16 EKONOMI DIGITAL Agar Ekspor Digital Tumbuh Berlipat INFO

1
FETRY WURYASTI [email protected] E KSPOR digital Indonesia pada 2017 diperkirakan lebih dari Rp28 triliun (US$2 miliar). Angka itu menjadikan- nya sebagai sektor terbesar ke-11 atau hanya sekitar 1,2% dari nilai ekspor Indonesia keseluruhan. Nilai itu relatif lebih rendah bila dibanding- kan dengan ekonomi negara kawasan ASEAN lain. Bayangkan, meskipun ukuran produk domestik bruto (PDB) Indonesia tiga kali lebih besar dari Malaysia, tapi nilai ekspor digital nasional kurang dari sepertiganya ‘Negeri Jiran’ tersebut. Namun, jika perdagangan digital dimanfaat- kan sepenuhnya, nilai ekspor digital Indonesia berpotensi dapat berkembang hingga lebih dari 8,5 kali lipat dari saat ini atau mencapai Rp240 triliun (US$18 miliar). CEO Hinrich Foundation, Kathryn Dioth, mengatakan, perdagangan digital atau e-com- merce berpotensi menumbuhkan nilai ekspor Indonesia secara signikan. “Jika hambatan perdagangan digital dikurangi, kontribusi sektor barang dan jasa digital terhadap ekspor bisa naik delapan kali lipat lebih di 2030,” ujarnya, dalam laporan penelitian bertajuk The Digital Komodo Dragon: How Indonesia can capture the digital trade opportunity at home and abroad. Hambatan itu antara lain potensi pengenaan bea masuk pada impor produk digital. Tanpa bea masuk tersebut, Indonesia dapat memaksi- malkan pengembalian investasi di masa depan dari perdagangan digital. Mitra Alphabeta, Genevieve Lim, mengim- buhkan perdagangan digital dapat meningkat- kan produktivitas melalui sejumlah upaya, di antaranya mengidentikasi dan membangun pasar baru, menekan biaya dan mempercepat manajemen data, serta mendukung kolaborasi lintas batas. Selain itu, memperkaya data secara men- dalam, memperkenalkan model bisnis yang efisien, dan memperkecil rantai distribusi. “Infrastruktur yang dibangun membuat bisnis menjadi lebih esien,” kata dia. Penelitian itu juga menyebutkan bahwa e-commerce paling berkontribusi terhadap sek- tor agrikultura dan makanan. Pada 2017, nilai tambah perdagangan digital terhadap sektor ini sebesar Rp27 triliun. Nilainya diproyeksi naik menjadi Rp548 triliun di 2030. Dunia Terpisah, Konferensi Perserikatan Bang- sa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pem- bangunan (UNCTAD) memaparkan terdapat lonjakan serupa dalam jumlah pembeli daring di dunia sebesar 12% dan mencapai 1,3 miliar atau seperempat dari populasi manusia. Pen- jualan e-commerce (perdagangan elektronik) global tumbuh 13% pada 2017 menjadi sekitar US$29 triliun. “Angka-angka baru menunjukkan bahwa e-commerce memang menciptakan peluang ekspor. Namun, dari sudut pandang pengem- bangan, mempertanyakan bisnis di negara- negara berkembang siap atau tidak untuk mengambil peluang,” ujar Sekretaris Jenderal UNCTAD Mukhisa Kituyi. Persoalan itu dibahas dalam eCommerce Week 2019 di Jenewa pada 1-5 April 2019. Sedikit perubahan terjadi dalam daftar 10 pa- sar e-commerce teratas. Amerika Serikat memegang posisi pertama. Dengan hampir US$9 triliun, penjualan dar- ing ‘Negeri Paman Sam’ tiga kali lebih tinggi daripada di Jepang. Meskipun sebagian besar pembeli membeli barang dan jasa dari vendor dalam negeri melalui internet, pangsa mereka yang membeli dari luar negeri naik dari 15% pada 2015 menjadi 21% pada 2017. Perubahan lain dalam daftar, yaitu Jerman menyalip Korea Selatan sebagai pasar daring terbesar keempat. Konsumen Inggris juga menarik dicermati karena 82% orang berusia 15 tahun ke atas melakukan pembelian daring pada 2017. (Ant/S-4) APLIKASI LAUT NUSANTARA: Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya (kanan) didampingi Direktur Keuangan XL Axiata Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin (kedua kiri) menunjukkan cara kerja aplikasi Laut Nusantara kepada nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, Jawa Timur, akhir pekan lalu. Sekitar 100 nelayan Banyuwangi mengikuti program sosialisasi Laut Nusantara untuk meningkatkan produktivitas dan keamanan saat melaut. Agar Ekspor Digital Tumbuh Berlipat THINKSTOCK BERBAGAI pihak mendorong perusahaan rintisan berbasis teknologi (startup) segera melantai di bursa sebagai alternatif pen- gumpulan dana segar. Namun, hingga kini baru empat startup yang go public, yaitu Kioson, Mcash, NFC Indonesia, dan Passpod. Pengamat ekonomi Aviliani menye- butkan bahwa kebanyakan startup tidak terlalu mencari untung. “Sekarang mereka masih cenderung ‘bakar duit’,” ujarnya di Jakarta, pekan lalu. Begitu banyak startup menemui kegagalan di tengah jalan dan gulung tikar karena tidak mampu mencatatkan keuntungan yang berkesinambung- an akibat dampak per- saingan bisnis yang berat. Tak hanya dibutuhkan modal kuat atau strategi pemasaran yang mum- puni, perusahaan rintis- an dinilai harus memiliki ekosistem riil untuk memaksimalkan pengusaan pangsa pasar. Menurutnya, startup yang memiliki ekosistem saja berpotensi untuk melan- tai di bursa saham. Pasalnya, salah satu syarat perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO), yaitu wajib mencatatkan keuntungan selama 2 tahun terakhir. Dilatarbelakangi tidak stabilnya neraca keuangan dan orientasi bisnis perusahaan rintisan, Avi berpandangan bahwa modal ventura, sejauh ini, masih menjadi opsi pemodalan terbaik bagi perusahaan rintisan. “Karena bisnis startup berisiko gagal sa- ngat tinggi. Jadi, ventura kapital yang ideal sebagai pemodalnya,” tandasnya. Dari sisi pelaku, Co-founder & CEO Halona, Adjie Wicaksana, menyatakan pihaknya siap go public pada beberapa tahun mendatang. Halofina merupakan perusahaan rintisan yang bergerak di sektor teknologi fi- nansial. Kini startup yang ber- kantor pusat di Ban- dung, Jawa Barat, dan didirikan sejak 2017 itu, bernaung di bawah bi- naan IDX Incubator. IDX Incubator merupakan program PT Bursa Efek Indonesia berupa ruang inkubasi yang mewa- dahi startup. Para peserta IDX Incubator diberikan pelatihan pengembangan untuk mendorong startup mencapai IPO (initial public offering) serta mengupayakan agar dapat menjalin kerja sama dengan emiten. “Kami menjadikan opsi ini sebagai opsi pe- modalan jangka panjang,” ungkapnya. Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Michell Suharli, mengimbuhkan, bursa efek akan lebih kuat lagi bila bisnis digital banyak menjadi emiten. (Ant/S-4) Startup Berekosistem Dapat Masuk Bursa ANTARA/SAIFUL BAHRI SENIN, 8 APRIL 2019 EKONOMI DIGITAL 16 Hago Dukung Kreativitas Milenial APLIKASI gim Hago turut men- dorong kreativitas di kalangan masyarakat, terutama milenial, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sejak setahun diluncurkan, pertumbuhan pengguna aplikasi gim daring Hago di Indonesia meningkat signikan. Untuk merawat kreativitas secara berkesinambungan, Hago mendukung Airport Week Fest yang diselenggarakan Angkasa Pura 2 pada 4-7 April 2019 di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Angkasa Pura 2 merupakan salah satu BUMN yang berfokus pada manajemen bandara di sebagian besar Indonesia bagian Barat. Salah satu yang disorot dari Airport Week Fest, yaitu air amazing (airmazing) race. “Ini kami maksudkan agar para milenial merasakan sensasi milenial journey experience di bandara melalui gim,” ungkap Senior Manager of Branch Com- munication and Legal Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Febri Toga Simatupang. Cyra Capanzana selaku Hago South East Asia Business Devel- opment mengimbuhkan, airmaz- ing race diikuti generasi milenial di BUMN yang biasa disebut BUMN Millenials. Generasi inilah yang akan menjadi pembuat ke- putusan dan kebijakan Indonesia di masa depan. (Hym/S-4) Aplikasi yang Mudahkan Sewa BELUM ada informasi yang transparan terkait dengan pe- nyewaan barang dan jasa di kalangan masyarakat Indonesia menjadi salah satu perhatian PT Solusi Estetika Wahana Andalan Sewa. Lewat aplikasi Sewasewa, Chairman Solusi Estetika Wahana Sewa, Heri Wahyu Nugroho, berupaya membantu masyarakat dengan menghadirkan transparansi da- lam aplikasi yang diluncurkan di Jakarta, pekan lalu, itu. “Kami ingin menjembatani penyewa dan pemilik sewa lewat aplikasi ini. Keunggulan kami ialah dari segi transpa- ransi sehingga penyewa bisa melihat harga sewa di aplikasi sebelum memutuskan untuk menyewa,” kata Heri saat pe- luncuran aplikasi Sewasewa. “Ke depan, kami terus mem- perbanyak vendor yang masuk dalam aplikasi Sewasewa, baik sewa barang maupun jasa, termasuk jasa yang memiliki keahlian tinggi, seperti arsitek maupun pelukis,” ujarnya. Di sisi lain, Co-founder Sewasewa Yudi Dwi Harjo me- nargetkan di tahap awal ada 100 pengakses tiap hari dan menimbulkan transaksi hingga Rp1,5 miliar dalam satu bulan ke depan. (Gnr/S-4) E-Commerce Geser Perilaku Konsumen DALAM dua tahun terakhir, terjadi pergeseran perilaku konsumen. Ini akibat e-com- merce (retail daring) menjadi katalisatornya. “Kami menyebutnya sebagai boundry-less retail yang berarti konsumen menginginkan peng- alaman yang seem-less atau tidak membedakan antara on- line dan oine. Persinggungan antarplatform ini pada haki- katnya untuk meningkatkan pengalaman konsumen saat berbelanja,” tutur Head of Cor- porate Communications & Pub- lic Aairs JD.ID, Teddy Arianto, dalam acara talkshow bertema Industri ritel Indonesia di era disrupsi yang digelar majalah Mix Marcomm. Teddy menekankan bahwa peran inovasi teknologi yang berorientasi pada konsumen menjadi salah satu kunci pen- ting untuk menghadapi per- kembangan industri retail di masa depan. Board Expert Aprindo dan Hip- pindo, Yongky Susilo, mengim- buhkan pentingnya regulator membuat rambu-rambu untuk menciptakan ekosistem retail yang sehat dan adil bagi seluruh pemangku kepentingan. “De- ngan demikian, setiap format retail, tidak terkecuali retail online, dapat berevolusi dan bertahan pada era disruption,” katanya. (Hym/S-4) INFO Begitu banyak startup menemui kegagalan di tengah jalan dan gulung tikar karena tidak mampu mencatatkan keuntungan yang berkesinambungan. Penelitian itu juga menyebutkan bahwa e-commerce paling berkontribusi terhadap sektor agrikultura dan makanan.

Transcript of 16 EKONOMI DIGITAL Agar Ekspor Digital Tumbuh Berlipat INFO

FETRY [email protected]

EKSPOR digital Indonesia pada 2017 diperkirakan lebih dari Rp28 triliun (US$2 miliar). Angka itu menjadikan-nya sebagai sektor terbesar ke-11 atau

hanya sekitar 1,2% dari nilai ekspor Indonesia keseluruhan.

Nilai itu relatif lebih rendah bila dibanding-kan dengan ekonomi negara kawasan ASEAN lain. Bayangkan, meskipun ukuran produk domestik bruto (PDB) Indonesia tiga kali lebih besar dari Malaysia, tapi nilai ekspor digital nasional kurang dari sepertiganya ‘Negeri Jiran’ tersebut.

Namun, jika perdagangan digital dimanfaat-kan sepenuhnya, nilai ekspor digital Indonesia berpotensi dapat berkembang hingga lebih dari 8,5 kali lipat dari saat ini atau mencapai Rp240 triliun (US$18 miliar).

CEO Hinrich Foundation, Kathryn Dioth, mengatakan, perdagangan digital atau e-com-merce berpotensi menumbuhkan nilai ekspor Indonesia secara signifi kan. “Jika hambatan perdagangan digital dikurangi, kontribusi sektor barang dan jasa digital terhadap ekspor bisa naik delapan kali lipat lebih di 2030,” ujarnya, dalam laporan penelitian bertajuk The Digital Komodo Dragon: How Indonesia can capture the digital trade opportunity at home and abroad.

Hambatan itu antara lain potensi pengenaan bea masuk pada impor produk digital. Tanpa bea masuk tersebut, Indonesia dapat memaksi-malkan pengembalian investasi di masa depan dari perdagangan digital.

Mitra Alphabeta, Genevieve Lim, mengim-buhkan perdagangan digital dapat meningkat-kan produktivitas melalui sejumlah upaya, di antaranya mengidentifi kasi dan membangun pasar baru, menekan biaya dan mempercepat manajemen data, serta mendukung kolaborasi

lintas batas.Selain itu, memperkaya data secara men-

dalam, memperkenalkan model bisnis yang efisien, dan memperkecil rantai distribusi. “Infrastruktur yang dibangun membuat bisnis menjadi lebih efi sien,” kata dia.

Penelitian itu juga menyebutkan bahwa e-commerce paling berkontribusi terhadap sek-tor agrikultura dan makanan. Pada 2017, nilai tambah perdagangan digital terhadap sektor ini sebesar Rp27 triliun. Nilainya diproyeksi naik menjadi Rp548 triliun di 2030.

DuniaTerpisah, Konferensi Perserikatan Bang-

sa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pem-

bangunan (UNCTAD) memaparkan terdapat lonjakan serupa dalam jumlah pembeli daring di dunia sebesar 12% dan mencapai 1,3 miliar atau seperempat dari populasi manusia. Pen-jualan e-commerce (perdagangan elektronik) global tumbuh 13% pada 2017 menjadi sekitar US$29 triliun.

“Angka-angka baru menunjukkan bahwa e-commerce memang menciptakan peluang ekspor. Namun, dari sudut pandang pengem-bangan, mempertanyakan bisnis di negara-negara berkembang siap atau tidak untuk mengambil peluang,” ujar Sekretaris Jenderal UNCTAD Mukhisa Kituyi.

Persoalan itu dibahas dalam eCommerce Week 2019 di Jenewa pada 1-5 April 2019.

Sedikit perubahan terjadi dalam daftar 10 pa-sar e-commerce teratas.

Amerika Serikat memegang posisi pertama. Dengan hampir US$9 triliun, penjualan dar-ing ‘Negeri Paman Sam’ tiga kali lebih tinggi daripada di Jepang. Meskipun sebagian besar pembeli membeli barang dan jasa dari vendor dalam negeri melalui internet, pangsa mereka yang membeli dari luar negeri naik dari 15% pada 2015 menjadi 21% pada 2017.

Perubahan lain dalam daftar, yaitu Jerman menyalip Korea Selatan sebagai pasar daring terbesar keempat. Konsumen Inggris juga menarik dicermati karena 82% orang berusia 15 tahun ke atas melakukan pembelian daring pada 2017. (Ant/S-4)

APLIKASI LAUT NUSANTARA: Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya (kanan) didampingi Direktur Keuangan XL Axiata Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin (kedua kiri) menunjukkan cara kerja aplikasi Laut Nusantara kepada nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, Jawa Timur, akhir pekan lalu. Sekitar 100 nelayan Banyuwangi mengikuti program sosialisasi Laut Nusantara untuk meningkatkan produktivitas dan keamanan saat melaut.

Agar Ekspor Digital Tumbuh Berlipat

THINKSTOCK

BERBAGAI pihak mendorong perusahaan rintisan berbasis teknologi (startup) segera melantai di bursa sebagai alternatif pen-gumpulan dana segar. Namun, hingga kini baru empat startup yang go public, yaitu Kioson, Mcash, NFC Indonesia, dan Passpod.

Pengamat ekonomi Aviliani menye-butkan bahwa kebanyakan startup tidak terlalu mencari untung. “Sekarang mereka masih cenderung ‘bakar duit’,” ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

Begitu banyak startup menemui kegagalan di tengah jalan dan gulung tikar karena tidak mampu mencatatkan keuntungan yang berkesinambung-an akibat dampak per-saingan bisnis yang berat. Tak hanya dibutuhkan modal kuat atau strategi pemasaran yang mum-puni, perusahaan rintis-an dinilai harus memiliki ekosistem riil untuk memaksimalkan pengusaan pangsa pasar.

Menurutnya, startup yang memiliki ekosistem saja berpotensi untuk melan-tai di bursa saham. Pasalnya, salah satu syarat perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO), yaitu wajib mencatatkan keuntungan selama 2 tahun terakhir.

Dilatarbelakangi tidak stabilnya neraca keuangan dan orientasi bisnis perusahaan

rintisan, Avi berpandangan bahwa modal ventura, sejauh ini, masih menjadi opsi pemodalan terbaik bagi perusahaan rintisan.

“Karena bisnis startup berisiko gagal sa-ngat tinggi. Jadi, ventura kapital yang ideal sebagai pemodalnya,” tandasnya.

Dari sisi pelaku, Co-founder & CEO Halofi na, Adjie Wicaksana, menyatakan

pihaknya siap go public pada beberapa tahun mendatang. Halofina merupakan perusahaan rintisan yang bergerak di sektor teknologi fi-nansial.

Kini startup yang ber-kantor pusat di Ban-dung, Jawa Barat, dan didirikan sejak 2017 itu, bernaung di bawah bi-naan IDX Incubator. IDX Incubator merupakan program PT Bursa Efek Indonesia berupa ruang inkubasi yang mewa-

dahi startup. Para peserta IDX Incubator diberikan pelatihan pengembangan untuk mendorong startup mencapai IPO (initial public offering) serta mengupayakan agar dapat menjalin kerja sama dengan emiten. “Kami menjadikan opsi ini sebagai opsi pe-modalan jangka panjang,” ungkapnya.

Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Michell Suharli, mengimbuhkan, bursa efek akan lebih kuat lagi bila bisnis digital banyak menjadi emiten. (Ant/S-4)

Startup BerekosistemDapat Masuk Bursa

ANTARA/SAIFUL BAHRI

SENIN, 8 APRIL 2019 EKONOMI DIGITAL16

Hago Dukung Kreativitas MilenialAPLIKASI gim Hago turut men-dorong kreativitas di kalangan masyarakat, terutama milenial, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sejak setahun diluncurkan, pertumbuhan pengguna aplikasi gim daring Hago di Indonesia meningkat signifi kan.

Untuk merawat kreativitas secara berkesinambungan, Hago mendukung Airport Week Fest yang diselenggarakan Angkasa Pura 2 pada 4-7 April 2019 di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Angkasa Pura 2 merupakan salah satu BUMN yang berfokus pada manajemen bandara di sebagian besar Indonesia bagian Barat.

Salah satu yang disorot dari Airport Week Fest, yaitu air amazing (airmazing) race. “Ini kami maksudkan agar para milenial merasakan sensasi milenial journey experience di bandara melalui gim,” ungkap Senior Manager of Branch Com-munication and Legal Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Febri Toga Simatupang.

Cyra Capanzana selaku Hago South East Asia Business Devel-opment mengimbuhkan, airmaz-ing race diikuti generasi milenial di BUMN yang biasa disebut BUMN Millenials. Generasi inilah yang akan menjadi pembuat ke-putusan dan kebijakan Indonesia di masa depan. (Hym/S-4)

Aplikasi yang Mudahkan SewaBELUM ada informasi yang transparan terkait dengan pe-nyewaan barang dan jasa di kalangan masyarakat Indonesia menjadi salah satu perhatian PT Solusi Estetika Wahana Andalan Sewa. Lewat aplikasi Sewasewa, Chairman Solusi Estetika Wahana Sewa, Heri Wahyu Nugroho, berupaya membantu masyarakat dengan menghadirkan transparansi da-lam aplikasi yang diluncurkan di Jakarta, pekan lalu, itu.

“Kami ingin menjembatani penyewa dan pemilik sewa lewat aplikasi ini. Keunggulan kami ialah dari segi transpa-ransi sehingga penyewa bisa melihat harga sewa di aplikasi sebelum memutuskan untuk menyewa,” kata Heri saat pe-luncuran aplikasi Sewasewa.

“Ke depan, kami terus mem-perbanyak vendor yang masuk dalam aplikasi Sewasewa, baik sewa barang maupun jasa, termasuk jasa yang memiliki keahlian tinggi, seperti arsitek maupun pelukis,” ujarnya.

Di sisi lain, Co-founder Sewasewa Yudi Dwi Harjo me-nargetkan di tahap awal ada 100 pengakses tiap hari dan menimbulkan transaksi hingga Rp1,5 miliar dalam satu bulan ke depan. (Gnr/S-4)

E-Commerce Geser Perilaku KonsumenDALAM dua tahun terakhir, terjadi pergeseran perilaku konsumen. Ini akibat e-com-merce (retail daring) menjadi katalisatornya.

“Kami menyebutnya sebagai boundry-less retail yang berarti konsumen menginginkan peng-alaman yang seem-less atau tidak membedakan antara on-line dan offl ine. Persinggungan antarplatform ini pada haki-katnya untuk meningkatkan pengalaman konsumen saat berbelanja,” tutur Head of Cor-porate Communications & Pub-lic Aff airs JD.ID, Teddy Arifi anto, dalam acara talkshow bertema Industri ritel Indonesia di era disrupsi yang digelar majalah Mix Marcomm.

Teddy menekankan bahwa peran inovasi teknologi yang berorientasi pada konsumen menjadi salah satu kunci pen-ting untuk menghadapi per-kembangan industri retail di masa depan.

Board Expert Aprindo dan Hip-pindo, Yongky Susilo, mengim-buhkan pentingnya regulator membuat rambu-rambu untuk menciptakan ekosistem retail yang sehat dan adil bagi seluruh pemangku kepentingan. “De-ngan demikian, setiap format retail, tidak terkecuali retail online, dapat berevolusi dan bertahan pada era disruption,” katanya. (Hym/S-4)

I N F O

Begitu banyak startup menemui

kegagalan di tengah jalan dan

gulung tikar karena tidak mampu mencatatkan

keuntungan yang berkesinambungan.

Penelitian itu juga menyebutkan bahwa e-commerce paling berkontribusi terhadap sektor agrikultura dan makanan.