KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/62255/3/3. SKRIPSI TANPA...

51
KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora) MENGGUNAKAN KEMOMETRIK ( Skripsi) Oleh M.Hanif Amrulloh JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2020

Transcript of KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/62255/3/3. SKRIPSI TANPA...

  • KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

    DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)

    MENGGUNAKAN KEMOMETRIK

    ( Skripsi)

    Oleh

    M.Hanif Amrulloh

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2020

  • ABSTRAK

    KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

    DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)

    MENGGUNAKAN KEMOMETRIK

    Oleh

    Muhammad Hanif Amrulloh

    Turi putih (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman obat yang sudah diketahui

    memiliki aktivitas antioksidan dan mengandung senyawa golongan tanin, fenolik, dan

    flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah menentukan gugus fungsi dari senyawa

    antioksidan yang berkontribusi mayor dalam aktivitas antioksidan. Daun, kulit

    batang, dan akar turi putih diekstrak dengan pelarut metanol p.a. Ekstrak diuji

    aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP kemudian ditentukan

    gugus fungsi komponen ekstrak menggunakan spektrofotometer inframerah fourier

    transform infrared (FTIR). Aktivitas antioksidan tinggi didapatkan pada jaringan kulit

    batang dan akar. Ekstrak dikelompokkan berdasarkan ragam jaringan menggunakan

    metode principal component analysis (PCA) dengan total PC 97%. Data serapan

    gugus fungsi dikorelasikan dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan menggunakan

    partial least square (PLS). Hasil analisis PLS menunjukkan bahwa gugus fungsi C=C,

    C=O, dan C-O diduga merupakan gugus yang berkontribusi paling tinggi pada

    aktivitas antioksidan ekstrak turi putih.

    Kata kunci: Turi putih, sesbania grandiflora, kemometrik, PLS, PCA

  • ABSTRACT

    CORRELATION BETWEEN FTIR SPECTRUMS AND ANTIOXIDANT

    ACTIVITIES OF LEAVES, BARK, AND ROOT TURI WHITE (Sesbania

    grandiflora) USING CHEMOMETRIC

    By

    Muhammad Hanif Amrulloh

    White turi (Sesbania grandiflora) is a medicinal plant known have antioxsidant

    activity and contains tannin, fenolik and flavonoid. The aim of this research is to

    determine functional group from antioxidant compound is major contribution in

    antioxidant activity. Leaf, bark, and root white turi were extracted using methanol p.a.

    The extract tasted to their antioxidant activity using DPPH, ABTS, and FRAP then

    determenied that functional group using spektrofometer fourier transform infrared

    (FTIR).The highest antioxidant activity were found in bark and root. The exstract

    were grouped based on plant tissue with principal component analysis (PCA).with a

    total PC of 97%. Data absorbans functioanal group corllated with IC50 score using

    partial least squere (PLS). Result analysis PLS that show functional group C=C,

    C=O, and C-O are thought to be the group that contribute the highest to the

    antioxidant activity of turi white leaf, bark, and root exstract.

    Keywords : Turi white, sesbania grandiflora, chemometric, PLS, PCA.

  • KORELASI ANTARA SPEKTRUM FTIR DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

    DAUN , KULIT BATANG, DAN AKAR TURI PUTIH (Sesbania grandiflora)

    MENGGUNAKAN KEMOMETRIK

    Oleh

    Muhammad Hanif Amrulloh

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Sains

    Pada

    Jurusan Kimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    2020

  • RIWAYAT HIDUP

    M. Hanif Amrulloh dilahirkan di Bangunrejo, pada tanggal 6

    Januari 1997 sebagai anak pertama dari pasangan bapak

    Mukiman dan ibu Darning Tuti. Penulis telah menyelesaikan

    pendidikan di TK Ma’arif Bangunrejo, Sekolah Dasar di SD

    Negri 2 Bangunrejo tahun 2003-2009, Kemudian penulis

    menyelesaikan pendidikan Sekolah Mengah Pertama di Mts. Al- Muhsin Metro 200-

    2012 dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MA Al-Muhsin

    Metro 2012-2015. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Jrusan Kimia

    FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa,

    penulis ikut dalam organisasi kemahasiswaan fakultas yakni sebagai Kader Muda

    Himaki 2005-2016, Sebagai anggota muda ROIS 2015-2016. Penulis juga pernah

    menjadi asisten praktikum Kimia Organik I dan praktikum Kimia Organik II jurusan

    Kimia FMIPA.

  • MOTTO

    Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Sesunggunya tiada berputus asa dari rahmat

    Melainkan orang-orang yang kufur

    (QS Yusuf:87)

    Sebaik baikk manusia adalah yang

    Bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad)

    Siapapun yang menanam kebaikan

    Pasti akan memetik kebahagiaan

    (Ibnu Mas’ud)

  • SANWACANA

    Alhadulilahirrobbil’alamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subahanahu wa Ta’ala, atas

    segala yang telah menganugerahkan iman, rahmat, sehat, hidayah, dan nikmatNya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kerelasi Antara

    Spektrum FTIR dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun, Kulit Batang, dan Akar

    Turi Putih (Sesbania grandiflora) Menggunakan Kemometrik” sebagai salah satu

    syarat dalam meraih gelar Sarjana Sains pada program studi kimia FMIPA

    Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada suri tauladan

    terbaik nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam beserta para sahabat dan

    keluarganya, semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafa’at beliau di

    yaumil akhir nanti, amiin. Teriring doa yang tulus Alhamdulilahi Jaza Kumullahu

    Khoiron katsiron,

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ayah dan Ibu tercinta, atas seluruh doa, kasih sayang, dukungan dan motivasi

    kepada penulis serta semua pengorbanan yang sudah diberikan kepada

    penulis, semoga Allah membalas-Nya, amiin yarobbal alamin.

  • 2. Ibu Dr. Noviany, S.Si., M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing

    dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memberikan arahan, dan motivasi

    sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan

    beliau dengan kebaikan serta keberkahan yang tak terhingga.

    3. Bapak Dr. Mohammad Rafi, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II yang telah

    membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan ilmunya

    sehingga skripsi penulis dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah

    membalasnya dengan kebaikan.

    4. Bapak Drs. R. Supriyanto, M.Si. selaku pembahas dalam penelitian yang telah

    memberikan nasihat, bimbingan dengan kesabaran sehingga

    5. skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan

    kebaikan.Bapak Diky Hidayat, M.Sc. selaku pembimbing akademik atas

    kesediaannya untuk memberikan bimbingan, bantuan, nasihat yang

    bermanfaat kepada penulis.

    6. Bapak Ibu dosen jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung atas seluruh

    ilmu dan ilmu yang diberikan selama penulis menjalani perkuliahan. Semoga

    Allah melimpahkan keberkahan yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibu.

    7. Adikku tercinta Aisyah Az Zahra, Naura Ahmaturrahmah dan Faiz An Nufail,

    keluarga besar “Samingun Family” serta “Paiman Family” atas kasih sayang,

    semangat, motivasi yang diberikan kepada penulis.

    8. Kepada rekan-rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik (Tosa,Valen,

    Riski, Isnaini, Eva, Santi, Zuwita, Mentari), semoga Allah memudahkan

    segala urusan.

  • 9. Noviany’s Research Group, yaitu kak Dicky, mbak Rizky, mbak Ela, Mbak

    Ufi, mbak Risa, Eva, Isnaini, Santi, Tosa, habibah, elma, dan candra atas

    dukungan dan kerjasamanya selama ini.

    10. Teman Organisasi MPI yang selalu bersama saling mengingatkan dalam

    ketaatan.

    11. Guru- guruku dari TK sampai SMA, dan Guru Ngajiku terimakasih untuk

    ilmu dan pembelajarannya.

    12. Teman-teman KKN Sumberhadi (Yunita, Rijal, bang Besron, Birgita, Cici,

    dan Vita) atas kebersamaan dan semangatnya. Semoga dimudahkan dalam

    segala urusan.

    13. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Angkatan 2014-2020.

    14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

    Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka. Aamiin. Dalam penulisan

    skripsi ini masih banyak kekurangan yang terjadi. Kritik dan saran sangat diharapkan

    penulis untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat

    memberikan manfaat. Aamiin.

    Bandar Lampung, April 2020

    Penulis

    M. Hanif Amrulloh

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

    I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

    B. Tujuan ............................................................................................................. 4

    C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

    A. Fabaceae ......................................................................................................... 6

    B. Turi Putih (Sesbania grandiflora) .................................................................. 7

    C. Radikal Bebas ............................................................................................... 10

    D. Ekstraksi ....................................................................................................... 10

    E. Antioksidan ................................................................................................... 11

    1.DPPH ......................................................................................................... 12

    2.FRAP (Ferric Reducing Antioxidant power) ............................................ 13

    3.ABTS (2,2’-azino-bis (3- etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat) ................. 14

    F. Spektroskopi IR ............................................................................................. 15

    G. Metabolomik ................................................................................................. 17

    H. Kemometrik .................................................................................................. 18

  • ii

    III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 20

    A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 20

    B. Alat dan Bahan. ............................................................................................ 20

    C. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 21

    1.Persiapan Sampel ....................................................................................... 21

    2.Uji Aktivitas Antioksidan ........................................................................... 22

    3.Analisis Data Antioksidan .......................................................................... 26

    4.Pembuatan Model Prediksi Aktivitas Antioksidan .................................... 28

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 29

    A. Ekstraksi ....................................................................................................... 29

    B. Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................................. 31

    1. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ..................................... 31

    2. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS ................................... 34

    3. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP ..................................... 35

    C. Uji Spektrofotometri FTIR ........................................................................... 36

    D. Analisis Kemometrik .................................................................................... 39

    1. Analisis PCA ............................................................................................ 39

    2. Korelasi Spektrum FTIR dengan Aktivitas Antioksidan menggunakan

    PLS ............................................................................................................ 40

    V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 48

    A. Simpulan ....................................................................................................... 48

    B. Saran ............................................................................................................. 49

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 54

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tumbuhan turi putih (Sesbania grandiflora) ............................................ 8

    2. Senyawa (1) 1,l’-binaphthalene-2,2’- diol (2) isovestitol, (3) sativan,

    (4) sesbagradiflorain A, (5) sesbagrandiflorain B, (6)

    sesbagrandiflorain C ............................................................................. 9

    3. Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan .............................................. 13

    4. Reaksi uji FRAP ........................................................................................ 14

    5. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•

    kation radikal dan reaksinya dengan senyawa anti radikal ....................... 15

    6. Skema alat spektroskopi FT-IR, (1) Sumber inframerah, (2) Pembagi

    berkas (beam spliter), (3) Kaca pemantul, (4) Sensor inframerah, (5)

    Sampel, (6) Display ................................................................................... 16

    7. Teknik kompresi data dengan PLS ........................................................... 20

    8. Hasil penggilingan sampel daun, kulit batang, dan akar turi putih ........... 30

    9. Maserasi sampel dengan metanol p.a dengan perbandingan 1:5 .............. 31

    10. Ekstrak hasil ekstraksi menggunakan Rotary evaporator ......................... 31

    11. Reaksi DPPH dari (1) Diphenylpierylhidrazyl (free radical) ditambah

    ekstrak turi menjadi (2) Diphenylpierylhidrazine dengan senyawa

    antioksidan ................................................................................................ 32

    12. Pembuatan variasi konsentrasi dari daun (A), akar (B), dan kulit

    batang turi putih (C) .................................................................................. 33

    13. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•+

    kation radikal dan reaksinya dengan senyawa turi putih .......................... 35

  • iv

    14. Reaksi ferri tripiridil triazin (Fe(III)TPTZ) dengan turi putih .................. 36

    15. Grafik analisis FTIR daun, kulit batang, dan akar turi putih .................... 38

    16. Hasil analisis PCA sampel turi putih daun ( ), kulit batang ( ), dan

    akar ( ) ................................................................................................... 40

    17. Plot skor X-Y relation korelasi FTIR dan DPPH (1), ABTS (2), dan

    akar (3) pada ekstrak daun ( ), kulit batang ( ), akar ( ) turi putih ... 43

    18. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan

    DPPH ........................................................................................................ 45

    19. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan

    ABTS ........................................................................................................ 46

    20. Analisis PLS variable important antara data FTIR dan antioksidan

    FRAP ......................................................................................................... 47

  • v

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan…………….14

    2. Nilai IC50 uji DPPH pada bagian turi putih………………………..34

    3. Sifat antioksidan berdasarkan nilai IC50………………….………..35

    4. Nilai IC50 uji ABTS pada bagian turi putih………………………..37

    5. Nilai IC50 uji FRAP pada bagian turi putih………………………..38

    6. Gugus fungsi ekstrak daun,kulit batang, dan akar………………….39

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Saat ini telah banyak penggunaan tanaman obat dalam berbagai pencegahan dan

    pengobatan suatu penyakit. Dari total sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat

    yang telah dikenal di dunia, 30.000 diantaranya disinyalir berada di Indonesia.

    Jumlah tersebut mewakili 90% tanaman obat yang terdapat di wilayah Asia.

    Sekitar 25% dari jumlah tersebut atau sekitar 7.500 jenis telah diketahui memiliki

    khasiat tertentu, namun baru sekitar 1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan

    untuk obat atau jamu (Salim, 2017). Bedasarkan data tersebut, masih ada sekitar

    6.300 jenis tanaman yang diketahui memiliki khasiat atau aktivitas farmakologi

    tertentu tetapi belum dimanfaatkan sebagai obat herbal. Salah satu indikasi suatu

    tanaman untuk dapat dijadikan obat herbal yaitu melalui pengujian aktivitas

    biologis seperti menentukan aktivitas antioksidannya.

    Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk melindungi

    sel tubuh seperti lipid, protein, vitamin dan DNA dengan perlambatan kerusakan,

    ketengikan atau perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi pada komponen

    biologi tersebut (Warongan, dkk., 2017).

  • 2

    Salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antioksidan adalah turi putih

    (Sesbania grandiflora). Potensi antioksidan tanaman turi putih sudah pernah

    dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Fadhli pada

    tahun 2018 melaporkan bahwa ekstrak n-heksana dan etil asetat bunga turi putih

    (Sesbania grandiflora) menunjukan aktivitas antioksidan yang lemah. Sementara

    ekstrak metanol dan fraksi etanol dilaporkan menunjukkan aktivitas antioksidan

    yang cukup kuat (Taufiq, 2019). Selain itu ekstrak aseton daun dan batang turi

    putih memberikan aktivitas antioksidan yang kuat (Rohmah, 2018). Uji aktivitas

    antioksidan juga pernah dilaporkan dari senyawa hasil isolasi kulit batang turi

    putih yaitu senyawa piperin, sesbagrandiflorain A dan B yang didapat dari ekstrak

    kulit batang turi putih menunjukkan memiliki tingkat aktivitas antioksidan cukup

    tinggi dengan menggunakan metode DPPH (Septiana, 2018).

    Menurut Widiyati (2006) kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada

    bagian tanaman memiliki konsentrasi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut

    menimbulkan masalah dalam menentukan bagian tanaman yang memiliki potensi

    tinggi untuk dijadikan sebagai alternarif sumber obat baru yang berkhasiat

    khususnya sebagai antioksidan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu

    dilakukan evaluasi guna mengetahui perbedaan bioaktivitas dan perkiraan

    metabolit sekunder pada bagian tanaman yang berpotensi pada keaktifan

    bioaktivitas antioksidan. Salah satu evaluasi yang dapat dilakukan yaitu dengan

    pendekatan sidik jari (fingerprinting) menggunakan spektrum FTIR (Fourier

    Transform Infrared Spectrophotometer) (Warongan, dkk., 2017). Korelasi antara

  • 3

    bioaktivitas dan prediksi golongan metabolit sekunder yang bertanggungjawab

    dalam keaktifannya dapat dilakukan menggunakan analisis kemometrik.

    Kemometrik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mengintegrasikan

    matematika, statistik, dan logika formal yang dapat menawarkan teori dan metode

    untuk pengukuran kimia, dan memberikan pendekatan baru untuk analisis

    berbagai jenis data pengukuran spektroskopi dan kimia. Aplikasi kemometrik

    dalam riset dan pengembangan obat herbal sangat penting, diantaranya digunakan

    untuk penentuan kualitas obat, asal geografis dan deskrimanasi taksonomi

    (Shafirany, dkk., 2018).

    Aplikasi kemometrik dalam riset dan pengembangan obat herbal sangat penting,

    diantaranya digunakan untuk analisis fingerprinting metabolit sekunder daun

    miana yang menghasilkan bahwa semakin rendah jarak antar daerah tanaman

    maka profil antar tanaman tersebut memiliki tingkat kesamaan yang tinggi (Amin,

    2016). Kemudian aplikasi kemometrik ini pernah digunakan pada penelitian profil

    metabolit sekunder pegagan berbasis spektrum FTIR menggunakan variasi

    konsentrasi pelarut pengekstrak dan tempat tumbuh yang menghasilkan prediksi

    metabolit yang paling berperan aktif terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak

    pegagan asal Bogor dan Bandung. (Putri, dkk., 2017).

    Aktivitas antioksidan sering digunakan dalam pencarian sumber obat herbal baru.

    Penemuan dan autentikasi obat herbal berdasarkan sifat antioksidannya melalui

    pendekatan kemometrik hingga saat ini masih belum banyak dilakukan.

    Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan pengujian

    aktivitas antioksidan dan analisis FTIR dari beberapa jaringan tumbuhan turi putih

  • 4

    meliputi daun, kulit batang, dan akar dengan menggunakan pendekatan

    kemometrik.

    Berdasarkan perbedaan daerah serapan fingerprint dari analisis spektrum IR yang

    dikaitkan dengan aktivitas antioksidannya, maka dapat dilakukan pengelompokan

    bagian tanaman yang diperkirakan paling berpotensi sebagai sumber antioksidan.

    Selain itu juga dapat dilakukan prediksi kelompok metabolit sekunder yang

    memberikan kontribusi dalam nilai antioksidan yang dikandung tanaman turi yang

    nantinya diharapkan sebagai salah satu cara dalam kontrol kualitas bahan baku

    obat herbal.

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menentukan nilai aktivitas antioksidan dari turi putih (Sesbania

    grandiflora).

    2. Menentukan gugus fungsi dari senyawa antioksidan yang berkontribusi

    mayor dalam aktivitas antioksidan yang dihasilkan menggunakan korelasi

    antara spektrum FTIR dan nilai antioksidan secara kemometrik.

    3. Menentukan bagian jaringan tumbuhan turi yang paling berpotensi sebagai

    sumber antioksidan berdasarkan hasil korelasi antara spektrum FTIR dan

    nilai antioksidan secara kemometrik.

  • 5

    C. Manfaat Penelitian

    Hasil penilitian ini diharapkan didapatkan informasi sumber antioksidan alami

    dari tumbuhan dan selanjutnya dapat digunakan dalam kontrol kualitas bahan

    baku obat herbal serta autentifikasi obat-obatan herbal berbasis pada sifat

    antioksidan pada industri obat tradisional/farmasi.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Fabaceae

    Suku Fabaceae merupakan anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan

    buah bertipe polong. Suku ini terdistribusi luas di seluruh dunia dan terdiri atas

    18.000 jenis yang tercakup dalam 650 marga. Berdasarkan ciri pada bunga dan

    biji, ahli botani membagi suku Fabaceae menjadi tiga anak suku, yaitu

    Caesalpinioideae, Faboideae, dan Mimosoideae. Pada sistem klasifikasi

    terdahulu, ketiga anak suku tersebut dianggap sebagai suku yang berbeda (Irsyam,

    dkk., 2016).

    Suku Fabaceae dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder diantaranya

    flavonoid, kumarin, seskuiterpen, steroid, lakton, kromon, dan diterpen (Da Silva,

    et. al., 2018). Selain itu ditinjau dari aktivitas biologisnya beberapa penelitian

    yang telah dilakukan pada suku Fabaceae ditemukan adanya bioaktivitas

    antioksidan, dan antimalaria yang baik (Batista, et, al., 2018, Akter, et, al., 2016).

  • 7

    B. Turi Putih (Sesbania grandiflora)

    Sesbania grandiflora (L.) pers atau dikenal dengan nama lokal turi banyak

    tumbuh di pekarangan, berfungsi sebagai tanaman hias, dan dimanfaatkan sebagai

    tanaman obat maupun sayuran. Turi tersebar di wilayah Indonesia, Malaysia,

    Filipina, dan India. Bagian tanaman turi seperti daun, bunga, dan polong selain

    sebagai sayuran juga digunakan sebagai sumber bahan baku obat anemia, batuk,

    penurun panas, merangsang kecerdasan, dan obat lambung. Jus dari bunga turi

    dilaporkan bermanfaat sebagai expectorant dan daunnya sebagai anti bakteri.

    Adapun klasifikasi tanaman turi sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Superdivisi : Spermatophyta

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Subkelas : Rosidae

    Ordo : Fabales

    Famili : Leguminosae

    Genus : Sesbania

    Spesies : Sesbania grandiflora (Baher, et. al., 2012)

  • 8

    Gambar 1. Turi putih (Sesbania grandiflora)

    Kandungan kimia dari tanaman turi diantaranya arginin, cistin, histidin, isolusin,

    fenilalanin, triptofan, valin, treonin, alanin, aspargin, asam aspartik saponin, asam

    oleat, galaktosa, rhamnosa, asam glukuronat, dan flavonoid,. Salah satu

    kandungan kimia yang bersifat antioksidan dari tanaman turi adalah tanin dan

    flavonoid (Panigrahi, dkk., 2016).

    Dari penelitian terkini yang dilakukan pada akar dilaporkan adanya senyawa 1,l-

    binaphthalene-2,2- diol (1), dan dua isoflavanoid yaitu isovestitol (2) dan sativan

    (3) (Noviany dkk., 2012). Adapun, pada kulit batang turi putih, dilaporkan adanya

    senyawa sesbagrandiflorain A-C (5-6) (Noviany, dkk, 2018., 2020). Struktur

    senyawa yang berhasil diisolasi dari turi putih dapat dilihat pada Gambar 2.

    1 2

  • 9

    3 4

    5 6

    Gambar 2. Senyawa (1) 1,l’-binaphthalene-2,2’- diol (2) isovestitol, (3) sativan,

    (4) sesbanagradiflorain A, (5) sesbagrandiflorain B, (6)

    sesbagrandiflorain C

    Kemudian, pada penelitian selanjutnya telah diteliti pada kulit batang tumbuhan

    turi menunjukan adanya aktivitas antioksidan kategori sedang (Khotimah, 2019).

    Lalu uji aktivitas antioksidan sesbagrandiflorain A dan B terhadap DPPH

    memiliki tingkat aktivitas antioksidan kategori tinggi (Septiana, 2018).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fadhli (2018) ekstrak n-heksana dan

    ekstrak etil asetat bunga turi putih (Sesbania grandiflora) memiliki aktivitas

    antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 > 1000 µg/ mL. Taufiq (2019) dan

    ekstrak metanol bunga memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 836.91

    µg/mL. Sedangkan fraksi etanol mempunyai nilai IC50 251,06 pada pengujan

    menggunakan metode DPPH. Ekstrak aseton daun dan batang turi putih memiliki

  • 10

    aktivitas antioksidan yang kuat terhadap radikal DPPH dengan nilai IC50 masing-

    masing sebesar 56,5707 dan 54,2608 ppm (Rohmah, 2018).

    C. Radikal Bebas

    Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan

    pada orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini cenderung

    mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi di dalam tubuh akan

    menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus. Tubuh

    manusia sendiri memiliki sistem pertahanan endogen terhadap serangan radikal

    bebas terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan peradangan.

    Jumlah molekul radikal bebas ini dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan

    faktor stress, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan dan hal ini dapat

    menyebabkan sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh

    memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan

    radikal bebas (Wahdaningsih et. al., 2015).

    D. Ekstraksi

    Salah satu metode yang digunakan sebagai penemuan obat tradisional adalah

    metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi ini bergantung pada sifat bahan dan

    senyawa yang akan didapat. Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal

    dari tumbuhan adalah sebagai berikut :

    1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan

    penggilingan bagian tumbuhan.

    2. Pemilihan pelarut

  • 11

    3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

    4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometana, dan sebagainya.

    5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya

    (Mukhriani, 2011).

    Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan 2 cara yakni cara dingin dan

    panas. Cara dingin terdiri dari metode maserasi dan perkolasi, sedangkan cara

    panas antara lain dengan refluks, Soxhlet, digesti, distilasi uap dan infus (Endah

    et, al., 2010).

    E. Antioksidan

    Antioksidan digunakan juga dalam makanan untuk mengontrol oksidasi lipid.

    Senyawa t-butil hidroksi anisol (BHA) dan di-t-butil hidroksitoluena (BHT)

    digunakan sebagai antioksidan pangan, tetapi adanya kemungkinan efek samping

    yang merugikan maka tidak digunakan untuk pengobatan. Namun, penggunaan

    antioksidan sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena penggunaan yang

    melebihi batas dapat menyebabkan racun dalam tubuh dan bersifat karsinogenik

    sehingga dibutuhkan alternatif antioksidan lain yang aman untuk digunakan. Salah

    satu sumber potensial antioksidan alami adalah tumbuhan (Wulansari, 2018).

    Pengembangan antioksidan alamiah mendapat perhatian besar beberapa tahun

    terakhir. Hal ini dimaksudkan untuk tujuan pengobatan preventif dan untuk

    industri makanan. Antioksidan alami selain dapat melindungi tubuh dari serangan

    radikal bebas juga dipercaya mampu memperlambat terjadinya penyakit kronik

    yang disebabkan penurunan spesies oksigen reaktif (ROS) terutama radikal

  • 12

    hidroksil dan radikal superoksida. Antioksidan alami juga berfungsi penghambat

    oksidasi lipid yang menyebabkan ketengikan dan kerusakan pada bejana maserasi

    tertutup (toples), corong buchner, pengaduk, rotary evaporator, labu erlenmayer,

    plat aluminium silika gel F254, plat kaca, corong pisah, kolom gelas untuk

    kromatografi cair vakum (sinterglass), pipet tetes, pipa kapiler dan lain-lain

    (Wahdaningsih, et, al., 2015).

    1. DPPH

    Metode perendaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan

    metanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal bebas.

    Dalam hal ini radikal bebas yang digunakan sebagai model dalam mengukur daya

    penangkapan radikal bebas adalah 1,1- difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). DPPH

    merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai

    pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan dan bila disimpan

    dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik dan stabil selama

    bertahun-tahun. Nilai absorbansi DPPH berkisar antara 515-520 nm. Ketika

    larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor elektron

    maka DPPH akan tereduksi, menyebabkan warna ungu akan memudar dan

    digantikan warna kuning yang berasal dari gugus pikril (Tristantini, et, al., 2016).

    Persamaan reaksi DPPH sebagai berikut utamanya bias digambarkan seperti ini

    Gambar 3. Reaksi DPPH dengan senyawa yang bersifat antioksidan

  • 13

    Radikal yang dihasilkan kemudian menjalani reaksi lebih lanjut yang

    mengendalikan stoikiometri keseluruhan. Oleh karena itu, reaksi diatas

    dimaksudkan untuk menghasilkan reaksi yang terjadi dalam sistem pengoksidasi,

    seperti autoksidasi lipid atau tidak jenuh lainnya zat dengan demikian molekul

    DPPH dimaksudkan untuk mewakili radikal bebas yang terbentuk dalam sistem

    yang aktivitas harus ditekan oleh zat bersifat antioksidan (Kedare & Singh, 2011).

    2. FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

    Benzie & Strain (1996) mengemukakan bahwa metode FRAP adalah metode yang

    digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan. Kelebihan

    metode FRAP ini yaitu metodenya murah, reagennya mudah disiapkan dan cukup

    sederhana dan cepat. Metode ini dapat menentukan kandungan antioksidan total

    dari suatu bahan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi

    ion Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga kekuatan antioksidan suatu senyawa dianalogikan

    dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut (Maryam, et, al., 2015).

    Persamaan reaksi FRAP dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

    Gambar 4. Reaksi uji FRAP (Ou, et. al., 2002)

  • 14

    Selain itu uji antioksidan dengan metode FRAP dapat juga digunakan dengan Cu

    CUPRAC (uji reduksi tembaga), yaitu berdasarkan pengurangan Cu2 menjadi Cu

    oleh gabungan aksi agen pereduksi dalam sampel. Bathocuproine (2,9-dimetil-

    4,7-difenil-1,10-penantrolin) atau neokuproin (2,9-dimethil-1,10-penantrolin)

    digunakan untuk membentuk kromofor dengan Cu yang menyerap pada 490 nm

    atau 450 nm. Nilai CUPRAC umumnya sebanding dengan Nilai TEAC untuk PH.

    Potensi redoks tembaga yang rendah baik dalam bentuk bebas dan kompleks

    membuatnya lebih selektif dalam reaksi dari pada besi, dan juga dapat

    menunjukkan potensi aktivitas pro-oksidan PH (Widyastuti, 2010).

    3. ABTS (2,2’-azino-bis (3- etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat)

    Metode ABTS merupakan metode menggunakan senyawa (2,2’-azino-bis (3-

    etilbenzotiazolin)-6-asam sulfonat) sebagai sumber penghasil radikal bebas.

    Prinsip uji ABTS yaitu penghilangan dari warna kation ABTS dan mengukur

    kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan radikal ABTS. Reaksi

    radikal ABTS dapat dilihat pada persamaan berikut:

    Gambar 5. Reaksi oksidasi ABTS oleh kalium persulfat menghasilkan ABTS•+

    kation radikal dan reaksinya dengan senyawa antiradikal (Magfira, 2018).

  • 15

    F. Spektroskopi IR

    Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode guna mengamati interaksi

    molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang

    gelombang 0,75 – 1000 µm. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali

    oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis

    merupakan gelombang elektromagnetik, yang artinya mempunyai vektor listrik

    dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.

    Spektrum inframerah merupakan plot antara transmitan dengan frekuensi atau

    bilangan gelombang. Spektrum ini juga menunjukkan banyaknya puncak absorbsi

    (pita) pada frekuensi atau bilangan gelombang yang karakteristik. Daerah

    bilangan gelombang yang sering digunakan pada spektrum inframerah berkisar

    antara 4000-670 cm-1 (2,5-15 m) (Suarsa, 2015). Skema alat spektroskopi FTIR

    secara sederhana ditujukan pada Gambar 6.

    Gambar 6. Skema alat spektroskopi FT-IR. (1) Sumber inframerah. (2) Pembagi

    berkas (beam splitter). (3) Kaca pemantul. (4) Sensor inframerah. (5)

    Sampel. (6) Display (Anam, dkk., 2007)

  • 16

    Identifikasi setiap absorbsi ikatan yang khas dari setiap gugus fungsi merupakan

    basis dari interpretasi spektrum inframerah. Seperti regangan O-H memberikan

    pita serapan yang kuat pada daerah 3350 cm-1. Beberapa daerah serapan yang khas

    dibawah ini dapat digunakan pada interpretasi awal dari spektrum inframerah.

    Dapat dilihat pada tabel di bawah ini ada daerah serapan yang tumpang tindih

    sehingga bisa meragukan dalam menginterpretasikan data. Tidak ada aturan yang

    pasti dalam menginterpretasikan spektrum IR. Tetapi, beberapa syarat harus

    dipenuhi dalam menginterpretasikan spektrum yaitu:

    1. Spektrum harus tajam dan jelas serta memiliki intensitas yang tepat

    2. Spektrum harus berasal dari senyawa yang murni

    3. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga akan menghasilkan pita atau

    serapan pada bilangan gelombang yang tepat.

    4. Metoda penyiapan sampel harus dinyatakan. Jika digunakan pelarut maka jenis

    pelarut, konsentrasi dan tebal sel harus diketahui.

    Tabel 1. Daftar bilangan gelombang dari berbagai jenis ikatan

    Bilangan gelombang

    (ν, cm-1)

    Jenis ikatan

    3750-3000 regang O-H, N-H

    3000-2700 regang -CH3, -CH2-, C-H, C-H

    aldehid

    2400-2100 regang -C≡C-, C≡N

    1900-1650 regang C=O (asam, aldehid, keton,

    amida, ester, anhidrida

    1675-1500 regang C=C (aromatik dan alifatik),

    C=N

    1475-1300 C-H bending

    1000-650 C=C-H, Ar-H bending

  • 17

    Karakteristik frekuensi vibrasi IR sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sangat

    kecil pada molekul sehingga sangat sukar untuk menentukan struktur berdasarkan

    data IR saja. Spektrum IR sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu senyawa

    dengan membandingkannya dengan spektrum senyawa standar terutama pada

    daerah sidik jari. Secara praktikal, spektrum IR hanya dapat digunakan untuk

    menentukan gugus fungsi (Dachriyanus, 2004).

    G. Metabolomik

    Metabolomik adalah high throughput analysis yang mengidentifikasi dan

    mengkuantifikasi metabolit dalam sel, jaringan, maupun cairan biologis dengan

    berat molekul 100-1.000 nm. Metabolit merupakan hasil ekspresi gen yang berasal

    dari interaksi antara sistem genom dengan lingkungan. Metabolit terdiri dari

    senyawa antara dan produk akhir metabolisme, baik yang merupakan metabolit

    primer (gula, asam amino, asam lemak dan asam organik) maupun metabolit

    sekunder (fenilpropanoid, alkaloid, dsb) (Warsito, 2018).

    Metabolomik juga merupakan bidang ilmu yang melibatkan pengukuran metabolit

    secara komprehensif dan merupakan studi ilmu yang menggabungkan ilmu

    biologi, kimia analitik dan bioinformatik. Ada tiga pendekatan utama yang

    digunakan dalam metabolomik:

    (i) Targeted approach yakni analisis metabolit yang ditargetkan (pengukuran

    kuantitatif dan tepat dari konsentrasi metabolit yang diketahui)

    (ii) Untargeted approach terdiri atas metabolite fingerprinting dan metabolite

    profiling. Metabolite fingerprinting merupakan pengukuran cepat, evaluasi

  • 18

    total metabolit tetapi identifikasi metabolit tidak terlalu diperlukan, umum

    untuk diskriminasi sampel yang berbeda, sedangkan untuk metabolite

    profiling dilakukan identifikasi metabolit dan juga analisis semi

    kuantitatifnya pada kelas metabolit tertentu.

    Kekuatan metabolomik terletak pada perolehan data analitik dimana metabolit

    dalam sistem seluler dihitung secara keseluruhan, dan ekstraksi elemen data yang

    paling berperan pada sampel dengan menggunakan berbagai jenis analisis data

    menggunakan pendekatan statistika multivariat (Putri, dkk., 2017).

    H. Kemometrik

    Nama "kemometrik", pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan Swedia

    Svante wold pada tahun 1971. Kemometrik mengintergrasikan matematika,

    statistik, dan logika formal yang dapat menawarkan teori dan metode untuk

    pengukuran kimia, memberikan pendekatan baru untuk analisis berbagai jenis

    data pengukuran spektroskopi dan kimia. Selain itu, kemometrik dapat

    diimplementasikan dalam kimia untuk mengoptimalkan prosedur eksperimental

    dan memberikan informasi kimia yang maksimum dan relevan (Shafirany, dkk.,

    2018).

    Metode PLS merupakan salah satu metode reduksi data dengan mencari faktor-

    faktor yang paling relevan dalam memprediksi dan menginterpretasikan sebuah

    data. Metode PLS ini menggunakan kombinasi linier untuk menduga variabel

    bebas dari variabel asli. Kombinasi ini dipilih dengan mengasumsikan bahwa

    variabel yang menunjukkan korelasi yang sangat tinggi dan variabel bebas diberi

  • 19

    bobot yang sama besar karena variabel tersebut akan lebih efektif dalam

    pendugaan . Teknik kompresi data PLS ditunjukkan pada Gambar 7.

    Gambar 7. Teknik kompresi data dengan PLS (Ayu, 2017)

    Pada teknik ini dimana terjadi pembentukan dekomposisi data spektra dan

    konsentrasi kandungan kimia yang dilakukan bersamaan. Tujuan metode PLS

    yaitu untuk membangun model linier antara matriks C (konsentrasi kandungan

    kimia) dengan matriks A (spectra). Matriks F merupakan komponen utama

    (faktor) yang dibutuhkan untuk mewakili matriks A dan C. Masing-masing bobot

    dihitung dengan memaksimalkan kovarian antara matriks A dan C yang

    selanjutnya akan menghasilkan koefisien regresi berupa matriks S. Informasi

    dekomposisi spektrum berikutnya akan digunakan untuk menghitung persamaan

    regresi dan untuk memperoleh model yang kuat dalam menduga kandungan kimia

    yang diinginkan.

  • III. METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 – Januari 2020, bertempat di

    Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

    Lampung, Spektroskopi Inframerah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik

    Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis

    kemometrik dilakukan menggunakan software Unscramble X 10.4.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat-alat yang digunakan

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas,

    spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-Vis) Agilent Cary 100, spektrofotometer

    FT-IR SHIMADZU.

    2. Bahan-bahan yang digunakan

    Bahan yang digunakan adalah daun, kulit batang , dan akar tumbuhan turi (S.

    grandiflora) yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari desa Gisting

    bawah blok 5, Kec. Gisting, Kab. Tanggamus. Pelarut yang digunakan untuk

    ekstraksi metanol (MeOH) , aseton (C3H6O2), etil asetat, kloroform, n-

  • 21

    heksan,serium sulfat, akuades (H2O), kertas saring, DPPH, asam askorbat, ABTS,

    kalium persulfat, TCA, dapar fosfat 0,2 N pH 6,6, kalium ferrisianida, dan FeCl3.

    C. Prosedur Penelitian

    1. Persiapan Sampel

    Daun, kulit batang, dan akar tumbuhan turi (S. grandiflora) diperoleh dari Desa

    Gisting bawah blok 5, Kec. Gisting, Kab Tanggamus, Lampung. Determinasi

    tumbuhan dilakukan di Laboratorium Botani Bogor Puslit Biologi Lipi. Daun,

    kulit batang, dan akar turi dicuci bersih dengan air, diiris kecil-kecil, dikeringkan,

    dan dijemur di bawah panas sinar matahari hingga kering. Daun, kulit batang dan

    akar yang telah kering lalu digiling hingga menjadi serbuk halus.

    2. Ekstraksi dengan Berbagai Pelarut

    Serbuk daun, kulit batang dan akar S.grandiflora masing-masing dibagi menjadi 5

    bagian yaitu masing- masing sebanyak daun 100 g, kulit batang 200 g, dan akar

    50 g. Maing-masing dimaserasi dengan pelarut metanol dengan perbandingan 1:5.

    Maserasi dilakukan selama 1x24 jam. Ekstrak hasil maserasi ini lalu disaring

    menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary

    evaporator. Ekstrak pekat yang diperoleh dikeringkan lalu ditimbang.

  • 22

    3. Uji Aktivitas Antioksidan (Magfira, 2018)

    1. Uji Aktivitas Antioksidan metode DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil)

    a) Pembuatan Larutan DPPH

    Larutan DPPH yang digunakan dibuat dengan cara menimbang seksama kurang

    lebih 0,0039 g DPPH kemudian dilarutkan dalam metanol p.a dalam labu 25 mL

    dan dicukupkan hingga mencapai tanda batas.

    b) Pembuatan Larutan Blanko

    Larutan DPPH dipipet sebanyak 1 mL pada tabung reaksi 5 mL kemudian

    ditambahkan metanol 1 mL, kemudian dihomogenkan dan didiamkan selama 30

    meni dan diukur serapannya pada panjang gelombang 517 nm.

    c) Pembuatan Larutan Asam Askorbat Sebagai Pembanding

    1. Pembuatan Larutan Induk Asam Askorbat 1000 ppm

    Larutan induk asam askorbat yang digunakan dibuat dengan cara menimbang

    dengan saksama sebanyak 50 mg asam askorbat dan dilarutkan dengan metanol

    p.a dalam labu tentukur 50 mL kemudian dicukupkan dengan metanol p.a hingga

    tanda batas.

    2. Pembuatan Larutan Asam Askorbat Berbagai Konsentrasi

    Larutan asam askorbat sebanyak 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm dipipet dari larutan

    induk asam askorbat ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan 1 mL

    larutan DPPH dan dicukupkan dengan 1 mL metanol p.a. Larutan diukur

    serapannya pada panjang gelombang 514 nm.

  • 23

    e) Pengukuran serapan sampel

    Sebanyak 50 mg ekstrak daun batang, dan akar dilarutkan dengan etanol p.a

    dalam labu ukur 50 mL (larutan stok konsentrasi 1000 ppm), lalu dibuat menjadi

    beberapa konsentrasi yaitu 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm lalu diambil dari masing-

    masing konsentrasi 1 mL dimasukan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL

    DPPH, lalu diukur pada panjang gelombang 517 nm

    2. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS

    a) Pembuatan Larutan Stok ABTS

    Ditimbang sebanyak 36 mg ABTS, dilarutkan dengan 10 mL etanol. Kemudian,

    ditimbang kalium persulfat sebanyak 7 mg, dilarutkan dengan 10 mL etanol.

    Kedua larutan dicampurkan dan dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai

    50 mL, kemudian didiamkan selama 12-16 jam.

    b) Uji Aktivitas Antioksidan ABTS

    1. Pembuatan Larutan blangko

    Larutan ABTS sebanyak 1 mL dipipet kedalam tabung reaksi ditambahkan

    metanol sebanyak 1 mL. Larutan ini kemudian didiamkan selama 15 menit dan

    diukur serapannya pada panjang gelombang 750 nm.

    2. Pembuatan Larutan Baku dan Penetapan Kurva Baku Asam Askorbat

    Larutan induk asam askorbat yang digunakan dibuat dengan cara menimbang

    dengan saksama kurang lebih 50 mg asam askorbat dan dilarutkan dengan

  • 24

    metanol p.a dalam labu tentukur 50 mL kemudian dicukupkan dengan metanol p.a

    hingga tanda batas.

    3.Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Asam Askorbat

    Larutan induk asam askorbat dibuat konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm

    pada labu ukur 50 mL. Masing-masing dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1

    mL ABTS kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 750 nm.

    4. Pengukuran Serapan Sampel

    Sebanyak 50 mg ekstrak daun batang, dan akar dilarutkan dengan metanol p.a

    dalam labu ukur 50 mL (larutan stok konsentrasi 1000 ppm), kemudian dibuat

    variasi konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm. Kemudian ditambahkan masing-

    masing 1 mL ABTS dan didiamkan selama 30 menit, diukur serapan sampel pada

    panjang gelombang 750 nm.

    3. Uji Aktivitas Antioksidan Metode FRAP

    a) Penyiapan Reagen Penelitian

    1. Larutan Dapar Fosfat 0,2 N pH 6,6

    Ditimbang 2 gr NaOH dan dilarutkan dengan air bebas hingga 250 mL dalam labu

    ukur. Kemudian ditimbang KH2PO4 sebanyak 6,8 gram dan dilarutkan dengan air

    bebas CO2 hingga 250 mL dalam labu tentukur. Kemudian dipipet sebanyak 16,4

    mL NaOH, dimasukkan dalam labu tentukur dan dicampurkan 50 mL KH2PO4,

    selanjutnya diukur sampai pH 6,6 dan dicukupkan dengan air bebas CO2 hingga

    200 mL.

  • 25

    2. Larutan kalium ferrisianida 1%

    Ditimbang 0,5 g kalium ferrisianida dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan

    hingga 50 mL dalam labu tentukur.

    3. Larutan FeCl3 0,1%

    Ditimbang 50 mg FeCl3 dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan hingga 50

    mL dalam labu tentukur.

    4. Larutan asam trikloroasetat (TCA) 10%

    Ditimbang 5 g TCA dan dilarutkan dengan air suling, dicukupkan hingga 50 mL

    dalam labu tentukur.

    b. Uji aktivitas Antioksidan Metode FRAP

    1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal

    Sebanyak 1 mL dapar fosfat pH 6,6 dan 1 mL kalium ferrisianida dipipet ke

    dalam labu tentukur 5 mL kemudian. didiamkan selama 20 menit. Setelah

    didiamkan larutan ditambahkan 1 mL TCA. kemudian diambil 1 mL lapisan atas

    kemudian tambahkan 1 mL air suling dan 0,4 mL FeCl3, cukupkan dengan etanol

    p.a hingga tanda batas, dan didiamkan kembali selama 30 menit. Serapan diukur

    dengan spektrofotometer UV-Vis yang telah diatur panjang gelombang maksimun

    681 nm.

    2. Pembuatan Larutan Blanko

    Diambil 1 mL metanol kemudian ditambahkan sebanyak 1 mL dapar fosfat pH

    6,6 dan 1 mL kalium ferrisianida dipipet kedalam labu tentukur 5 mL. Didiamkan

  • 26

    selama 20 menit pada suhu 50°C. Setelah didiamkan larutan ditambahkan 1 mL

    larutan TCA. kemudian diambil 1 mL lapisan atas kemudian didiamkan lagi

    selama 30 menit. Tambahkan 1 mL air suling dan 0,4 mL FeCl3, ditambahkan

    metanol p.a 1 mL kemudian diamkan selama 30 menit. Serapan diukur dengan

    spektrofotometer UV-Vis 681 nm.

    c. Pembuatan Larutan Asam Askorbat Sebagai Pembanding

    1. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Asam Askorbat

    Larutan induk asam askorbat dibuat konsentrasi 250, 125, 50, 25, dan 10 ppm

    dipipet 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL dapar fosfat pH 6,6 dan 1 mL larutan

    K3Fe(CN)6 1% dipipet kedalam tabung reaksi kemudian didiamkan selama 20

    menit pada suhu 50°C. Setelah didiamkan larutan ditambahkan TCA sebanyak 1

    mL kemudian didiamkan lagi selama 30 menit kemudian ditambahkan 1 mL

    aquades dan 0,4 mL FeCl3 dan dicukupkan dengan etanol p.a hingga tanda batas,

    kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 681 nm.

    4. Analisis data antioksidan

    Analisis data antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan

    radikal DPPH, ABTS, dan FRAP melalui perhitungan persentase inhibisi serapan

    dengan menggunakan perhitungan:

  • 27

    %Inhibisi =A Awal − A Setelah Reaksi

    A Awal X 100%

    Keterangan:

    Aawal = Absorbansi DPPH kontrol pada λ maksimum sebelum direaksikan

    dengan larutan uji.

    Asetelah reaksi = Absorbansi DPPH pada λ maksimum setelah direaksikan dengan

    larutan sampel uji dan pembanding.

    Nilai IC50 didapat dengan membuat persamaan garis yang menghubungkan antara

    % Inhibisi terhadap konsentrasi larutan uji masing-masing sampel (250, 125, 50,

    25, dan 10 ppm) dan pembanding Asam askorbat (250, 125, 50, 25, dan 10 ppm).

    IC50 diperoleh dengan menghitung konsentrasi larutan uji yang bisa menghasilkan

    hambatan radikal bebas (% inhibisi) sebesar 50 persen berdasarkan persamaan

    garis regresi linear korelasi I dengan K menggunakan rumus :

    𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

    Keterangan :

    y = Hambatan radikal bebas

    x = Konsentrasi larutan uji (K)

    Data yang diperoleh dari alat Spektrofotometri UV-Vis berupa absorbansi kontrol

    dan reagen dari masing-masing uji setelah direaksikan dengan larutan uji sampel

    dan pembanding pada berbagai konsentrasi, digunakan untuk menghitung %

    Inhibisi. % Inhibisi digunakan untuk memperoleh IC50 yang akan menentukan

    apakah sampel mengandung bioaktivitas antioksidan yang kuat atau tidak

    (Hasanah, dkk., 2017).

  • 28

    5. Pembuatan model prediksi gugus fungsi yang berkontribusi terhadap

    Aktivitas Antioksidan

    Model kalibrasi multivariat dibuat dengan program The Unscrambler versi 10.4

    menggunakan metode PLSR. Pembentukan model prediksi aktivitas antioksidan

    dilakukan oleh PLSR dengan melibatkan variabel x (hasil pengukuran FTIR) dan

    variabel y (data hasil analisis metode DPPH, FRAP dan ABTS ) (Rohaeti, et. al,

    2011).

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Bedasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

    bahwa:

    1. Pada uji antioksidan ini didapatkan rata- rata antioksidan dengan metode DPPH,

    ABTS, dan FRAP pada daun memiliki sifat lemah, kulit batang memiliki sifat

    antioksidan sedang dan akar memiliki sifat antioksidan yang sedang.

    2. Pada analisis PCA didapatkan ketiga ekstrak tersebut dapat berkelompok dengan

    baik dengan total PC sebesar 97%.

    3. Berdasarkan analisis PLS didapatkan prediksi gugus fungsi yang berkontribusi

    terhadap aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak daun, kulit

    batang dan akar yaitu gugus fungsi C=C, C=O, dan C-O.

    4. Berdasarkan analisis PLS tidak didapatkan prediksi gugus fungsi yang

    berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan dengan metode ABTS pada ekstrak

    daun, kulit batang dan akar.

    5. Berdasarkan analisis PLS didapatkan prediksi gugus fungsi yang berkontribusi

    terhadap aktivitas antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak daun, kulit

    batang dan akar yaitu gugus fungsi C=C, C=O, dan C-O.

  • 49

    6. Adanya kosistensi gugus fungsi yang berpengaruh pada bioaktivitas antioksidan

    hasil PLS dari data spektrofometri FTIR dengan uji antioksidan metode DPPH

    dan FRAP.

    B. Saran

    Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Perlu adanya variasi pelarut pada pengujian antioksidan pada tumbuhan Turi putih

    (Sesbania grandiflora)

    2. Perlu dilakuakan variasi daerah tumbuhan turi putih dengan analisis kemometrik.

    3. Perlu dilakukan karektirasi dan identifikasi lebih lanjut untuk memperoleh

    kombinasi data dengan data antioksidan.

    4. Perlu dilakukan identifikasi senyawa aktif yang berperan aktif terhadap aktivitas

    antioksidan dengan instrumen lain seperti kromatografi cair spektrometri massa

    (LCMS).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Akter, K., Barnes, E. C., Loa Kum Cheung, W. L., Yin, P., Kichu, M., Brophy, J.

    J., & Jamie, J. F. (2016). Antimicrobial and antioxidant activity and chemical

    characterisation of Erythrina stricta Roxb. (Fabaceae). Journal of

    Ethnopharmacology, 185, 171–181.

    Amin, A. (2016). Detereminasi dan Analisis Fingger Print Daun Miana ( Coleus

    scutellarioides Linn . ) Sebagai Bahan Baku Obat Tradisional. Jurnal

    Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, 4(2), 58–64.

    Ayu, P. C. (2017). Pengembangan model penentuan kandungan kimia utama

    pembentuk flavor biji kopi java preanger menggunakan ft-nirs putri chandra

    ayu.(Tesis).Insitut Pertanian Bogor.

    Bahera, M., Karki, R., & Shekar, C. (2012). Preliminary Phytochemical Analysis

    of Leaf and Bark methanolic extract of Sesbania grandiflora. The Journal of

    Phytopharmacology, 1(2), 10–20.

    Da Silva Oliveira, F. G., de Souza Araújo, C., Rolim, L. A., Barbosa-Filho, J. M.,

    & da Silva Almeida, J. R. G. (2018). The Genus Hymenaea (Fabaceae): A

    Chemical and Pharmacological Review. Studies in Natural Products

    Chemistry (Vol. 58).

    Dachriyanus, P. D. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara

    Spektroskopi. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi Universitas Andalas.

    Fadhli H., Bharada, A., Soeharto, R., dan Windarti, T. (2018). Uji Aktivitas

    Antioksidan Kulit Buah Pulasan (Nephelium mutabile Blume) Dan Bunga

    Turi Putih (Sesbania grandiflora) Dengan Metoda DPPH. Jurnal

    Katalisator, 3(2), 153–161.

    Guo, S. C., Yu, S., Qian, Y., Hu, M. H., Shan, M. Q., Chen, P. D., Li, S. F. Y.

    (2017). Correlation of antioxidant activity and volatile oil chemical

    components from Schizonepeta tenuifolia herbs by chemometric methods.

    International Journal of Food Properties. 20(May). S1082–S1092.

  • 51

    Handayani, V., Ahmad, A. R., Sudir, M., Etlingera, P., & Sm, R. M. (2014). Uji

    Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga dan Daun Patikala ( Etlingera

    elatior ( Jack ) R . M . Sm ) Menggunakan Abstrak. Pharm Sci, 1(2), 86–93.

    Hasanah, M., Maharani, B., Munarsih, E., Tinggi, S., Farmasi, I., Pertiwi, B., &

    Selatan, S. (2017). Daya Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Kopi Robusta

    ( Coffea robusta ) Terhadap PEREAKSI DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).

    IJPST, 4.

    Irsyam, Arifin Surya Dwipa, P. (2016). Suku Fabaceae Di Kampus Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bagian 1: Tumbuhan

    Polong Berperawakan Pohon. Jurnal Biologi, 9(1), 44–56.

    Kedare, S. B., & Singh, R. P. (2011). Genesis and development of DPPH method

    of antioxidant assay. Journal of Food Science and Technology, 48(4), 412–

    422.

    Khotimah, N. L. (2019). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari

    Akar Tumbuhan Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers.) Serta Uji

    Aktivitas Aantioksidan. (Skripsi). Universitas Lampung.

    Magfira. (2018). Analisis Penghambatan Ekstrak Etanol Batang Kembang Bulan (

    Tithonia ediversifolia ) Terhadap Reaksi Oksidasi dari Radikal Bebas

    Dengan Metode DPPH ABTS dan FRAP. (Skripsi). Universitas Hasanuddin.

    Makasar.

    Maryam, S., Baits, M., Nadia, A., Farmasi, F., & Muslim, U. (2012). Pengukuran

    Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kelor ( Moringa oleifera Lam .)

    Menggunakan Metode FRAP ( Ferric Reducing Antioxidant Power ).

    Fitofarmaka, 2(2).

    Molyneux P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl

    (DPPH) for estimating anti-oxidant activity. Songklanakarin Journal of

    Science and Technology, 26(May), 211–219.

    Mukhriani. (2011). Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.

    Jurnal Kesehatan, VII(2), 361–367.

    Noviany, N., Nurhidayat, A., Hadi, S., Suhartati, T., Purwitasari, N., & Subasman,

    I. (2018). Sesbagrandiflorain A and B : isolation of two new 2-

    arylbenzofurans from the stem bark of Sesbania grandiflora

    Sesbagrandiflorain A and B : isolation of two new. Natural Product

    Research, 6419, 1–7.

    Noviany, N., Osman, H., Chong, W.K., Awang, K., and Manshoor, N. (2012).

    Isolation and Characterisation of l,l’-binaphthalene-2,2’-diol, A New Biaryl

    Natural Product from Sesbania grandiflora Root. Journal of Basic and

    Applied Sciences, 253–256. https://doi.org/10.6000/1927-

    5129.2012.08.01.39

  • 52

    Noviany, N., Samadi, A., Yuliyan, N., Hadi, S., Aziz, M., Purwitasari, N., …

    Mahmud, T. (2020). Phytochemistry Letters Structure characterization and

    biological activity of 2-arylbenzofurans from an Indonesian plant , Sesbania

    grandiflora ( L .) Pers. Phytochemistry Letters, 35 (September 2019), 211–

    215. https://doi.org/10.1016/j.phytol.2019.12.008

    Ou, B., Huang, D., Hampsch-Woodill, M., Flanagan, J. A., & Deemer, E. K.

    (2002). Analysis of antioxidant activities of common vegetables employing

    oxygen radical absorbance capacity (ORAC) and ferric reducing antioxidant

    power (FRAP) assays: A comparative study. Journal of Agricultural and

    Food Chemistry, 50(11), 3122–3128.

    Panigrahi, G., Panda, C., & Patra, A. (2016). Extract of Sesbania grandiflora

    Ameliorates Hyperglycemia in High Fat Diet-Streptozotocin Induced

    Experimental Diabetes Mellitus. Scientifica, 2016.

    Pavia, D. L. (2010). Introduction to Spectroscopy. Broks/chool. Whasington

    Pratiwi, E. (2010). Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan

    Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari Tanaman

    Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees). Insitut Pertanian

    Bogor.

    Putri, Sastia & Nusantara, Filemon & Erlangga Putri, S. (2017). Aplikasi

    Pendekatan Metabolomik untuk Ilmu Pangan dan Mikrobiologi. Review

    Article.

    Putri, R. T. E. (2018). Korelasi Antara Spektrun FTIR dan Aktivitas Antioksidan

    Dari Pegagan (Centella asiatica) Menggunakan Kemometrik. (Skripsi).

    Insitut Pertannian Bogor.

    Rohmah, J., Rachmawati, N. R., & Nisak, Syafiratun. (2018). Perbandingan Daya

    Antioksidan Ekstrak Aseton Daun dan Batang Turi Putih (Sesbania

    grandiflora) dengan Metode DPPH (diphenilpycrylhydrazil). Sains Dan

    Kesehatan.

    Sangkala, S., Jura, M. R., & Tangkas, I. M. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan

    Ekstrak Buah Merah (Pandanus Baccari L) di Daerah Poso Sulawesi

    Tengah. Jurnal Akademika Kimia, 3(4), 198–205.

    Septiana, R. (2018). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari

    Kulit Batang Tumbuhan Turi Putih (Sesbania grandiflora (L.) Pers) Serta

    Uji Aktivitas Antioksidan. Universitas Lampung.

    Shafirany, M. Z., Susilawati, Y., & Musfiroh, I. (2018). Aplikasi Kemometrik

    dalam Penentuan Mutu Tumbuhan Obat. Farmasi, Sains, Dan Kesehatan, 4,

    2.

    Sri Wahdaningsih, Erna Prawita Setyowati, S. W. (2015). Aktivitas Penangkap

    Radikal Bebas dari Batang Pakis (Alsophila glauca J. Sm). Traditional

    Medicine Journal, 16(3), 156–160.

  • 53

    Suarsa, W. (2015). Spektroskopi. Universitas Udaayana, Denpasar.

    Taufiq, H., Sumarawati, T., Aini, Q., Rahmawati, R. P., Pawestri1, Y. A., &

    Qorinah, N. (2019). Potensi Fraksi-fraksi dari Ekstrak Tanaman yang

    Dikenal Sebagai Antioksidan. Farmasi.

    Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Gabriel, J. (2016). Pengujian

    Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung (

    Mimusops elengi L ). Jurnal Teknik Kimia, 1–7.

    Warongan, M. N., Sudewi, S., & Yudistira, A. (2017). Analisis Fingerprint Daun

    Gedi Hijau ( Abelmoschus manihot L ) untuk Memprediksi Aktivitas

    Antioksidan Menggunakan Kombinasi Spektroskopi IR dengan Partial Least

    Square Regression. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(4), 157–164.

    Warsito, M. F. (2018). Analisis metabolomik : metode modern dalam pengujian

    kualitas produk herbal. Bio Trends, 9(2).

    Widiyati, E. (2006). Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Dan Uji Aktivitas

    Biologis Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat

    Pedesaan Bengkulu. Jurnal Gradien, 2(1), 116–122.

    Widyastuti, N. (2010). Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode Cuprac,

    DPPH, dan Frap serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam

    Tanaman. Insitut Pertanian Bogor.

    Wulansari, A. N. (2018). Alternatif Cantigi Ungu (Vaccinium varingiaefolium)

    Sebagai Antioksidan Alami. Farmaka, 16, 419–429.

    Zamroni Salim, E. M. (2017). Info Komoditi Tanaman Obat. Jakarta: Badan

    Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan

    Republik Indonesia.