BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/42974/6/Skripsi BAB II...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang merupakan lembaga internasional, yang dikutip Handriyani (2013) memberikan definisi Corporate Social Responsibility sebagai berikut: “Corporate social responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workface and their families as well as the local community and society at large” Apabila diterjemahkan secara bebas berarti Corporate Social Responsibility adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan. Sedangkan menurut Thomas M. Jones di tahun 1980, dalam Totok Mardikanto (2014:90) mengembangkan diskusi dengan perspektif minat yang lain. Mendefinisikan CSR sebagai berikut: “Tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk kelompok konstituen dalam masyarakat, selain

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/42974/6/Skripsi BAB II...

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

    2.1 Kajian Pustaka

    2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

    2.1.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

    The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang

    merupakan lembaga internasional, yang dikutip Handriyani (2013) memberikan

    definisi Corporate Social Responsibility sebagai berikut:

    “Corporate social responsibility is the continuing commitment by business

    to behave ethically and contribute to economic development while

    improving the quality of life of the workface and their families as well as

    the local community and society at large”

    Apabila diterjemahkan secara bebas berarti Corporate Social

    Responsibility adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak etis,

    beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersama

    dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan.

    Sedangkan menurut Thomas M. Jones di tahun 1980, dalam Totok

    Mardikanto (2014:90) mengembangkan diskusi dengan perspektif minat yang

    lain. Mendefinisikan CSR sebagai berikut:

    “Tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan bahwa perusahaan

    memiliki kewajiban untuk kelompok konstituen dalam masyarakat, selain

  • pemegang saham yang ditentukan oleh hukum dan kontrak bisnis, dua

    aspek dari definisi ini sangat penting. Pertama, kewajiban harus diadopsi

    secara sukarela; lebih dari perilaku yang dipaksakan oleh kekuatan koersif

    dari hukum atau kontrak serikat. Kedua, kewajiban adalah salah satu yang

    luas, lebih luas disbanding tugas tradisional yang diperuntukkan bagi

    pemegang saham, untuk masyarakat dan yang lainnya, seperti pelanggan,

    karyawan, pemasok, dan masyarakat sekitarnya.”

    Menurut Rahmawati (2012:180) pengertian Corporate Social

    Responsibility menyatakan bahwa:

    “Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

    Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara

    sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke

    dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi

    tanggung jawab organisasi di bidang hukum.”

    Berdasarkan definisi di atas, pada dasarnya Corporate Social

    Responsibility merupakan suatu kewajiban dan komitmen bisnis dalam dunia

    bisnis, perusahaan atau organisasi yang berkaitan mengenai pembangunan

    ekonomi berkelanjutan untuk semua pihak yang terlibat, dengan nilai-nilai etika,

    sosial, bisnis dan hukum untuk dapat berintegrasi dan kepedulian terhadap

    konsumen, karyawan perusahaan, para stakeholder dan masyarakat.

    2.1.1.2 Komponen Corporate Social Responsibility (CSR)

    Corporate Social Responsibility (CSR) dibagi menjadi tiga komponen

    utama yaitu triple bottom line, yaitu people, profit, dan planet. Triple bottom line

    merupakan komponen dasar dari pelaksanaan CSR dan sering dijadikan acuan

    dalam pembuatan program-program CSR (Praswoto dan Miftachul, 2011:35).

  • Tabel 2. 1The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility

    People Profit Planet

    Definisi Sebuah bisnis harus

    bertanggungjawab

    untuk memajukan dan

    mensejahterakan

    masyarakat sosial

    serta seluruh

    stakeholder-nya

    Perusahaan tidak boleh

    hanya memiliki

    keuntungan bagi

    organisasinya saja tetapi

    harus dapat memberikan

    kemajuan ekonomi bagi

    para stakeholder-nya

    Perusahaan harus dapat

    menggunakan sumber

    daya alam dengan sangat

    bertanggungjawab dan

    menjaga keadaan

    lingkungan serta

    memperkecil jumlah

    limbah produksi

    Jenis

    Kegiatan

    Kegiatan

    kedermawanan yang

    dilakukan secara tulus

    untuk membangun

    masyarakat dan

    sumber daya manusia

    Tindakan perusahaan

    untuk terjun langsung di

    dalam masyarakat untuk

    memperkuat ketahanan

    ekonomi

    Penerapan proses

    produksi yang bersih, aan

    dan bertanggungjawab

    Contoh Beasiswa pendidikan

    Pelayanan kesehatan

    Sumbangan bencana alam

    Pembinaan UKM Bantuan modal dan

    kredit

    Pemberdayaan tenaga lokal

    Pengelolaan limbah Penanaman pohon Kampanye

    lingkungan hidup

    Sumber: Praswoto dan Miftachul (2011:35)

    Konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang dipopulerkan oleh

    Elkington (1997) menegaskan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu

    keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan juga kepedulian terhadap

    kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people)

    (Poerwanto, 2010:5).

    2.1.1.3 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

    CSR menjadikan keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan masyarakat

    mendorong perusahaan untuk lebih pro aktif dalam mengambil tanggung jawab

    sosial. Menurut Pratiwi (2012) dalam Totok Maedikanto (2014:134)

    mengemukakan bahwa CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini

  • akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan orgaisasi lain

    terutama pemerintah. Menurut Suharto (2010:52-53) manfaat CSR bagi

    perusahaan, antara lain:

    a. Brand differentiational, dalam persaingan pasar yang lain kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas, baik, dan etis di mata publik

    yang pada gilirannya menciptakan costumer loyalty.

    b. Human resources, program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat interview,

    calon karyawan yang memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering

    bertanya tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka

    memutuskan menerima tawaran, bagi staf lama, CSR juga dapat

    mengankat persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.

    c. Lisence to operate, perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik memberikan izin bisnis. Karena dianggap telah

    memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan

    masyarakat luas.

    d. Risk management, manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan, reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun dapat

    runtuh karena kasus korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan

    lingkungan.

    2.1.1.4 Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Islam

    Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Islam menurut

    AAOIFI (Accounting and Auditing for Islamic Financial Institutions) adalah

    segala kegiatan yang dilakukan institusi finansial Islam untuk memenuhi

    kepentingan religius, ekonomi, hukum, etika, dan discretionary responsibilities

    sebagai lembaga finansial intermediary baik itu bagi individu maupun bagi

    institusi.

    Tanggung jawab sosial dalam Islam tercantum dalam QS. Al Baqarah ayat

    177, yang artinya:

    “Bukanlah menghadapkan wajamu kearah timur dan barat itu suatu

    kebijakan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

  • Allah hari Kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi, dan

    memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

    orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

    mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati

    janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

    penderitaan dan dalam peperangan,. Mereka itulah orang-orang yang benar

    (imannya); mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.

    Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam agama Islam

    mengedepankan pentingnya mengenai nilai-nilai sosial di masyarakat bukan

    hanya sekedar menghadapkan wajah kita ke barat dan ke timur dalam shalat.

    Dalam Al Qur’an menegaskan bahwa keimanan tidak akan sempurna jika tidak

    disertai dengan amalan-amalan sosial seperti kepedulian dan pelayanan kepada

    kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir serta menjamin kesejahteraan

    mereka yang membutuhkan.

    2.1.2 Islamic Social Reporting (ISR)

    2.1.2.1 Pengertian Islamic Social Reporting (ISR)

    Menurut Othman Et al (2009) dalam (Sutapa dan Heri, 2018), Indeks ISR

    merupakan tolak ukur pelaksanaan kinerja sosial perbankan syariah yang berisi

    kompilasi item-item standar CSR yang tetap oleh AAOIFI (Accounting and

    Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian

    dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item CSR yang

    seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam.

    Menurut Muhammad Yasir (2017:52) konsep Islamic Corporate Social

    Responsibility menyatakan bahwa:

    “Didasarkan pada hubungan tanggung jawab kepada Allah SWT, kepada

    manusia, dan tanggung jawab kepada alam sekitar. Allah SWT yang telah

  • memerintahkan manusia untuk taat kepada-Nya dan sebagai bentuk ketaatan

    kepada Allah SWT adalah memastikan kelestarian hidup manusia dan alam

    sekitar. Sehingga kewujudan manusia di muka bumi ini mempunyai dua

    tugas yang sama, yaitu menjadi hamba yang patuh kepada Allah SWT dan

    Khalifah yang adil”.

    Kemudian (Rifqi 2016) menyatakan bahwa:

    “Islamic Corporate Report should be added by current value balance sheet

    because zakah was levied based on the current value of assets surplus to the

    requirement of the firm, and that current value information was necessary

    for the calculation of share in mudharabah contact”

    Apabila diterjemahkan secara bebas, Islamic Social Reporting (ISR) harus

    ditambahkan dengan neraca nilai saat ini karena zakat dipungut berdasarkan nilai

    sekarang dari surplus aset dengan persyaratan perusahaan, dan bahwa informasi

    nilai saat ini diperlukan untuk perhitungan bagian dalam kontak mudharabah.

    Islamic Social Reporting (ISR) adalah konsep CSR dalam pandangan

    Islam yang dilaksakan dalam bentuk tanggung jawab terhadap Allah SWT,

    sesama manusia, dan tanggung jawab terhadap alam sekitar. Dalam Islam sudah

    dijelaskan dengan jelas mengenai hak dan kewajiban bagi individu maupun bagi

    organisasi berdasarkan Al-Quran dan Hadist. Ketentuan syariah tidak hanya

    membantu untuk para pengambil keputusan secara islam tetapi juga untuk

    membantu perusahaan yang sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam rangka

    pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT dan masyarakat sekitar. Karena

    tanggung jawab manusi sebagai khalifah di bumi, amanah manusia pada Allah

    SWT, dan tindakan menegakkan keadilan, serta hidup selaras dengan alam

    (mizan).

  • 2.1.2.2 Islamic Social Reporting (ISR)

    Ajaran islam yang paling utama adalah ajaran mengesakan Allah (Tauhid).

    Manusia sebagai predikat khalifah Allah di muka bumi mengembankan amanah

    atau tugas tertentu yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Konsep

    keesaan Allah ini menegaskan bahwa dalam islam segala sesuatu harus

    dipertanggungjawabkan hanya kepada Allah dan segala sesuatu yang dilakukan

    harus sesuai dengan perintah-Nya. Oleh karena itu seorang muslim melakukan

    kegiatan sosial dan membuat laporannya bukan untuk mendapatkan keuntungan

    financial semata melainkan untuk tujuan yang lebih utama yaitu mendapatkan

    ridha Allah SWT.

    Indeks Islamic Social Reporting digunakan sebagai indikator dalam

    pelaporan kinerja sosial bisnis syariah. Islamic Social Reporting tidak hanya

    membantu pengambilan keputusan bagi pihak muslim melainkan juga untuk

    membantu perusahaan untuk melakukan pemenuhan kewajiban terhadap Allah

    dan masyarakat. Ada enam tema pengungkapan dalam indeks Islamic Social

    Reporting, dalam penelitian ini penulis menggunakan indeks Islamic Social

    Reporting yang digunakan oleh T. Othman (2009) dalam (Sutapa dan Heri, 2018),

    Tabel 2. 2Indeks Islamic Social Reporting (ISR)

    Sumber

    A. Tema Pembiayaan dan Investasi

    1. Aktivitas yang mengandung riba (beban dan

    pendapatan bunga)

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    2. Kegiatan yang mengandung Gharar Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    3. Zakat Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

  • 4. Kebijakan atas keterlambatan pebayaran dan

    penghapusan piutang tak tertagih

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    5. Neraca Saldo atas Nilai Kini (CVBS) Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    6. Laporan Pertambahan Nilai (VAS) Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    B. Tema Produk dan Jasa

    7. Produk yang ramah lingkungan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    8. Status kehalalan produk Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    9. Kualitas dan keamanan produk Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    10.

    Keluhan konsumen atau indikator yang tidak

    terpenuhi dalam peraturan dank ode sukarela (jika

    ada)

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    C. Tema Karyawan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    11. Sifat pekerjaan: jam kerja, libur dan keuntungan

    lainnya

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    12. Pelatihan dan pendidikan atau pengembangan Dana

    Masyarakat

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    13. Peluang yang sama bagi tiap karyawan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    14. Keterlibatan karyawan dalam perusahaan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    15. Keamanan dan kesehatan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    16. Lingkungan pekerjaan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    17. Karyawan dengan perhatian khusus (seperti: cacat

    fisik, mantan pesakitan, mantan pengguna narkoba)

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    18.

    Eselon tingkat tinggi pada perusahaan beribadah

    bersama dengan manajer tingkat rendah maupun

    menengah

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    19. Izin melakukan ibadah selama waktu tertentu dan

    berpuasa Ramadhan pada saat bekerja

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    20. Tempat yang layak untuk ibadah (bagi karyawan) Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    D. Tema Masyarakat

    21. Sadaqoh atau Donasi Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    22. Waqaf Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    23. Qard Hasan Othman (2009) dalam

  • (Sutapa dan Heri,2018)

    24. Sukarela dari pihak karyawan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    25. Pemberian beasiswa Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    26.

    Pemberdaya kerja bagi siswa yang lulus sekolah

    atau kuliah berupa magang atau praktik kerja

    lapangan

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    27. Pengembangan dalam kepemudaan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    28. Peningkatan kualitas hidup masyarakat kelas bawah Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    29. Kepedulian terhadap anak-anak Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    30. Kegiatan amal/bantuan/kegiatan sosial lain Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    31.

    Mensponsori berbagai macam kegiatan seperti

    kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan

    dan agama

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    E. Tema Lingkungan

    32. Konservasi lingkungan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    33. Perlindungan terhadap margasatwa Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    34.

    Kegiatan mengurangi efek pemanasan global

    dengan meminimalisasi polusi, pengelolaan limbah,

    pengelolaan air bersih, dan lain-lain

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    35. Pendidikan mengenai lingkungan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    36. Pemanfaatan limbah sekitar perusahaan yang diolah

    kembali menjadi suatu produk baru

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    37. Pernyataan verifikasi independen atau audit

    lingkungan

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    38. Sistem manajemen lingkungan / kebijakan Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    G. Tema Tata Kelola Perusahaan

    39. Status kepatuhan syariah Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    40. Struktur kepemilikan saham Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    41. Struktur dewan komisaris Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    42. Pengungkapan kegiatan terlarang seperti monopoli,

    judi, manipulasi harga

    Othman (2009) dalam

    (Sutapa dan Heri,2018)

    43. Kebijakan anti korupsi Othman (2009) dalam

  • (Sutapa dan Heri,2018)

    2.1.2.3 Metode Pengukuran Islamic Social Reporting (ISR)

    Menentukan indeks Islamic Social Reporting yaitu dengan Content

    analysis pada laporan suatu perusahaan dengan memberikan item yang terdapat

    pada pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Indeks pengungkapan yang

    digunakan yaitu indeks pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang

    dibangun oleh Othman (2009) dalam (Sutapa dan Heri, 2018). Jika suatu

    perusahaan mengungkapkan item terebut maka akan mendaptkan skor 1 (satu),

    dan jika item tidak diungkapkan maka akan diberi skor 0 (nol).

    Rumus perhitungan Disclosure Level yaitu:

    𝑫𝒊𝒔𝒄𝒍𝒐𝒔𝒖𝒓𝒆 𝑳𝒆𝒗𝒆𝒍 = 𝐗

    𝐧

    Othman (2009) dalam (Sutapa dan Heri, 2018)

    Keterangan:

    Disclosure level : Islamic Social Reporting

    Σ𝑋 : Jumlah item/ indikator yang diungkapkan

    n : Total item/indikator pengungkapan

    Kode variabel dependen sebatas untuk membedakan variabel yang masuk

    daerah penerimaan dan variabel yang masuk daerah penolakan (Sidik dan Reskino

    2016:11).

  • 2.1.3 PROPER

    2.1.3.1 Definisi PROPER

    Defnisi PROPER (http://www.menlh.go.id) sebagai berikut:

    Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan

    salah satu upaya Kementrian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong

    penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrument

    informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk:

    1. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui insentifdan disinsentifreputasi; dan

    2. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production)

    Dalam Peraturan Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 06 Tahun

    2013 dimaksud dengan:

    a. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Proper adalah program

    penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

    dalam mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

    hidup serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

    b. Penilaian Mandiri adalah mekanisme dimana perusahaan melaporkan secara mandiri kinerja pengelolaan lingkungannya untuk pemeringatan

    Proper.

    c. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

    2.1.3.2 Penilaian Melalui PROPER

    Kriteria penilaian PROPER yang lebih lengkap dapat dilihat pada

    Peraturan Menteri Negara Lingungan Hidup Nomor 06 Tahun 2013 tentang

    Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

    Hidup. Secara umum peringkat kinerja PROPER dibedakan menjadi 5 warna,

    yaitu:

    a. Hitam, diberikan kepada penangggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang

    http://www.menlh.go.id/

  • mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta

    pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak

    melaksanakan sanksi administrasi;

    b. Merah, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan

    persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;

    c. Biru, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan persyaratan

    sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan;

    d. Hijau, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan

    dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem

    manajemen lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien dan

    melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan baik; dan

    e. Emas, diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan

    (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa,

    melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap

    masyarakat.

    2.1.3.3 Strategi Pelaksanaan PROPER

    Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun

    2011, strategi yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan PROPER adalah sebagai

    berikut:

    1. Informasi PROPER yang disampaikan harus mudah dimengerti oleh para stakeholder. Untuk memudahkan langkah-langkah proaktif para

    stakeholder maka peringkat kinerja penataan perusahaan dalam

    PROPER dikategorikan dalam (lima) 5 peringkat warna yaitu:

    Peringkat Emas untuk usaha atau kegiatan yang telah berhasil melaksankan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan

    lingkungan hidup atau melaksanakan produksi bersih dan telah

    mencapai hasil yang sangat memuaskan.

    Peringkat Hijau untuk usaha atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

    dan mencapai hasil yang lebih dari persyaratan yang ditentukan

    sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Peringkat Biru untuk usaha atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

    dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum

  • sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    Peringkat Merah untuk usaha atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

    tetapi belum mencapai persyaratan minimum sebgaimana diatur

    dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Peringkat Hitam untuk usaha atau kegiatan yang tidak melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

    sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

    2. PROPER harus dilakukan dengan lembaga yang bersifat independen dan kredibel dimata para stakeholder. Untuk itu pelaksanaan PROPER

    dilakukan melalui perlibatan multi stakeholder.

    3. PROPER perlu diarahkan kepada perusahaan yang peduli terhadap reputasi atau citra dimata para stakeholdernya.

    4. Pelaksanaan PROPER harus dilakukan secara bersama-sama dengan instrument penaatan lainnya. Pemberian penghargaan untuk

    perusahaan yang berperingkat Emas atau Hijau agar menjadi contoh

    pengelolaan lingkungan yang baik bagi perusahaan lainnya, dan

    didorong untuk melakukan produksi bersih. Perusahaan yang

    berperingkat Hitam perlu diikuti dengan upaya penegakan hukum dan

    untuk perusahaan berperingkat Merah perlu dilakukan pembinaan dan

    diberikan waktu untuk melakukan perbaikan sebelum diikuti dengan

    upaya pencegahan hukum.

    Pelaksanaan PROPER ke depannya harus melibatkan jumlah perusahaan

    yang lebih banyak sehingga dapat mencerinkan tingkat penataan perusahaan

    secara keseluruhan dan tercapainya konsistensi serta berkeadilannya pengelolaan

    lingkungan di Indonesia.

    2.1.4 Nilai Perusahaan

    2.1.4.1 Pengertian Nilai Perusahaan

    Nilai perusahaan menurut Gitman (2012:352), yaitu:

    “The actual amount per share of common stock that would be received if

    all the firm’s assets were sold for their market value.”

  • Apabila diterjemahkan secara bebas, nilai perusahaan adalah nilai aktual

    per lembar saham yang akan diterima apabila aset perusahaan dijual sesuai harga

    saham.

    Definisi nilai perusahaan menurut Brigham dan Ehrdhadt (2010:518)

    adalah:

    “Corporate value which is the present value of expected free cash flow,

    discounted at a weighted average cost of capital”

    Diterjemahkan secara bebas, nilai perusahaan merupakan nilai sekarang

    (present value) dari free cash flow dimasa mendatang dengan tingkat diskonto

    sesuai rata-rata tertimbang biaya modal. Free cash flow merupakan cash flow

    yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan dari

    seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk

    investasi serta aset lancar bersih.

    Menurut Martono dan Harjito (2010:13) berpendapat bahwa

    memaksimumkan nilai perusahaan disebut sebagai memaksimumkan

    kemakmuran pemegang saham (stakeholder wealth maximation) yang dapat

    diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari harga saham

    (maximizing the price of the firm’s common stock). Perusahaan yang menerbitkan

    saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di pasar modal

    dijadikan sebagai indikator nilai perusahaan.

    Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio Tobin’s

    Q, rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1976) (Weston dan

  • Copeland 2010). Rasio ini memberikan konsep tidak hanya unsur saham biasa

    saja, namun juga memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan

    (Murnita dan Putra, 2018). Jika rasio Tobin’s Q di atas satu, ini menunjukkan

    bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang

    lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, sehingga akan merangsang investasi

    baru, sedangkan jika rasio Tobin’s Q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva

    tidaklah menarik. Adapun rumus untuk memperoleh rasio Tobin’s Q adalah

    sebagai berikut:

    𝑸 =𝑬𝑴𝑽+𝑫

    𝑬𝑩𝑽

    James Tobin (1976) (Weston dan Copeland 2010)

    Keterangan:

    Q : Nilai perusahaan

    D : Total hutang

    EBV : Total aktiva

    EMV : Nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham yang beredar)

    2.1.5 Profitabilitas

    2.1.5.1 Pengertian Profitabilitas

    Menurut Kasmir (2014:114) profitabilitas adalah:

    “Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

    perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode

  • tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen

    suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari

    penjualan atau dari pendapatan investasi.”

    Adapun Fahmi (2011:135) mendefinisikan profitabilitas adalah sebagai

    berikut:

    “Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur efektivitas

    manajemen secara keseluruhan dan ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat

    keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun

    investasi. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik pula tingkat

    kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan.”

    Sedangkan menurut Harvey (2011:225) profitabilitas adalah sebagai

    berikut:

    “Any ratio that measures a company’s ability to generate cash flow

    relative to some metric, often the amount invested in the company.

    Profitability ratios are useful in fundamental analysis which investigates

    the financial health of companies. An example of a profitability ratio is the

    return on investment which is the amount of revenue an investment

    generates as a percentage of the amount of capital invested over a given

    period of time. Other examples include return on sales, return on common

    stock equity”

    Diterjemahkan secara bebas, setiap rasio mengukur kemampuan

    perusahaan untuk menghasilkan arus kas relative terhadap beberapa metrik, sering

    kali jumlah yang diinvestasikan di perusahaan. Rasio profitabilitas berguna dalam

    analisis fundamental yang menyelidiki kesehatan keuangan perusahaan. Contoh

    rasio profitabilitas adalah pengembalian investasi yang merupakan jumlah

    pendapatan yang dihasilkan oleh investasi sebagai persentase dari jumlah modal

    yang diinvestasikan selama periode waktu tertentu. Contoh lain termasuk

    pengembalian penjualan, pengembalian ekuitas saham biasa.

  • 2.1.5.2 Pengukuran Rasio Profitablitas

    Menurut Kasmir (2014:115) secara umum terdapat empat jenis utama

    yang digunakan dalam menilai tingkat profitabilitas, di antaranya:

    1. Profit Margin (Profit Margin on Sale) 2. Return On Investment (ROI) 3. Return On Equity (ROE) 4. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) 5. Rasio Pertubuhan

    Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Profit Margin (Profit Margin On Sales)

    Profit Marginon Sale atau Rasio Margin atau Margin laba atas

    penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur

    margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan

    cara membanding antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan

    bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Rumusnya

    sebagai berikut:

    𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑂𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥

    𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

    (Kasmir 2014:136)

    2. Return On Investment (ROI)

    Hasil pengembalian Investasi atau lebih dikenal dengan nama Return

    On Investment (ROI) atau Return on Total Assets, merupakan rasio

    yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan

    dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas

    manajemen dalam mengelola investasinya.Rumusnya sebagai berikut:

    𝑅𝑂𝐼 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥

    𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

    (Kasmir 2014:136)

    3. Return On Equity (ROE)

    Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) atau

    rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih

    sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi

    penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin baik. Artinya,

  • posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya.

    Rumusnya sebagai berikut:

    𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥

    𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

    (Kasmir 2014:137)

    4. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)

    Rasio per lembar saham (Earning Per Share) atau disebut juga rasio

    nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen

    dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah

    berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham,

    sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang

    saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian

    tinggi. Rumusnya sebagai berikut:

    𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆𝑎𝑟𝑒 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑎𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎

    𝑆𝑎𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

    (Kasmir 2014:137)

    2.1.5.3 Return on Equity (ROE)

    Return on Equity (ROE) menurut Gitman (2012:82) “return on common

    equity measures the return earned on the common stockholder’s investment in the

    firm.” Jika diterjemahkan secara bebas, Return on Equity mengukur pengembalian

    yang diperoleh dari investasi pemegang saham biasa di perusahaan.

    Pengertian Return on Equity (ROE) menurut Kasmir (2014:104):

    “Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih

    sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi

    penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya

    posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.”

    Sedangkan menurut Irham (2011:137) Return on Equity (ROE) adalah:

    “Rasio yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan

    sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.”

  • Alasan peneliti memilih ROE, karena rasio ini paling tepat diantara rasio

    Profitabilitas lainnya dalam hubungannya dengan return saham karena pada

    bagian akun modal terdapat juga akun modal saham, yang merupakan modal

    pemegang saham.

    Dapat disimpulkan bahwa ROE adalah pengembalian atas ekuitas saham

    biasa yang digunakan untuk mengukur besar laba yang dihasilkan dari investasi

    para pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇)

    𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

    (Kasmir 2014:137)

    Keterangan:

    Earning After Tax (EAT) : Laba setelah pajak

    Equity : Modal sendiri

    2.1.6 Penilitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu sebagai kajian pustakan bertujuan untuk mengetahui

    hubungan antara penelitian yang pernah dilakukan mengenai Islamic Social

    Reporting (X), Terhadap Nilai Perusahaan (Y), dengan Profitabilitas (M) sebagai

    variabel moderating. Berikut penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis

    sebagai referensi:

    Tabel 2. 3Daftar Penelitian Terdahulu

    No Nama

    Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Hasil

    1. Hanni Chyntia

    Maita

    Pengaruh

    Corporate

    Social

    Persamaannya

    variabel

    dependen

    Perbedaanya

    Profitabilitas

    sebagai

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

  • Putri

    dan

    Surya

    Raharja

    (2013)

    Responsibili

    ty Terhadap

    Nilai

    Perusahaan

    Dengan

    Kepemilika

    n

    Manajerial

    Sebagai

    Variabel

    Moderating

    membahas

    Nilai

    perusahaan

    variabel

    moderating,

    dan dan

    penulis

    meneliti pada

    perusahaan

    yang terdaftar

    di Jakarta

    Islamic Index

    (JII)

    bahwa Corporate

    Social

    Responsibility

    memiliki

    pengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan, dan

    kepemilikan

    manajerial

    memiliki

    pengaruh sebagai

    variabel

    memoderasi yang

    memperlemah

    hubungan antara

    CSR terhadap

    nilai perusahaan

    2. Nailil Faricha

    (2015)

    Analisis

    Faktor-

    Faktor yang

    Mempengar

    uhi Islamic

    Social

    Reporting

    pada

    Perusahaan

    Pertambang

    an yang

    Terdaftar

    dalam

    Indeks

    Saham

    Syariah

    Indonesia

    (ISSI) tahun

    2011-2014

    Persamaanya

    adalah meneliti

    mengenai

    pengaruh

    Islamic Social

    Reporting pada

    Perusahaan

    Perbedaanya

    adalah penulis

    menggunakan

    profitabilitas

    sebagai

    variabel

    moderating,

    dan variabel

    independen

    membahas

    Islamic Social

    Reporting

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

    proporsi

    komisaris

    independen dan

    ukuran

    perusahaan

    berpengaruh

    terhadap ISR,

    sedangkan

    profitabilitas dan

    umur perusahaan

    tidak berpengaruh

    terhadap ISR.

    3. Ardiani Ika

    Sulistya

    wati

    dan

    Indah

    Yuliani

    (2017)

    Pengungkap

    an Islamic

    Social

    Reporting

    Pada Indeks

    Saham

    Syariah

    Indonesia

    Persamaannya

    adalah variabel

    independen

    membahas

    Islamic Social

    Reporting

    Perbedaanya

    adalah penulis

    menggunakan

    profitabilitas

    sebagai

    variabel

    moderating,

    dan variabel

    dependen

    menggunakan

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

    bahwa ukuran

    dewan komisaris

    independen

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap ISR, dan

    ukuran

  • Nilai

    perusahaan

    perusahaan,

    profitabilitas,

    leverage tidak

    berpengaruh

    terhapad ISR

    4. Hendrik E.S

    Samosi

    r

    (2017)

    Pengaruh

    Profitabilita

    s dan

    Kebijakan

    Utang

    Terhadap

    Nilai

    Perusahaan

    Yang

    Terdaftar Di

    Jakarta

    Islamic

    Index (JII)

    Persamaanya

    adalah variabel

    dependennya

    menggunakan

    nilai

    perusahaan,

    dan meneliti

    pada

    perusahaan

    yang terdaftar

    di Jakarta

    Islamic Index

    (JII)

    Perbedaanya

    adalah penulis

    menggunakan

    profitabilitas

    sebagai

    variabel

    moderating

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

    bahwa

    profitabilitas dan

    kebijakan hutang

    mempunyai

    hubungan positif

    dan signifikan

    terhadap nilai

    perusahaan, dan

    profitabilitas

    berpengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan begitu

    juga dengan

    kebijakan hutang

    berpengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan pada

    perusahaan yang

    terdaftar di JII

    5. Sutapa dan

    Heri

    Laksito

    (2018)

    Peran

    Islamic

    Social

    Reporting

    Terhadap

    Nilai

    Perusahaan

    Persamaannya

    adalah variabel

    independen

    membahas

    Islamic Social

    Reporting

    sedangkan

    variabel

    dependen

    menggunakan

    Nilai

    perusahaan

    Perbedaanya

    adalah penulis

    menggunakan

    profitabilitas

    sebagai

    variabel

    moderating

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

    bahwa

    profitabilitas

    berpengaruh

    terhadap

    pengungkapan

    ISR, profitabilitas

    berpengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan, dan

    Islamic Social

    Reporting tidak

    berpengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan

    6. Iwan Setiawa

    Pengaruh

    Pengungkap

    Persamaannya

    adalah variabel

    Perbedaanya

    adalah penulis

    Hasil

    penelitiannya

  • n, Fifi

    Swanda

    ri, dan

    Dian

    Masita

    Dewi

    (2018)

    an Islamic

    Social

    Reporting

    (ISR)

    Terhadap

    Nilai

    Perusahaan

    Dengan

    Kinerja

    Keuangan

    Sebagai

    Variabel

    Moderating

    independen

    membahas

    Islamic Social

    Reporting

    sedangkan

    variabel

    dependen

    menggunakan

    Nilai

    perusahaan

    menggunakan

    profitabilitas

    sebagai

    variabel

    moderating

    menunjukkan

    bahwa

    pengungkapan

    Islamic Social

    Reporting (ISR)

    memberi

    pengaruh

    terhadap nilai

    perusahaan, dan

    kinerja keuangan

    tidak mampu

    memoderating

    pengaruh Islamic

    Social Reporting

    (ISR) terhadap

    nilai perusahaan

    7. Putu Ellia

    Meilind

    a

    Murnita

    dan I

    Made

    Pande

    Dwiana

    Putra

    (2018)

    Pengaruh

    Corporate

    Social

    Responsibili

    ty terhadap

    Nilai

    Perusahaan

    dengan

    Profitabilita

    s dan

    Leverage

    Sebagai

    Variabel

    Pemoderasi

    Persamaannya

    adalah variabel

    dependen

    menggunakan

    Nilai

    perusahaa, dan

    Profitabilitas

    sebagai

    variabel

    pemoderasi

    Perbedaanya

    adalah penulis

    menggunakan

    Islamic Social

    Reporting

    sebagai

    variabel

    independen

    Hasil

    penelitiannya

    menunjukkan

    CSR berpengaruh

    positif pada nilai

    perusahaan

    manufaktur yang

    terdaftar di BEI,

    Profitabilitas

    merupakan

    variabel

    pemoderasi yang

    memperkuat

    hubungan CSR

    dan nilai

    perusahaan

    manufaktur yang

    terdaftar di BEI,

    dan leverage

    merupakan

    variabel

    pemoderasi yang

    memperlemah

    hubungan CSR

    dan nilai

    perusahaan

    manufaktur di

    BEI.

  • 2.2 Kerangka Pemikiran

    2.2.1 Pengaruh Islamic Social Reporting (ISR) Terhadap Nilai Perusahaan

    Setiap perusahaan mengungkapkan atau melaporkan informasi atas bentuk

    pertanggungjawaban mengenai aktivitas yang telah dilakukan. Islamic Social

    Reporting (ISR) adalah standar pelaporan atas kinerja sosial perusahaan-

    perusahaan yang berbasis syariah. Pengungkapan informasi yang baik akan

    meningkatkan minat investor untuk membeli saham diperusahaan tersebut. Hal ini

    yang akan menjadikan nilai perusahaan akan meningkat karena banyak investor

    yang ingin membeli saham mereka.

    Nilai perusahaan akan dapat terjamin pertumbuhan dan keberlangsungan

    hidup perusahaan secara berkesinambungan (going concern) apabila perusahaan

    mampu memperhatikan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap sosial, ekonomi

    dan lingkungan hidup secara seimbang, karena dengan kemampuan tersebut

    antara kepentingan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan dapat tercipta hubungan

    yang baik dan saling memberikan timbal balik yang menguntungkan (Murnita dan

    Putra, 2018).

    Muhammad Yasir (2017:3) menjelaskan memahami konsep CSR dari

    sudut pandang Islam sangat penting dilakukan, hal ini dikarenakan agama Islam

    merupakan agama kedua terbesar setelah agama Kristen di dunia saat ini, dan

    agama yang mmengalami pertumbuhan yang sangat cepat disbanding dengan

    agama-agama lain.

  • Perusahaan yang megungkapkan Islamic Sosial Reporting (ISR) akan

    memiliki nilai tambah bagi para stakeholders yang menginginkan

    pertanggungjawaban lebih, baik kepada Allah dan masyarakat secara transparansi

    berdasarkan prinsip syariah (Iwan dkk, 2018). Dengan adanya pengungkapan

    Islamic Sosial Reporting (ISR), pemangku kepentingan Muslim diharapkan

    mendapatkan informasi yang dapat memudahkan mereka dalam membuat

    keputusan Islam. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ratri dan Dewi (2016)

    menunjukkan bahwa Islamic Sosial Reporting (ISR) memiliki pengaruh yang

    positif terhadap nilai perusahaan. Pelaksanaan dan pengungkapan

    pertanggungjawaban sosial akan diapresiasi positif oleh stakeholder yang

    ditunjukkan dengan peningkatan nilai perusahaan yang tercermin dari harga

    saham dan laba perusahaan (Putra dan Murnita, 2018).

    Pelaporan pertanggungjawaban sosial merupakan salah satu strategi

    jangka panjang dalam usaha untuk keberlangsungan perusahaan dan melaporkan

    laporan keuangan untuk mencapai akuntabilitas sehingga dapat mempengaruhi

    terhadap nilai perusahaan melalui harga sahamnya karena investor tertarik untuk

    berinvestasi pada perusahaan yang tingkat pengungkapan pertanggungjawaban

    sosialnya tinggi (Raharja dan Putri, 2013).

    Islamic Sosial Reporting (ISR) merupakan salah satu strategi jangka

    panjang dalam usaha untuk keberlangsungan perusahaan dan melaporkan laporan

    keuangan untuk mencapai akuntabilitas sehingga dapat mempengaruhi terhadap

    nilai perusahaan (Sutapa dan Heri, 2018).

  • Pelaksanaan pertanggungjawaban sosial atau Islamic Sosial Reporting

    (ISR) dapat meyakinkan investor terhadap perusahaan, bahwa perusahaan dapat

    menjamin kelangsungan hidup perusahaan kedepannya, dan sekaligus

    meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang melaksanakan praktik Islamic

    Sosial Reporting (ISR) dalam perspektif yang baik, diharapkan dapat dinilai baik

    oleh para investor dan memberikan citra yang baik dari masyarakat maupun

    stakeholder.

    2.2.2 Profitabilitas memperkuat pengaruh Islamic Social Reporting (ISR)

    terhadap nilai perusahaan

    Pelaksanaan Corporate Social Responsibility berperan penting dalam

    meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan dan

    profitabilitas melalui loyalitas konsumen yang terbangun dengan cara pelaksanaan

    kegiatan sosial di lingkungannya (Putri dan Raharja 2013). Profitabilitas dapat

    dijadikan bahan pertimbangan untuk setiap investor dalam pengambilan

    keputusan investasinya, karena dengan tingginya tingkat profit yang dimiliki

    perusahaan maka semakin tinggi tingkat dividen.

    Besar kecilnya profit akan mempengaruhi nilai perusahaan (Kasmir,

    2012:196). Nilai perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas karena jika manajer

    mampu mengelola perusahaan dengan baik maka biaya yang dikeluarkan oleh

    perusahaan tidak akan terlalu besar sehingga profit yang dihasilkan menjadi besar.

    Dalam melaksakan pertanggungjawaban sosial, diperlukan biaya yang cukup

    besar sehingga jika laba yang didapatkan besar maka pengungkapan Islamic

    Social Reporting (ISR) akan dilakukan dengan baik.

  • Nailil Falicha (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai

    profitabilitas perusahaan yang tinggi belum tentu menjadikan perusahaan tersebut

    mengungkapkan informasi sosial yang semakin besar karena orientasi perusahaan

    yang hanya pada laba.

    Nilai perusahaan sebagai perwujudan kemakmuran pemegang saham

    sangat dipengaruhi oleh perolehan profit perusahaan, bahwa semakin tinggi

    labanya semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin

    yang diperoleh perusahaan (Hendrik E.S Samoosir, 2017).

    Pengungkapan pertanggungjawaban sosial memiliki pengaruh terhadap

    nilai perusahaan karena semakin luas atau semakin besar pengungkapan

    pertanggungjawaban sosial maka semakin besar nilai perusahaan karena investor

    tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang tingkat pengungkapan tanggung

    jawab sosialnya tinggi (Raharja dan Putri, 2013) .

    Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen dapat dengan

    bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada

    para pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan

    maka semakin besar pengungkapan informasi sosial berbasis Islam (ISR)

    (Sulistyawati dan Yuliani, 2017). Ketika perusahaan ingin menggungkapkan

    pelaporan kegiatan sosial secara baik, maka harus didukung oleh kinerja keuangan

    yang baik pula, dimana biaya pengungkapan Islamic Sosial Reporting (ISR)

    diambi dari laba bersih perusahaan, sehingga pengungkapan Islamic Sosial

  • Reporting (ISR) dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat kinerja keuangan

    perusahaan meningkat (Iwan dkk, 2018).

    Hubungan yang positif antara profitabilitas sebagai variabel pemoderasi

    yang memperkuat hubungan pengungkapan pertanggung jawaban sosial dan nilai

    perusahaan dapat dilihat dari semakin tinggi tingkat profit yang diperoleh suatu

    perusahaan maka perusahaan tersebut dapat menanggung biaya yang lebih tinggi

    untuk membuat pengungkapan laporan sosial yang lebih luas (Putra dan Murnita,

    2018). Kinerja keuangan yaitu Profitabilitas (ROE) dapat memoderating pengaruh

    Islamic Sosial Reporting (ISR) terhadap Nilai Perusahaan (Iwan dkk, 2018).

    Pengungkapan pertanggungjawaban sosial atau Islamic Social Reporting

    (ISR) akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabiltas perusahaan

    meningkat karena semakin tinggi tingkat profit suatu perusahaan, maka semakin

    tinggi pula tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang akan dapat

    meningkatkan nilai perusahaan.

    Gambar 2. 1Kerangka pemikiran

    Islamic Social Reporting (ISR)

    (Yusuf, 2017:52)

    Nilai Perusahaan

    (Gitman, 2012:52)

    Profitbilitas

    (Kasmir, 2015:114)

    Hendrik E.S Samosir (2017)

    Rahma Frida dan Murdiyati

    Dewi (2017)

    Hanni Chyntia Maita Putri dan

    Surya Raharja (2013)

    Putu Ellia MeilindaMurnita dan I

    Made Pande Dwiana Putra (2018)

    Iwan Setiawan, Fifi Swandari, dan

    Dian Masita Dewi (2018)

    Ardiani Ika Sulistyawati dan

    Indah Yuliani (2017)

    Nailil Faricha (2015)

  • 2.3 Hipotesis

    Menurut Sugiyono (2013:64) hipotesis merupakan jawaban sementara

    terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

    dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jawaban yang diberikan baru

    didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

    yang diperoleh melalui pengumpulan data.

    Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang dikembangkan oleh para ahli

    dan peneliti terdahulu di atas, maka hipotesis simultan yang diambil oleh penulis

    dari penelitian ini adalah:

    Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh Islamic Social Reporting (ISR) terhadap Nilai

    Perusahaan di Jakarta Islamic Indeks.

    Hipotesis 2 : Pofitabilitas dapat memperkuat pengaruh Islamic Social

    Reporting (ISR) terhadap Nilai Perusahaan di Jakarta Islamic

    Indeks.