askep pielonefritis
-
Upload
fahmiatul-fununi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
2
Transcript of askep pielonefritis
MAKALAH
SISTEM PERKEMIHAN
“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PIELONEFRITIS“
Dosen Pembimbing :H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes
Kelompok06 :
1. Fahmiatul Fununi (7311017)
2. Nurlaila Shofiana (7311026)
3. Aisyah (73110
4. Khoirul Umam (73110
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah
Sistem Perkemihan
“Asuhan Keperawatanpada Pasien Dengan Pielonefritis”
Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Prodi S1 Keperawatan
Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum
Tahun Pelajaran 2013/2014
Disusun Oleh :
Kelompok06 :
1. Fahmiatul Fununi (7311017)
2. Nurlailai Sofiana (7311026)
3. Aisyah (73110
4. Khoirul Umam (73110
disetujui dan disahkan pada Desember2013
MENYETUJUI / MENGESAHKAN
Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing
H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM
PERKEMIHAN tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PIELONEFRITIS” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh Bapak H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes selaku dosen
pembimbing.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan para
pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian hari.
Jombang, Desember 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
BAB II KONSEP DASAR....................................................................................
BAB III P E N U T UP ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa
memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta
kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998).
Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan
mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara
yang benar).
Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik)
atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/
UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis,
prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitisakut (infeksivesika urinaria)
dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling
berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal
progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang
yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup
uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam
ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap
infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius
merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis?
2. Apa etiologi dari pielonefritis?
3. Bagaimana manifestasi klinis pielonefritis?
4. Apa saja klasifikasi pielonefritis?
5. Apas saja maca-macam pielonefritis
6. Bagaimana penatalaksanaan pielonefritis secara medis dan keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami gangguan perkemihan khusunya tentang pielonefritis serta
penatalaksanaannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami
defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan
serta asuhan keperawatan pielonefritis.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Definisi Pieloneritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi
bakteri. Infeksi dapat berawal di traktus urinaria bawah
(kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi
yang dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus
urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu
ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis. (Sloane, 2003)
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograde aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002)
2.2. Klasifikasi
Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1) Pyelonefritis akut.
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena
tetapi tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah
dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke
arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau
dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
2) Pyelonefritis kronik.
Pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena
faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang
kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali
dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar.
2.3. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac,
Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan
penyebab 85% dari infeksi.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau
pembesaran prostat
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke
dalam ureter.
4. Kehamilan
5. DM
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. Pada saluran kemih
yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan
membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung
kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter,
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
2.4. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi Klinis Akut
Pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri
tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah
putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering
berkemih umumnya terjadi.
Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibody bakteri dalam
urin. ( Selimut antibody bakteri dalam medulla renali; ketika bakteri diekskresikan
kedalam urin, tesimunofluoresen dapat mendeteksi selimut antibody tersebut).
Ginjal pasien pielonefritis akut biasanya membesar disertai infiltrasi
intersitisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut,
berkontraksi dan tidak berfungsi. . Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal parah
atau memperbaikikondisi pasien, maka diberikan terpi suportifdan antibiotik.
2. Manifestasi Klinis Kronik
Pasien pielonefritis kronik biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi
eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencangkup keletihan, sakit kepala, nafsu makan
rendah, poliuria, haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan. . Adanya serangan
pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempinyai gejala yang spesifik.
Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif
diginjal, pada akhirnya disertai gagal ginjal.
2.5. Patofsiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Flora normal fekal seperti Eschericia coli, streptocus fecalis, pseudomas aeruginosa, dan
staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut.
E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi
menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medulla mengembang
dan multiple abses. Kalik dan pelvis gij juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi
menghasilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang
dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degenerative dan menjadi kecil serta
atripic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
1. Akut
Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini
menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke
daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau
karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pylonefritis akut
biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau
infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi
selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah kea rah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimur
antibody bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial
sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.
2. Kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena
factor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pielonefritis kronis dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian pielonefritis.
Pielonefritis akut sering ditemukan pada wanita hamil, basanya diawali dengan
hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena yang membesar.
2.6. Penatalaksanaan
Pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi
antimikrobial yang intensif. Terapi parenterialdiberikan selama 24 sampai 48 jam sampai
pasien afebris (suhu tubuh mengalami penurunan dibanding keadaan sebelumnya). Pada
waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedkit kritis akan
afektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada
sistitis.
Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin.
Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin., nitrofurantoin atau kombinasi sulfametoxazole
dan trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang terganggu akan mempengaruhi ekskreasi agens antimikrobial dan kebutuhan
pemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik bagi ginjal.
a. Penatalaksanaan medis
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobia seperti
trimethrobial-sulfamethoxazole ( TMF-SMZ, septra),gentamycin, dengan atau
tanpa ampiciin, cephalosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, dan meningkatkan
kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologo tambahan antispasmodic
dan anticholinergicseperti oxybutynin (ditropan) dan propanthelinen (pro-banthine)
Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
Mengkajiwayat obat-obatan, dan alergi.
Monitor vital sign
Melakuka pmeriksaan fisik
Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien
Mngumulkan specimen urin segar untuk urinalisis
Memantau input dan output cairan
Mengevaluasi hasil teslaoratorium (BUN, creatinin,serum electrolytes)
Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan,
karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yang dapat membuat pn berkecil hati
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1) Whole blood : Pemeriksaan darah engkap
2) Urinalisis: Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda
berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik
yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus)
3) USG dan Radiologi : Membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural
atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
4) BUN
5) Creatinin
6) Serum electrolytes
2.8. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan
infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa
gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar kreatinin
serum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.
2.9. Komplikasi.
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut.
Nekrosis papilla ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medulla akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papilla ginjal, terutama pada
penderita diabetes militus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
pielonefritis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan system kaliks mengalami
supresi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
abses perinefrik pada waktu infeksi mencapai kapsula gimjal, dan meluas kedalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai-urea, yang
mengakibatkan terbentuknya batu).
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Wanita mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pria.
2. Keluhan utama
Pasien mungkin mengeluh nyeri panggul, disuria, demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih. Demam menggigil.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Mungkin pasien sebelumnya terkena penyakit obstruksi traktus urinarius, tumor
kandung kemih, batu urinarius, infeksi saluran kemih.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mungkin keluarga pasien ada yang terkena penyakit pielonefritis sebelumnya,
atau terkena penyakit infeksi saluran kemih.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan : anoreksia
b. Pola eliminasi
BAB : mungkin tidak ada gangguan atau kelainan
BAK : disuria dan poliuria
c. Pola kebiasaan
Mungkin mengalami gangguan karena nyeri pada panggul, malaise
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tekanan darah : meningkat
Nadi : normal/meningkat
Respirasi : normal/meningkat
Temperature : meningkat.
b. Musculoskeletal : Kelemahan otot/ malaise
c. sIntegument : pucat ,odema
B. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat gangguan viseral ginjal
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun traktus urinarius lain.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien.
e. Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
akibat gangguan viseral ginjal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1. Tentukan lokasi dan karakteristik
ketidaknyamanan perhatikan
isyarat verbal dan non verbal
seperti meringis.
pasien mungkin tidak secara verbal
melaporkan nyeri dan
ketidaknyamanan secara langsung.
2. Berikan waktu istirahat yang
cukup dan tingkat aktivitas yang
dapat di toleran.
klien dapat istirahat dengan tenang
dan dapat merilekskan otot-otot.
3. Observasi tanda-tandavital untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
4. Anjurkan minum banyak 2-3 liter
jika tidak ada kontra indikasi.
untuk membantu klien dalam
berkemih.
5. Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra
6. Berikan alnalgesik sesuai
kebutuhan dan evaluasi
keberhasilannya.
analgesic dapat memblok lintasan
nyeri.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun traktus urinarius lain.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola eliminasi dalambatas
normal (3-4x/hari).
kriteria standar
Pola eliminasi normal (3-4x/hari)
No Intervensi Rasional
1. Ukur dan catat urin setiap kali
berkemih.
untuk mengetahui adanya
perubahan warna dan
mengetahui input/output.
2. Anjurkan untuk berkemih setiap
2-3 jam.
untuk mencegah terjadinya
penumpukan urine dalam vesika
urinaria.
3. Palpasi kandung kemih setiap4
jam.
untuk mengetahui adanya
distensi kandung kemih
4. Bantu klien kekamar kecil,
memakai pispot/urinal
untuk memudahkan klien dalam
berkemih.
5. Awasi pemeriksaan laboratorium peninggian BUN mengidikasi
disfungsi ginjal.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat berawal di
traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi yang
dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran
kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.
Terdapat 2 klasifikasi pielonefritis, yakni: Pielonefritis Akut dan Pielonefritis kronis.
Berdasarkan tanda gejala yang biasa ditemukan pada pasien pielonefritis adalah
mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral
( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala
saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Silvy, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sjamsuhidjajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI