BAB II LANDASAN TEORI Internet, Ekstranet, Intranetthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00335-MN...

50
BAB II LANDASAN TEORI 2.Landasan Teori 2.1.1 Internet, Ekstranet, dan Intranet 2.1.1.1 Internet Menurut Uma (2006, p55), Internet merupakan jaringan komputer global yang menghubungkan orang dan informasi.Karena Internet menghubungkan kita dengan seluruh dunia, keperluan data penelitian apapun dapat diperoleh dari setiap negara melalui internet. Internet menampilkan jaringan komunikasi elektronik raksasa antara bisnis, konsumen, agen pemerintah, sekolah dan organisasi lain di seluruh dunia. Internet mempunyai lima karakteristik dan fungsi yang jelas, yaitu: a) Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan organisasi. b) Sebuah medium, menawarkan saluran komunikasi baru. c) Sebuah pasar, menawarkan pasar terbuka dan sangat luas dengan banyak konsumen yang potensial. d) Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis untuk menyelesaikan transaksi online financial. 7

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI Internet, Ekstranet, Intranetthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00335-MN...

BAB II

LANDASAN TEORI

2.Landasan Teori

2.1.1 Internet, Ekstranet, dan Intranet

2.1.1.1 Internet

Menurut Uma (2006, p55), Internet merupakan jaringan

komputer global yang menghubungkan orang dan

informasi.Karena Internet menghubungkan kita dengan seluruh

dunia, keperluan data penelitian apapun dapat diperoleh dari setiap

negara melalui internet. Internet menampilkan jaringan komunikasi

elektronik raksasa antara bisnis, konsumen, agen pemerintah,

sekolah dan organisasi lain di seluruh dunia. Internet mempunyai

lima karakteristik dan fungsi yang jelas, yaitu:

a) Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan

organisasi.

b) Sebuah medium, menawarkan saluran komunikasi baru.

c) Sebuah pasar, menawarkan pasar terbuka dan sangat luas

dengan banyak konsumen yang potensial.

d) Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis

untuk menyelesaikan transaksi online financial.

7

e) Sebuah tempat penambangan aplikasi, memungkinkan

pengembang piranti lunak untuk menggunakannya sebagai

dasar untuk mengembangkan banyak aplikasi.

Internet juga memungkinkan pertukaran surat elektronik

(electronic-mail atau e-mail), yang kian menjadi cara utama dalam

komunikasi antar berbagai universitas, pemerintah dan jaringan

data komersial.

Menurut Chaffey (2007, p85) Internet adalah komunikasi

antara jutaan komputer yang saling terhubung di seluruh dunia. Hal

ini memungkinkan jutaan jaringan terhubung antara satu dengan

yang lainnya. Melalui internet yang terhubung di komputer, user

menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi kepada user lain yang

juga menggunakan komputer di mana saja dan kapan saja. Internet

lebih memudahkan user untuk berkomunikasi dengan biaya yang

lebih murah.

Melengkapi definisi di atas, menurut Rainer dan Turban

(2009, p402) Internet adalah jaringan global (Wide-area network)

yang menghubungkan jutaan jaringan komputer organisasi di

seluruh negara dan benua.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan

pengertian internet merupakan media komunikasi yang dapat

digunakan oleh organisasi maupun individu untuk memudahkan

dalam berkomunikasi antar individu maupun organisasi yang

berbeda benua, negara maupun kota melalui jaringan digital.

Untuk menjalankan suatu aktivitas pada Internet terdapat beberapa

komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut:

(1) World Wide Web (WWW). Menurut Chaffey (2007, p.95) WWW

merupakan teknik yang paling umum untuk mempublikasikan

informasi pada jaringan internet yang dapat diakses melalui web

browser yang menampilkan halalaman web dan disertai grafik-

grafik dan text HTML/XML.

(2) Web Browser. Menurut Chaffey (2007, p.96) Web Browser

merupakan suatu perangkat lunak seperti microsoft internet

explorer dan mozilla firefox yang biasa kita gunakan untuk

mengakses informasi pada WWW.

(3) URLs. Menurut Chaffey (2007, p.104) URLs (Uniform Resource

Locators) merupakan alamat web yang digunakan untuk

menempatkan suatu halaman web pada web server.

(4) Domain Name. Menurut Chaffey (2007, p.105) Domain Name

adalah nama domain yang menunjukkan suatu alamat pada web

server dan biasanya dipilih sama dengan nama perusahaannya.

2.1.1.2 Intranet

Menurut O’Brien (2006, p.326) Intranet adalah jaringan

internal organisasi yang menggunakan infrastruktur dan

standarisasi seperti internet dan web yang hanya dapat diakses oleh

para pekerja perusahaan yang bersangkutan. Hal itu berarti intranet

digunakan untuk menghubungkan komunikasi hanya diantara para

pekerja perusahaan saja yang menggunakan infrastruktur dan

standarisasi seperti internet dan web.

2.1.1.3 Ekstranet

Menurut O’Brien (2006, p.326) Ekstranet adalah intranet

khusus yang tidak hanya menghubungkan antar karyawan dalam

suatu perusahaan, tetapi juga menghubungkan perusahaan dengan

supplier tertentu atau organisasi lain yang memiliki hubungan

khusus dengan perusahaan. Hal itu berarti extranet merupakan

jaringan yang menghubungkan perusahaan dengan supplier atau

dengan organisasi lain yang memiliki hubungan khusus dengan

perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan suatu komunikasi

yang bukan hanya pada para pekerja perusahaan saja tetapi juga

pada eksternal perusahaan tertentu.

