PTK media Komik
-
Upload
dedihariyant2 -
Category
Documents
-
view
139 -
download
3
description
Transcript of PTK media Komik
-
5/26/2018 PTK media Komik
1/164
1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA
MATERI BILANGAN BULAT
SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN
PARIMONO JOMBANG
TAHUN 2012/2013
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam memperoleh gelar Strata Satu
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
RUDI SETYAWAN
NIM. 095016
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2013
-
5/26/2018 PTK media Komik
2/164
2
SKRIPSI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA
MATERI BILANGAN BULAT
SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN
PARIMONO JOMBANG
TAHUN 2012/2013
Oleh :
RUDI SETYAWAN
NIM. 095016
disetujui pada tanggal 23 Januari 2013
Pembimbing,
Heri Susanto, S.Pd., M.Ed.
-
5/26/2018 PTK media Komik
3/164
3
SKRIPSI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN DAN TANPA MENGGUNAKAN MEDIA
MATERI BILANGAN BULAT
SISWA KELAS IV MI MUJAHIDIN
PARIMONO JOMBANG
TAHUN 2012/2013
yang telah dipersiapkan dan disusun oleh
RUDI SETYAWAN
NIM. 095016
Dewan Penguji
Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji : Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd. ............................................
Penguji I : Heri Susanto, S.Pd., M.Ed. ............................................
Penguji II : Rifa Nurmilah, S.Pd., M.Pd. ............................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd.
Mengesahkan,
Kepala Pusat Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat
Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum.
-
5/26/2018 PTK media Komik
4/164
4
MOTTO
Tidak seorangpun dapat kembali kemasa lalu untuk membuat
awal yang baru. Namun setiap orang dapat melalui hari ini
untuk membuat satu akhir yang baru
Prestasi adalah apa yang mampu kamu lakukan..........
Motivasi menentukan apa yang kamu lakukan...........
Sikap menentukan seberapa baik kamu melakukannya.........
Kamu tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya.......
sampai kamu menyukai apa yang sedang kamu
kerjakan.........
Lakukanlah apa yang menjadi kata hatimu selagi hal itu baik.....
dan tiada kata selain kata SEMANGAT
-
5/26/2018 PTK media Komik
5/164
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk semua yang mengisi hari-hari yang
indah dengan suka dan duka, dengan doa dan dukungan, dengan kasih dan
sayang .....
1. Ibu dan nenek tercinta, serta seluruh keluarga terima kasih atas segala doa,
kasih sayang, dukungan yang berupa materi dan semangat serta selalu
menemani dan mengiringi langkah dalam mengayuh sebuah arti kehidupan.
2. Dosen pembimbing Bapak Heri Susanto, S.Pd., M.Ed yang senantiasa sabar
untuk membimbing dan memberikan kemudahan dalam setiap bimbingan.
3. Seseorang yang telah mempertahankan semangat ini agar senantiasa menyala
dan berkobar, membantu mengiringi proses yang begitu panjang dengan
kebahagiaan.
4. Mas Agus Suliswanto, sahabat sekaligus figur seorang kakak yang menjadi
motivator dan inspirator untuk bisa menjadi lebih baik dan menjadi orang
yang tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap masalah serta telah
banyak membantu dalam perjalanan menempuh pendidikan di STKIP PGRI
Jombang.
5. Teman-teman, Eka, Rifan, Evi, Sartika, Dedi, Aini, Mbak Kiki yang telah
membantu memberikan masukan demi terselesaikannya karya ini.
6. Serta teman-teman Prodi Pendidikan Matematika khususnya 2009-D dan
semua pihak yang telah membantu, terima kasih atas doa dan semangatnya.
Saya persembahkan doa semoga apa yang telah dilakukan mendapat
balasan dari Allah SWT melalui cara-Nya. Amin.................
-
5/26/2018 PTK media Komik
6/164
i
ABSTRAK
Setyawan, Rudi. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan dan
Tanpa Menggunakan Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI
Mujahidin Parimono Jombang Tahun 2012/2013. Program Studi
Pendidikan Matematika. Dosen Pembimbing : Heri Susanto, S.Pd.,M.Ed.
Kata Kunci : hasil belajar matematika, media komik, bilangan bulat.
Permasalahan yang menjadi isu utama bagi dunia pendidikan adalah hasil
belajar matematika siswa selalu rendah. Hal ini dikarenakan karakteristik
matematika bersifat abstrak serta siswa kurang minat untuk mempelajari konsepmatematika. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti membuat media komik
matematika agar siswa dapat tertarik dan lebih mudah memahami konsep bilangan
bulat pada khususnya dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan
tanpa menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin
Parimono Jombang tahun 2012/2013.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah True Experimental Designs
dimana adanya kelas kontrol yaitu kelas yang pembelajarannya tanpa
menggunakan media komik matematika sedangkan kelas eksperimen yaitu kelas
yang pembelajarannya menggunkana media komik matematika. Dalam penelitianini digunakan instrumen berupa tes untuk mengumpulkan data. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV Al-Ulama sebagai kelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan media komik matematika dan siswa kelas IV Al-
Amjad sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan media
komik. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
siswa.
Data yang dianalisis adalah data hasil tes siswa. Analisis yang digunakan
dalam pengujian hipotesis adalah uji-t baik secara manual maupun SPSS.
Berdasarkan perhitungan secara manual diperoleh thitung (2,314765552) tidak
berada pada daerah penerimaan H0. Selain itu berdasarkan output SPSSdidapatkan nilai probabilitas hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar
0,025 yang lebih kecil dari (0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi
terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa
menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin
Parimono Jombang Tahun 2012/2013.
i
-
5/26/2018 PTK media Komik
7/164
ii
ABSTRACT
Setyawan, Rudi. 2013. The Difference of Mathematics Learned Achievement
Using and without Using Media to Integer Material students at Fourth
of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic Year 2012/2013.
Mathematics Department. Advisor: Heri Susanto, S.Pd., M.Ed.
Key Words:Mathematics Learned Achievement, Comic Media, Integer Material
The main issue of problem in education is mathematic learned achievement
of students are always low. It is caused ambiguity characteristic of mathematic
and the students less to learn the concept of mathematic. To overcome theproblems, the researcher makes Mathematic comic media to the students in order
to be able to attract and especially understand the concept of integer in learning
process. The objective of this research is to know the difference of Mathematics
Learned Achievement Using and without Using Mathematics Media to Integer
Material students at Fourth of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic
Year 2012/ 2013.
For the research design, the researcher uses true experimental design where
there are the control group and experiment group. The control group is the group
that the learning process does not use Mathematic comic media whereas
experiment group is the group that the learning process uses Mathematics comicmedia. For the data collection techniques, the researcher uses test. Sample from
this research a students at fourth Al-Ulama as experimental group so that using
mathematic Comic Media and at fourth Al-Amjad as control group without using
mathematic Comic Media. Control variabel from this research is a learned the
student.
The analyzed data is data from result of students test. Test T is used in
testing hypothesis manually and SPSS. Based on the manual calculating, it is
gotten from t accounting; it shows 2,314765552 which bigger than t table that
show 2,02. Besides, based on SPSS output gained probability score from the
achievement of control group and experiment group show 0,025 smaller than (0,05) so Ho is refused and Hi is received. So, there is difference of Mathematics
Learned Achievement Using and without Using Mathematics Comic Media to
students at Fourth of MI Mujahidin Parimono Jombang in Academic Year 2012/
2013.
ii
-
5/26/2018 PTK media Komik
8/164
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan Judul
Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan dan Tanpa Menggunakan
Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang
Tahun 2012/2013 tepat pada waktunya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika di STKIP PGRI Jombang.
Meskipun peneliti banyak mengalami kesulitan serta hambatan, atas usaha peneliti
dan bimbingan dari Ibu/Bapak Pembimbing maka kesulitan tersebut dapat teratasi.
Tidak lupa peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, terutama kepada:
1. Winardi, SH., M.Hum., selaku Ketua STKIP PGRI Jombang.
2. Dr. Heny Sulistyowati, M.Hum., selaku Kepala P3M STKIP PGRI Jombang.
3. Wiwin Sri Hidayati, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika.
4. Heri Susanto, S.Pd., M.Ed., selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan demi perbaikan penelitian.
5. Drs. Abdul Adzim, S.E., M.Si., selaku Kepala MI Mujahidin Parimono
Jombang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian.
iii
-
5/26/2018 PTK media Komik
9/164
iv
6. Ahmad Fauzudin, S.Pd., selaku Guru Bidang Studi Matematika Kelas IV MI
Mujahidin Parimono Jombang yang telah banyak memberikan masukan pada
peneliti demi terselesaikannya penelitian.
7. Segenap keluarga yang memotivasi dalam penyelesaian penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu-persatu.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dicatat oleh Allah SWT
sebagai amal baik dan senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda
(Amin).
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca senantiasa peneliti harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya semoga penelitian ini bermanfaat bagi semuanya.
Jombang, 23 Januari 2013
Peneliti
iv
-
5/26/2018 PTK media Komik
10/164
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Batasan Masalah ...................................................................... 5
C. Rumusan Masalah .................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
F. Asumsi Penelitian ..................................................................... 7
G. Definisi Operasional .................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Matematika ................................................................. 9
B. Teori yang Terkait dalam Belajar ............................................ 10
v
-
5/26/2018 PTK media Komik
11/164
vi
C. Hasil Belajar Matematika ......................................................... 20
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar .. 21
E. Karakteristik Matematika ......................................................... 25
F. Media Pembelajaran ................................................................. 29
G. Media Pembelajaran Komik Matematika................................. 38
H. Tinjauan Materi Bilangan Bulat ............................................... 42
I. Hipotesis ................................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 46
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 48
C. Instrumen Penelitian................................................................. 49
D. Perangkat Pembelajaran ........................................................... 50
E. Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 51
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 54
G. Prosedur Penelitian................................................................... 58
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pengembangan Instrumen ....................................................... 60
B. Deskripsi Data ......................................................................... 60
C. Analisis Data ............................................................................ 63
D. Interpretasi................................................................................ 69
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 71
B. Saran ......................................................................................... 71
vi
-
5/26/2018 PTK media Komik
12/164
vii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... x
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
-
5/26/2018 PTK media Komik
13/164
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
3.1 Desain Penelitan 47
3.2 Pedoman untuk memberikan interpretasi dari koefisien
korelasiproduct moment 52
4.1 Nilai Siswa dari Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
di MI Nurul Ulum Jerukwangi Kandangan 61
4.2 Nilai Hasil Tes Siswa Kelas Eksperimen di MI Mujahidin
Parimono Jombang 61
4.3 Nilai Hasil Tes Siswa Kelas Kontrol di MI Mujahidin
Parimono Jombang 62
4.4 Nilai Koefisien Korelasi antara X dan Y 64
viii
-
5/26/2018 PTK media Komik
14/164
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Kisi-kisi soal Validitas dan Reliabilitas 73
2 Lembar soal Validitas dan Reliabilitas 75
3 Alternatif Jawaban 77
4 Silabus 78
5 RPP Kelas Kontrol 81
6 RPP Kelas Eksperimen 88
7 Lembar Penilaian Hasil Belajar 95
8 Foto Media 97
9 Kisi-kisi Soal tes 98
10 Lembar Soal (Tes Hasil Belajar) 100
11 Alternatif Jawaban 102
12 Perhitungan uji validitas (manual) 103
13 Perhitungan uji validitas (SPSS) 107
14 Perhitungan uji reliabilitas (manual) 111
15 Perhitungan uji reliabiltas (SPSS) 115
16 Perhitungan uji normalitas (manual) 116
17 Tabel persiapan analisis data 120
18 Perhitungan uji homogenitas (manual) 121
19 Perhitungan uji t (manual) 122
20 Perhitungan uji t (SPSS) 125
21 Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment 126
22 Tabel Distribusi t 127
23 Tabel Distribusi Chi-kuadrat 128
24 Tabel Distribusi F 129
25 Tabel Distribusi Z 130
26 Dokumentasi 131
27 Media Komik Matematika
ix
-
5/26/2018 PTK media Komik
15/164
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,
membangun dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha
mereka akan gagal (Budiningsih, 2005:1).
Menurut Sagala (2011:3) pendidikan dapat dimaknai sebagai proses
mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi dewasa yang mampu hidup
mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada. Sedangkan menurut UU SISDIKNAS (No. 20
Tahun 2003) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Jadi, pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari semua
lapisan masyarakat agar usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sebagai upaya pembangunan negara dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
1
-
5/26/2018 PTK media Komik
16/164
2
Salah satu tahapan pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan adalah pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Pada
tingkatan inilah mulai diberikan dasar pengetahuan dan keterampilan yang
memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa untuk mengikuti
jenjang pendidikan selanjutnya (Fatra, 2008:60).
Banyak sekali mata pelajaran yang harus dipelajari dibangku Sekolah
Dasar misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan lain sebagainya. Matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan harus dipelajari. Pelajaran
Matematika banyak memberi manfaat pada kehidupan sehari-hari serta
berpengaruh terhadap mata pelajaran lain. Misalkan matematika digunakan
untuk menghitung skala yang akan digunakan untuk menggambar sebuah peta
pada pelajaran IPS.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib dipelajari dan dikuasai. Matematika wajib dipelajari pada
jenjang pendidikan formal karena peranan matematika dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika juga merupakan dasar
untuk menguasai ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Arifin (2010:39) permasalahan penting yang sampai saat ini
masih menjadi isu utama bagi dunia pendidikan adalah mengapa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika selalu rendah. Selain itu, menurut
Asmin (dalam Arifin, 2010:39) keprihatinan ini diperkuat oleh temuan Third
International Mathematics and Science Study ( TIMS) tahun 1999, bahwa
-
5/26/2018 PTK media Komik
17/164
3
kemampuan penguasaan matematika siswa Indonesia menduduki peringkat ke-
34 dari 38 negara yang disurvei.
Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan hasil belajar
matematika siswa rendah. Salah satunya adalah permasalahan yang bersumber
dari karakteristik matematika (Arifin, 2010:48). Selain itu, dalam teori
perkembangan intelektual yang dikembangkan Piaget, siswa SD berada pada
tahap operasi konkret. Bila diberikan konsep matematika tanpa contoh konkret,
siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya. Jika hal ini terjadi,
kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa tidak minat mempelajari konsep
matematika itu (Fatra, 2008:60). Kegagalan komunikasi juga merupakan salah
satu penyebab hasil belajar siswa rendah karena proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen
pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen
pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran (Sanjaya, 2011:162).
Berdasarkan pengalaman yang didapat langsung oleh peneliti pada
saat melakukan bimbingan belajar (les) dengan materi bilangan bulat, banyak
siswa yang mendapatkan nilai di bawah 6. Padahal bilangan bulat merupakan
dasar yang paling utama untuk mengerjakan berbagai persoalan yang ada di
matematika. Kebanyakan siswa tidak mengerti konsep bilangan bulat yang
bersifat abstrak dan kurang minat untuk mendalami materi tentang bilangan
bulat tersebut.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita agar selalu mencari mencoba
pendekatan pengajaran yang sesuai dengan siswanya. Pada pendidikan sekolah
-
5/26/2018 PTK media Komik
18/164
4
dasar khususnya anak yang berada pada tahap operasional konkret, diperlukan
suatu media atau alat untuk membantu mengabstraksikan materi matematika
serta dapat membantu menyampaikan materi pelajaran sehingga konsep dapat
diterima dengan baik oleh siswa. Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Menurut Munadi (2010:56) salah satu media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran adalah media visual yaitu media yang hanya
melibatkan indera penglihatan. Ada beberapa jenis media visual berupa media
cetak grafis salah satunya berupa komik. Sudjana & Rivai (2010:64)
menyatakan komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada
para pembaca. Penggunaan komik sebagai media dalam pembelajaran di
Sekolah Dasar memiliki peranan penting untuk meningkatkan minat belajar
siswa, karena materi cerita, gambar dan bahasa yang menarik serta komunikatif
dapat membantu siswa memahami makna yang terkandung dalam komik
tersebut salah satunya yaitu konsep matematika. Selain itu, komik juga
-
5/26/2018 PTK media Komik
19/164
5
membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraan dan materi yang
diajarkan dapat lebih mudah dicerna oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
keefektifan penggunaan media pembelajaran komik matematika melalui
penelitian yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan
dan Tanpa Menggunakan Media Materi Bilangan Bulat Siswa Kelas IV MI
Mujahidin Parimono Jombang Tahun 2012/2013.
B.Batasan Masalah
Peneliti memberikan batasan masalah agar penelitian ini tidak meluas.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Media dibatasi pada media komik yang khusus dibuat sebagai buku ajar
materi pokok bilangan bulat pada kompetensi dasar mengurutkan bilangan
bulat untuk siswa kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang tahun
2012/2013.
2. Hasil belajar dibatasi pada nilai yang diambil dari tes hasil belajar yang
diberikan peneliti setelah penyampaian materi pelajaran.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah adakah perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa
menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin
Parimono Jombang tahun 2012/2013?
-
5/26/2018 PTK media Komik
20/164
6
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa
menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin
Parimono Jombang tahun 2012/2013.
E.Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada
pembelajaran matematika, utamanya hasil belajar siswa dengan
menggunakan media komik.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada strategi
pembelajaran yang tidak hanya mementingkan hasil belajar, tetapi juga
proses pembelajaran.
2. Secara praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan secara umum dan khusus sebagai
hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin
ilmu yang diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi khususnya
Program Studi Pendidikan Matematika.
b. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dan menarik minat siswa
untuk memahami konsep matematika pada materi bilangan bulat.
-
5/26/2018 PTK media Komik
21/164
7
c. Manfaat bagi guru
Menambah wawasan bagi guru dan calon guru bidang studi pendidikan
matematika dalam proses pembelajaran untuk membantu meningkatkan
hasil belajar siswa.
d. Manfaat bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pedoman bagi penelitian
selanjutnya.
F. Asumsi Penelitian
1. Siswa mengerjakan tes dengan sungguhsungguh, tekun, mandiri dan
bertanggung jawab.
2. Nilai hasil tes menggambarkan hasil belajar matematika siswa.
G. Definisi Operasional Variabel
1.Hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-
kata baik, sedang, kurang dan sebagainya yang berdasarkan tes hasil belajar
matematika (Ekawarna, 2011:41).
2.Media komik matematika adalah media pembelajaran visual dalam bentuk
kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam
urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk
memberikan materi pelajaran matematika yang diinformasikan kepada siswa
(Sudjana & Rivai, 2010:64).
-
5/26/2018 PTK media Komik
22/164
8
Jadi, yang dimaksud dengan perbedaan hasil belajar matematika
menggunakan dan tanpa menggunakan media adalah perubahan tingkah
laku siswa yang diamati menggunakan dan tanpa menggunakan media
komik matematika dan diukur dengan angka berdasarkan tes hasil belajar
matematika.
-
5/26/2018 PTK media Komik
23/164
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Hakikat Matematika
Menurut ensiklopedi bebas www.wikipedia.com (dalam Hariwijaya,
Surya, 2008:29), kata matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa
Yunani yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan, atau belajar. Juga
mathematikos yang diartikan sebagai suka belajar. Disiplin utama dalam
matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,
pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga
kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang
matematika studi tentang struktur, ruang dan perubahan.
Pada prinsipnya matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-
struktur, dan hubungannya yang diatur menurut aturan yang logis. Jadi
matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Kerja matematika
terdiri dari observasi, menebak dan merasa, menguji hipotesis, mencari
analogi, dan akhirnya merumuskan masalah berupa teorema-teorema yang
dimulai dari asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang tidak didefinisikan.
Pembelajaran metematika lebih menekankan pada keterkaitan antara
konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-hari. Perlu
menerapkan kembali konsep dan matematika yang telah dimiliki pada
kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah
satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi
9
-
5/26/2018 PTK media Komik
24/164
10
pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-
hari adalah pembelajaran dengan menampilkan bukti bukan sekedar teori.
B.Teori yang Terkait dalam Belajar
1. Teori kognitif
Teori belajar kognitif mementingkan proses belajar daripada hasil
belajarnya. Model ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang
nampak (Budiningsih, 2005:34).
Dalam praktik pembelajaran teori kognitif, tampak dalam beberapa
rumusan sebagai berikut :
a. Teori perkembangan oleh Piaget
Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai
sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan
bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif (Budiningsih, 2005:35).
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola
dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-
tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar
-
5/26/2018 PTK media Komik
25/164
11
tahap kognitifnya. Piaget (dalam Budiningsih, 2005:36) membagi tahap-
tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (umur 02 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik
dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya
berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
Kemampuan yang dimilikinya antara lain , melihat dirinya sendiri
sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitanya, mencari
rangsangan melalui sinar lampu dan suara, suka memperhatikan
sesuatu lebih lama, mendefinisikan sesuatu dengan
memanipulasinya, memperhatikan objek sebagai hal yang tetap,
kalau ingin merubah tempatnya.
2) Tahap preoperasional (umur 27/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada
penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu
preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 24 tahun), anak telah mampu
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun
masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam
memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah self counter nya
sangat menonjol, dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar
secara tunggal dan mencolok, tidak mampu memusatkan perhatian
-
5/26/2018 PTK media Komik
26/164
12
pada objek-objek yang berbeda, mampu mengumpulkan barang-
barang menurut kriteria termasuk kriteria yang benar, dapat
menyusun benda-benda secara berderet tetapi tidak dapat
menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 47 atau 8 tahun), anak telah dapat
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dalam
kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat
mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka
yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah
anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek tetapi kurang
disadarinya, anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap
hal-hal yang lebih kompleks, anak dapat melakukan sesuatu terhadap
sejumlah ide, anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar.
Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara
mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun,
kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia
7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama
meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
3) Tahap operasional konkret (umur 7 atau 811 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah
mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai
adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan
-
5/26/2018 PTK media Komik
27/164
13
berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat
konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi
objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan
ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya
sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-
coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir
dengan menggunakan model kemungkinan dalam melakukan
kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi namun
masih belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat
dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada
karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan
berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu
menelaah persoalan. Meskipun demikian anak usia 712 tahun masih
memiliki masalah mengenai berpikir abstrak (Budiningsih, 2005:39).
4) Tahap operasional formal (umur 11/1218 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
berpikir kemungkinan. Model berpikir ilmiah dengan tipe
hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,
dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak
-
5/26/2018 PTK media Komik
28/164
14
sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, menganalisis
secara kombinasi, berpikir secara proporsional, menarik generalisasi
secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula
Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations
paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian
maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan
mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat
melakukanformal-operations.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif
seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan
kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan
proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Pembelajaran yang tidak dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik siswa maka tidak akan ada maknanya
bagi siswa.
b. Teori belajar pemahaman konsep oleh Bruner
Menurut Bruner (dalam Budiningsih, 2005:41) perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan, yaitu : enactive, iconic, dansymbolic.
1)Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam
upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam
-
5/26/2018 PTK media Komik
29/164
15
memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2)Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3)Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin
dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya
sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
c. Teori belajar bermakna oleh Ausubel
Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:44) mengatakan bahwa
pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur
hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan
abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret.
Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh
lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan
pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara
mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke
-
5/26/2018 PTK media Komik
30/164
16
rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan
belajar lebih bermakna bagi siswa.
Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel
merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam
merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai
kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk
abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari
dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa. Jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan
siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya
dengan materi yang telah dipelajarinya (Budiningsih, 2005:44).
2. Pengertian belajar menurut teori konstruktivistik
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.
Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari (Budiningsih,
2005:58).
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan
tersebut (Budiningsih, 2005:59).
-
5/26/2018 PTK media Komik
31/164
17
3. Pengertian belajar menurut teori humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi
belajar (Budiningsih, 2005:68).
Banyak penganut aliran humanistik dengan pandangan-pandangan
mereka masing-masing terhadap deskripsi belajar. Salah satu penganut
aliran humanistik adalah Kolb yang terkenal dengan Belajar Empat
Tahapnya. Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi empat tahap, yaitu:
a. Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang
mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian
sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat
menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya.
Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling
awal dalam proses belajar.
b.Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif
terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari
jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi
terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan
-
5/26/2018 PTK media Komik
32/164
18
pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal
itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya
semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki
seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.
c. Tahap konseptualisasi
Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah
mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori,
konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan
suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang
dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-
beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat
dijadikan dasar aturan bersama.
d.Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini seseorang adalah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktikkan dan menguji
teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi
mempertanyakan asal-usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu
menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya
(Budiningsih, 2005:70).
-
5/26/2018 PTK media Komik
33/164
19
Berdasarkan beberapa teori yang telah diuraikan di atas, terdapat
beberapa teori yang sangat mendukung dalam penelitian ini, yakni seperti
yang dikemukaan oleh Piaget bahwa ciri tahap operasional konkret (umur 7
atau 8-11 atau 12 tahun) adalah anak telah memiliki kecakapan berpikir
logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda konkret. Dalam teori ini juga
terdapat istilah operation yang berarti suatu tipe tindakan untuk
memanipulasi objek atau gambaran yang ada pada dirinya. Untuk
menghindari keterbatasan bepikir anak perlu diberi gambaran konkret,
sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian mereka
masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. Hal ini sesuai dengan
penganut aliran humanistik yaitu Kolb yang mengatakan bahwa tahap
pengalaman konkret merupakan tahap paling awal dalam proses belajar.
Selain itu, Bruner juga menyatakan bahwa perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui beberapa tahap dan salah satu diantaranya yaitu
tahap ikonik. Pada tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Selain itu, Bruner
mengatakan bahwa belajar yang baik dimulai dari pemahaman konsep.
Pengertian belajar menurut teori konstruktivistik menjelaskan bahwa
pendekatan konstruktivistik menekankan peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
-
5/26/2018 PTK media Komik
34/164
20
Banyak sekali pemahaman konsep yang harus diberikan sejak duduk
di bangku sekolah dasar. Sehingga berdasarkan teori-teori tersebut, maka
salah satu alternatif agar siswa mampu berpikir abstrak serta dapat
menanamkan konsep kepada siswa sekolah dasar adalah dengan
menggunakan media pembelajaran.
C.Hasil Belajar Matematika
Menurut Briggs (dalam Ekawarna, 2011:40), hasil belajar yang sering
disebut dengan istilah scholastic achievement atauacademic achievement
adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar
mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai
berdasarkan tes hasil belajar.
Menurut Arikunto (dalam Ekawarna, 2011:41) yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan
dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Hamalik (dalam Ekawarna, 2011:41) hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar itu
biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang,
kurang dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa sebagai hasil yang
-
5/26/2018 PTK media Komik
35/164
21
dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan
sebagainya yang berdasarkan tes hasil belajar matematika. Seperti yang telah
disebutkan pada landasan teori mengenai belajar dan teori belajar, pemahaman
konsep merupakan hal yang sangat penting dan berperngaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa.
D.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
1. Faktor Internal ( faktor dari dalam diri siswa )
a. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan
indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan di kelas (Syah, 2011:146).
Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (dalam Munadi,
2010:26) pancaindera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five
sense are the golden gate of knowlwdge). Artinya, kondisi pancaindera
tersebut akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar.
-
5/26/2018 PTK media Komik
36/164
22
b. Aspek psikologis
1)Tingkat kecedasan (intelegensi siswa)
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat menurut Reber (dalam Syah,
2011:148). C.P Chaplin (dalam Munadi, 2010:26) mengartikan
intelegensi sebagai (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan
menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3) kemampuan
memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali. Proses
belajar merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi ini
tidak menjamin hasil belajar seseorang. Intelegensi hanya sebuah
potensi; artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi
mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih
baik.
2)Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respons tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
-
5/26/2018 PTK media Komik
37/164
23
Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya,
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut (Syah, 2011:150).
3)Bakat siswa
Menurut Syah (2011:151) secara umum, bakat (aptitude)
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan
selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan. Seorang siswa berbakat dibidang elektro,
misalnya akan lebilh jauh mudah menyerap informasi, pengetahuan,
dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut
dibanding siswa lainnya. Inilah yang disebut bakat khusus (spesific
aptitude)
4)Minat siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2011:152).
-
5/26/2018 PTK media Komik
38/164
24
5)Motivasi siswa
Pengertian dasar motivasi adalah ialah keadaan internal
organisme baik manusia atauun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2)
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar. Misalkan perasaan menyenangi materi
dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,
peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan
seterusnya merupakan contoh motivasi ekstrinsik. Dalam perspektif
psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak
bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain (Syah, 2011:153).
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)
a. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan
suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada
tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan
-
5/26/2018 PTK media Komik
39/164
25
berbeda dengan suasana belajar di pagi hari yang udaranya masih segar,
apalagi di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas lega. Hiruk
pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas,
gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar (Munadi, 2010:32).
b. Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan
fasilitas, dan guru. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar pengaruhnya pada
proses dan hasil belajar (Munadi, 2010:32).
Berdasarkan pendapat diatas, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor instinsik yang berupa
intelegensi, sikap, bakat, minat, serta motivasi sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.
E.Karakteristik Matematika
Menurut Sumardyono (2004:30) di dalam setiap pandangan terhadap
matematika terdapat beberapa ciri matematika yang secara umum disepakati
bersama. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik umum matematika
a. Memiliki objek kajian yang abstrak. Walaupun tidak semua objek
abstrak adalah matematika. Ada empat objek kajian matematika, yaitu
fakta, operasi (atau relasi), konsep dan prinsip
-
5/26/2018 PTK media Komik
40/164
26
1) Fakta
Fakta adalah pemufakatan/konvensi dalam matematika yang
biasanya diungkapkan lewat simbol tertentu.
2) Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk
menggolongkan/mengkategorikan sekumpulan objek.
3) Operasi dan relasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan
pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan
antara dua atau lebih elemen.
4) Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri atas
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip
adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan
kesepakatan/konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang
telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan
menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.
c. Berpola pikir deduktif
Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
-
5/26/2018 PTK media Komik
41/164
27
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum
diterapkan/diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang
dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada
sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat
dipandang lepas satu dengan yang lainnya.
e. Memiliki simbol yang kosong dan arti
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang
berupa huruf Latin, huruf Yunani maupun simbol-simbol khusus
lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika
yang biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat
berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula
model matematika yang berupa gambar (pictorial) seperti bangun-
bangun geometrik, grafik maupun diagram.
f. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol
matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya
memperhatikan pula lingkup pembicaraannya. Lingkup/sering disebut
semesta pembicaraan bisa sempit bisa luas. Bila kita berbicara tentang
bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan
bilangan-bilangan pula.
-
5/26/2018 PTK media Komik
42/164
28
2. Karakteristik matematika sekolah
Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai ilmu dengan
matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal:
a. Penyajian
Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema
maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan
intelektual siswa
b. Pola pikir
Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola
pikir deduktif maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan
dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Sebagai kriteria
umum, biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif lebih dulu
karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap pengertian yang
dimaksud. Sementara untuk SMP dan SMA pola pikir deduktif sudah
semakin ditekankan.
c. Semesta pembicaraan
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, maka
matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga
menyesuaikan dalam kekomplekan semestanya. Semakin meningkat
tahap perkembangan intelektual siswa, maka semesta matematikanya
semakin diperluas.
-
5/26/2018 PTK media Komik
43/164
29
d. Tingkat keabstrakan
Tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan
dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Di SD dimungkinkan
untuk mengkonkretkan objek-objek matematika agar siswa lebih
memahami pelajaran. Namun, semakin tinggi jenjang sekolah, tingkat
kebstrakan objek semakin diperjelas.
Karena karakteristik matematika tersebut, maka munculah
permasalahan pembelajaran matematika yang bersumber dari karakteristik
matematika (Arifin, 2010:48). Keabstrakan matematika, selain menjadikan
matematika sebagai ilmu pengetahuan yang dapat memasuki ke berbagai ilmu
pengetahuan dan bidang kehidupan, dalam proses pengajarannya
membutuhkan energi yang cukup besar untuk dapat menanamkan obyek-obyek
abstrak pada struktur kognitif siswa. Siswa cenderung sulit untuk memahami
hal-hal yang bersifat abstrak. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang minat
dalam mempelajari matematika sehingga menyebabkan hasil belajar
matematika kurang bisa maksimal.
F.Media PembelajaranKata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah,perantara,atau,pengantar. AECT (Association of Education
and Communication Technology, 1997) juga membatasi media sebagai segala
bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
(Arsyad, 2011:3). Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National
-
5/26/2018 PTK media Komik
44/164
30
Education Association/NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman,dkk, 2011:7).
Lindayani & Murtadlo (2011:136) menyatakan media adalah alat
bantu atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran
atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian dan penerimaan
pesan) antara komunikator dan komunikan.
Berdasarkan pengertian media tersebut, maka peneliti menyimpulkan
bahwa media adalah alat bantu atau sarana komunikasi baik tercetak maupun
audiovisual yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam
kegiatan komunikasi antara komunikator dan komunikan.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011:4). Menurut Lindayani &
Murtadlo (2011:136) media pembelajaran adalah segala alat yang berfungsi
sebagai perantara untuk mengefektifkan komunikasi pembelajaran agar
penggalian kompetensi siswa dapat tercapai secara maksimal.
Sedangkan menurut Munadi (2010:7) mengatakan bahwa media
pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Dari beberapa pengertian media pembelajaran yang telah disebutkan
di atas, maka peneliti menyimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu
-
5/26/2018 PTK media Komik
45/164
31
yang dapat menyampaikan pesan atau informasi pengajaran dari sumber secara
terencana yang mengandung maksud pengajaran baik tercetak maupun
audiovisual serta peralatannya sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien
dan efektif.
1. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Munadi (2010:18) salah satu gambaran yang paling banyak
dijadikan acuan sebagai landasan teoritis pemanfaatan media pembelajaran
adalahDales Cone of Experience(Kerucut Pengalaman Dale)
Dalam usaha memanfaatkan media dalam pembelajaran, Edgar Dale
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling
konkrit ke yang paling abstrak. Tingkat pengalaman dalam kerucut tersebut
berdasarkan seberapa banyak indera yang terlibat di dalamnya. Pengalaman
belajar konkrit secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah
kerucut. Di sinilah pengalaman belajar yang paling besar dan banyak
memperoleh manfaat karena dengan cara memperolehnya sendiri. Menurut
analisis Dale, bahwa pengalaman langsung mendapat tempat utama dan
terbesar, sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak kerucut. Ini
berarti setiap pengalaman belajar yang dialami siswa kelas permulaan
sekolah dasar secara langsung harus dikurangi sesuai tahapan pada kerucut
tersebut. Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan
memiliki cara belajar yang berkualitas apabila ia telah mampu memaknai
simbol-simbol abstrak, karena cara belajar demikian itu memiliki pengertian
-
5/26/2018 PTK media Komik
46/164
32
atau wawasan yang tertinggi (high insight). Untuk menuju kepada high
insight, tentu melalui fase dan tahapan-tahapan perantara terlebih dahulu
seperti tergambar dalam kerucut.
2. Dasar psikologis media pembelajaran
Dasar psikologis dimaksudkan untuk menemukan jawaban tentang
alasan mengapa digunakan media pembelajaran ditinjau dari kondisi si
belajar dan bagaimana proses belajar yang terjadi. Menurut Lindayani &
Murtadlo (2011:136) beberapa dasar psikologis itu adalah:
a. Belajar adalah proses mengalami
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil
pengalaman. Sebagian besar pengalaman yang diperoleh manusia adalah
melalui pintu gerbang alat indera. Karena itu perlu disediakan bermacam-
macam pengalaman yang memungkinkan merangsang semua alat indera
si belajar.
b. Belajar adalah proses individual
Proses belajar adalah proses yang bersifat individual. Pengalaman itu
hanya dapat dihayati oleh orang yang belajar. Karena itu menyediakan
media pembelajaran perwujudan terhadap penghargaaan perbedaan
individual si belajar.
c. Adanya tipe tanggapan yang berbeda
Alat indera sebagai pintu gerbang pengalaman juga diwarnai, oleh
perbedaan individual. Yaitu adanya berbagai tipe tanggapan yang
berbeda, sehingga pengalaman belajar yang disediakan harus dapat
-
5/26/2018 PTK media Komik
47/164
33
memberikan layanan sebaik-baiknya terhadap pelajar yang bertipe visual,
auditif, motorik dan sebagainya.
d. Proses belajar dari tingkat persepsional ke tingkat konsepsional
Sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya, maka anak mulai belajar
dengan pengamatan melalui penginderaan seperti mata, telinga dan
sebagainya dan semakin tinggi usia anak akan lebih mampu untuk
memahami konsep-konsep atau pengertian-pengertian.
e. Prosedur belajar berlangsung dari tingkat konkret menuju tingkat abstrak
Ada tiga tahap pengenalan anak terhadap lingkungannya, yaitu tingkat
konkret, tingkat skematis dan tingkat abstrak.
f. Motivasi adalah dasar malandasi proses belajar. Media adalah alat yang
dapat membangkitkan motivasi belajar.
g. Belajar yang baik adalah belajar menghasilkan permanent learning.
Hasil belajar menjadi permanent apabila dipraktekkan, dialami sendiri
dan sering diulang kegiatannya.
3. Manfaat dan fungsi Media Pembelajaran
Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15-16) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain
-
5/26/2018 PTK media Komik
48/164
34
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
Sedangkan Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2009:24)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa,
yaitu :
a. pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
b. bahan pembelajaran akan lebih jelas dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
c. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar
pada setiap jam pelajaran
d. siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain
Selain itu, Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2011:16) mengemukakan
empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran
-
5/26/2018 PTK media Komik
49/164
35
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran.
b. Fungsi Afektif
Fungsi afektifmedia visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau
lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya
informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatorismedia pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Setelah menguraikan pendapat tentang manfaat media, peneliti
mengambil garis besar manfaat media adalah sebagai peletak dasar-dasar
konkret untuk berpikir, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan belajar serta menumbuhkan ketertarikan dan minat belajar
siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
-
5/26/2018 PTK media Komik
50/164
36
4. Jenis dan Kriteria memilih media
Menurut Munadi (2010:54) media dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:
a. Media audio
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.
Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima
pesan verbal dan non verbal. Contohnya phonograph (gramaphone),
open reel tapes, cassette tapes, compact disk, radio, dan laboratorium
bahasa.
b. Media visual
Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
pengelihatan. Termasuk dalam media ini adalah media cetak-verbal,
media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media visual-
verbal, adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan linguistik
berbentuk tulisan) misalnya gambar, grafik, diagram, bagan, dan peta.
Kedua, media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat
pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur
grafis seperti buku dan modul, komik, majalah dan jurnal, poster, dan
papan visual. Ketiga, media visual nonverbal-tiga dimensi adalah media
visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur.
-
5/26/2018 PTK media Komik
51/164
37
c. Media audio-visual
Media audio-visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan
yang dapat disalurkan melaui media tersebut dapat berupa pesan verbal
dan non-verbal contohnya film dokumenter, film drama, video dan
televisi.
d. Multimedia
Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam
sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala
sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui
komputer dan internet.
Setelah mengetahui jenis media pembelajaran, maka pengetahuan
tentang kriteria-kriteria pemilihan media perlu diperhatikan. Menurut
Muhadi (2011:185) kriteria-kriteria yang menjadi fokus dalam pemilihan
media untuk pembelajaran antara lain karakteristik siswa, tujuan
pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat
pemanfaatan media.
Dick dan Carey (dalam Sadiman,dkk, 2011:86) menyebutkan bahwa
disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih
ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.
Pertama adalah ketersediaan sumber setempat. Artinya, bila media
yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus
dibeli atau dibuat sendiri. Kedua adalah apakah untuk membeli atau
-
5/26/2018 PTK media Komik
52/164
38
memproduksi sendiri tersebut ada dana,tenaga dan fasilitasnya. Ketiga
adalah faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan
media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya media bisa
digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan
pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah
efektivitas biaya dalam waktu yang panjang. Ada sejenis media yang biaya
produksinya mahal (seperti program film bingkai). Namun bila dilihat
kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu
yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari media yang
biaya produksinya murah (misalnya brosur) tetapi setiap waktu materinya
berganti.
G.Media Pembelajaran Komik Matematika
Salah satu jenis media yang telah disebutkan dalam pembahasan di
atas adalah media visual atau cetak. Menurut Munadi (2011:56) media visual-
nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni
berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis seperti gambar
(sketsa,lukisan dan photo). Jenis media visual bisa dibuat dalam bentuk media
cetak seperti buku, majalah, koran, modul, komik, poster dan atlas.
Setelah membahas masalah pengertian belajar, teori-teori belajar, hasil
belajar belajar, dan media pembelajaran, maka berdasarkan landasan teori
tersebut, peneliti memilih menggunakan media visual yang berupa komik
sebagai media pembelajaran. Berdasarkan beberapa teori belajar serta manfaat
media pembelajaran, maka komik merupakan salah satu alternatif pilihan untuk
-
5/26/2018 PTK media Komik
53/164
39
dijadikan sebuah media dalam proses pembelajaran. Komik dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan
suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang
untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana & Rivai, 2010:64).
Menurut Munadi (2011:100) komik juga dapat dijadikan media
pembelajaran. Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter
gambar kartun. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, dan
memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan yang besar tetapi disajikan
secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi ia dilengkapi dengan bahasa
verbal dan nonverbal ini, mempercepat pembaca paham terhadap isi pesan
dimaksud, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap dalam
jalurnya. Karakteristik komik yang demikian, dapat menarik perhatian siswa
untuk memperhatikan pelajaran matematika yang sedang berlangsung.
Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti disini membuat kesimpulan
bahwa Komik matematika adalah sebuah media pembelajaran visual atau cetak
bergambar dan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan
memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar
dan dirancang untuk memberikan materi pelajaran matematika yang disalurkan
atau diinformasikan kepada siswa. Menurut Novianti (2010:78) media komik
memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan media komik adalah sebagai berikut:
1. Peranan pokok dari buku komik dalam instruksional adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat peserta didik
-
5/26/2018 PTK media Komik
54/164
40
2. Membimbing minat baca yang menurut peserta didik, serta
3. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan
untuk menumbuhkan minat baca
4. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya
5. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak
6. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang
lain
7. Seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan/ studi
yang lain.
Sedangkan kelemahan media komik adalah sebagai berikut:
1. Guru harus menggunakan motivasi potensial dari buku-buku komik, tetapi
jangan berhenti hanya sampai disitu saja. Apabila minat baca telah
dibangkitkan cerita bergambar harus dilengkapi oleh materi bacaan film,
gambar, tetap model (foto), percobaan serta berbagai kegiatan yang kreatif.
2. Kemudahan orang membaca komik membuat materi membaca sehingga
menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar.
3. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang
kurang baik.
Media komik matematika disini, dibuat sendiri oleh peneliti. Peneliti
membuat gambar sketsa kartun yang didalamnya terdapat percakapan antar
tokohnya mengenai pembahasan matematika pokok bahasan bilangan bulat.
Peneliti disini memilih tokoh kartun Doraemon. Alasan peneliti memilih tokoh
Doraemon karena tokoh ini sangat familiar di kalangan anak-anak. Baik anak
-
5/26/2018 PTK media Komik
55/164
41
laki-laki maupun anak perempuan mngenal dan menyukai karakter tokoh
Doraemon. Tokoh Doraemon juga sangat fenomenal karena dari peneliti
berada di Taman Kanak-kanak sampai sekarang film Doraemon juga masih
ditayangkan pada acara televisi.
Selain itu, terdapat tokoh Nobita, seorang anak lelaki yang lemah
sekali dalam pelajaran matematika khususnya. Nobita selalu dimarahi ibunya
ketika mendapat nilai nol pada setiap ulangan matematika. Namun, Nobita
selalu dibantu Doraemon dalam belajar dan setiap kegiatan sehari-harinya.
Berdasarkan alasan tersebut, peneliti memilih tokoh Doraemon dan
Nobita agar siswa yang lemah dan takut dalam pelajaran matematika, dapat
termotivasi untuk bisa mempelajari matematika dengan baik.
Berikut akan dijelaskan peneliti proses pembuatan media komik
matematika.
1. Bahan dan alat
Terdapat beberapa bahan dan alat yang dibutuhkan untuk membuat
komik matematika adalah sebagai berikut :
a. Bahan :
kertas A4 70 gram dan A4 80 gram
b. Alat :
1) pensil 2B
2) penggaris
3) penghapus
4)scanner
-
5/26/2018 PTK media Komik
56/164
42
2. Langkahlangkah pembuatan
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media
pembelajaran komik matematika sebagai berikut:
a. Siapkan kertas A4 70 gram untuk mebuat sketsa gambar komik yang
akan dibuat
b. Buat rancangan dialog antar tokoh yang akan dituliskan dalam komik.
c. Kemudian buat gambar-gambar tokoh kartun yang diinginkan dikertas
tersebut dengan menggunakan pensil 2B.
d. Setelah gambar tokoh jadi, berikan ruang kosong untuk tempat
pengetikan dialog antar tokoh
e. Setelah semua gambar jadi, scan gambar tersebut untuk proses
pengeditan dialog menggunakan program komputerphotoscape.
f. Proses selanjutnya yaitu cetak atau print gambar tersebut di kertas A4
80 gram.
g. Setelah tercetak, urutkan lampiran gambar-gambar tersebut dan jilid
sehingga menjadi komik matematika yang diharapkan.
H.Tinjauan Materi Bilangan Bulat1. Mengenal Bilangan Bulat Positif dan Negatif
Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, .................... disebut bilangan cacah
Bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, ........................ disebut bilangan asli
Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli.
Bilangan asli juga disebut sebagai bilangan bulat positif.
Lawan bilangan asli adalah bilangan negatif.
-
5/26/2018 PTK media Komik
57/164
43
Gabungan bilangan nol, bilangan asli, dan lawan bilangan asli disebut
bilangan bulat.
2. Membaca dan Menulis Lambang Bilangan Bulat
Bilangan negatif cara membacanya diawali dengan kata negatif di depan
bilangan.
Contoh :
10 dibacasepuluh, 10 dibaca negatifsepuluh
Negatif sembilan puluh sembilan dituliskan99
Seratus lima dituliskan 105
3. Penggunaan Bilangan Bulat Negatif
Misalnya:
a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai lima belas derajat di bawah nol.
b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya lima sentimeter di bawah
permukaan air laut
Bilangan tersebut dapat dituliskan dengan menggunakan bilangan bulat
negatif. Lima belas di bawah nol dapat dituliskan 15 . Lima di bawah
permukaan dapatdituliskan 5 .
Jadi, dua kalimat di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
a. Suhu di daerah kutub dapat mencapai 15 derajat.
b. Daerah itu rawan banjir karena ketinggiannya 5 cm.
4. Meletakkan bilangan bulat pada garis bilangan.
Semakin ke kiri nilai bilangan semakin kecil. Sebaliknya, semakin ke kanan
nilai bilangan semakin besar. Tanda lebih besar ( > ) atau lebih kecil ( < )
-
5/26/2018 PTK media Komik
58/164
44
Contoh :
1 berada di sebelah kanan 0, sehingga 1 lebih besar 0 atau ditulis 1 > 0
5 berada di sebelah kiri 0, sehingga 2 lebih kecil 0 atau ditulis 2 < 0
Setelah dibandingkan, maka bilangan bulat dapat diletakkan pada garis
bilangan.
Contoh :
Letakkan bilangan-bilangan berikut pada garis bilangan.
0, -10, 20, -5, 30, -25, 10
Penyelesaian.
5. Mengurutkan bilangan baik dari yang terkecil maupun dari yang terbesar.
Contoh.
Urutkanlah bilangan-bilangan berikut dari yang terkecil maupun yang
terbesar.
0, -10, 20, -5, 30, -25, 10
Penyelesaian.
Urutan dari yang terkecil : -25, -10, -5, 0, 10, 20, 30
Urutan dari yang terbesar : 30, 20, 10, 0, -5, -10, -25
I. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbuki melalui data yang
-
5/26/2018 PTK media Komik
59/164
45
terkumpul (Arikunto, 2010:110). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan tanpa
menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI Mujahidin
Parimono Jombang
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika menggunakan dan
tanpa menggunakan media materi bilangan bulat siswa kelas IV MI
Mujahidin Parimono Jombang
-
5/26/2018 PTK media Komik
60/164
46
BABIII
METODEPENELITIAN
A.Rancangan Penelitian
Arikunto (2010:121) menyatakan secara singkat pendekatan penelitian
dapat dibedakan atas beberapa jenis. Jenis pendekatan penelitian menurut
timbulnya variabel adalah :
1. Pendekatan non-eksperimen
2. Pendekatan eksperimen
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat
(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor faktor lain
yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan untuk melihat akibat suatu
perlakuan (Arikunto, 2010:9).
Campbell dan Stanley (dalam Arikunto, 2010:123) membagi jenis-
jenis pendekatan eksperimen berdasarkan atas baik buruknya eksperimen, atau
sempurna tidaknya eksperimen. Secara garis besar dikelompokkan atas:
- Pre Experimental Design(eksperimen yang belum baik)
- True Experimental Design (eksperimen yang dianggap sudah baik)
Peneliti memilih jenis penelitian True Experimental Design karena
adanya kelompok lain yang mendapatkan pengamatan yaitu kelompok kontrol
atau kelompok pembanding. Peneliti menggunakan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan
media komik matematika, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang
46
-
5/26/2018 PTK media Komik
61/164
47
pembelajarannya tanpa menggunakan komik matematika (konvensional).
Namun pada kedua kelas tersebut diberikan materi dan tes yang sama.
Menurut Arikunto (2010:162) variabel yang mempengaruhi disebut
variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan
variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel tergantung, variabel
terikat atau dependent variable (Y).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (X):
variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media komik
matematika
2. Variabel terikat (Y):
variabel kontrol dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
menggunakan dan tanpa menggunakan media komik matematika
Peneliti memberikan suatu tabel untuk menggambarkan desain
penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain penelitian
Kelas Perlakuan HasilE X
1Y
K -2Y
Keterangan tabel 3.1:
E : kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan media komik
matematika
-
5/26/2018 PTK media Komik
62/164
48
K : kelas kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan media komik
matematika
X : menggunakan media komik matematika
1Y : nilai hasil tes siswa yang pembelajarannya menggunakan media komik
matematika
2Y : nilai hasil tes siswa yang pembelajarannya tanpa menggunakan media
komik matematika
Peneliti disini memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya adalah buku paket pelajaran
matematika (Buku BSE). Agar dapat mengetahui pengaruh komik pada kelas
eksperimen, maka peneliti menarik semua buku pelajaran matematika (Buku
BSE) dari siswa. Jadi siswa benar-benar belajar hanya dengan menggunakan
media komik sehingga kevalidan hasil belajar dapat terjaga.
B.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Mujahidin Parimono
Jombang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:174). Di kelas IV MI Mujahidin Parimono Jombang terdapat dua kelas
yaitu kelas IV Al-Amjad dan kelas IV Al-Ulama. Menurut informasi yang
-
5/26/2018 PTK media Komik
63/164
49
telah didapat oleh peneliti pada saat observasi, tidak ada kriteria khusus
dalam penempatan siswa baik di kelas IV Al-Amjad dan IV Al-Ulama. Jadi
peneliti menerima dua kelas yang sudah ada di MI Mujahidin tersebut
sebagai sampel penelitian.
Karena tidak ada kriteria khusus dalam penempatan siswa di kelas IV
Al-Amjad dan IV Al-Ulama, maka peneliti menggunakan teknik sampling
acak (random sampling) dalam menentukan kelas mana yang akan dijadikan
kelas eksperimen dan kelas mana yang akan dijadikan kelas kontrol. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan sampling acak sederhana (simple
random sampling) dengan mengambil lotre. Dari pengambilan lotre,
didapatkan bahwa yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas IV Al-
Ulama dan kelas kontrol adalah kelas IV Al-Amjad.
C.Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010:101) menyatakan instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2010:193). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes subjektif yang
berbentuk esai (uraian). Menurut Arikunto (2011:162) menyatakan bentuk esai
-
5/26/2018 PTK media Komik
64/164
50
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan soal esai, karena tidak memberi banyak
kesempatan siswa untuk berspekulasi atau menjawab dengan cara untung-
untungan. Tes uraian ini terdiri dari 10 soal, jika menjawab benar maka diberi
skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa tentang materi bilangan bulat.
D.Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Perangkat ini berguna sebagai pegangan atau sumber arahan bagi guru
dalam melaksanakan proses belajar sehingga dapat berlangsung secara
maksimal dan tidak menyimpang dari apa yang telah direncanakan. Silabus
yaitu garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau garis-garis besar program
pembelajaran.
2. RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )
RPP yang digunakan dalam penelitian ini berisi rancangan kegiatan
pembelajaran matematika sebagai acuan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai yaitu tentang bilangan bulat. Di dalam RPP juga
telah terdapat pedoman penskoran hasil belajar siswa se