk dijual
kepada pengepul. Untuk masyarakat luar yang ingin memulung tidak diberatkan dengan
perizinan yang harus mereka penuhi. Petugas TPA membebaskan mereka untuk masuk ke
wilayah TPA. Hal ini juga dimanfaatkan baik oleh masyarakat Benowo dikarenakan mereka
dapat menyewakan kamar atau rumah tempag tinggal mereka untuk digunakan masyarakat
luar yang bermata penvaharian sebagai pemulung di TPA Benowo. Hal ini juga dapat
menambah penghasilan masyarakat Benowo dengan menyewakan tempat tinggalnya.
Sampah – sampah yang ada di TPA nantinya akan dipilah oleh petugas TPA yang dapat diolah
maupun tidak. Jika sampah yang didapat dari masyarakat maka akan dijadikan satu yang
nantinyan akan dipilah. Akan tetapi berbeda dengan sampah yang berasal dari restaurant.
Sampah – sampah tersebut akan dibedakan dikarenakan lebih banyak sampah yang masih
bagus dan dapat dimanfaatkan, hal tersebut akan memudahkan petugas untuk memilah
sampah dan juga masyarakat yang memulung untuk mencari barang yang masih bisa dijual.
Sebelum adanya pengolahan sampah menjadi energi yang berguna, hewan ternak milik
masyarakat dibebaskan berkeliaran untuk mencari makan di area TPA. Akan tetapi dengan
adanya pengolahan sampah maka hewan – hewan milik masyaralkat yang berkeliaran bebas
dilarang untuk masuk. Pemerintah Kota Surabaya juga memberi ganti rugi untuk pemilik
hewan yang bia digunakan untuk membangun kandang dan juga memberi makan ternak
mereka.
E. Kepemilikan Lahan Sekitar TPA
Bangunan – bangunan yang ada di sekitar TPA yang berfungsi untuk mengolah sampah
meupakan aset pemerintah kota. Akan tetapi Pemerintah Kota Surabaya juga mengizinkan
perusahaan asing yang ingin memiliki saham atau bekerja sama dalam pengolahan sampah.
Selain itu lahan luas yang digunakan untuk pemukiman warga dan juga tambak milik warga
dulunya adalah milik salah seorang masyarakat yang dinilai warga Benowo cukup kaya untuk
membeli lahan – lahan yang ada. Seseorang yang memiliki lahan tersebut membebaskan
warga untuk membangun rumah dan juga memiliki tambak.
115 Sujianti
Seiring berjalannya waktu wilayah tersebut sudah dibeli oleh pemerintah kota Surabaya yang
ditandai dengan adanya palang kepemilikan. Masyarakat Benowo mengetahuinya dan siap
jika sewaktu – waktu digusur oleh Pemerintah asalkan masyarakat mendapat ganti rugi dari
pemerintah Kota Surabaya. Masyarakat mebgatakan jika saat ini wilayah Benowo sedang
mengalami pembangunan yang nantinya akan dijadikan pusat kehidupan bagi masyarakat
Surabaya. Pemerintah Kota juga akan membangun dan memperbanyak taman di daerah
Benowo yang saat ini hanya ada satu taman yang letaknya jauh dari TPA. Masyarakat juga
menginginkan adanya taman atau penghijauan di sekitar wilayah TPA agar tidak gersang.
Dari temuan data dapat ditarik dalam analisisnya kedalam tiga aspek revitalisasi. Aspek yang
di analisis dapat dilihat dari aspek segi sosial, ekonomi dan pembangunan. Pemerintah Kota
Surabaya yang telah melakukan tindakan revitalisasi di daerah sekitar TPA Benowo.
Revitalisasi merupakan tindakan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya
tidak terbedaya atau tidak merata sehingga adanya revitalisasi dapat menjadikan perubahan
tersebut memiliki arti sangat penting dan sangat diperlukan untuk kehidupan. Revitalisasi
juga harus disertai oleh dukungan masyarakat kawasan. Aspek segi sosial yang tampak di
daerah sekitar TPA Benowo adalah masyarakat sudah tidak lagi mengeluhkan dengan
bebauan yang muncul akibat sampah yang menimbun dan masyarakat tidak mengeluhkan
sakit akibat adanya TPA tersebut, sebab Pemerintah Kota Surabaya telah memberikan
sterilisasi bau tidak sedap dengan melakukan penyemprotan obat setiap hari untuk
menghilangkan bau dan mengurangi populasi lalat.
Kepuasan masyarakat sekitar TPA Benowo juga merambah dalam aspek ekonomi. Aspek
segi ekonomi yang terlihat dari revitalisasi Pemerintah Kota Surabaya di kawasan daerah
TPA Benowo yakni adanya lapangan kerja yang tersedia untuk masyarakat sekitar TPA
Benowo ataupun luar kota untuk mengambil sampah yang masih bisa di daur ulang kembali
dan juga Pemerintah Kota Surabaya menjadikan masyarakat Benowo sebagai pegawai
pengelola TPA Benowo. Dalam revitalisasi pembangunan yang terlihat dari segi sarana dan
prasarana daerah kawasan TPA Benowo yakni kondisi jalan sekitar TPA dibenahi oleh
Pemerintah Kota Surabaya untuk diperluas jalanannya sehingga truk pengangkut sampah
dapat melintas dan sumber air yang berada di kawasan TPA Benowo sudah dapat terjangkau
dan bersih dari PDAM dengan pembuatan sumur, yang sebelumnya hanya menggunakan air
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 116
hujan yang tidak terwadahi dan tercemar. Pembenahan kawasan TPA Benowo dapat
dukungan penuh dari masyarakat setempat karena telah mendapatkan perhatian dari
Pemerintahan Kota Surabaya. Adanya revitalisasi pembangunan ini dapat mempengaruhi
revitalisasi dalam sosial dan ekonomi masyarakat setempat, serta kawasan Benowo saat ini
sedang dilakukan pembangunan untuk menjadikan kawasan pusat kehidupan masyarakat
Surabaya selanjutnya.
Kemudian untuk pembangunan berkelanjutan yang meliputi tiga pilar aspek utama yaitu
lingkungan, sosial, dan ekonomi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan karena ketiga
aspek tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pembangunan berkelanjutan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya di kawasan sekitaran Tempat Pembuangan Akhir
merupakan kawasan industry yang masih dikelilingi oleh tambak yang luas, karena
pembangunan yang ada di pusat kota Surabaya telah berkembang dan maju saatnya daerah
kawasan pinggiran kota Surabaya untuk diperhatikan agar pembangunan pusat dan pinggiran
bisa merata. Kemudian untuk lokasi TPA bisa ditingkatkan pembangunannya agar sampah
yang terlihat menggunung bisa ditempatkan pada dalam bangunan agar tidak terlihat dari
kejauhan. Karena kawasan sekitaran Benowo mau dijadikan pembangunan oleh Pemerintah
Kota Surabaya harus memerhatikan tiga aspek yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi, ketiga
aspek itu harus memberikan aspek manfaat dari pembangunan untuk warga sekitar. Karena
pembangunan berkelanjutan dari pemkot akan merubah segala aspek lingkungan, sosial, dan
ekonomi itu tadi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil diatas dapat dianalisis bahwa pembangunan di sekitaran TPA Benowo
dengan yang ada di pusat kota Surabaya terutama terjadi ketimpangan antara di pusat dan
pinggiran. Pembangunan yang ada di sekitaran wilayah Benowo dapat di lihat dari konstruksi
sosial masyarakat sekitaran Benowo yang harus berhadapan dengan lingkungan yang
berdekatan dengan TPA Benowo. Pembangunan sekitaran wilayah Benowo sudah terlihat
nyata dari segi fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kota Surabaya. Fasilitas yang diterima
oleh masyarakat sekitaran TPA Benowo yaitu adanya aliran air PDAM, jalan yang mulus,
dan aroma pembuangan TPA mulai berkurang dikarenakan setiap hari Kawasan TPA Benowo
117 Sujianti
diberi obat agar bau nya tidak menyengat sampai ke rumah warga yang ada disekitaran
Benowo. Pembangunan yang terlihat dari sekitaran wilayah tersebut hanyalah Stadion Gelora
Bung Tomo, jika pembangunan stadion tersebut tidak ada maka fasilitas-fasilitas yang
diperlukan oleh warga tidak akan terpenuhi.
Penutup
Kehadiran TPA Benowo pada mulanya memang meresahkan bagi masyarakat dikarenakan
adanya dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Berbagai upaya dilakukan
masyarakat untuk melaporkan dampak yang ada kepada Pemerintah Kota Surabaya didengar
dan ditindaklanjuti dengan baik sehingga saat ini masyarakat sekitar TPA merasa
diuntungkan dengan adanya TPA yang dapat mengubah dari 3 aspek, lingkungan, sosial, dan
ekonomi.
Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan TPA Benowo Oleh Pemerintah Kota Surabaya 118
DAFTAR PUSTAKA
Emilda, Emilda, “Dampak Pengelolaan Sampah Pada Kesehatan Masyarakat Di Tpa,” Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5.2 (2019), 246–52
<https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.138>
Nasional, Pembangunan, Cara Penyusunan, Tata Cara Penyusunan, Evaluasi Pelaksanaan,
Rencana Pembangunan, dan Rencana Kerja Pemerintah, “Walikota Surabaya Provinsi
Jawa Timur,” 2017 (2018), 1–17
SNI 19-2454-2002, “SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan,” ACM SIGGRAPH 2010 papers on - SIGGRAPH ’10, ICS 27.180, 2002, 1
<https://doi.org/10.1145/1833351.1778770>
Sulaiman, Aimie, “Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger,” Society, 4.1 (2016), 15–
22 <https://doi.org/10.33019/society.v4i1.32>