2.1.2. e-Business

Menurut Chaffey ( 2007, p14 ) e-Business dinyatakan

sebagai seluruh peralatan elektronik yang dapat digunakan sebagai

media pertukaran informasi, jasa maupun produk melalui jaringan

elektronik antar bagian organisasi maupun pihak lainnya untuk

mendukung berjalannya proses bisnis yang lebih efisien dan efektif. e-

Business cangkupannya lebih luas dari e-commerce yang hanya

meliputi proses pembelian dan penjualan melalui jaringan elektronik.

e-Business meliputi segala macam fungsi dan kegiatan bisnis

menggunakan data elektronik, termasuk di dalamnya e-SCM. e-

Business tidak akan terputus, namun selalu berkembang mengikuti

zaman dimana proses aktivitas bisnis yang tadinya manual dapat

diubah kedalam bentuk yang dapat dijalankan secara elektronik dan

menambah fungsi dari penggunaan e-Business dalam kegiatan sehari-

hari.

Berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa e-Business adalah suatu pendekatan bisnis yang

lahir dari adanya jaringan khususnya internet yang dijadikan sebagai

media komunikasi bisnis yang cakupannya sangat luas yang terdiri

dari penggunaan teknologi elektronik, web, dan teknologi jaringan

lainnya yang memberikan peluang bisnis yang baru melalui jaringan

khususnya internet yang mendukung keseluruhan proses bisnis serta

cepatnya pengambilan keputusan.

2.1.3. e-Learning

Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6), terminologi e-

Learning dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang

menggunakan media elektronik atau tekhnologi informasi. e-Learning

memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat

mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti

pelajaran/perkuliahan di kelas. e-Learning sring pula dipahami

sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang diakses dari

intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning

tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal

maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan CD/DVD

pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi

belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui

media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfaatkan

CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada.

e-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk

pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan

lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus

didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun

internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun

termasuk pola e-Learning.

Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai

kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya

pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di

tempat di mana dia berada.

Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-Learning sebagai

berikut:

1) Pembelajaran jarak jauh.

e-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba

ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa

berada di 2) Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang

diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain.

Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun

secara off-line atau archieved.

Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di

rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun

jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang

telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat

penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia

content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar,

dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.

2) Pembelajaran dengan perangkat komputer

e-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat

komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat

multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet

lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet

ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-

Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak

dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat

diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan

kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.

3) Pembelajaran formal vs. informal

e-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal

maupun informal. e-Learning secara formal, misalnya adalah

pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan test

yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah

disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan

pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat

interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada

karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh

universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan

konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-

Learning untuk umum. e-Learning bisa juga dilakukan secara

informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui

sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi

dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,

pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas

(biasanya tanpa memungut biaya).

4) Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang

masing masing.

Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui

perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang,

dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masing-

masing, yaitu:

a) Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang

disampaikan

b) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis

mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan

memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih

interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari

c) Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk

grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang,

efektif dan menarik untuk dipelajari

d) Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola

sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara

instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.

Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang

ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus

dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan

instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini,

siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya

berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh.

e-Learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi

seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-Learning

ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.

Menurut Effendi dan Zhuang (2005,h9), keuntungan yang

dapat diambil dalam menerapkan e-Learning adalah:

1) Pengurangan biaya

Kelebihan pertama e-Learning adalah mampu mengurangi

biaya pelatihan.

Dengan adanya e-Learning, perusahaan tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk menyewa pelatih dan ruang kelas

serta transportasi peserta pelatihan atau pelatih.

Manajemen e-Learning yang tidak tepat akan membuat biaya

pelatihan semakin membengkak.

2) Fleksibilitas Waktu

Administrator sering mengalami kesulitan menyesuaikan

waktu beberapa karyawan yang ingin dilatih. Hal ini karena

untuk mengikuti pelatihan di kelas, seorang karyawan harus

meninggalkan pekerjaannya selama 1 atau 2 hari. Dengan

tuntutan kompetisi perusahaan yang kian meningkat,

kekurangan pegawai selama lebih dalam 1 hari akan sangat

mengganggu produktifitas perusahaan. E-Learning membuat

karyawan atau pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar.

Karyawan dan pelajar mudah mengakses e-Learning ketika

waktu sudah tidak memungkinkan atau ada hal lain yang

mendesak, mereka dapat meninggalkan pelajaran di e-

Learning saat itu juga. Karena banyak program e-Learning

memiliki fasilitas bookmark.

3) Fleksibilitas tempat

Apabila tempat pendidikan aktif menyelenggarakan acara

pelatihan, akan sulit mencari ruang kelas yang memadai dan

dapat menampung sekitar 10-20 orang pelajar serta

menyediakan alat-alat pembelajarannya. Para karyawan dan

pelajar yang dilatihpun harus menempuh perjalanan jauh ke

kelas. Mereka hanya perlu ke laboratorium sekolah, dimana e-

Learning tersebut di instal,untuk mengikuti pelajaran

tambahan.

4) Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran

Pelajar memiliki gaya belajar berbeda-beda. Oleh karena itu,

wajar apabila di dalam suatu kelas ada siswa yang mengerti

dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran untuk

memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih atau guru di kelas

mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka

siswa yang lebih lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi,

guru sering tidak memiliki waktu menjawab pertanyaan siswa

atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas habis. Siswa

menjadi frustasi, siswa yang lebih cepat menginginkan lebih

banyak materi, sedangkan siswa yang lebih lambat

menginginkan pengulangan pembelajaran.

5) Standarisasi Pengajaran

Anda pasti pernah memiliki guru atau pelatih favorit, yang

terasa dapat mengajar dengan baik sehingga materi sesulit

apapun mudah diserap dan sebaliknya. Hal tersebut

disebabkan perbedaan kemampuan dan metode pengajran

yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan

kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru favorit tidak

mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. e-Learning

dapat menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-Learning

selalu memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak

bergantung suasana hati pengajar.

6) Efektifitas Pengajaran

Karena e-Learning merupakan teknologi baru, karyawan dan

pelajar dapat tertarik dan mencobanya sehingga jumlah peserta

meningkat. e-Learning yang didesain dengan instruksional

desain mutakhir membuat karyawan atau pelajar lebih

mengerti isi pelajaran. Suatu studi oleh J.D. fletcher

menunjukan bahwa tingkat retensi dan aplikasi pelajaran e-

Learning meningkat 25% dibandingkan pelatihan secara

traditional.

7) Kecepatan distribusi

Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu pelatihan

teknologi baru dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area

luas secara singkat. e-Learning dapat cepat menjangkau

karyawan yang berada di luar wilayah pusat. Tim desain

pelatihan hanya perlu mempersiapkan bahan pelatihan

secepatnya dan menginstal hasilnya di server pusat e-

Learning. Jadi semua komputer yang terhubung ke server

dapat langsung mengakses. Apabila terdapat cabang yang

tidak memiliki sambungan network ke server, pelajaran hanya

perlu disimpan di Compact Disk (CD) dan dikirim melalui

pos.

8) Ketersediaan On-Demand

Karena e-Learning dapat sewaktu-waktu diakses, anda dapat

menganggapnya sebagai “buku saku” yang membantu

pekerjaan setiap saat.

9) Otomatisasi Proses Administrasi

e-Learning menggunakan suatu Learning Management System

(LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran-pelajaran e-

Learning. LMS berfungsi pula menyimpan data-data

pelajar,pelajaran, dan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung. LMS yang baik dapat menyimpan dan membuat

laporan tentang kegiatan belajar seorang siswa, mulai dari

pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen

pelajaran telah diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti,

sampai berapa hasil tes akhir yang diambil. Dengan adanya

laporan didalam sistem LMS admin pelatihan sangat terbantu.

Waktu dan proses menyelesaikan tugas administrasi laporan

akan lebih singkat dan mudah.

Kerugian dalam implementasi e-Learning :

Selain berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan e-

Learning, namun terdapat pula kekurangan dan keterbatasan dalam

penerapan e-Learning yang harus diperhatikan organisasi. Menurut

Effendi dan Zhuang ( 2005, h15 ) keterbatasan tersebut adalah :

1) Budaya

Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuti pelatihan

melalui komputer.

Penggunaan e-Learning menuntut budaya self learning,

dimana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar.

Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi berasal dari

pengajar, sedangkan pelajar hanya mendengar dan mencatat

namun dalam e-Learning 100% energi dari pelajar. Oleh

karena itu beberapa orang masih merasa segan berpindah dari

pelatihan di kelas ke pelatihan e-Learning.

2) Investasi

Walaupun e-Learning menghemat banyak biaya,

tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal

cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e-Learning.

Investasi dapat berupa biaya desain dan paket pembuatan

program Learning Management System (LMS) paket

pelajaran dan biaya-biaya lain seperti promosi dan change

management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki

belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah

dana untuk membeli komputer, jaringan,server, dan lain

sebagainya.

3) Teknologi

Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan

teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan

terjadi konflik teknologi sehingga e-Learning tidak berjalan

baik.

4) Infrastruktur

Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia.

Layanan broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya

belum semua orang atau wilayah belum dapat merasakan e-

Learning dengan internet.

5) Materi

Walaupun e-Learning menawarkan berbagai fungsi, ada

beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui e-

Learning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik,

seperti olahraga dan instrument musik, sulit disampaikan

melalui e-Learning secara sempurna.

Berdasarkan pendapat Turban (2005, p118) e-Learning

disebut sebagai pembelajaran yang didukung oleh Web; dapat

dilakukan dalam kelas tradisional atau kelas Virtual.

Termasuk di dalamnya sebuah File yang digunakan untuk

menjelaskan dan menguji sebuah dubjek bahan-bahan materi

dari persentasi secara Online.

Menurut Rosenberg (2006,p3), mengatakan bahwa definisi

e-Learning secara umum adalah penggunaan teknologi (

komputer atau electric device lainya ) untuk mendukung

proses pembelajaran.

2.1.3.1 Aplikasi Internet Untuk Pengajaran

Menurut pendapat Prakoso (2005,p8-9), ketika

memutuskan untuk menerapkan e-Learning, yang harus pertama

kali dilakukan adalah memahami model CAL dan CAT (Computer

Assisted Learning dan Computer Assisted Teaching) yang akan

diterapkan beberapa model CAL dan CAT. Diantaranya adalah:

2.1.3.1.1 Learning Management system (LMS) LMS merupakan kendaraan utama dalam proses

pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak

yang ada di desain untuk pengaturan pada tingkat individu,

ruang sekolah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah

pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik dan

keduanya harus terhubung dengan internet agar dapat

menggunakan applikasi ini.

2.1.3.1.2 Computer Based Training (CBT) / Course

Authoring Package (CAP) CBT adalah perangkat lunak online untuk

proses pembelajaran secara lokal pada masing-

masing komputer peserta didik, perangkat lunak

kini juga bisa diterapkan secara online.

2.1.3.1.3 Java Development Tools (JDT) JDT adalah lingkungan dimana peserta didik

dapat memperoleh pengalaman praktis dalam

menggunakan bahasa pemograman Java (Hands Of

Experience). JDT pada umumnya dipasang secara

offline pada masing-masing komputer peserta didik.

Mengetahui model CAL dan CAT yang akan

diterapkan, institusi pengajaran harus menentukan

perangkat lunak yang akan digunakan. Institusi

yang memiliki dana/modal bisa memilih perangkat

lunakk yang disediakan oleh vendor komersial.

Namun,bagi institusi dengan dana terbatas,

perangkat lunak Open Source menjadi solusi

terbaik.

2.1.4 Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning

Enviroment)

2.1.4.1 Pengertian Moodle

Berdasarkan pendapat Prakoso (2005,p13) Moodle adalah

sebuah perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan

mengadakan kursus/ pelatihan/ pendidikan berbasis internet.

Moodle termasuk dalam model CAL + CAT (Computer Assisted

Learning+Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS

(Learning Management System).

Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak

open source (dibawah lisensi GBU Public Lincensi). Jadi,

meskipun memiliki hak cipta, Moodle tetap memberikan

kebebasan bagi siapapun untuk mengopi, menggunakan, dan

memodifikasinya.

2.1.4.2 Filosofi Moodle

Menurut Prakoso (2005,pp16-18) desain dan pembangunan

Moodle didorong oleh sebuah filosof tentang pembelajaran.

Sebuah cara berfikir bahwa seseorang berada pada pendagogi

pembangunan social (social constructionist pedagogy). Terdapat

empat konsep utama di balik Moodle, yaitu:

1. Paham Konstruktif (Constructivism)

Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif

membangun pengetahuan sebagai interaksi mereka dengan

lingkungan. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu dengan

membaca halaman web, mengikuti kuliah atau membaca di

perpustakaan. Terdapat interpretasi yang lebih luas, bukan

seketar transfer informasi dari otak satu ke otak yang lain.

2. Paham konstruksi (Constructionism)

Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran

akan efektif ketika membangun sesuatu untuk orang lain. Hal

ini dapat berupa apa pun dari sekedar sebuah kalimat atau

mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya yang kompleks

seperti lukisan, rumah, atau paket perangkat lunak.

3. paham konstruktif sosial (Social Constructivism)

Paham ini merupakan perluasan dari ide sebelumnya ke

dalam pembangunan kelompok (grup) social. Sebuah

kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil

karya dengan cara berbagi pengetahuan.

4. terkoneksi dan terpisah

Sebuah kebiasaan terpisah adalah ketika seseorang

mencoba menemukan tujuan dan kenyataan untuk

mempertahankan ide yang dimilikinya dengan menggunakan

logika untuk menemukan kelemahan dari ide yang berlawanan.

Kebiasaan terkoneksi merupakan pendekatan yang lebih

empatik untuk menerima subyektif, berusaha mendengan dan

manjawab pertanyaan dengan tujuan memahami sufut pandang

yang berbeda. Kebiasaan membangun adalah ketika seseorang

sensitive terhadap kedua pendekatan yang ada, sekaligus

mampu memilih pendekatan yang tepat untuknya sesuai situasi

yang ada.

2.1.4.3 Rancangan Moodle

Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, masih menurut

prakoso(2005,pp47-48) Moodle dirancang untuk mencapai

tujuanya. Rancangan Moodle yaitu sebagai berikut:

1. Mendukung pendagogi konstruksi social (kolaborasi,

aktivitis, kritik refleksi, dan sebagainya)

2. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula

digunakan sebagai tambahan kelas tatap muka.

3. Simple, ringan, efisien, dan antarmuka browser

sederhana

4. Mudah di instalasi pada berbagai macam platform yang

mendukung PHP. Moodle hanya membutuhkan satu

buah database, selain itu dapat disebarkan.

5. Abstraksi database Moodle mendukung hampir semua

merek database (kecuali definisi tabel)

6. Kategori kursus?pelatihan.Satu situs Moodle mampu

mendukung ribuan kursus/pelatihan.

7. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan.

Pemeriksaan ulang terhadap formulir, validasi data,

enkripsi cookie, dan sebagainya.

8. Sebagian besar area entry, seperti resource

9sumber/bahan pelatihan), forum, jurnal dan sebagainya

; dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG

(What You See Is What You Get) yang terintegrasi

dalam Moodle.

2.1.4.4 Manajemen Moodle

Berdasarkan pendapat Prakoso(2005,pp48-51) untuk

menyesuaikan design yang ditentukan, diciptakan beberapa

manajemen yang mendukung. Berikut adalah tiga tipe manajemen

yang signifikan dalam Moodle, yaitu:

1. Manajemen Situs

Situs dikelola oleh seorang administrator

(admin). Admin ditetapkan ketika setup. Plug-in theme

memungkinkan admin untuk memilih warna situs,

layout (tampilan, font (ukuran huruf) sesuai dengan

kebutuhan. Plugin modul aktifitas dapat ditambahkan

pada instalasi Moodle yang ada. Paket bahasa

memungkinkan penyesuaian ke dalam banyak bahasa.

Paket ini dapat di-edit menggunakan editor web yang

disertakan dalam Moodle.

2. Manajemen Pengguna

Moodle dirancang untuk mungurangi dampak

keterlibatan admin hingga seminimum mungkin dengan

tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada.

Selain itu, Moodle turut mendukung mekanisme

otentifikasi melalui modul otentifikasi yang akhirnya

akan memberikan kemudahan dalam integrasi dengan

sistem yang telah ada.

3. Manajemen Materi Pelajaran

• Pengajar berstatus penuhdapat mengontrol setting

sebuah kursus secara penuh, termasuk bagian kursus

yang tidak dapat diakses oleh pengajar lain.

• Pilihan format kursus dapat diatur sesuai perlode,

topik, atau diskusi yang berfokus pada format

sosial.

• Susunan aktivitas pelatihan yang fleksibel forum,

jurnal, kuis, resource, pilihan, survei,chat dan

workshop.

• Perubahan terakhir dalam kursus/pelatihan dapat

langsung silihat pada homepage pelatihan. Hal ini

sangat membantu pemahaman komunikasi dalam

institusi pendidikan tersebut.

• Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis danm

penugasan dapat ditampilkan dalam satu halaman

serta dapat di-download dalam file spreadsheet .

• Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap

pengguna. Laporan aktivitas setiap murid tersedia

grafik serta detai dari masing – masing modul

(akses terakhir, total waktu akses) dengan

menyertakan keterlibatan setiap peserta didik secara

detail ke dalam satu halaman.

• Pengaturan skala. Para pengajar dapat

mendefinisikan skala yang akan digunakan dalam

penilaian forum, penugasan dan jurnal.

2.1.4.5 Modul

Menurut Prakoso (2005,pp51-56) sebagai penunjang

kegiatan distance learning, pengguna Moodle perlu mencermati

tipe-tipe modul berikut ini:

1. Modul Penugasan (Assigment)

Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal

pengumpulan dan urutan penilaian tugas. Para peserta didik

dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan (dalam

berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan

tugas oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis.

2. Modul Chat

Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam

waktu yang bersamaan) berbentuk teks. Modul ini

menyertakan foto/ gambar dan proful dalam jendela chat.

Serta mendukung URL, smilies, HTML, image dari

sebagainya. Semua dapat direkam dalam loger dan dapat

dilihat di lain waktu. Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta

didik.

3. Modul Forum

Modul forum menyediakan berbagai macam tipe

forum, diantaranya forum khusus pengajar, berita khusus,

forum terbuka, dalam sebuah urutan sesuai kiriman

pengguna. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat

atau urutan, terlama dan terbaru. Forum individu dapat

didaftarkan kesetiap orang. Copy – annya dapat dikirim

melalui e-mail.

4. Modul Pilihan (choice)

Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk

voting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk

mendapatkan umpan balik dari para peserta didik. Pengajar

dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang

memperlihatkan pilihan seseorang.

5. Modus Kuis (quiz)

Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar

dapat digunakan pada kuis yang berbeda. Kuis secara

otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika

pertanyaaan yang ada dimodifikasi. Dalam opsi pengajar,

kuis dapat dicoba beberapa kali, Selain itu, kuis dapat

menampulkan umpan balik Jawapan yang tepat.

6. Modul Jurnal (Journal)

Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses oleh

pengajar dan peserta didik. Setiap masukan jurnal dapat

dimulai dengan pertanyaan terbuka. Untuk jurnal tertentu,

seluruh kelas dapat memberkan penilaian dalam formulir

yang terlampir pada halaman tersebut. Umpan balik pengajar

dijadikan satu dengan halaman masukan jurnal, disertai

pemberitahuan melalui e-mail.

7. Modul Bahan pelatihan (Resource)

Modul Resource mendukung berbagai macam format

(Word, Power Point, Flash, Video, Audio dan sebagainya).

File dapat di-upload dan dikelola di dalam server, atau dibuat

secara on the fly menggunakan format web (text atau HTML).

Bahan pelatihan eksternal di web dapat di- link atau

disertakan dalam antarmuka kursus/ pelatihan.

8. Modul Survei

Alat survei disertakan dalam Moodle sebagai alat

untuk menganalisis kelas online. Laporan surveri online

selalu tersedia dengan grafik. Data ini dapat di-download

dalam bentuk spreadsheet Exel atau file tect CSV.

9. Modul Workshop

Modul ini memungkinkan adanya penilaian

mendalam terhadap dokumen. Pengajar dapat mengelola serta

mengelompokkan penilaian yang ada ke dalam tingkatan.

2.1.5 Metode yang digunakan

Menurut pendapat Zikmund seperti buku yang dikutip oleh

Suliyanto (2006,p2), riset merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan

analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu pembuatan

keputusan.

2.1.6 Teknikpengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1) Survei

Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p152), metode

surveimerupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan

pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak

atau hubungan antara peneliti dan responden peneliti unutk memperoleh

data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode

survei, yaitu:

a) Wawancara

Menurut Indrianto dan supomo (2002, p152), wawancara

adalah pengumpulan data dalam metode survei dengan

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian

teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi

atau hubungan dengan responden.

b) Wawancara tatap muka

Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p153),metode

pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara

komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara

yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang

menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat

dilakukan ditempat bekerja responden, dirumah responden,

ditempat perbelanjaan atau tempat lain.

2) Kuesioner

Indrianto dan Supomo (2002, p154),, pengumpulan data

penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memrlukan

kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat

dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini

memberi tanggung jawab kepda responden untuk membaca dan

menjawab pertanyaan.

2.1.7 Populasi dan sampel

2.1.7.1 Populasi

Populasi menurut Kuncoro dan Ridwan (2007, p 37) adalah

keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang

menjadi objek penelitian.

2.1.7.2 Sampel

Sampel menurut Engkos dan Ridwan (2007, p39) adalah

sebagian dari populasi yang diambil sebagian sember data dan

dapat mewakili seluruh populasi.

a. Teknik pengolahan sampel

Untuk mengetahi sampel dimana besar populasi

sampel diketahui secara pasti, Ridwan dan Achmad

Kuncoro (2007, p49) menggunakan rumus dari Taro

Yamane atau Slovin.

Dimana :

n : Jumlahsampel

N :Jumlahpopulasi

:Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat

kepercayaan 90%)

2.1.7.3 Statistik Non Parametrik

Menurut Agus Sukoco dalam situs nya yang beralamat link

http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2012/04/30/statistik-non-

parametrik/ Statistik terbagi menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif

dan statistik Inferensia/ Induktif. Inferensia/ Induktif terbagi menjadi du

bagian yaitu Statistik Parametri dan statistik nonparametrik. Dalam skripsi

ini penulis hanya akan membahas tentang statistic non parametrik.

Statistik non parametrik adalah analisis yang tidak menggunakan

parameter-parameter dan tidak mensyaratkan data harus berdistribusi

normal. Pada analisis statistik parametrik menggunakan parameter-

parameter seperti mean, deviasi standar, variansi. Statistik non parametric

digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari

populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Jenis

data yang dipergunakan untuk statistik non parametrik adalah data yang

bersifat ordinal dan nominal.

2.1.8 Lima kekuatan persaingan menurut porter

Menurut Freddy Rangkuti (2004,p11), Michael porter

menyarankan bahwa dalam penyusunan strategi korporat, perlu diketahui

terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan

diciptakan, dan menempatkannya pada masing-masing unit bisnis.

Keunggulan bersaing tersebut mengacu pada:

1) Persaingan Industri

Dilihat dari segi persaingan antar perusahaan yang bergerak

dalam bidang yang sama.

2) Kekuatan Pembeli

Kekuatan yang terletak pada konsumen, termasuk kekuatan

tawar menawar dan keputusan untuk membeli barang / jasa.

3) Kekuatan Pemasok

Kekuatan yang dimiliki dan terletak pada supplier/pemasok.

4) Ancaman Pemain Baru

Ancaman pemain baru datang dari new entries yang masuk

dalam industri, biasanya ancaman pemain baru di indonesia

berasal dari pihak asing.

5) Ancaman Produk Pengganti

Ancaman Produk Pengganti adalah kemunculan suatu barang

substitusi yang dapat menggantikan barang sebelumnya.

Analisis ini merupakan analisis yang digunakan pada strategi

tingkat korporat (merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan

strategi-strategi di tingkat lebih rendah). Analisis tersebut dapat terlihat

pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Analisis Porter

Sumber : Freddy Rangkuti. (2004. P11)

Pemain Baru

Persaingan Industri Kekuatan Pemasok Kekuatan Pembeli

Produk Pengganti

2.1.9 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Menurut David (2011, p.112), Matriks ini memungkinkan para

penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi

ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,

hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan 5

tahapan :

1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses

audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,

mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih

dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin,

gunakan presentase, rasio dan angka komparatif.

2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masing-

masing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan

terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa

memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan

internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam

kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah

seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal

kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam

merespon faktor tersebut. Dimana bobot peringkat 4 = respon

perusahaan superior, bobot peringkat 3 = respon perusahaan diatas

rata-rata, bobot peringkat 2 = respon perusahaan rata-rata, dan bobot

peringkat 1 = respon perusahaan jelek. Dengan demikian, peringkat

didasari pada efektifitas strategi perusahaan, sedangkan bobot pada

tahap 2 didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa

ancaman dapat diberi peringkat 1,2,3, dan 4.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk

menentukan rata-rata tertimbang.

5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel dalam

menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.

Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan,

total nilai tertimbang tertinggi untuk organisasi adalah 4,0 dan terendah

adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adlah 2,5. Total nilai 4,0

menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus

terhadap peluang dan ancaman yang ada. Total nilai 1,0 menunjukkan

bahwa strategi perusahaan tidak efektif dalam memanfaatkan peluang dan

meminimalkan resiko dari ancaman.

Tabel 2.1 Matriks EFE

Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Nilai

Tertimbang

Peluang :

1.

Ancaman :

2.

Total 1,00

Sumber: David (2011, p.112)

2.1.10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Menurut David (2011, p.154), dalam merencanakan strategi, IFE

meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam

fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks IFE dapat

dikembangkan melalui 5 langkah :

1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses

audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,

mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih

dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin,

gunakan presentase, rasio dan angka komparatif.

2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masing-

masing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan

terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa

memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan

internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam

kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah

seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor untuk

mengidentifikasi apakah faktor tersebut menunjukan kelemahan

utama ( peringkat =1 ), kelemahan minor ( peringkat = 2 ), kekuatan

minor ( peringkat = 3 ), kekuatan utama ( peringkat = 4 ). Perhatikan

bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 dan 4, kelemahan

harus mendapatkan peringkat 1 dan 2. Peringkat adalah berdasarkan

perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk

menentukan rata-rata tertimbang.

5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk menentukan total rata-rata

tertimbang di organisasi. Berapapun banyaknya faktor yang

dimasukan dalam matriks IFE total rata-rata tertimbang berkisar

antara yang terendah 1,0 sampai dengan yang tertinggi 4,0 dengan

rata-rata total 2,5. Total rata-rata tertimbang dibawah 2,5

menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara

jika total rata-rata dia tas 2,5 maka menggambarkan posisi internal

yang kuat.

Tabel 2.2 Matriks IFE

Kunci Faktor Internal Bobot Peringkat Rata-Rata

Tertimbang

Kekuatan :

3.

Kelemahan :

4.

Total 1,00

Sumber: David (2011, p.155)

2.1.11 Matriks Internal Eksternal ( IE )

Menurut David (2011, p.221) Matriks IE memposisikan berbagai

divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE menempatkan

divisi organisasi dalam diagram skematis yang juga disebut portofolio.

Ukuran dari lingkaran menggambarkan persentase kontribusi penjualan

dari masing-masing divisi dan potongan dalam lingkaran mengungkapkan

persentase kontribusi untuk masing-masing divisi dalam matriks.

Gambar 2.2 Matriks IE

Sumber: http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of-

strategy-analysis-and-choice/

Matriks IE dapat dibagi dalam tiga daerah utama yang memiliki

implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk

dalam kuadran I, II atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan

kembangkan. Strategi-strategi yang paling sesuai pada divisi ini antara lain :

1) Strategi Intensif

Seperti: Penetrasi pasar,pengembangan pasar, dan pengembangan

produk.

2) Strategi integratif

Seperti: integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi

horizontal.

Pada divisi kedua yang masuk dalam kuadran III, V, atau VII

dapat dikelola dengan baik dengan strategi jaga dan pertahankan. Pada

divisi ini strategi yang cocok adalah strategi penetrasi padar dan

pengembangan produk.

Pada divisi berikutnya yaitu divisi ketiga, rekomendasi yang

umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam kuadran VI, VII, dan IX

adalah panen dan divestasi. Organisasi yang berhasil mencapai

portofolio bisnis yang diposisikan dlaam sekitar kuadran I dalam matriks

IE.

2.1.12 Matriks SWOT

Menurut David (2011, p.210), matriks SWOT ( strength-

weakness-opportunities-threats) adalah alat untuk mencocokan

hal-hal yang penting yang dapat membantu manager

mengembangkan 4 tipe strategi :

1) SO ( Strength – Opportunities )

Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk

memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya

akan menjalankan strategi WO, ST, WT agar dapat mencapai

situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika

organisasi memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha

mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika organisasi

menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya

untuk berkonsentrasi pada peluang.

2) WO ( Weakness – Opportunities )

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal

dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang

organisasi memiliki peluang eksternal namun dihambat oleh

kelemahan internal dalam mengeksploitasi peluang tersebut.

3) ST ( Strength – Threat )

Strategi ST menggunakan kekuatan organisasi untuk

menghindari atau mengurangi pengaruh ancaman eksternal.

Namun, tidak berarti organisasi yang kuat harus selalu

menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara

langsung.

4) WT ( Weakness – Threat )

Strategi untuk mempertahankan yang diarahkan pada

pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman

eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang

tidak aman. Organisasi mungkin harus berusaha bertahan,

bergabung, mengurangi, mengumumkan kebangkrutan, atau

memilih likuidasi.

Ada delapan langkah dalam membuat matriks SWOT :

1) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.

2) Tuliskan ancaman eksernal kunci perusahaan.

3) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.

4) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.

5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan

catat hasil strategi SO dalam kuadran yang ditentukan.

6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan

catat hasil strategi WO dalam kuadran yang ditentukan.

7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan

catat hasil strategi ST dalam kuadran yang ditentukan.

8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal,

dan catat hasil strategi WT dalam kuadan yang ditentukan.

Tujuan dari masing-masing pencocokan adalah untuk

menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk

memilih strategi mana yang baik. Tidak semua strategi yang

dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk

diimplementasikan.

Gambar 2.3 Matriks SWOT

Sumber: http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of-

strategy-analysis-and-choice/

2.1.13 Tahap Keputusan

Menurut david (2009, p349), analisis dan intuisi menjadi landasan

bagi pengambilan keputusan perumusan strategi. Teknik – teknik yang

baru saja dibahas memaparkan berbagai alternatif strategi yang bisa

ditempuh. Banyak dari strategi ini mungkin akan diusulkan oleh para

manajer dan karyawan yang berpartisipasi dalam analisis dan aktifitas

pemilihan strategi. Setiap strategi tambahan yang dihasilkan dari analisis –

analisis pencocokan dapat didiskusikan dan ditambahkan pada daftar

pilihan alternatif yang masuk akal.

2.1.14 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (

QSPM)

Menurut david (2009, p350- 355), diluar strategi –

strategi untuk men dapatkan daftar prioritas, hanya ada satu

teknik untuk menentukan daya tarik relatif dan berbagai

tindakan alternatif. Tehnik tersebut adalah Matriks

Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic

Planning Matrix). QSPM adalah alat yang memungkinkan

para penyusun strategi mengevaluasi ebrbagai strategi

alternatif secara objektif, berdasarkan faktor – faktor

keberhasilan penting eksternal dan itnernal yang

diidentifikasi sebelumnya. QSPM membutuhkan penilaian

intuintif yang baik.

Terdapat enam langkah yang diperlukan untuk

mengembangkan

QSPM, yaitu sebagai berikut:

Langkah 1 buatlah daftar berbagi peluang – peluang

eksternal dan kekuatan – kelemahan internal utama di

kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung

dari matriks EFE dan Matriks IFE. Minimal 10 faktor

keberhasilan utama internal perlu dimasukkan dalam

QSPM.

Langkah 2 Berikan bobot pada setiap faktor eksternal dan itnernal

utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam

Matriks EFE dan Matriks IFE. Bobot ditampulkan dalam kolom

kecil tepat di kanan faktor – faktor keberhasilan penting eksternal

dan itnernal.

Langkah 3 Cermatilah matriks –matriks tahal 2 (pencocokan) dan

mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus

dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Catat strategi –

strategi ini dibaris teratas QSPM. Kelompokan berbagai strategi

tersebut dalam satu rangkaian ekslusif, sebisa mungkin.

Langkah 4 Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan

sebagai nilai numerik yang mengidikasikan daya tarik relatif dari

setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik

ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal

atau eksternal kunci. Satu pada suatu saat tertentu dan mengajukan

pertanyaan “apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang

dibuat?” jika jawabanya ya, maka strategi tersebut harus

dibandingkan secara relatif terhadap kunci tersebut. Secara khusus,

nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk

mengidentifikasikan daya tariik relatif dari satu strategi dengan

strategi lainya dengan mempertimbangkan faktor tertentu.

Jangkauan untku nilai daya tarik adalah 1= tidak memiliki daya

tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang, dan 4 = daya

tarik tinggi.

Langkah 5 Hitunglah Skor Daya Tarik Total yang didefinisikan

sebagai hasil kali antara bobot (langkah 2) dengan Skor Daya Tarik

(langkah 4) di setiap baris Skor Daya tarik Total

mengidentifikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif,

dengan hanya mempertimbangkan dampak faktor keberhasilan

pentng eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi

Skor Daya Tarik semakin menariik pula strategi alternatif tersebut

(hanya dengan memperhitungkan faktor keberhasilan penting yang

berdekatan).

Langkah 6 hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah

Skor Daya Tarik Total di setiap kolom startegi dari QSPM. Jumlah

keseluruhan daya tarik total ( Sum Total Attractive Scrore)

menunjukan strategi ang paling menarik di setiap rangkaian

alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasika strategi yang

lebih menarik mengingat semua faktor eksternal dan internal

relevan yang dapat memperngaruhi keputusan strategis. Besarnya

selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian

alternatif strategi tertentu menunjukan ketertarikan relatif satu

strategi terhadap strategi yang lain.

2.1.15Model Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2007, p90), skala pengukuran dengan tipe

Guttman akan memberikan jawaban yang tegas yaitu dengan pilihan

jawaban, seperti ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, dan

seterusnya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio.

Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Tidak = Y x 0

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Ya = Y x 1

Jumlah = X

Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang

diinginkan) X 100%

Menghitung varians tiap skor pada setiap item dengan rumus :

Si= -

N

Dimana:

Si = Varians Skor Tiap-Tiap Item

= Jumlah Kuadrat item Xi

= Jumlah item Xi dikuadratkan

= Jumlah responden

2.1.16 Skala Likert

Berdasarkan pendapat haryadi sarjono dan winda julianita

(2011, p6) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian

atau keadaan sosial, dimana variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan.

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat

diberi skor, misal :

1. Sangat setuju = 4

2. Setuju = 3

3. Tidak Setuju = 2

4. Sangat Tidak Setuju = 1

Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:

Jumlah skor untuk Y orang menjawab SS = Y x 4

Jumlah skor untuk Y orang menjawab S = Y x 3

Jumlah skor untuk Y orang menjawab TS = Y x 2

Jumlah skor untuk Y orang menjawab STS = Y x 1

Jumlah = X

Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang

diinginkan) 100%

Skala continum sebagai berikut :

Gambar 2.4 Skala continum

Sumber: sugiyono

Keterangan Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0% - 25% = Sangat Lemah

Angka 26% - 50% = Lemah

Angka 51% - 75% = Kuat

Angka 76% - 100% = Sangat Kuat

2.1.17 7C dalam implementasi situs

Menurut Rayport dan Jaworski dalam buku Marketing

Management yang dikutip oleh kotler (2006, p.576), sebuah website

harus memiliki 7 komponen desain yang penting dalam proses

pembuatannya, yang dikenal dengan sebutan 7C, antara lain:

STS TS S SS

• Context

Merupakan bagian tata letak atau sering disebut dengan tampilan

layout.

• Content

Terdiri dari text, gambar,suara, maupun video.

• Community

Merupakan fungsi dimana website memungkinkan penggunannya

untuk saling berkomunikasi.

• Customization

Kemampuan website untuk menyesuaikan diri kepada pengguna yang

berbeda-beda atau untuk mengizinkan pengguna untuk

mempersonalisasi websitenya.

• Communication

Sebuah website yang memungkinkan komunikasi website ke

pengguna, pengguna ke website atau komunikasi dua arah.

• Connection

Suatu koneksi yang menghubungkan website yang satu dengan

website lainnya.

• Commerce

Kemampuan website untuk mengaktifkan transaksi komersial.

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran