askep pielonefritis

23
MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PIELONEFRITIS“ Dosen Pembimbing :H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes Kelompok06 : 1. Fahmiatul Fununi (7311017) 2. Nurlaila Shofiana (7311026) 3. Aisyah (73110 4. Khoirul Umam (73110 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN

Transcript of askep pielonefritis

Page 1: askep pielonefritis

MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PIELONEFRITIS“

Dosen Pembimbing :H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes

Kelompok06 :

1. Fahmiatul Fununi (7311017)

2. Nurlaila Shofiana (7311026)

3. Aisyah (73110

4. Khoirul Umam (73110

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG, 2013

Page 2: askep pielonefritis

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah

Sistem Perkemihan

“Asuhan Keperawatanpada Pasien Dengan Pielonefritis”

Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum

Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :

Kelompok06 :

1. Fahmiatul Fununi (7311017)

2. Nurlailai Sofiana (7311026)

3. Aisyah (73110

4. Khoirul Umam (73110

disetujui dan disahkan pada Desember2013

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes

Page 3: askep pielonefritis

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah

SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah SISTEM

PERKEMIHAN tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PIELONEFRITIS” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas

yang diberikan oleh Bapak H. Andi Yudianto, S. Kep. Ns,. M. Kes selaku dosen

pembimbing.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan para

pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian hari.

Jombang, Desember 2013

Penyusun

Page 4: askep pielonefritis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

BAB II KONSEP DASAR....................................................................................

BAB III P E N U T UP ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

Page 5: askep pielonefritis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa

memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta

kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998).

Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan

mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara

yang benar). 

Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik)

atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/

UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis,

prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitisakut (infeksivesika urinaria)

dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling

berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal

progresif.

Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial

dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan

naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang

yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang

dari 3%.

Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup

uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam

ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap

infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius

merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan  pielonefritis?

2. Apa etiologi dari pielonefritis?

Page 6: askep pielonefritis

3. Bagaimana manifestasi klinis pielonefritis?

4. Apa saja klasifikasi pielonefritis?

5. Apas saja maca-macam pielonefritis

6. Bagaimana penatalaksanaan pielonefritis secara medis dan keperawatan?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran

mahasiswa dalam memahami gangguan perkemihan khusunya tentang pielonefritis serta

penatalaksanaannya. Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami

defenisi, etiologi, manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan

serta asuhan keperawatan pielonefritis.

Page 7: askep pielonefritis

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Pieloneritis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi

bakteri. Infeksi dapat berawal di traktus urinaria bawah

(kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi

yang dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus

urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu

ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis. (Sloane, 2003)

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan

interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara

hematogen atau retrograde aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002)

2.2. Klasifikasi

Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1) Pyelonefritis akut.

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena

tetapi tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah

dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke

arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau

dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut

kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.

2) Pyelonefritis kronik.

Pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena

faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat

merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan

timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang

kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak

berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang

Page 8: askep pielonefritis

berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.

Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil, biasanya diawali

dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang

membesar.

2.3. Etiologi

1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac,

Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan

penyebab 85% dari infeksi.

2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau

pembesaran prostat

3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke

dalam ureter.

4. Kehamilan

5. DM

6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. Pada saluran kemih

yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan

membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung

kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau

pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter,

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.4. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi Klinis Akut

Pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri

tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah

putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering

berkemih umumnya terjadi.

Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibody bakteri dalam

urin. ( Selimut antibody bakteri dalam medulla renali; ketika bakteri diekskresikan

kedalam urin, tesimunofluoresen dapat mendeteksi selimut antibody tersebut).

Ginjal pasien pielonefritis akut biasanya membesar disertai infiltrasi

intersitisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut

Page 9: askep pielonefritis

kortiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus

terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut,

berkontraksi dan tidak berfungsi. . Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal parah

atau memperbaikikondisi pasien, maka diberikan terpi suportifdan antibiotik.

2. Manifestasi Klinis Kronik

Pasien pielonefritis kronik biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi

eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencangkup keletihan, sakit kepala, nafsu makan

rendah, poliuria, haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan. . Adanya serangan

pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempinyai gejala yang spesifik.

Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.

Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif

diginjal, pada akhirnya disertai gagal ginjal.

2.5. Patofsiologi

Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.

Flora normal fekal seperti Eschericia coli, streptocus fecalis, pseudomas aeruginosa, dan

staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut.

E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi

menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medulla mengembang

dan multiple abses. Kalik dan pelvis gij juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi

menghasilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang

dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degenerative dan menjadi kecil serta

atripic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

1. Akut

Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi. Inflamasi ini

menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai dari papilla dan menyebar ke

daerah korteks. Infeksi terjadi setelah terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau

karena infeksi streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pylonefritis akut

biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau

infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi

selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah kea rah ginjal, hal ini akan

mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimur

Page 10: askep pielonefritis

antibody bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial

sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut

kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus

terjadi.

2. Kronis

Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena

factor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pielonefritis kronis dapat

merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan

timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang

kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak

berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang

berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.

Pembagian pielonefritis.

Pielonefritis akut sering ditemukan pada wanita hamil, basanya diawali dengan

hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena yang membesar.

2.6. Penatalaksanaan

Pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakterimia dan memerlukan terapi

antimikrobial yang intensif. Terapi parenterialdiberikan selama 24 sampai 48 jam sampai

pasien afebris (suhu tubuh mengalami penurunan dibanding keadaan sebelumnya). Pada

waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedkit kritis akan

afektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya

bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada

sistitis.

Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin.

Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin., nitrofurantoin atau kombinasi sulfametoxazole

dan trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal

yang terganggu akan mempengaruhi ekskreasi agens antimikrobial dan kebutuhan

pemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik bagi ginjal.

a. Penatalaksanaan medis

Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007

Page 11: askep pielonefritis

Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobia seperti

trimethrobial-sulfamethoxazole ( TMF-SMZ, septra),gentamycin, dengan atau

tanpa ampiciin, cephalosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.

Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, dan meningkatkan

kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologo tambahan antispasmodic

dan anticholinergicseperti oxybutynin (ditropan) dan propanthelinen (pro-banthine)

Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal

secara progresif.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007

Mengkajiwayat obat-obatan, dan alergi.

Monitor vital sign

Melakuka pmeriksaan fisik

Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien

Mngumulkan specimen urin segar untuk urinalisis

Memantau input dan output cairan

Mengevaluasi hasil teslaoratorium (BUN, creatinin,serum electrolytes)

Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan,

karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya

yang dapat membuat pn berkecil hati

2.7. Pemeriksaan Penunjang

1) Whole blood : Pemeriksaan darah engkap

2) Urinalisis: Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda

berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik

yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus)

3) USG dan Radiologi : Membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural

atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya

4) BUN

5) Creatinin

6) Serum electrolytes

2.8. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan

Page 12: askep pielonefritis

infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa

gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah

penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor

penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar kreatinin

serum dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.

2.9. Komplikasi.

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut.

Nekrosis papilla ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area

medulla akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papilla ginjal, terutama pada

penderita diabetes militus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

pielonefritis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali

dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan system kaliks mengalami

supresi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.

abses perinefrik pada waktu infeksi mencapai kapsula gimjal, dan meluas kedalam

jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari

hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan

pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai-urea, yang

mengakibatkan terbentuknya batu).

Page 13: askep pielonefritis

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Wanita mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pria.

2. Keluhan utama

Pasien mungkin mengeluh nyeri panggul, disuria, demam

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih. Demam menggigil.

4. Riwayat penyakit masa lalu

Mungkin pasien sebelumnya terkena penyakit obstruksi traktus urinarius, tumor

kandung kemih, batu urinarius, infeksi saluran kemih.

5. Riwayat penyakit keluarga

Mungkin keluarga pasien ada yang terkena penyakit pielonefritis sebelumnya,

atau terkena penyakit infeksi saluran kemih.

6. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Makan : anoreksia

b. Pola eliminasi

BAB : mungkin tidak ada gangguan atau kelainan

BAK : disuria dan poliuria

c. Pola kebiasaan

Mungkin mengalami gangguan karena nyeri pada panggul, malaise

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Tekanan darah : meningkat

Nadi : normal/meningkat

Respirasi : normal/meningkat

Temperature : meningkat.

b. Musculoskeletal : Kelemahan otot/ malaise

c. sIntegument : pucat ,odema

B. Diagnose keperawatan

Page 14: askep pielonefritis

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot

sekunder akibat gangguan viseral ginjal

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung

kemih ataupun traktus urinarius lain.

c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

d. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

pasien.

e. Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. Intervensi

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder

akibat gangguan viseral ginjal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri berkurang atau

hilang.

Kriteria hasil

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1. Tentukan lokasi dan karakteristik

ketidaknyamanan perhatikan

isyarat verbal dan non verbal

seperti meringis.

pasien mungkin tidak secara verbal

melaporkan nyeri dan

ketidaknyamanan secara langsung.

2. Berikan waktu istirahat yang

cukup dan tingkat aktivitas yang

dapat di toleran.

klien dapat istirahat dengan tenang

dan dapat merilekskan otot-otot.

3. Observasi tanda-tandavital untuk menentukan intervensi

selanjutnya.

4. Anjurkan minum banyak 2-3 liter

jika tidak ada kontra indikasi.

untuk membantu klien dalam

berkemih.

5. Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra

Page 15: askep pielonefritis

6. Berikan alnalgesik sesuai

kebutuhan dan evaluasi

keberhasilannya.

analgesic dapat memblok lintasan

nyeri.

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung

kemih ataupun traktus urinarius lain.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola eliminasi dalambatas

normal (3-4x/hari).

kriteria standar

Pola eliminasi normal (3-4x/hari)

No Intervensi Rasional

1. Ukur dan catat urin setiap kali

berkemih.

untuk mengetahui adanya

perubahan warna dan

mengetahui input/output.

2. Anjurkan untuk berkemih setiap

2-3 jam.

untuk mencegah terjadinya

penumpukan urine dalam vesika

urinaria.

3. Palpasi kandung kemih setiap4

jam.

untuk mengetahui adanya

distensi kandung kemih

4. Bantu klien kekamar kecil,

memakai pispot/urinal

untuk memudahkan klien dalam

berkemih.

5. Awasi pemeriksaan laboratorium peninggian BUN mengidikasi

disfungsi ginjal.

Page 16: askep pielonefritis

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat berawal di

traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke ureter, atau karna infeksi yang

dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus urinaria terjadi akibat pembesaran

kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.

Terdapat 2 klasifikasi pielonefritis, yakni: Pielonefritis Akut dan Pielonefritis kronis.

Berdasarkan tanda gejala yang biasa ditemukan pada pasien pielonefritis adalah

mengalami demam dan menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral

( CVA ), lekositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala

saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.

Page 17: askep pielonefritis

DAFTAR PUSTAKA

Silvy, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Sjamsuhidjajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran

Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI