KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/62255/3/3. SKRIPSI TANPA...
Transcript of KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/62255/3/3. SKRIPSI TANPA...
-
KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)
MENGGUNAKAN KEMOMETRIK
( Skripsi)
Oleh
M.Hanif Amrulloh
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
-
ABSTRAK
KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)
MENGGUNAKAN KEMOMETRIK
Oleh
Muhammad Hanif Amrulloh
Turi putih (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman obat yang sudah diketahui
memiliki aktivitas antioksidan dan mengandung senyawa golongan tanin, fenolik, dan
flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah menentukan gugus fungsi dari senyawa
antioksidan yang berkontribusi mayor dalam aktivitas antioksidan. Daun, kulit
batang, dan akar turi putih diekstrak dengan pelarut metanol p.a. Ekstrak diuji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP kemudian ditentukan
gugus fungsi komponen ekstrak menggunakan spektrofotometer inframerah fourier
transform infrared (FTIR). Aktivitas antioksidan tinggi didapatkan pada jaringan kulit
batang dan akar. Ekstrak dikelompokkan berdasarkan ragam jaringan menggunakan
metode principal component analysis (PCA) dengan total PC 97%. Data serapan
gugus fungsi dikorelasikan dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan menggunakan
partial least square (PLS). Hasil analisis PLS menunjukkan bahwa gugus fungsi C=C,
C=O, dan C-O diduga merupakan gugus yang berkontribusi paling tinggi pada
aktivitas antioksidan ekstrak turi putih.
Kata kunci: Turi putih, sesbania grandiflora, kemometrik, PLS, PCA
-
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN FTIR SPECTRUMS AND ANTIOXIDANT
ACTIVITIES OF LEAVES, BARK, AND ROOT TURI WHITE (Sesbania
grandiflora) USING CHEMOMETRIC
By
Muhammad Hanif Amrulloh
White turi (Sesbania grandiflora) is a medicinal plant known have antioxsidant
activity and contains tannin, fenolik and flavonoid. The aim of this research is to
determine functional group from antioxidant compound is major contribution in
antioxidant activity. Leaf, bark, and root white turi were extracted using methanol p.a.
The extract tasted to their antioxidant activity using DPPH, ABTS, and FRAP then
determenied that functional group using spektrofometer fourier transform infrared
(FTIR).The highest antioxidant activity were found in bark and root. The exstract
were grouped based on plant tissue with principal component analysis (PCA).with a
total PC of 97%. Data absorbans functioanal group corllated with IC50 score using
partial least squere (PLS). Result analysis PLS that show functional group C=C,
C=O, and C-O are thought to be the group that contribute the highest to the
antioxidant activity of turi white leaf, bark, and root exstract.
Keywords : Turi white, sesbania grandiflora, chemometric, PLS, PCA.
-
KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)
MENGGUNAKAN KEMOMETRIK
Oleh
Muhammad Hanif Amrulloh
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
-
RIWAYAT HIDUP
M. Hanif Amrulloh dilahirkan di Bangunrejo, pada tanggal 6
Januari 1997 sebagai anak pertama dari pasangan bapak
Mukiman dan ibu Darning Tuti. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan di TK Ma’arif Bangunrejo, Sekolah Dasar di SD
Negri 2 Bangunrejo tahun 2003-2009, Kemudian penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Mengah Pertama di Mts. Al- Muhsin Metro 200-
2012 dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MA Al-Muhsin
Metro 2012-2015. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Jrusan Kimia
FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa,
penulis ikut dalam organisasi kemahasiswaan fakultas yakni sebagai Kader Muda
Himaki 2005-2016, Sebagai anggota muda ROIS 2015-2016. Penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Kimia Organik I dan praktikum Kimia Organik II jurusan
Kimia FMIPA.
-
MOTTO
Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Sesunggunya tiada berputus asa dari rahmat
Melainkan orang-orang yang kufur
(QS Yusuf:87)
Sebaik baikk manusia adalah yang
Bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad)
Siapapun yang menanam kebaikan
Pasti akan memetik kebahagiaan
(Ibnu Mas’ud)
-
SANWACANA
Alhadulilahirrobbil’alamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subahanahu wa Ta’ala, atas
segala yang telah menganugerahkan iman, rahmat, sehat, hidayah, dan nikmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kerelasi Antara
Spektrum FTIR dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun, Kulit Batang, dan Akar
Turi Putih (Sesbania grandiflora) Menggunakan Kemometrik” sebagai salah satu
syarat dalam meraih gelar Sarjana Sains pada program studi kimia FMIPA
Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada suri tauladan
terbaik nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam beserta para sahabat dan
keluarganya, semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafa’at beliau di
yaumil akhir nanti, amiin. Teriring doa yang tulus Alhamdulilahi Jaza Kumullahu
Khoiron katsiron,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, atas seluruh doa, kasih sayang, dukungan dan motivasi
kepada penulis serta semua pengorbanan yang sudah diberikan kepada
penulis, semoga Allah membalas-Nya, amiin yarobbal alamin.
-
2. Ibu Dr. Noviany, S.Si., M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing
dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memberikan arahan, dan motivasi
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan
beliau dengan kebaikan serta keberkahan yang tak terhingga.
3. Bapak Dr. Mohammad Rafi, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ilmunya
sehingga skripsi penulis dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah
membalasnya dengan kebaikan.
4. Bapak Drs. R. Supriyanto, M.Si. selaku pembahas dalam penelitian yang telah
memberikan nasihat, bimbingan dengan kesabaran sehingga
5. skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan
kebaikan.Bapak Diky Hidayat, M.Sc. selaku pembimbing akademik atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasihat yang
bermanfaat kepada penulis.
6. Bapak Ibu dosen jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung atas seluruh
ilmu dan ilmu yang diberikan selama penulis menjalani perkuliahan. Semoga
Allah melimpahkan keberkahan yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu.
7. Adikku tercinta Aisyah Az Zahra, Naura Ahmaturrahmah dan Faiz An Nufail,
keluarga besar “Samingun Family” serta “Paiman Family” atas kasih sayang,
semangat, motivasi yang diberikan kepada penulis.
8. Kepada rekan-rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik (Tosa,Valen,
Riski, Isnaini, Eva, Santi, Zuwita, Mentari), semoga Allah memudahkan
segala urusan.
-
9. Noviany’s Research Group, yaitu kak Dicky, mbak Rizky, mbak Ela, Mbak
Ufi, mbak Risa, Eva, Isnaini, Santi, Tosa, habibah, elma, dan candra atas
dukungan dan kerjasamanya selama ini.
10. Teman Organisasi MPI yang selalu bersama saling mengingatkan dalam
ketaatan.
11. Guru- guruku dari TK sampai SMA, dan Guru Ngajiku terimakasih untuk
ilmu dan pembelajarannya.
12. Teman-teman KKN Sumberhadi (Yunita, Rijal, bang Besron, Birgita, Cici,
dan Vita) atas kebersamaan dan semangatnya. Semoga dimudahkan dalam
segala urusan.
13. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Angkatan 2014-2020.
14. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka. Aamiin. Dalam penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangan yang terjadi. Kritik dan saran sangat diharapkan
penulis untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, April 2020
Penulis
M. Hanif Amrulloh
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Fabaceae ......................................................................................................... 6
B. Turi Putih (Sesbania grandiflora) .................................................................. 7
C. Radikal Bebas ............................................................................................... 10
D. Ekstraksi ....................................................................................................... 10
E. Antioksidan ................................................................................................... 11
1.DPPH ......................................................................................................... 12
2.FRAP (Ferric Reducing Antioxidant power) ............................................ 13
3.ABTS (2,2’-azino-bis (3- etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat) ................. 14
F. Spektroskopi IR ............................................................................................. 15
G. Metabolomik ................................................................................................. 17
H. Kemometrik .................................................................................................. 18
-
ii
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 20
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 20
B. Alat dan Bahan. ............................................................................................ 20
C. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 21
1.Persiapan Sampel ....................................................................................... 21
2.Uji Aktivitas Antioksidan ........................................................................... 22
3.Analisis Data Antioksidan .......................................................................... 26
4.Pembuatan Model Prediksi Aktivitas Antioksidan .................................... 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 29
A. Ekstraksi ....................................................................................................... 29
B. Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................................. 31
1. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ..................................... 31
2. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS ................................... 34
3. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP ..................................... 35
C. Uji Spektrofotometri FTIR ........................................................................... 36
D. Analisis Kemometrik .................................................................................... 39
1. Analisis PCA ............................................................................................ 39
2. Korelasi Spektrum FTIR dengan Aktivitas Antioksidan menggunakan
PLS ............................................................................................................ 40
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 48
A. Simpulan ....................................................................................................... 48
B. Saran ............................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50
LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
-
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tumbuhan turi putih (Sesbania grandiflora) ............................................ 8
2. Senyawa (1) 1,l’-binaphthalene-2,2’- diol (2) isovestitol, (3) sativan,
(4) sesbagradiflorain A, (5) sesbagrandiflorain B, (6)
sesbagrandiflorain C ............................................................................. 9
3. Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan .............................................. 13
4. Reaksi uji FRAP ........................................................................................ 14
5. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•
kation radikal dan reaksinya dengan senyawa anti radikal ....................... 15
6. Skema alat spektroskopi FT-IR, (1) Sumber inframerah, (2) Pembagi
berkas (beam spliter), (3) Kaca pemantul, (4) Sensor inframerah, (5)
Sampel, (6) Display ................................................................................... 16
7. Teknik kompresi data dengan PLS ........................................................... 20
8. Hasil penggilingan sampel daun, kulit batang, dan akar turi putih ........... 30
9. Maserasi sampel dengan metanol p.a dengan perbandingan 1:5 .............. 31
10. Ekstrak hasil ekstraksi menggunakan Rotary evaporator ......................... 31
11. Reaksi DPPH dari (1) Diphenylpierylhidrazyl (free radical) ditambah
ekstrak turi menjadi (2) Diphenylpierylhidrazine dengan senyawa
antioksidan ................................................................................................ 32
12. Pembuatan variasi konsentrasi dari daun (A), akar (B), dan kulit
batang turi putih (C) .................................................................................. 33
13. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•+
kation radikal dan reaksinya dengan senyawa turi putih .......................... 35
-
iv
14. Reaksi ferri tripiridil triazin (Fe(III)TPTZ) dengan turi putih .................. 36
15. Grafik analisis FTIR daun, kulit batang, dan akar turi putih .................... 38
16. Hasil analisis PCA sampel turi putih daun ( ), kulit batang ( ), dan
akar ( ) ................................................................................................... 40
17. Plot skor X-Y relation korelasi FTIR dan DPPH (1), ABTS (2), dan
akar (3) pada ekstrak daun ( ), kulit batang ( ), akar ( ) turi putih ... 43
18. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan
DPPH ........................................................................................................ 45
19. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan
ABTS ........................................................................................................ 46
20. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan
FRAP ......................................................................................................... 47
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan…………….14
2. Nilai IC50 uji DPPH pada bagian turi putih………………………..34
3. Sifat antioksidan berdasarkan nilai IC50………………….………..35
4. Nilai IC50 uji ABTS pada bagian turi putih………………………..37
5. Nilai IC50 uji FRAP pada bagian turi putih………………………..38
6. Gugus fungsi ekstrak daun,kulit batang, dan akar………………….39
-
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini telah banyak penggunaan tanaman obat dalam berbagai pencegahan dan
pengobatan suatu penyakit. Dari total sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat
yang telah dikenal di dunia, 30.000 diantaranya disinyalir berada di Indonesia.
Jumlah tersebut mewakili 90% tanaman obat yang terdapat di wilayah Asia.
Sekitar 25% dari jumlah tersebut atau sekitar 7.500 jenis telah diketahui memiliki
khasiat tertentu, namun baru sekitar 1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan
untuk obat atau jamu (Salim, 2017). Bedasarkan data tersebut, masih ada sekitar
6.300 jenis tanaman yang diketahui memiliki khasiat atau aktivitas farmakologi
tertentu tetapi belum dimanfaatkan sebagai obat herbal. Salah satu indikasi suatu
tanaman untuk dapat dijadikan obat herbal yaitu melalui pengujian aktivitas
biologis seperti menentukan aktivitas antioksidannya.
Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk melindungi
sel tubuh seperti lipid, protein, vitamin dan DNA dengan perlambatan kerusakan,
ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi pada komponen
biologi tersebut (Warongan, dkk., 2017).
-
2
Salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antioksidan adalah turi putih
(Sesbania grandiflora). Potensi antioksidan tanaman turi putih sudah pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Fadhli pada
tahun 2018 melaporkan bahwa ekstrak n-heksana dan etil asetat bunga turi putih
(Sesbania grandiflora) menunjukan aktivitas antioksidan yang lemah. Sementara
ekstrak metanol dan fraksi etanol dilaporkan menunjukkan aktivitas antioksidan
yang cukup kuat (Taufiq, 2019). Selain itu ekstrak aseton daun dan batang turi
putih memberikan aktivitas antioksidan yang kuat (Rohmah, 2018). Uji aktivitas
antioksidan juga pernah dilaporkan dari senyawa hasil isolasi kulit batang turi
putih yaitu senyawa piperin, sesbagrandiflorain A dan B yang didapat dari ekstrak
kulit batang turi putih menunjukkan memiliki tingkat aktivitas antioksidan cukup
tinggi dengan menggunakan metode DPPH (Septiana, 2018).
Menurut Widiyati (2006) kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada
bagian tanaman memiliki konsentrasi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
menimbulkan masalah dalam menentukan bagian tanaman yang memiliki potensi
tinggi untuk dijadikan sebagai alternarif sumber obat baru yang berkhasiat
khususnya sebagai antioksidan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu
dilakukan evaluasi guna mengetahui perbedaan bioaktivitas dan perkiraan
metabolit sekunder pada bagian tanaman yang berpotensi pada keaktifan
bioaktivitas antioksidan. Salah satu evaluasi yang dapat dilakukan yaitu dengan
pendekatan sidik jari (fingerprinting) menggunakan spektrum FTIR (Fourier
Transform Infrared Spectrophotometer) (Warongan, dkk., 2017). Korelasi antara
-
3
bioaktivitas dan prediksi golongan metabolit sekunder yang bertanggungjawab
dalam keaktifannya dapat dilakukan menggunakan analisis kemometrik.
Kemometrik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mengintegrasikan
matematika, statistik, dan logika formal yang dapat menawarkan teori dan metode
untuk pengukuran kimia, dan memberikan pendekatan baru untuk analisis
berbagai jenis data pengukuran spektroskopi dan kimia. Aplikasi kemometrik
dalam riset dan pengembangan obat herbal sangat penting, diantaranya digunakan
untuk penentuan kualitas obat, asal geografis dan deskrimanasi taksonomi
(Shafirany, dkk., 2018).
Aplikasi kemometrik dalam riset dan pengembangan obat herbal sangat penting,
diantaranya digunakan untuk analisis fingerprinting metabolit sekunder daun
miana yang menghasilkan bahwa semakin rendah jarak antar daerah tanaman
maka profil antar tanaman tersebut memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (Amin,
2016). Kemudian aplikasi kemometrik ini pernah digunakan pada penelitian profil
metabolit sekunder pegagan berbasis spektrum FTIR menggunakan variasi
konsentrasi pelarut pengekstrak dan tempat tumbuh yang menghasilkan prediksi
metabolit yang paling berperan aktif terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak
pegagan asal Bogor dan Bandung. (Putri, dkk., 2017).
Aktivitas antioksidan sering digunakan dalam pencarian sumber obat herbal baru.
Penemuan dan autentikasi obat herbal berdasarkan sifat antioksidannya melalui
pendekatan kemometrik hingga saat ini masih belum banyak dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pengujian
aktivitas antioksidan dan analisis FTIR dari beberapa jaringan tumbuhan turi putih
-
4
meliputi daun, kulit batang, dan akar dengan menggunakan pendekatan
kemometrik.
Berdasarkan perbedaan daerah serapan fingerprint dari analisis spektrum IR yang
dikaitkan dengan aktivitas antioksidannya, maka dapat dilakukan pengelompokan
bagian tanaman yang diperkirakan paling berpotensi sebagai sumber antioksidan.
Selain itu juga dapat dilakukan prediksi kelompok metabolit sekunder yang
memberikan kontribusi dalam nilai antioksidan yang dikandung tanaman turi yang
nantinya diharapkan sebagai salah satu cara dalam kontrol kualitas bahan baku
obat herbal.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai aktivitas antioksidan dari turi putih (Sesbania
grandiflora).
2. Menentukan gugus fungsi dari senyawa antioksidan yang berkontribusi
mayor dalam aktivitas antioksidan yang dihasilkan menggunakan korelasi
antara spektrum FTIR dan nilai antioksidan secara kemometrik.
3. Menentukan bagian jaringan tumbuhan turi yang paling berpotensi sebagai
sumber antioksidan berdasarkan hasil korelasi antara spektrum FTIR dan
nilai antioksidan secara kemometrik.
-
5
C. Manfaat Penelitian
Hasil penilitian ini diharapkan didapatkan informasi sumber antioksidan alami
dari tumbuhan dan selanjutnya dapat digunakan dalam kontrol kualitas bahan
baku obat herbal serta autentifikasi obat-obatan herbal berbasis pada sifat
antioksidan pada industri obat tradisional/farmasi.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Fabaceae
Suku Fabaceae merupakan anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan
buah bertipe polong. Suku ini terdistribusi luas di seluruh dunia dan terdiri atas
18.000 jenis yang tercakup dalam 650 marga. Berdasarkan ciri pada bunga dan
biji, ahli botani membagi suku Fabaceae menjadi tiga anak suku, yaitu
Caesalpinioideae, Faboideae, dan Mimosoideae. Pada sistem klasifikasi
terdahulu, ketiga anak suku tersebut dianggap sebagai suku yang berbeda (Irsyam,
dkk., 2016).
Suku Fabaceae dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder diantaranya
flavonoid, kumarin, seskuiterpen, steroid, lakton, kromon, dan diterpen (Da Silva,
et. al., 2018). Selain itu ditinjau dari aktivitas biologisnya beberapa penelitian
yang telah dilakukan pada suku Fabaceae ditemukan adanya bioaktivitas
antioksidan, dan antimalaria yang baik (Batista, et, al., 2018, Akter, et, al., 2016).
-
7
B. Turi Putih (Sesbania grandiflora)
Sesbania grandiflora (L.) pers atau dikenal dengan nama lokal turi banyak
tumbuh di pekarangan, berfungsi sebagai tanaman hias, dan dimanfaatkan sebagai
tanaman obat maupun sayuran. Turi tersebar di wilayah Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan India. Bagian tanaman turi seperti daun, bunga, dan polong selain
sebagai sayuran juga digunakan sebagai sumber bahan baku obat anemia, batuk,
penurun panas, merangsang kecerdasan, dan obat lambung. Jus dari bunga turi
dilaporkan bermanfaat sebagai expectorant dan daunnya sebagai anti bakteri.
Adapun klasifikasi tanaman turi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Leguminosae
Genus : Sesbania
Spesies : Sesbania grandiflora (Baher, et. al., 2012)
-
8
Gambar 1. Turi putih (Sesbania grandiflora)
Kandungan kimia dari tanaman turi diantaranya arginin, cistin, histidin, isolusin,
fenilalanin, triptofan, valin, treonin, alanin, aspargin, asam aspartik saponin, asam
oleat, galaktosa, rhamnosa, asam glukuronat, dan flavonoid,. Salah satu
kandungan kimia yang bersifat antioksidan dari tanaman turi adalah tanin dan
flavonoid (Panigrahi, dkk., 2016).
Dari penelitian terkini yang dilakukan pada akar dilaporkan adanya senyawa 1,l-
binaphthalene-2,2- diol (1), dan dua isoflavanoid yaitu isovestitol (2) dan sativan
(3) (Noviany dkk., 2012). Adapun, pada kulit batang turi putih, dilaporkan adanya
senyawa sesbagrandiflorain A-C (5-6) (Noviany, dkk, 2018., 2020). Struktur
senyawa yang berhasil diisolasi dari turi putih dapat dilihat pada Gambar 2.
1 2
-
9
3 4
5 6
Gambar 2. Senyawa (1) 1,l’-binaphthalene-2,2’- diol (2) isovestitol, (3) sativan,
(4) sesbanagradiflorain A, (5) sesbagrandiflorain B, (6)
sesbagrandiflorain C
Kemudian, pada penelitian selanjutnya telah diteliti pada kulit batang tumbuhan
turi menunjukan adanya aktivitas antioksidan kategori sedang (Khotimah, 2019).
Lalu uji aktivitas antioksidan sesbagrandiflorain A dan B terhadap DPPH
memiliki tingkat aktivitas antioksidan kategori tinggi (Septiana, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fadhli (2018) ekstrak n-heksana dan
ekstrak etil asetat bunga turi putih (Sesbania grandiflora) memiliki aktivitas
antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 > 1000 µg/ mL. Taufiq (2019) dan
ekstrak metanol bunga memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 836.91
µg/mL. Sedangkan fraksi etanol mempunyai nilai IC50 251,06 pada pengujan
menggunakan metode DPPH. Ekstrak aseton daun dan batang turi putih memiliki
-
10
aktivitas antioksidan yang kuat terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50 masing-
masing sebesar 56,5707 dan 54,2608 ppm (Rohmah, 2018).
C. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan
pada orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini cenderung
mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan
menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus. Tubuh
manusia sendiri memiliki sistem pertahanan endogen terhadap serangan radikal
bebas terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan peradangan.
Jumlah molekul radikal bebas ini dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan
faktor stress, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan dan hal ini dapat
menyebabkan sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh
memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan
radikal bebas (Wahdaningsih et. al., 2015).
D. Ekstraksi
Salah satu metode yang digunakan sebagai penemuan obat tradisional adalah
metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi ini bergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan didapat. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal
dari tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan
penggilingan bagian tumbuhan.
2. Pemilihan pelarut
-
11
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.
4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometana, dan sebagainya.
5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya
(Mukhriani, 2011).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan 2 cara yakni cara dingin dan
panas. Cara dingin terdiri dari metode maserasi dan perkolasi, sedangkan cara
panas antara lain dengan refluks, Soxhlet, digesti, distilasi uap dan infus (Endah
et, al., 2010).
E. Antioksidan
Antioksidan digunakan juga dalam makanan untuk mengontrol oksidasi lipid.
Senyawa t-butil hidroksi anisol (BHA) dan di-t-butil hidroksitoluena (BHT)
digunakan sebagai antioksidan pangan, tetapi adanya kemungkinan efek samping
yang merugikan maka tidak digunakan untuk pengobatan. Namun, penggunaan
antioksidan sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena penggunaan yang
melebihi batas dapat menyebabkan racun dalam tubuh dan bersifat karsinogenik
sehingga dibutuhkan alternatif antioksidan lain yang aman untuk digunakan. Salah
satu sumber potensial antioksidan alami adalah tumbuhan (Wulansari, 2018).
Pengembangan antioksidan alamiah mendapat perhatian besar beberapa tahun
terakhir. Hal ini dimaksudkan untuk tujuan pengobatan preventif dan untuk
industri makanan. Antioksidan alami selain dapat melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas juga dipercaya mampu memperlambat terjadinya penyakit kronik
yang disebabkan penurunan spesies oksigen reaktif (ROS) terutama radikal
-
12
hidroksil dan radikal superoksida. Antioksidan alami juga berfungsi penghambat
oksidasi lipid yang menyebabkan ketengikan dan kerusakan pada bejana maserasi
tertutup (toples), corong buchner, pengaduk, rotary evaporator, labu erlenmayer,
plat aluminium silika gel F254, plat kaca, corong pisah, kolom gelas untuk
kromatografi cair vakum (sinterglass), pipet tetes, pipa kapiler dan lain-lain
(Wahdaningsih, et, al., 2015).
1. DPPH
Metode perendaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan
metanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal bebas.
Dalam hal ini radikal bebas yang digunakan sebagai model dalam mengukur daya
penangkapan radikal bebas adalah 1,1- difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH
merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai
pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan dan bila disimpan
dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik dan stabil selama
bertahun-tahun. Nilai absorbansi DPPH berkisar antara 515-520 nm. Ketika
larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor elektron
maka DPPH akan tereduksi, menyebabkan warna ungu akan memudar dan
digantikan warna kuning yang berasal dari gugus pikril (Tristantini, et, al., 2016).
Persamaan reaksi DPPH sebagai berikut utamanya bias digambarkan seperti ini
Gambar 3. Reaksi DPPH dengan senyawa yang bersifat antioksidan
-
13
Radikal yang dihasilkan kemudian menjalani reaksi lebih lanjut yang
mengendalikan stoikiometri keseluruhan. Oleh karena itu, reaksi diatas
dimaksudkan untuk menghasilkan reaksi yang terjadi dalam sistem pengoksidasi,
seperti autoksidasi lipid atau tidak jenuh lainnya zat dengan demikian molekul
DPPH dimaksudkan untuk mewakili radikal bebas yang terbentuk dalam sistem
yang aktivitas harus ditekan oleh zat bersifat antioksidan (Kedare & Singh, 2011).
2. FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)
Benzie & Strain (1996) mengemukakan bahwa metode FRAP adalah metode yang
digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan. Kelebihan
metode FRAP ini yaitu metodenya murah, reagennya mudah disiapkan dan cukup
sederhana dan cepat. Metode ini dapat menentukan kandungan antioksidan total
dari suatu bahan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi
ion Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga kekuatan antioksidan suatu senyawa dianalogikan
dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut (Maryam, et, al., 2015).
Persamaan reaksi FRAP dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Reaksi uji FRAP (Ou, et. al., 2002)
-
14
Selain itu uji antioksidan dengan metode FRAP dapat juga digunakan dengan Cu
CUPRAC (uji reduksi tembaga), yaitu berdasarkan pengurangan Cu2 menjadi Cu
oleh gabungan aksi agen pereduksi dalam sampel. Bathocuproine (2,9-dimetil-
4,7-difenil-1,10-penantrolin) atau neokuproin (2,9-dimethil-1,10-penantrolin)
digunakan untuk membentuk kromofor dengan Cu yang menyerap pada 490 nm
atau 450 nm. Nilai CUPRAC umumnya sebanding dengan Nilai TEAC untuk PH.
Potensi redoks tembaga yang rendah baik dalam bentuk bebas dan kompleks
membuatnya lebih selektif dalam reaksi dari pada besi, dan juga dapat
menunjukkan potensi aktivitas pro-oksidan PH (Widyastuti, 2010).
3. ABTS (2,2’-azino-bis (3- etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat)
Metode ABTS merupakan metode menggunakan senyawa (2,2’-azino-bis (3-
etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat) sebagai sumber penghasil radikal bebas.
Prinsip uji ABTS yaitu penghilangan dari warna kation ABTS dan mengukur
kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan radikal ABTS. Reaksi
radikal ABTS dapat dilihat pada persamaan berikut:
Gambar 5. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•+
kation radikal dan reaksinya dengan senyawa antiradikal (Magfira, 2018).
-
15
F. Spektroskopi IR
Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode guna mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1000 µm. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali
oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis
merupakan gelombang elektromagnetik, yang artinya mempunyai vektor listrik
dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.
Spektrum inframerah merupakan plot antara transmitan dengan frekuensi atau
bilangan gelombang. Spektrum ini juga menunjukkan banyaknya puncak absorbsi
(pita) pada frekuensi atau bilangan gelombang yang karakteristik. Daerah
bilangan gelombang yang sering digunakan pada spektrum inframerah berkisar
antara 4000-670 cm-1 (2,5-15 m) (Suarsa, 2015). Skema alat spektroskopi FTIR
secara sederhana ditujukan pada Gambar 6.
Gambar 6. Skema alat spektroskopi FT-IR. (1) Sumber inframerah. (2) Pembagi
berkas (beam splitter). (3) Kaca pemantul. (4) Sensor inframerah. (5)
Sampel. (6) Display (Anam, dkk., 2007)
-
16
Identifikasi setiap absorbsi ikatan yang khas dari setiap gugus fungsi merupakan
basis dari interpretasi spektrum inframerah. Seperti regangan O-H memberikan
pita serapan yang kuat pada daerah 3350 cm-1. Beberapa daerah serapan yang khas
dibawah ini dapat digunakan pada interpretasi awal dari spektrum inframerah.
Dapat dilihat pada tabel di bawah ini ada daerah serapan yang tumpang tindih
sehingga bisa meragukan dalam menginterpretasikan data. Tidak ada aturan yang
pasti dalam menginterpretasikan spektrum IR. Tetapi, beberapa syarat harus
dipenuhi dalam menginterpretasikan spektrum yaitu:
1. Spektrum harus tajam dan jelas serta memiliki intensitas yang tepat
2. Spektrum harus berasal dari senyawa yang murni
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga akan menghasilkan pita atau
serapan pada bilangan gelombang yang tepat.
4. Metoda penyiapan sampel harus dinyatakan. Jika digunakan pelarut maka jenis
pelarut, konsentrasi dan tebal sel harus diketahui.
Tabel 1. Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan
Bilangan gelombang
(ν, cm-1)
Jenis ikatan
3750-3000 regang O-H, N-H
3000-2700 regang -CH3, -CH2-, C-H, C-H
aldehid
2400-2100 regang -C≡C-, C≡N
1900-1650 regang C=O (asam, aldehid, keton,
amida, ester, anhidrida
1675-1500 regang C=C (aromatik dan alifatik),
C=N
1475-1300 C-H bending
1000-650 C=C-H, Ar-H bending
-
17
Karakteristik frekuensi vibrasi IR sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sangat
kecil pada molekul sehingga sangat sukar untuk menentukan struktur berdasarkan
data IR saja. Spektrum IR sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu senyawa
dengan membandingkannya dengan spektrum senyawa standar terutama pada
daerah sidik jari. Secara praktikal, spektrum IR hanya dapat digunakan untuk
menentukan gugus fungsi (Dachriyanus, 2004).
G. Metabolomik
Metabolomik adalah high throughput analysis yang mengidentifikasi dan
mengkuantifikasi metabolit dalam sel, jaringan, maupun cairan biologis dengan
berat molekul 100-1.000 nm. Metabolit merupakan hasil ekspresi gen yang berasal
dari interaksi antara sistem genom dengan lingkungan. Metabolit terdiri dari
senyawa antara dan produk akhir metabolisme, baik yang merupakan metabolit
primer (gula, asam amino, asam lemak dan asam organik) maupun metabolit
sekunder (fenilpropanoid, alkaloid, dsb) (Warsito, 2018).
Metabolomik juga merupakan bidang ilmu yang melibatkan pengukuran metabolit
secara komprehensif dan merupakan studi ilmu yang menggabungkan ilmu
biologi, kimia analitik dan bioinformatik. Ada tiga pendekatan utama yang
digunakan dalam metabolomik:
(i) Targeted approach yakni analisis metabolit yang ditargetkan (pengukuran
kuantitatif dan tepat dari konsentrasi metabolit yang diketahui)
(ii) Untargeted approach terdiri atas metabolite fingerprinting dan metabolite
profiling. Metabolite fingerprinting merupakan pengukuran cepat, evaluasi
-
18
total metabolit tetapi identifikasi metabolit tidak terlalu diperlukan, umum
untuk diskriminasi sampel yang berbeda, sedangkan untuk metabolite
profiling dilakukan identifikasi metabolit dan juga analisis semi
kuantitatifnya pada kelas metabolit tertentu.
Kekuatan metabolomik terletak pada perolehan data analitik dimana metabolit
dalam sistem seluler dihitung secara keseluruhan, dan ekstraksi elemen data yang
paling berperan pada sampel dengan menggunakan berbagai jenis analisis data
menggunakan pendekatan statistika multivariat (Putri, dkk., 2017).
H. Kemometrik
Nama "kemometrik", pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Swedia
Svante wold pada tahun 1971. Kemometrik mengintergrasikan matematika,
statistik, dan logika formal yang dapat menawarkan teori dan metode untuk
pengukuran kimia, memberikan pendekatan baru untuk analisis berbagai jenis
data pengukuran spektroskopi dan kimia. Selain itu, kemometrik dapat
diimplementasikan dalam kimia untuk mengoptimalkan prosedur eksperimental
dan memberikan informasi kimia yang maksimum dan relevan (Shafirany, dkk.,
2018).
Metode PLS merupakan salah satu metode reduksi data dengan mencari faktor-
faktor yang paling relevan dalam memprediksi dan menginterpretasikan sebuah
data. Metode PLS ini menggunakan kombinasi linier untuk menduga variabel
bebas dari variabel asli. Kombinasi ini dipilih dengan mengasumsikan bahwa
variabel yang menunjukkan korelasi yang sangat tinggi dan variabel bebas diberi
-
19
bobot yang sama besar karena variabel tersebut akan lebih efektif dalam
pendugaan . Teknik kompresi data PLS ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Teknik kompresi data dengan PLS (Ayu, 2017)
Pada teknik ini dimana terjadi pembentukan dekomposisi data spektra dan
konsentrasi kandungan kimia yang dilakukan bersamaan. Tujuan metode PLS
yaitu untuk membangun model linier antara matriks C (konsentrasi kandungan
kimia) dengan matriks A (spectra). Matriks F merupakan komponen utama
(faktor) yang dibutuhkan untuk mewakili matriks A dan C. Masing-masing bobot
dihitung dengan memaksimalkan kovarian antara matriks A dan C yang
selanjutnya akan menghasilkan koefisien regresi berupa matriks S. Informasi
dekomposisi spektrum berikutnya akan digunakan untuk menghitung persamaan
regresi dan untuk memperoleh model yang kuat dalam menduga kandungan kimia
yang diinginkan.
-
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 – Januari 2020, bertempat di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lampung, Spektroskopi Inframerah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis
kemometrik dilakukan menggunakan software Unscramble X 10.4.
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas,
spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-Vis) Agilent Cary 100, spektrofotometer
FT-IR SHIMADZU.
2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah daun, kulit batang , dan akar tumbuhan turi (S.
grandiflora) yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari desa Gisting
bawah blok 5, Kec. Gisting, Kab. Tanggamus. Pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi metanol (MeOH) , aseton (C3H6O2), etil asetat, kloroform, n-
-
21
heksan,serium sulfat, akuades (H2O), kertas saring, DPPH, asam askorbat, ABTS,
kalium persulfat, TCA, dapar fosfat 0,2 N pH 6,6, kalium ferrisianida, dan FeCl3.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Sampel
Daun, kulit batang, dan akar tumbuhan turi (S. grandiflora) diperoleh dari Desa
Gisting bawah blok 5, Kec. Gisting, Kab Tanggamus, Lampung. Determinasi
tumbuhan dilakukan di Laboratorium Botani Bogor Puslit Biologi Lipi. Daun,
kulit batang, dan akar turi dicuci bersih dengan air, diiris kecil-kecil, dikeringkan,
dan dijemur di bawah panas sinar matahari hingga kering. Daun, kulit batang dan
akar yang telah kering lalu digiling hingga menjadi serbuk halus.
2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut
Serbuk daun, kulit batang dan akar S.grandiflora masing-masing dibagi menjadi 5
bagian yaitu masing- masing sebanyak daun 100 g, kulit batang 200 g, dan akar
50 g. Maing-masing dimaserasi dengan pelarut metanol dengan perbandingan 1:5.
Maserasi dilakukan selama 1x24 jam. Ekstrak hasil maserasi ini lalu disaring
menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
evaporator. Ekstrak pekat yang diperoleh dikeringkan lalu ditimbang.
-
22
3. Uji Aktivitas Antioksidan (Magfira, 2018)
1. Uji Aktivitas Antioksidan metode DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil)
a) Pembuatan Larutan DPPH
Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan cara menimbang seksama kurang
lebih 0,0039 g DPPH kemudian dilarutkan dalam metanol p.a dalam labu 25 mL
dan dicukupkan hingga mencapai tanda batas.
b) Pembuatan Larutan Blanko
Larutan DPPH dipipet sebanyak 1 mL pada tabung reaksi 5 mL kemudian
ditambahkan metanol 1 mL, kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama 30
meni dan diukur serapannya pada panjang gelombang 517 nm.
c) Pembuatan Larutan Asam Askorbat Sebagai Pembanding
1. Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 1000 ppm
Larutan induk asam askorbat yang digunakan dibuat dengan cara menimbang
dengan saksama sebanyak 50 mg asam askorbat dan dilarutkan dengan metanol
p.a dalam labu tentukur 50 mL kemudian dicukupkan dengan metanol p.a hingga
tanda batas.
2. Pembuatan Larutan Asam Askorbat Berbagai Konsentrasi
Larutan asam askorbat sebanyak 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm dipipet dari larutan
induk asam askorbat ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan 1 mL
larutan DPPH dan dicukupkan dengan 1 mL metanol p.a. Larutan diukur
serapannya pada panjang gelombang 514 nm.
-
23
e) Pengukuran serapan sampel
Sebanyak 50 mg ekstrak daun batang, dan akar dilarutkan dengan etanol p.a
dalam labu ukur 50 mL (larutan stok konsentrasi 1000 ppm), lalu dibuat menjadi
beberapa konsentrasi yaitu 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm lalu diambil dari masing-
masing konsentrasi 1 mL dimasukan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL
DPPH, lalu diukur pada panjang gelombang 517 nm
2. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS
a) Pembuatan Larutan Stok ABTS
Ditimbang sebanyak 36 mg ABTS, dilarutkan dengan 10 mL etanol. Kemudian,
ditimbang kalium persulfat sebanyak 7 mg, dilarutkan dengan 10 mL etanol.
Kedua larutan dicampurkan dan dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai
50 mL, kemudian didiamkan selama 12-16 jam.
b) Uji Aktivitas Antioksidan ABTS
1. Pembuatan Larutan blangko
Larutan ABTS sebanyak 1 mL dipipet kedalam tabung reaksi ditambahkan
metanol sebanyak 1 mL. Larutan ini kemudian didiamkan selama 15 menit dan
diukur serapannya pada panjang gelombang 750 nm.
2. Pembuatan Larutan Baku dan Penetapan Kurva Baku Asam Askorbat
Larutan induk asam askorbat yang digunakan dibuat dengan cara menimbang
dengan saksama kurang lebih 50 mg asam askorbat dan dilarutkan dengan
-
24
metanol p.a dalam labu tentukur 50 mL kemudian dicukupkan dengan metanol p.a
hingga tanda batas.
3.Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Asam Askorbat
Larutan induk asam askorbat dibuat konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm
pada labu ukur 50 mL. Masing-masing dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1
mL ABTS kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 750 nm.
4. Pengukuran Serapan Sampel
Sebanyak 50 mg ekstrak daun batang, dan akar dilarutkan dengan metanol p.a
dalam labu ukur 50 mL (larutan stok konsentrasi 1000 ppm), kemudian dibuat
variasi konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm. Kemudian ditambahkan masing-
masing 1 mL ABTS dan didiamkan selama 30 menit, diukur serapan sampel pada
panjang gelombang 750 nm.
3. Uji Aktivitas Antioksidan Metode FRAP
a) Penyiapan Reagen Penelitian
1. Larutan Dapar Fosfat 0,2 N pH 6,6
Ditimbang 2 gr NaOH dan dilarutkan dengan air bebas hingga 250 mL dalam labu
ukur. Kemudian ditimbang KH2PO4 sebanyak 6,8 gram dan dilarutkan dengan air
bebas CO2 hingga 250 mL dalam labu tentukur. Kemudian dipipet sebanyak 16,4
mL NaOH, dimasukkan dalam labu tentukur dan dicampurkan 50 mL KH2PO4,
selanjutnya diukur sampai pH 6,6 dan dicukupkan dengan air bebas CO2 hingga
200 mL.
-
25
2. Larutan kalium ferrisianida 1%
Ditimbang 0,5 g kalium ferrisianida dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan
hingga 50 mL dalam labu tentukur.
3. Larutan FeCl3 0,1%
Ditimbang 50 mg FeCl3 dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan hingga 50
mL dalam labu tentukur.
4. Larutan asam trikloroasetat (TCA) 10%
Ditimbang 5 g TCA dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan hingga 50 mL
dalam labu tentukur.
b. Uji aktivitas Antioksidan Metode FRAP
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
Sebanyak 1 mL dapar fosfat pH 6,6 dan 1 mL kalium ferrisianida dipipet ke
dalam labu tentukur 5 mL kemudian. didiamkan selama 20 menit. Setelah
didiamkan larutan ditambahkan 1 mL TCA. kemudian diambil 1 mL lapisan atas
kemudian tambahkan 1 mL air suling dan 0,4 mL FeCl3, cukupkan dengan etanol
p.a hingga tanda batas, dan didiamkan kembali selama 30 menit. Serapan diukur
dengan spektrofotometer UV-Vis yang telah diatur panjang gelombang maksimun
681 nm.
2. Pembuatan Larutan Blanko
Diambil 1 mL metanol kemudian ditambahkan sebanyak 1 mL dapar fosfat pH
6,6 dan 1 mL kalium ferrisianida dipipet kedalam labu tentukur 5 mL. Didiamkan
-
26
selama 20 menit pada suhu 50°C. Setelah didiamkan larutan ditambahkan 1 mL
larutan TCA. kemudian diambil 1 mL lapisan atas kemudian didiamkan lagi
selama 30 menit. Tambahkan 1 mL air suling dan 0,4 mL FeCl3, ditambahkan
metanol p.a 1 mL kemudian diamkan selama 30 menit. Serapan diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis 681 nm.
c. Pembuatan Larutan Asam Askorbat Sebagai Pembanding
1. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Asam Askorbat
Larutan induk asam askorbat dibuat konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm
dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL dapar fosfat pH 6,6 dan 1 mL larutan
K3Fe(CN)6 1% dipipet kedalam tabung reaksi kemudian didiamkan selama 20
menit pada suhu 50°C. Setelah didiamkan larutan ditambahkan TCA sebanyak 1
mL kemudian didiamkan lagi selama 30 menit kemudian ditambahkan 1 mL
aquades dan 0,4 mL FeCl3 dan dicukupkan dengan etanol p.a hingga tanda batas,
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 681 nm.
4. Analisis data antioksidan
Analisis data antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan
radikal DPPH, ABTS, dan FRAP melalui perhitungan persentase inhibisi serapan
dengan menggunakan perhitungan:
-
27
%Inhibisi =A Awal − A Setelah Reaksi
A Awal X 100%
Keterangan:
Aawal = Absorbansi DPPH kontrol pada λ maksimum sebelum direaksikan
dengan larutan uji.
Asetelah reaksi = Absorbansi DPPH pada λ maksimum setelah direaksikan dengan
larutan sampel uji dan pembanding.
Nilai IC50 didapat dengan membuat persamaan garis yang menghubungkan antara
% Inhibisi terhadap konsentrasi larutan uji masing-masing sampel (250, 125, 50,
25, dan 10 ppm) dan pembanding Asam askorbat (250, 125, 50, 25, dan 10 ppm).
IC50 diperoleh dengan menghitung konsentrasi larutan uji yang bisa menghasilkan
hambatan radikal bebas (% inhibisi) sebesar 50 persen berdasarkan persamaan
garis regresi linear korelasi I dengan K menggunakan rumus :
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
Keterangan :
y = Hambatan radikal bebas
x = Konsentrasi larutan uji (K)
Data yang diperoleh dari alat Spektrofotometri UV-Vis berupa absorbansi kontrol
dan reagen dari masing-masing uji setelah direaksikan dengan larutan uji sampel
dan pembanding pada berbagai konsentrasi, digunakan untuk menghitung %
Inhibisi. % Inhibisi digunakan untuk memperoleh IC50 yang akan menentukan
apakah sampel mengandung bioaktivitas antioksidan yang kuat atau tidak
(Hasanah, dkk., 2017).
-
28
5. Pembuatan model prediksi gugus fungsi yang berkontribusi terhadap
Aktivitas Antioksidan
Model kalibrasi multivariat dibuat dengan program The Unscrambler versi 10.4
menggunakan metode PLSR. Pembentukan model prediksi aktivitas antioksidan
dilakukan oleh PLSR dengan melibatkan variabel x (hasil pengukuran FTIR) dan
variabel y (data hasil analisis metode DPPH, FRAP dan ABTS ) (Rohaeti, et. al,
2011).
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Bedasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada uji antioksidan ini didapatkan rata- rata antioksidan dengan metode DPPH,
ABTS, dan FRAP pada daun memiliki sifat lemah, kulit batang memiliki sifat
antioksidan sedang dan akar memiliki sifat antioksidan yang sedang.
2. Pada analisis PCA didapatkan ketiga ekstrak tersebut dapat berkelompok dengan
baik dengan total PC sebesar 97%.
3. Berdasarkan analisis PLS didapatkan prediksi gugus fungsi yang berkontribusi
terhadap aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak daun, kulit
batang dan akar yaitu gugus fungsi C=C, C=O, dan C-O.
4. Berdasarkan analisis PLS tidak didapatkan prediksi gugus fungsi yang
berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan dengan metode ABTS pada ekstrak
daun, kulit batang dan akar.
5. Berdasarkan analisis PLS didapatkan prediksi gugus fungsi yang berkontribusi
terhadap aktivitas antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak daun, kulit
batang dan akar yaitu gugus fungsi C=C, C=O, dan C-O.
-
49
6. Adanya kosistensi gugus fungsi yang berpengaruh pada bioaktivitas antioksidan
hasil PLS dari data spektrofometri FTIR dengan uji antioksidan metode DPPH
dan FRAP.
B. Saran
Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya variasi pelarut pada pengujian antioksidan pada tumbuhan Turi putih
(Sesbania grandiflora)
2. Perlu dilakuakan variasi daerah tumbuhan turi putih dengan analisis kemometrik.
3. Perlu dilakukan karektirasi dan identifikasi lebih lanjut untuk memperoleh
kombinasi data dengan data antioksidan.
4. Perlu dilakukan identifikasi senyawa aktif yang berperan aktif terhadap aktivitas
antioksidan dengan instrumen lain seperti kromatografi cair spektrometri massa
(LCMS).
-
DAFTAR PUSTAKA
Akter, K., Barnes, E. C., Loa Kum Cheung, W. L., Yin, P., Kichu, M., Brophy, J.
J., & Jamie, J. F. (2016). Antimicrobial and antioxidant activity and chemical
characterisation of Erythrina stricta Roxb. (Fabaceae). Journal of
Ethnopharmacology, 185, 171–181.
Amin, A. (2016). Detereminasi dan Analisis Fingger Print Daun Miana ( Coleus
scutellarioides Linn . ) Sebagai Bahan Baku Obat Tradisional. Jurnal
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, 4(2), 58–64.
Ayu, P. C. (2017). Pengembangan model penentuan kandungan kimia utama
pembentuk flavor biji kopi java preanger menggunakan ft-nirs putri chandra
ayu.(Tesis).Insitut Pertanian Bogor.
Bahera, M., Karki, R., & Shekar, C. (2012). Preliminary Phytochemical Analysis
of Leaf and Bark methanolic extract of Sesbania grandiflora. The Journal of
Phytopharmacology, 1(2), 10–20.
Da Silva Oliveira, F. G., de Souza Araújo, C., Rolim, L. A., Barbosa-Filho, J. M.,
& da Silva Almeida, J. R. G. (2018). The Genus Hymenaea (Fabaceae): A
Chemical and Pharmacological Review. Studies in Natural Products
Chemistry (Vol. 58).
Dachriyanus, P. D. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara
Spektroskopi. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Universitas Andalas.
Fadhli H., Bharada, A., Soeharto, R., dan Windarti, T. (2018). Uji Aktivitas
Antioksidan Kulit Buah Pulasan (Nephelium mutabile Blume) Dan Bunga
Turi Putih (Sesbania grandiflora) Dengan Metoda DPPH. Jurnal
Katalisator, 3(2), 153–161.
Guo, S. C., Yu, S., Qian, Y., Hu, M. H., Shan, M. Q., Chen, P. D., Li, S. F. Y.
(2017). Correlation of antioxidant activity and volatile oil chemical
components from Schizonepeta tenuifolia herbs by chemometric methods.
International Journal of Food Properties. 20(May). S1082–S1092.
-
51
Handayani, V., Ahmad, A. R., Sudir, M., Etlingera, P., & Sm, R. M. (2014). Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga dan Daun Patikala ( Etlingera
elatior ( Jack ) R . M . Sm ) Menggunakan Abstrak. Pharm Sci, 1(2), 86–93.
Hasanah, M., Maharani, B., Munarsih, E., Tinggi, S., Farmasi, I., Pertiwi, B., &
Selatan, S. (2017). Daya Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Kopi Robusta
( Coffea robusta ) Terhadap PEREAKSI DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
IJPST, 4.
Irsyam, Arifin Surya Dwipa, P. (2016). Suku Fabaceae Di Kampus Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bagian 1: Tumbuhan
Polong Berperawakan Pohon. Jurnal Biologi, 9(1), 44–56.
Kedare, S. B., & Singh, R. P. (2011). Genesis and development of DPPH method
of antioxidant assay. Journal of Food Science and Technology, 48(4), 412–
422.
Khotimah, N. L. (2019). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Akar Tumbuhan Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) Serta Uji
Aktivitas Aantioksidan. (Skripsi). Universitas Lampung.
Magfira. (2018). Analisis Penghambatan Ekstrak Etanol Batang Kembang Bulan (
Tithonia ediversifolia ) Terhadap Reaksi Oksidasi dari Radikal Bebas
Dengan Metode DPPH ABTS dan FRAP. (Skripsi). Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Maryam, S., Baits, M., Nadia, A., Farmasi, F., & Muslim, U. (2012). Pengukuran
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kelor ( Moringa oleifera Lam .)
Menggunakan Metode FRAP ( Ferric Reducing Antioxidant Power ).
Fitofarmaka, 2(2).
Molyneux P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for estimating anti-oxidant activity. Songklanakarin Journal of
Science and Technology, 26(May), 211–219.
Mukhriani. (2011). Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.
Jurnal Kesehatan, VII(2), 361–367.
Noviany, N., Nurhidayat, A., Hadi, S., Suhartati, T., Purwitasari, N., & Subasman,
I. (2018). Sesbagrandiflorain A and B : isolation of two new 2-
arylbenzofurans from the stem bark of Sesbania grandiflora
Sesbagrandiflorain A and B : isolation of two new. Natural Product
Research, 6419, 1–7.
Noviany, N., Osman, H., Chong, W.K., Awang, K., and Manshoor, N. (2012).
Isolation and Characterisation of l,l’-binaphthalene-2,2’-diol, A New Biaryl
Natural Product from Sesbania grandiflora Root. Journal of Basic and
Applied Sciences, 253–256. https://doi.org/10.6000/1927-
5129.2012.08.01.39
-
52
Noviany, N., Samadi, A., Yuliyan, N., Hadi, S., Aziz, M., Purwitasari, N., …
Mahmud, T. (2020). Phytochemistry Letters Structure characterization and
biological activity of 2-arylbenzofurans from an Indonesian plant , Sesbania
grandiflora ( L .) Pers. Phytochemistry Letters, 35 (September 2019), 211–
215. https://doi.org/10.1016/j.phytol.2019.12.008
Ou, B., Huang, D., Hampsch-Woodill, M., Flanagan, J. A., & Deemer, E. K.
(2002). Analysis of antioxidant activities of common vegetables employing
oxygen radical absorbance capacity (ORAC) and ferric reducing antioxidant
power (FRAP) assays: A comparative study. Journal of Agricultural and
Food Chemistry, 50(11), 3122–3128.
Panigrahi, G., Panda, C., & Patra, A. (2016). Extract of Sesbania grandiflora
Ameliorates Hyperglycemia in High Fat Diet-Streptozotocin Induced
Experimental Diabetes Mellitus. Scientifica, 2016.
Pavia, D. L. (2010). Introduction to Spectroscopy. Broks/chool. Whasington
Pratiwi, E. (2010). Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari Tanaman
Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees). Insitut Pertanian
Bogor.
Putri, Sastia & Nusantara, Filemon & Erlangga Putri, S. (2017). Aplikasi
Pendekatan Metabolomik untuk Ilmu Pangan dan Mikrobiologi. Review
Article.
Putri, R. T. E. (2018). Korelasi Antara Spektrun FTIR dan Aktivitas Antioksidan
Dari Pegagan (Centella asiatica) Menggunakan Kemometrik. (Skripsi).
Insitut Pertannian Bogor.
Rohmah, J., Rachmawati, N. R., & Nisak, Syafiratun. (2018). Perbandingan Daya
Antioksidan Ekstrak Aseton Daun dan Batang Turi Putih (Sesbania
grandiflora) dengan Metode DPPH (diphenilpycrylhydrazil). Sains Dan
Kesehatan.
Sangkala, S., Jura, M. R., & Tangkas, I. M. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Buah Merah (Pandanus Baccari L) di Daerah Poso Sulawesi
Tengah. Jurnal Akademika Kimia, 3(4), 198–205.
Septiana, R. (2018). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari
Kulit Batang Tumbuhan Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers) Serta
Uji Aktivitas Antioksidan. Universitas Lampung.
Shafirany, M. Z., Susilawati, Y., & Musfiroh, I. (2018). Aplikasi Kemometrik
dalam Penentuan Mutu Tumbuhan Obat. Farmasi, Sains, Dan Kesehatan, 4,
2.
Sri Wahdaningsih, Erna Prawita Setyowati, S. W. (2015). Aktivitas Penangkap
Radikal Bebas dari Batang Pakis (Alsophila glauca J. Sm). Traditional
Medicine Journal, 16(3), 156–160.
-
53
Suarsa, W. (2015). Spektroskopi. Universitas Udaayana, Denpasar.
Taufiq, H., Sumarawati, T., Aini, Q., Rahmawati, R. P., Pawestri1, Y. A., &
Qorinah, N. (2019). Potensi Fraksi-fraksi dari Ekstrak Tanaman yang
Dikenal Sebagai Antioksidan. Farmasi.
Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Gabriel, J. (2016). Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (
Mimusops elengi L ). Jurnal Teknik Kimia, 1–7.
Warongan, M. N., Sudewi, S., & Yudistira, A. (2017). Analisis Fingerprint Daun
Gedi Hijau ( Abelmoschus manihot L ) untuk Memprediksi Aktivitas
Antioksidan Menggunakan Kombinasi Spektroskopi IR dengan Partial Least
Square Regression. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(4), 157–164.
Warsito, M. F. (2018). Analisis metabolomik : metode modern dalam pengujian
kualitas produk herbal. Bio Trends, 9(2).
Widiyati, E. (2006). Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Dan Uji Aktivitas
Biologis Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat
Pedesaan Bengkulu. Jurnal Gradien, 2(1), 116–122.
Widyastuti, N. (2010). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Cuprac,
DPPH, dan Frap serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam
Tanaman. Insitut Pertanian Bogor.
Wulansari, A. N. (2018). Alternatif Cantigi Ungu (Vaccinium varingiaefolium)
Sebagai Antioksidan Alami. Farmaka, 16, 419–429.
Zamroni Salim, E. M. (2017). Info Komoditi Tanaman Obat. Jakarta: Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia.