PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE...
Transcript of PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE...
PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE
GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUSTAINABILITY REPORT
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ody Faisal
NIM: 1111082000023
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436H / 2015M
ii
PENGARUH KOMITE AUDIT SEBAGAI STRUKTUR CORPORATE
GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM SUSTAINABILITY REPORT
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Ody Faisal
NIM. 1111082000023
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja Yusro Rahma, SE, M.Si
NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H / 2015M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, 9 Februari 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ody Faisal
2. NIM : 1111082000023
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate
Governance dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Dalam Sustainability Report.
(Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode
2010-2014)
Setelah mencermati dan memperlihatkan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Maret 2015
1. Dr. Rini., M.Si, Ak
NIP.
( )
2. Atiqah, SE., M.Si
NIP.
( )
iv
v
vi
201
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Ody Faisal
2. Tempat, Tanggal Lahir : DKI Jakarta, 28 November 1993
3. Alamat : Jl.Puskesmas
No.73 Rt.004 Rw.03
Kelurahan : Setu
Kecamatan: Cipayung
Kotamadya: Jakarta Timur
Kode pos :13880
4. Telepon : 081281183689
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 06 Pagi Jakarta (1999 – 2005)
2. SMP Negeri 217 Jakarta (2005 – 2008)
3. SMA Bina Dharma Jakarta (2008 – 2011)
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
– S1 Akuntansi
(2011 – 2016)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Resumen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
ABSTRACT
This research aims to find empirical evidences regarding the impact of the
independence of Audit Committee, the expertise of Audit Committee, frequency of
meetings Audit Committee, the number of Audit Committee, and profitability on
disclosure of Corporate Social Responsibility in Sustainability Report.
This research use sample of all companies listed in Indonesia Stock
Exchange during 2010-2014 period. The number of companies that had became in
this research were consist of 11 companies with 5 years observation. This
research based on purposive sampling methode. The total of research sample is
55 financial statements and sustainability report. Hypothesis in this research are
tested by multiple regression analysis.
The results of this research indicate that independence of Audit Committee,
the expertise of Audit Committee, frequency of meetings Audit Committee, and the
number of Audit Committee do not impact on disclosure of Corporate Social
Responsibility in Sustainability Report. Profitability give impact on the disclosure
of Corporate Social Responsibility significantly.
Keywords: The independence of Audit Committee, the expertise of Audit
Committee, frequency of meetings Audit Committee, the number of
Audit Committee, profitability, disclosure of Corporate Social
Responsibility, Corporate Governance.
This research aims to find empirical evidences regarding the impact of
workload, auditor industry specialization and audit tenure on audit quality. This
research also examine whether the audit committee can strengthen or weaken the
impact of workload, auditor industry specialization and audit tenure on audit
quality.
This research use sample of manufacturing industry which is listed in
Indonesia Stock Exchange during 2011-2013 period. The number of
manufacturing industry that had became in this study were consist of 70
companies with 3 years observation. This research based on purposive sampling
methode. The total of research sample is 210 financial statements. Hypothesis in
this research are tested by multiple regression analysis and MRA (Moderated
Regression Analysis).
The results of this research indicate that workload and audit committee give
impact on audit quality significantly. Auditor industry specialization and audit
tenure do not impact on audit quality significantly. This research find evidence
that interaction between workload and audit committee give impact on audit
quality significantly. The interaction between the audit tenure and audit
committee also give impact on audit quality significantly.
Keywords: Audit Quality, Workload, Auditor Industry Specialization, Audit
Tenure, Audit Committee, Earnings Management.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh
Komite Audit sebagai struktur Corporate Governance. Komite Audit pada
penelitin ini menggunakan karakteristik Komite Audit seperti independensi
Komite Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat Komite Audit, jumlah
Komite Audit, dan profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility dalam Sustainability Report.
Penelitian ini menggunakan sample semua perusahaan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2010-2014 yang berada di Indonesia.. Jumlah perusahaan manufaktur
yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 11 perusahaan dengan pengamatan
selama 5 tahun. Penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling. Total
sampel penelitian ini adalah 55 laporan keuangan dan Sustainability Report.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite Audit sebagai struktur
Corporate Governance yang memiliki karakteristik seperti independensi Komite
Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat Komite Audit, jumlah Komite
Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
dalam Sustainability Report. Sedangkan disisi lain, profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability
Report.
Kata kunci: independensi Komite Audit, keahlian Komite Audit, frekuensi Rapat
Komite Audit, jumlah Komite Audit, profitabilitas, pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Corporate Governance
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh
workload, auditor spesialisasi industri, dan audit tenure terhadap kualitas audit.
Penelitian ini juga akan menguji apakah komite audit dapat memperkuat atau
memperlemah pengaruh workload, auditor spesialisasi industri, dan audit tenure
terhadap kualitas audit.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013. Jumlah perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 70 perusahaan dengan
pengamatan selama 3 tahun. Penelitian ini berdasarkan metode purposive
sampling. Total sampel penelitian ini adalah 210 laporan keuangan. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan
MRA (Moderated Regression Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa workload dan komite audit
berpengaruh terhadap kualitas audit secara signifikan, sedangkan auditor
ix
spesialisasi industri dan audit tenure tidakpengaruh terhadap kualitas audit.
Penelitian ini menemukan bukti bahwa interaksi antara workload dengan komite
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin.
Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukur yang sedalam-
dalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung,
Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Komite
Audit Sebagai Struktur Corporate Governance dan Profitabilitas Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, rahmatan lil „alamiin yang telah mengubah kegelapan menjadi
terang benderang bagi kehidupan ummat manusia di dunia maupun akhirat.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam
menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen,
keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan
ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan
terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada :
1. Abah dan Mama tercinta, Syamsul Bahri dan Maryam. Terima kasih atas
untaian doa, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungannya baik moril
maupun material yang telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ketiga kakak tercinta, Dian Agustian Hadi, Nurul el Badriyati dan
Muhammad Iqbal Pahlefi, yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dukungan untuk kesuksesan saya.
3. Amna Suresti yang merupakan seorang kekasih, motivator pribadi, sang calon
pendamping wisuda yang tanpa henti selalu memberikan dukungan dan
semangat untuk kesuksesan saya.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yesi Fitria selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
7. Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, semangat, motivasi
dan bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
ilmu yang telah Bapak berikan. Semoga Bapak lekas sembuh.
8. Ibu Yusro Rahma, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi kritik dan saran, serta
bimbingan terbaiknya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran
yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya
sidang skripsi.
9. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya
selama menempuh masa studi.
10. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2011. Terima kasih telah menjadi
teman terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sukses untuk kita semua.
11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima
kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang
dimiliki, saya benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, November 2015
Ody Faisal
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAHError! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 15
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................... 15
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ..................................................... 15
2. Teori Stakeholders ............................................................................ 17
xii
3. Signaling Theory .............................................................................. 18
4. Teori Legitimasi ................................................................................ 19
5. Komite Audit .................................................................................... 20
6. Profitabilitas ..................................................................................... 32
7. Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................... 35
8. Sustainability Report ........................................................................ 36
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................... 42
1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report. .................................................... 42
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report. ............................................................ 44
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report. .................................................... 45
4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report ..................................................... 46
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam
Sustainability Report. ....................................................................... 47
C. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 50
D. Kerangka Berpikir .................................................................................. 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 55
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 56
1. Statistik Deskriptif............................................................................ 56
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 56
3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 63
xiii
BAB IV ANLISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................... 68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 68
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 69
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................. 69
2. Analisis Uji Asumsi Klasik .............................................................. 73
3. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 80
C. Pembahasan ............................................................................................ 86
1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report. .................................................... 86
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report ............................................................. 89
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report ..................................................... 91
4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report ..................................................... 93
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam
Sustainability Report. ....................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 97
A. Kesimpulan ............................................................................................ 97
B. Saran ....................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 99
LAMPIRAN ............................................................................................................. 103
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
Tabel 2.1 Rumus Rasio Profitabilitas ............................................................ 34
Tabel 2.2 Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ............................................... 50
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel .............................................................. 67
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ............................................ 69
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ......................................................................... 70
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov .............. 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Glejser ............................... 76
Tabel 4.5 Hasil Uji Run Test ......................................................................... 79
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Uji VIF .................................. 80
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................... 81
Tabel 4.8 Hasil Uji F ..................................................................................... 82
Tabel 4.9 Hasil Uji t ...................................................................................... 83
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 53
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Histogram .......................... 75
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot ....................... 75
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Scatterplot .................. 77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
Lampiran 1 Item Pengungkapan CSR ............................................................. 104
Lampiran 2 Daftar Kode GRI ......................................................................... 107
Lampiran 3 Sampel Data Penelitian ................................................................ 109
Lampiran 4 Perhitungan CSR .......................................................................... 112
Lampiran 5 Perhitungan Variabel..................................................................... 113
Lampiran 6 Hasil Output SPSS ........................................................................ 114
1
1BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak abad ke-18, alat produksi didominasi oleh mesin. Dominasi
mesin ini menimbulkan perubahan teknologi, sosial, ekonomi dan budaya.
Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme modern dimana uang
memegang peranan yang sangat penting. Hal ini memberikan dampak yang
besar bagi masyarakat, sosial dan lingkungan. Dampak positif dari revolusi
ini telah meningkatkan mutu dan kualitas hidup masyarakat. Namun, disisi
lain industri juga melahirkan kaum buruh dan kerusakan-kerusakan
lingkungan seperti polusi udara, limbah pabrik, eksploitasi alam yang
berlebihan dan lain sebagainya (Purnasiwi, 2010).
Dampak negatif yang ditimbulkan tersebut akibat dari tujuan
perusahaan yang semata-mata untuk mendapatkan laba yang setinggi-
tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dari kegiatan usahanya.
Akuntansi konvensional yang memusatkan perhatiannya hanya terhadap
kepentingan stakeholders dan bondholders menuai kritik dari masyarakat,
sebab dinilai belum mampu mengakomodir kepentingan masyarakat secara
luas, sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan perhatiannya kepada
lingkungan dan sosial.
2
Pada akhirnya hal tersebut melahirkan konsep akuntansi yang dikenal
sebagai Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Akuntansi
Pertanggungjawaban Sosial adalah ilmu Socio Economic Accounting (SEA)
yang merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi mengidentifikasi,
mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost
yang ditimbulkan oleh lembaga (Harahap, 2002). Perusahaan diharapkan
tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal
(investor dan kreditor) saja, akan tetapi juga mementingkan tanggung
jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan sosial. Tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat ini lebih dikenal dengan Corporate Social
Responsibility (CSR).
Definisi CSR menurut World Bisnis Council for Sustainable
Development (WBCD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia
usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan
ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan
dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Dalam
konteks global, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) mulai
digunakan sejak tahun 1970an. (Elkingston, 1998) mengemas CSR dalam
tiga fokus (3P) yaitu profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak
hanya memburu keuntungan ekonomi (profit), tetapi juga memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan
masyarakat (people).
3
Kasus Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun
2006 menjadi salah satu contoh perusahaan yang memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan PT Lapindo Brantas tidak
memenuhi standar operasional pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam program tertulis, dinding harus dipasang hingga kedalaman 8.500
kaki, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dikerjakan oleh
perusahaan, bahkan pengeboran terus dilakukan hingga kedalaman 9,297
kaki. Akibat dari dinding yang tidak dipasang hingga kedalaman tersebut
maka tekanan air dari dalam terus naik ke atas dan mencari celah yang
akhirnya menyembur tidak jauh dari sumur pengeboran
(Suara Pembaruan, 2012)
Kasus Lumpur Lapindo mengakibatkan kerugian yang dialami oleh
berbagai pihak. Protes warga datang terhadap pengeboran minyak dan gas di
sejumlah daerah di Jawa timur karena warga mengalami ketakutan bencana
Lumpur Lapindo akan terulang lagi. Akibatnya, banyak investor minyak dan
gas yang mengalami kerugian karena terpaksa menghentikan kegiatan
eksplorasinya. Hal ini kemudian dapat berdampak terhadap terganggunya
iklim investasi di Jawa timur karena investor menjadi enggan untuk
berinvestasi.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada PT Caltex Pacific
Indonesia (CPI) yang berlokasi di wilayah Provinsi Riau. Kegiatan
operasional dari PT Caltex Pacific Indonesia menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan yang menyebabkan terjadinya konflik dengan
4
masyarakat sekitar. Masyarakat menuntut kompensasi atas kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi lingkungan yang
berlebihan. Tuntutan masyarakat tersebut sudah sampai ketingkat DPR pusat
yang terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi
ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi,
2003).
Menurut Anggraini (2006), saat ini kesadaran masyarakat akan peran
perusahaan terhadap lingkungan sosial semakin meningkat. Skandal bisnis
seperti kasus Enron dan WoldCom pada tahun 2001 serta beberapa kerusakan
lingkungan yang terjadi seperti polusi, deplesi sumber daya, pencemaran
lingkungan, hak dan status karawan membuat pertanggungjawaban sosial
perusahaan akan semakin disoroti. Perusahaan diharapkan menciptakan
hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan dengan
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harte dan Owen (1991) dalam
Kolk (2003) bahwa pelaporan non financial issues (aspek sosial dan
lingkungan) mengalami peningkatan selama tahun 1998-2002. Masyarakat
membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah
melaksanakan aktivitas CSR dalam memenuhi hak-hak masyarakat luas.
Menurut Clarie (1991), alasan dari keputusan untuk menyediakan informasi
yang berkaitan dengan aspek sosial dan lingkungan yaitu pertimbangan stock
market, menentramkan masyarakat dan pemerintah, mengubah persepsi,
maupun mengurangi berbagai political costs.
5
Pelaporan non financial issues (aspek sosial dan lingkungan) juga
telah diatur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 1 tahun 2004 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung
Jawab atas Laporan Keuangan paragraf 09, menyatakan bahwa perusahaan
dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang
peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Dalam hal ini, PSAK No.1 2004 menginstruksikan kepada perusahaan
khususnya perusahaan yang bergerak di industri yang berkaitan dengan
sumber daya alam, untuk menyajikan laporan tambahan mengenai
pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Peraturan CSR yang sebelumnya bersifat sukarela menjadi wajib
dengan terbitnya beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah yaitu
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal
74 mengatur perseroan yang kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
tersebut, kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan harus dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang dilaksanakan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
6
Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah UU no. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Dalam UU no. 25 tahun 2007 dinyatakan bahwa
setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut, CSR
menjadi sebuah konsep penting untuk dilaksanakan serta dilaporkan oleh
perusahaan.
Dilling (2010) berpendapat bahwa setiap catatan atas kegiatan CSR
(Corporate Social Responsibility) yang dilakukan, dibuat, dan dipublikasikan
oleh perusahaan dalam bentuk laporan keberlanjutan (sustainability
reporting). Laporan ini telah dikembangkan untuk mencapai keseragaman
dalam penggungkapannya yang dikembangkan berdasarkan panduan yang
diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Negara-negara di Eropa
telah mewajibkan publikasi laporan ini berdasarkan standar. Laporan ini
berisi semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban sosial kepada
para stakeholder. Sustainability Report merupakan bentuk
pertanggungjawaban yang didasarkan pada tiga aspek yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang dikenal dengan triple bottom line (Boyd, 2009).
Carol dan Carlos (2007) berpendapat bahwa sustainability report
merupakan bagian dari komunikasi antara stakeholder dengan perusahaan
sebagai penyedia informasi setiap aktivitas perusahaan yang digunakan
sebagai acuan dari persepsi dan harapan stakeholder terhadap perusahaan.
Kegiatan CSR dalam sustainability report dipandang dapat membantu
perusahaan memperbaiki kinerja keuangan dan akses pada modal,
7
meningkatkan brand image dan penjualan, memelihara kualitas kekuatan
kerja, memperbaiki pembuatan keputusan pada isu-isu kritis, menangani
resiko secara lebih efisien dan mengurangi cost jangka panjang. Namun
menurut Runhaar dan Lafferty (2009) dalam hal penerapannya, seringkali
motif perusahaan hanya sebatas karena adanya tuntutan peraturan dan
menghindarkan pandangan yang buruk dari masyarakat.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak
tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA)
dalam upaya meningkatkan daya saing melalui peningkatan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan. ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada
perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang
menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk
memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri, baik yang
diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan
(annual report).
Menurut Wibisono (2007) implementasi CSR pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor terkait dengan komitmen pemimpin, penerapan
Good Corporate Governance (GCG), ukuran perusahaan, kematangan umur
perusahaan, regulasi dan system perpajakan. Disini peneliti hanya
memfokuskan untuk meneliti penggaruh corporate governance dan
profitabilitas perusahaan terhadap penggungkapan CSR dan sustainability
report.
8
Penerapan mekanisme GCG menuntut perusahaan tidak hanya
memperhatikan nilai ekonomi dari perusahaannya tetapi juga nilai tambah
lain, seperti keseimbangan kepentingan stakeholder, dan kepatuhan terhadap
peraturan serta norma yang berlaku atas kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan (Putri, 2013). Sehingga semakin baik penerapan GCG maka
semakin baik pengungkapan CSR perusahaan (Handayani, 2007).
Awal bulan September 2015 ini, publik di gegerkan oleh kasus yang
baru-baru ini dialami oleh PT. Pertamina Foundation atas dugaan korupsi
dana CSR senilai Rp.160 Milyar. Dalam kasus ini, Direktur Ekskutif
Pertamina Foundation, Nina Nurlina Pramono, telah ditetapkan sebagai
tersangka korupsi. Kasus ini masih dalam proses penyelidikan oleh Badan
Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dana CSR yang di
korupsi tersebut sebenarnya digunakan kegiatan CSR PT. Pertamina
Foundation dalam program gerakan menabung pohon, sekolah sobat bumi,
serta sekolah sepak bola Pertamina. Dana CSR yang digunakan untuk
program-program tersebut diragukan kebenarannya dan dindikasi sebagai
lahan pencucian uang.
Kasus PT. Pertamina Foundation yang mencerminkan bahwa
kurangnya pengawasan atas pengelolaan dana CSR dan pengungkapannya.
Pada pasal 1 dalam Peraturan Pemerintah No.47 tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, menyebutkan bahwa Dewan
Komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi sebagai
9
penanggungjawab. Komite Audit sebagai bagian dari Dewan Komisaris ikut
andil bertugas membantu Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara
menyeluruh yang disusun oleh Direksi perusahaan serta menilai konsistensi
penerapannya, termasuk yang berkaitan dengan etika bisnis dan tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Kasus PT. Pertamina Foundation yang kini sedang menjadi sorotan
publik ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan kasus
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana peran Komite Audit
sebagai struktur corporate governance, yang diukur dari independensi,
keahlian, frekuensi rapat, dan jumlah anggota Komite Audit dapat
mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
sustainability report. Peran Komite Audit sebagai penggawas di harap dapat
membantu Dewan Komisaris dalam mengawasi pengganggaran,
penggelolaan, serta pendistribusian dana CSR guna meminimalisir terjadinya
penyelewengan dana CSR.
Menurut Baxter dan Cotter (2009) dalam Risty dan Sanny (2015),
independensi Komite Audit sering dianggap sebagai karakteristik yang
penting dalam mempengaruhi efektivitas Komite Audit dalam mengawasi
proses pelaporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Said et. al.
(2009) menemukan bahwa independensi Komite Audit berpengaruh positif
dan signifikan terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hal tersebut diindikasikan bahwa keberadaan Komite Audit yang independen
dapat mendorong Dewan Komisaris untuk menggambil keputusan secara
10
objektif yang dapat melindungi seluruh pemangku kepentingan dari tindakan
agen yang menyimpang. Jika pengawasan Komite Audit telah dilakukan
dengan efektif, maka pengelolaan perusahaan akan dilakukan dengan baik
pula, dan manajemen akan menggungkapkan semua informasi yang ada
termasuk tanggungjawab sosial.
Risty dan Sany (2015) menemukan bahwa keahlian Komite Audit
tidak memberikan berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
Hal ini diindikasi bahwa organisasi yang melakukan pengungkapan
sustainability report tidak sepenuhnya dilatarbelakangi karena adanya Komite
Audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan keuangan, sebaliknya
perusahaan yang melakukan penerbitan sustainability report memiliki
keahlian di luar di bidang akuntansi dan keuangan.
Yunita Prastiwi (2011) menemukan bahwa bahwa frekuensi rapat
Dewan Komisaris dan frekuensi rapat Komite Audit tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan sustainability report.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Waryanto (2010), menemukan hasil yang menunjukkan temuan bahwa tidak
terdapat hubungan antara frekuensi pertemuan dewan komisaris dengan
pengungkapan informasi sosial perusahaan. Namun, Risty dan Sany (2015)
dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda bahwa frekuensi rapat
Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
Sembiring (2005) menghasilkan temuan bahwa profitabilitas tidak
terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sembiring (2005)
11
menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas dan leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Anggraini (2006) dalam
penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda. Profitabilitas dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial.
Dari fenomena-fenomena yang terjadi dan dari hasil penelitian
terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR masih menunjukan hasil yang berbeda, bahkan
bertentangan dengan antara hasil penelitian yang satu dengan
yang lainnnya. Hal inilah yang akan menjadi research gap dalam penelitian
ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan research gap tersebut.
Penelitian ini mengadopsi GRI (Global Reporting Initiative) versi 3.0
yang telah disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan CSR di Indonesia sebagai
item pengukur variabel dependen pada sustainability report perusahaan.
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Dalam Sustainability Report. Studi Empiris Perusahaan yang
Terdaftar di BEI Periode 2010-2014”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015). Namun ada
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat penambahan variabel independen yaitu profitabilitas perusahaan
yang merupakan rekomendasi dari penelitian sebelumnya.
12
2. Penggungkapan sustainability report pada penelitian ini memfokuskan
kepada aktifitas CSR yang penggukurannya mengadopsi GRI (Global
Reporting Initiative) versi 3.0. Sedangkan penelitian sebelumnya hanya
menggunakan variabel dummy jika menerbitkan sustainability report.
3. Sempel yang digunakan dalam penelitian ini lebih luas yaitu mencakup
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Periode pada penelitian ini dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah independensi Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam sustainability report?
2. Apakah keahlian Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam sustainability report?
3. Apakah frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report?
4. Apakah jumlah anggota Komite Audit berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report?
5. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam sustainability report
13
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh independensi Komite Audit terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report.
2. Menganalisis pengaruh keahlian Komite Audit terhadap pengungkapan
CSR dalam sustainability report.
3. Menganalisis frekuensi rapat Komite Audit terhadap pengungkapan CSR
dalam sustainability report.
4. Menganalisis jumlah anggota Komite Audit terhadap pengungkapan CSR
dalam sustainability report.
5. Menganalisis profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan CSR dalam
sustainability report.
D. Manfaat Penelitian
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi Mahasiswa. Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah studi
literatur terkait dengan pengaruh Komite Audit sebagai struktur
corporate governance terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility dalam sustainability report.
b. Bagi peneliti berikutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian
14
lebih lanjut mengenai topik penggungkapan Corporate Social
Responsibility dalam sustainability report ini.
2. Manfaat Bagi Praktisi
a. Dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran Komite Audit
yang terdapat pada perusahaan terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility dalam sustainability report.
b. Dapat digunakan oleh perusahaan untuk digunakan sebagai referensi
untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan
keuangan yang disajikan. Selain itu juga untuk memberikan sumbangan
pemikiran tentang pentingnya penggungkapan Corporate Social
Responsibility serta sebagai pertimbangan dalam penerapan Good
Corporate Governance.
c. Dapat digunakan oleh investor dan calon investor untuk memberikan
gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai
acuan untuk pembuatan keputusan investasi. Penelitian ini diharapkan
akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek
yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada
ukuran-ukuran moneter.
d. Dapat digunakan oleh badan pembuat standar pemerintah selaku
regulator, seperti Bapepam, IAI, Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) dan sebagainya, sebagai masukan dalam
meningkatkan kualitas standar dan peraturan yang ada.
15
2BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan memberikan penjelasan mengenai hubungan agensi
yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent).
Berikut beberapa pandangan mengenai teori keagenan menurut beberapa
ahli ekonomi:
Jansen dan Meckling (1976) dalam Adityasih (2010) menyatakan
teori keagenan merupakan hubungan kontrak antara pemilik (principal)
dengan manajemen (agent) untuk melakukan beberapa jasa bagi pemilik
berdasarkan pendelegasian wewenang dari pemilik kepada agen untuk
mengambil keputusan bisnis bagi kepentingan pemilik. Hal tersebut
memunculkan konflik sebab terdapat kecenderungan masing-masing pihak
mementingkan kepentingannya.
Menurut Belkaoui (2007) hubungan agensi dikatakan telah terjadi
apabila suatu kontrak antara prinsipal dengan agen untuk memberikan jasa
demi kepentingan principal termasuk pemberian kekuasaan kepada agen
untuk pengambilan keputusan. Masing-masing pihak baik principal
maupun agen termotivasi hanya untuk memaksimalkan kepentingan
dirinya sendiri.
16
Ujiyantho dan Bambang (2007) dalam Waryanto (2010)
menyatakan bahwa terdapat tiga asumsi sifat manusia dalam teori
keagenan yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari risiko (risk averse).
Jansen dan Meckling (1976) dalam Adityasih (2010) menjelaskan
bahwa didalam hubungan antara pemilik dan manajemen memunculkan
konflik kepentingan yang terjadi karena adanya pemisahan fungsi antara
kepemilikan perusahaan dan pengendalian. Pemilik dan manajemen
memiliki tujuan yang berbeda, dimana pemilik menginginkan
pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya atas penyertaan
modal kedalam perusahaan dengan melihat kenaikan proporsi dividen dari
tiap tahun. Disisi lain manajemen memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan diri sendiri.
Menurut Putri (2013), konflik keagenan atau perbedaan
kepentingan antara agen dan prinsipal dapat diatasi dengan menerapkan
corporate governance sebagai mekanisme yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan. Corporate governance merupakan salah satu
elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi
serangkaian hubunga dan pengungkapan informasi yang lengkap antara
Manajemen Perusahaan, Dewan Komisaris, para pemegang saham dan
para stakeholder lainnya.
17
2. Teori Stakeholders
Menurut Ghozali dan Chariri (2007), keberadaan suatu perusahaan
sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada
perusahaan. Stakeholders menurut Wibisono (2009) merupakan pemangku
kepentingan yaitu pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik
langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau aktivitas
perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan atau
dipengaruhi oleh perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk stakehoders
yaitu pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor,
karyawan, kelompok politik, asosiasi perdagangan dan lainnya.
Keberadaan Stakeholders ini berperan menentukan keberhasilan
perusahaan.
Teori stakeholders adalah teori yang menjelaskan mengenai
tanggung jawab dan bagaimana perusahaan menciptakan nilai bagi
organisasi dan lingkungannya. Tujuan dari teori ini adalah untuk
menjelaskan sifat hubungan antara organisasi dan orang-orang yang
memiliki kepentingan dalam operasi dalam hal kegiatan usaha organisasi
(Benn dan Bolton, 2013).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Stakeholder dapat
mengendalikan atau mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi
yang digunakan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, kekuatan
18
stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang dimiliki
stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi
pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses
terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur
perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang
dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan
Chariri, 2007). Oleh karena itu, ketika sumber ekonomi perusahaan
dikuasai oleh stakeholder, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara
yang memuaskan keinginan stakeholder (Ullman, 1982 dalam Ghozali dan
Chariri, 2007). Perusahaan akan mempertimbangkan kepentingan dari
para stakeholder, salah satunya dalam hal pertanggungjawaban aktifitas
sosial perusahaan.
3. Signaling Theory
Teori sinyal merupakan teori yang menjelaskan tentang bagaimana
perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki kualitas baik dapat membedakan dirinya
dengan perusahaan yang berkualitas buruk melalui sinyal yang
ditunjukkan kepasar modal tentang kualitas kinerjanya. Sinyal yang
diberikan oleh seorang manajer menggambarkan kondisi perusahaan yang
dapat berbentuk negatif maupun positif (Spance, 1973).
Menurut Spance (1973), asymmetric information yang timbul dari
dampak negatif dapat diminimalisir dengan penggunaan teori singnaling
19
yang dilakukan oleh manajer terhadap investor. Pemberian sinyal yang
dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asymmetric information, yang
merupakan kondisi dimana manajer lebih mengetahui informasi lebih
banyak dibanding dengan investor. Manajer sebenarnya mengetahui
distribusi yang sebenarnya dari tingkat pengembalian laba perusahaan,
tetapi investor tidak mengetahuinya (Ross, 1977). Hal ini yang
menyebabkan terjadinya asymmetric information, dimana terdapat
perbedaan informasi yang diterima oleh manajer dan investor, maka
pemberian sinyal kepada pihak eksternal sangat penting sebagai upaya
mengurangi terjadinya asymmetric information.
Penggungkapan CSR yang tepat dan sesuai harapan stakeholder
digunakan sebagai sinyal goodnews yang diberikan kepada pihak
manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus di
masa depan dan memastikan terciptanya sustainability development (Putri,
2013)
4. Teori Legitimasi
Teori Legitimasi didasarkan atas gagasan bahwa bisnis
perusahaan yang beroperasi di masyarakat memiliki kontrak sosial
dimana organisasi diharapkan melakukan tindakan yang diingkan oleh
masyarakat sebagai balasan atas diterimanya tujuan perusahaan,
kelangsungan hidup perusahaan, dan penghargaan lainnya (Guthrie dan
Parker, 1989 dalam Risty dan Sany, 2015).
20
Menurut Wartick dan Mahon (1994) dalam Risty dan Sany
(2015), kesenjangan legitimasi diakibatkan karena kinerja perusahaan
yang berubah sementara harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan
tetap sama, harapan masyarakat terhadap kierja perusahaan berubah,
sementara kinerja perusahaan sendiri tetap sama dan baik kinerja
perusahaan dan harapan masyarakat sama-sama berubah, tetapi bergerak
kearah yang berbeda atau bergerak kearah yang sama tetapi waktunya
berbeda.
Pengurangan dari gap legitimasi menurut O’Donovan (2002)
dalam Djuataningsih dan Marsyah (2012) dapat dilakukan dengan
memperluas wilayah kesesuaian antara operasi perusahaan dengan
pengharapan masyarakat dengan cara melakukan strategi legitimasi dan
melakukan pendekatan social disclosure. Social disclosure ini dilakukan
dalam hal menanggapi ekspektasi masyarakat dan perubahan persepsi
masyarakat terhadap organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan dalam bentuk laporan sustainability report yang
berisi tanggung jawab perusahaan terhadap sosial dan lingkungan.
5. Komite Audit
Pengertian Komite Audit menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia 2006 yaitu sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan
tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan
21
klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam
mempertahankan independensinya dari manajemen.
Berikut ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit sebagai
berikut:
a. Surat Edaran BAPEPAM No.SE-03/PM/2000 tentang pelaksanaan
pembentukan Komite Audit bagi perusahaan go-public.
b. Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001 tentang aturan
jumlah dan kualifikasi keanggotaan Komite Audit.
c. Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No.Kep-412/PM/2003 mengenai
pedoman pembentukan Komite Audit.
d. Kep-117/M-MBU/2002 mewajibkan BUMN memiliki Komite Audit.
e. Peraturan No.IX.1.5 mengenai pembentukan dan pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit dalam Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM No.29/PM/2004.
Dewan Komisaris umumnya membentuk komite-komite di
bawahnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan peraturan
perundangan yang berlaku untuk membantu Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tanggung jawab dan wewenangnya secara efektif. Komite
yang dibentuk oleh Dewan Komisaris tersebut adalah Komite Audit,
Komite Kebijakan Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi, dan Komite
Kebijakan Corporate Governance. Namun, menurut peraturan BEJ Nomor
KEP-339/BEJ/07-2001, yang sifatnya wajib dimiliki oleh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek hanya Komite Audit.
22
Peran dan tanggungjawab Komite Audit menurut Komite Nasional
Good Corporate Governance (KNGCG, 2002) yaitu:
a. Pelaporan Keuangan
Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam pelaporan keuangan:
1) Pengawasan atas proses pelaporan keuangan dengan menekankan
agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi.
2) Memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten
dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota Komite Audit.
3) Mengawasi audit laporan keuangan eksternal dan menilai mutu
pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal.
b. Manajemen Risiko dan Kontrol
Dalam hal manajemen risiko dan kontrol, peran dan tanggung jawab
Komite Audit adalah:
1) Mengawasi proses manajemen risiko dan kontrol, termasuk
identifikasi risiko dan evaluasi kontrol untuk mengecilkan risiko.
2) Mengawasi laporan auditor internal dan auditor eksternal untuk
memastikan bahwa semua bidang kunci risiko dan kontrol
diperhatikan.
3) Menjamin bahwa pihak manajemen melaksanakan semua
rekomendasi yang terkait dengan risiko dan kontrol, yang dibuat
oleh auditor internal dan auditor eksternal.
23
c. Corporate Governance
Tanggungjawab Komite Audit di bidang corporate governance adalah
memberikan kepastian bahwa perusahaan tunduk pada undang-undang
dan peraturan yang berlaku, dan mempertahankan kontrol yang efektif
terhadap benturan kepentingan pegawai. Peran dan tanggung jawab
Komite Audit harus termasuk juga:
1) Mengawasi proses corporate governance
2) Memastikan bahwa manajemen senior membudayakan GCG
3) Mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat
mempengaruhi kinerja finansial atau non-finansial perusahaan
4) Memonitor bahwa perusahaan tunduk pada tiap undang-undang dan
peraturan yang berlaku
5) Mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil
pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya
Struktur Komite Audit di Indonesia diatur dalam Keputusan
Ketua BAPEPAM Nomor Kep-41/PM/2003 tentang Peraturan Nomor
IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
adalah sebagai berikut:
a. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
b. Anggota Komite Audit yang merupakan komisaris independen
bertindak sebagai ketua Komite Audit. Dalam hal ini komisaris
24
independen yang menjadi anggota Komite Audit lebih dari satu
orang maka salah satunya bertindak sebagai ketua Komite Audit.
Rekomendasi yang dibentuk oleh Forum for Corporate
Governance in Indonesia 2002 adalah penting bahwa perusahaan harus
memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh setiap anggota Komite
Auditnya. Hal ini disebabkan karakteristik komite akan berpengaruh
pada peran Komite Audit dalam pemberian bantuan kepada Dewan
Komisaris dalam melaksanakan tugasnya tentang pengendalian internal
dan pelaporan keuangan dan manajemen.
Persyaratan keanggotaan Komite Audit sesuai dengan
Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004 sebagai berikut:
a. Memiliki intregitas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi atau keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal dan di bidang lainnya.
d. Bukan merupakan orang dari KAP, kantor konsultan hukum, atau
pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non-audit, atau jasa
konsultasi lain kepada perusahaan dalam enam bulan terakhir.
25
e. Bukan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
dalam merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan
perusahaan dalam waktu enam bulan terakhir.
f. Tidak memiliki saham di perusahaan.
g. Tidak memiliki hubungan keluarga karena perkawinan dan
keturunan dengan komisaris, direksi atau pemegang saham utama
perusahaan.
h. Tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.
a. Independensi Komite Audit
Menurut Sukrisno (2012), Independensi artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor
tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab
bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki, auditor akan
kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatanya.
Pengertian independensi juga terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Independensi dalam penampilan (Independent In Appearance)
merupakan independensi yang selama bertugas selalu menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan pihak lain meragukan
independensinya.
26
2) Independensi dalam kenyataan/fakta (Independent In Fact)
merupakan sikap auditor dalam menjalankan tugasnya selalu
mematuhi kode etik internal auditor dan professional framework of
internal auditor.
3) Independensi dalam pikiran (Independent In Mind) merupakan
sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan professional
auditor.
Dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa
independensi yaitu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, serta tidak bergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujurean dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan objektif. Independensi anggota Komite
Audit dapat dilihat dari persyaratan keanggotaan Komite Audit, seperti
tertuang dalam Peraturan No. IX.1.5 tentang pembentukan dan
pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit, lampiran ketua Bapepam
No. 29/PM/2000.
Menurut Islahuzzaman (2012), Independensi adalah: “Auditor
yang independen adalah auditor yang tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta yang dijumpainya dalam audit. Independensi lebih banyak
ditentukan faktor luar diri auditor.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor dalam
penugasannya harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang
27
menimbulkan konflik kepentingan atau menimbulkan prasangka yang
meragukan untuk dapat melaksanakan tugas dan profesinya secara
objektif.
b. Keahlian Komite Audit
Keahlian Komite Audit merupakan professional yang
mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam
bidang akuntansi dan auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006)
Peningkatan keahlian internal auditor secara signifikan dilakukan
memalui program sertifikasi profesi, baik sertifikasi tingkat nasional
maupun internasional.
Berdasarkan pendapat di atas untuk pengembangan keahlian
Komite Audit dibutuhkan pelatihan, namun tetap mengikuti
perkembangan zaman dan terus menjaga tingkat kemampuannya salama
karier profesinya. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor: PER-211/K/JF/2010
tentang standar keahlian auditor bahwa keahlian auditor adalah ukuran
kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek
pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skill), dan sikap
perilaku (attitude) untuk dapat melakukan tugas-tugas dalam jabatan
fungsional auditor dengan hasil baik.
Berdasarkan keputusan diatas seorang auditor diakatakan
kompeten jika memiliki pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap
perilaku yang sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar dapat
28
melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Keahlian seseorang juga
memiliki pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukannya yaitu
sejauh mana peran orang itu dapat dinilai sebagai individu dalam
pengambilan keputusan dan efektif dalam penyelesaian pekerjaannya.
c. Frekuensi Rapat Komite Audit
Dalam setiap audit committee charter yang dimiliki oleh
masing-masing anggota, Komite Audit akan mengadakan pertemuan
untuk rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat tambahan atau
rapat-rapat khusus bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini
sebagaimana ditetapkan oleh Komite Audit sendiri dan dilakukan
sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat Dewan Komisaris
yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Komite Audit
biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali
dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan
tanggungjawabnya (FCGI, 2002).
Komite Audit juga dapat mengadakan pertemuan eksekutif
dengan pihak-pihak luar keanggotaan Komite Audit yang diundang
sesuai dengan keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersebut
antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan
kepala auditor eksternal. Hasil rapat Komite Audit dituangkan dalam
risalah rapat yang ditandatangani oleh semua anggota Komite Audit.
Ketua komite audit bertanggung jawab atas agenda dan bahan-
bahan pendukung yang diperlukan serta wajib melaporkan aktivitas
29
pertemuan Komite Audit kepada Dewan Komisaris. Apabila Komite
Audit menemukan hal-hal yang diperkirakan dapat mengganggu
kegiatan perusahaan, Komite Audit wajib menyampaikannya kepada
Dewan Komisaris selambat-lambatnya sepuluh hari kerja.
Laporan yang dibuat dan disampaikan Komite Audit kepada
komisaris utama adalah:
1) Laporan triwulanan mengenai tugas yang dilaksanakan dan realisasi
program kerja dalam triwulan bersangkutan.
2) Laporan tahunan pelaksanaan kegiatan Komite Audit.
3) Laporan atas setiap penugasan khusus yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
Dalam laporan Komite Audit kepada Dewan Komisaris, Komite
Audit memberikan kesimpulan dari diskusi dengan auditor eksternal
tentang temuan mereka yang berhubungan dengan peninjuan tengah
tahun dan laporan keuangan tahunan, rekomendasi atas pengangkatan
auditor eksternal dan setiap masalah pengunduran diri, penggantian dan
pemberhentian perikatannya, kesimpulan tentang nilai fungsi audit
internal dan tanggapan atas penemuan audit internal, serta kesimpulan
atas kinerja sistem kontrol internal. Pertemuan Komite Audit berfungsi
sebagai media komunikasi formal anggota Komite Audit dalam
mengawasi proses corporate governance, untuk memastikan bahwa
manajemen senior membudayakan corporate governance, memonitor
bahwa perusahaan patuh pada code of conduct, mengerti semua pokok
30
persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja keuangan atau
non-keuangan perusahaan, memonitor bahwa perusahaan patuh pada
tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan mengharuskan
auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan corporate
governance dan temuan lainnya.
d. Ukuran Komite Audit
Ukuran Komite Audit merupakan salah satu karakteristik yang
mendukung efektifitas kinerja Komite Audit dalam suatu perusahaan.
Destika (2011) menyatakan bahwa karakteristik Komite Audit yang
mendukung fungsi pengawasan terhadap manajemen (agen) agar tidak
merugikan pemilik perusahaan (prinsipal) adalah ukuran Komite Audit.
Karena dengan semakin besarnya ukuran Komite Audit akan
meningkatkan fungsi monitoring pada Komite Audit terhadap pihak
manajemen.
Siswanto Sutojo (2005) dalam Ristifani (2009) menyatakan
bahwa Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk
masa jabatan lima tahun. Dua diantara lima orang anggota tersebut
pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan
akuntan publik. Ketua komite audit dipegang oleh salah seorang
anggota Komite akuntan publik, dengan syarat selama lima tahun
terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan
anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari
perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.
31
Sedangkan Task Force Komite Audit yang dibentuk oleh Komite
Nasional Good Corporate Governance dan diwakili tim kerja dari
FCGI untuk menyusun Pedoman Pembentukan Komite Audit yang
Efektif tanggal 30 Mei 2002 sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris harus membentuk suatu Komite Audit.
2) Harus ada ketentuan-ketentuan tertulis yang mengatur dengan jelas
kewenangan dan tugas Komite Audit.
3) Tugas utama Komite Audit termasuk pemeriksaan dan pengawasan
tentang proses pelaporan keuangan dan kontrol internal.
4) Anggota Komite Audit harus diangkat dari anggota Dewan
Komisaris yang tidak melaksanakan tugas-tugas eksekutif dan
paling sedikit terdiri dari tiga anggota.
Keanggotaan Komite Audit diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT
Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-339/BEJ/07/2001 bagian C, yaitu
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang anggota.
Dalam rekomendasi yang dibentuk oleh Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI, 2002) adalah penting bahwa
perusahaan harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh setiap
anggota Komite Auditnya. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perusahaan di Indonesia khususnya yang terdaftar di BEI harus
memiliki Komite Audit dengan anggota minimal 3 orang yang dibentuk
oleh Dewan Komisaris perusahaan. Komite Audit berfungsi juga untuk
membantu Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan internal,
32
untuk itu Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya.
6. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham.
Mahdiyah (2008) dalam Honimah (2011) profitabilitas merupakan faktor
yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham.
Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin
besar pengungkapan informasi sosial. Profitabilitas adalah hasil akhir
bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh
perusahaan (Brigham dan Houston, 2006) dalam Dewa Sancahya (2010),
dimana rasio ini digunakan sebagai alat pengukur atas kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian pengukuran
profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen
secara menyeluruh dan secara tidak langsung para investor jangka panjang
akan sangat berkepentingan dengan analisis ini. Selain itu keuntungan
(profitabilitas) sangat penting bagi perusahaan bukan saja untuk terus
mempertahankan pertumbuhan bisnisnya namun juga memperkuat kondisi
keuangan perusahaan.
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan
gabungan pengaruh dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
hasil operasi (Brigham & Houston, 2006). Rasio yang biasa digunakan
33
untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas adalah gross
profit margin, operating profit margin, net profit margin, Return on Equity
dan Return on assets.
Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Gross profit margin merupakan presentase dari laba kotor
dibandingkan dengan sales. Operating profit margin adalah rasio yang
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba sebelum adanya pajak dan bunga dari penjualan yang dilakukan.
Rasio ini menggambarkan apa yang biasanya disebut "pure profit" yang
diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.
Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa
jumlah tersebut yang benar-benar diperoleh dari hasil operasional
perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa
bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Net
profit margin adalah rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana
perusahaan dalam menghasilkan laba setelah dipotong pajak dan bunga
dari penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi net profit margin, maka
makin baik profitabilitas suatu perusahaan.
Return on equity (ROE) menunjukkan kemampuan manajemen
perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net
income yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi return adalah
34
semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan
kembali sebagai retained earning juga akan makin besar.
Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen
perusahaan dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang
dimiliki untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan seberapa besar
efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Semakin tinggi rasio
ini, maka semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
Kelima rumus rasio untuk menhitung profitabilitas ini dicantumkan
pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Rumus Rasio Profitabilitas
Rasio Rumus
Gross Profit Margin GPM = Sales - Cost Of GoodSales
Sales
Operating Profit Margin OPM = Operating Profit
Sales
Net profit Margin NPM = Net profit After Tax
Sales
Return on Equity ROE = NetProfitAfterTax
StockholderEquity
Return on assets ROA = Netlncome
TotalAssets
Sumber: Dewa Sancahya (2010)
Pada penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur dengan rasio
return on assets yang diambil dari data keuangan perusahaan perbankan
yang menjadi objek penelitian, yang listing pada Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Rasio ini
merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu
perusahaan. Return on asset merupakan ukuran efektifitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya.
35
7. Corporate Social Responsibility (CSR)
Pada dasarnya, CSR merupakan sebuah konsep tentang perlunya
sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat
dan stakeholder lainnya. Secara teoretik, CSR dapat didefinisikan sebagai
tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholder-nya,
terutama komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan
operasinya. CSR berusaha memberikan perhatian terhadap lingkungan dan
sosial ke dalam operasinya. Sebagaimana dijelaskan oleh Darwin (2004)
dalam Anggraini (2006) Pertanggungjawaban sosial adalah mekanisme
bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, operasi
bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya berkomitmen dengan
ukuran keuntungan secara finansial saja,tetapi juga harus berkomitmen
pada pembangunan sosial ekonomi secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Definisi CSR dalam ISO 26000 (www.csrindonesia.com) adalah
sebagai berikut:
Responsibility of an organization for the impact of its decisional
and activities on society and the environment through transparent and
ethical behaviour that is consistent with sustainable development and
welfare of society; takes into account the expectation of stakeholders; is in
compliance with applicable law and consistent international norms of
behavior; and is integrated throughout the organization.
36
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR
merupakan tanggung jawab perusahaan atau organisasi atas dampak yang
ditimbulkan dari keputusan dan aktivitas yang telah diambil dan dilakukan
oleh organisasi tersebut, melalui perilaku yang transparan dan etis.
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan tanggung jawab sosial
perusahaan hendaknya terintegrasi pada seluruh aktivitas organisasi yang
mecakup isu-isu pokok berikut ini:
a. Pengembangan Masyarakat
b. Konsumen
c. Praktek Kegiatan Institusi yang sehat.
d. Lingkungan
e. Ketenagakerjaan
f. Hak Asasi Manusia
g. Organizational Governance
Dengan demikian, jika suatu perusahaan hanya berfokus pada isu-
isu tertentu saja, misalnya perusahaan hanya peduli terhadap isu
lingkungan dan mengabaikan isu mengenai ketenagakerjaan atau isu-isu
lainnya, maka perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan
tanggung jawab sosialnya secara utuh dan menyeluruh.
8. Sustainability Report
Pengungkapan tanggung jawab sosial adalah proses pengkomunikasin
efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan
pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat
37
secara keseluruhan (Gray et.al., 1987 dalam Waryanto, 2010). Dengan
mengungkapakan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan
sehubungan dengan lingkungan diharapkan perusahaan bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat bahwa dalam melaksanakan aktivitasnya,
perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan semata melainkan
perusahaan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan.
Selain itu, Darwin (2007) dalam Waryanto (2010) menyatakan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial bertujuan untuk menjalin hubungan
komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan
Stakeholder lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan
CSR dalam setiap aspek kegiatan operasinya. Pengungkapan kinerja
lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan
terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas,
dan transparasi perusahaan kepada investor dan stakeholder lainnya.
Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah diakomodasi dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tentang penyajian
laporan keuangan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting. Berdasarkan hal tersebut, sudah
selayaknya perusahaan melaporkan semua aspek yang mempengaruhi
kelangsungan operasi perusahaan kepada masyarakat.
38
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi perusahaaan
dapat dilakukan dengan mengungkapkan hal tersebut ke dalam laporan
tahunan perusahaan atau mengungkapkannya ke dalam laporan yang terpisah.
Mengungkapkan laporan CSR ke dalam Laporan tahunan lebih lazim
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Laporan tahunan
merupakan alat yang digunakan oleh manajemen utnuk melakukan
pengungkapan dan pertanggungjawaban kinerja perusahaan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan termasuk masyarakat. Para pengguna laporan
tahunan seperti analis, investor, masyarakat dan lainnya membutuhkan
informasi yang lengkap mengenai laporan tentang suatu perusahaan.
Namun, menurut Darwin, saat ini berkembang pelaporan perusahaan
mengenai kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berdiri sendiri dan
terpisah dari laporan tahunan perusahaan, yang dikenal dengan sustainability
report (SR). Sustainability report merupakan sebuah laporan yang tidak
hanya berpijak pada single bottom line, yaitu kondisi keuangan perusahaan
saja tetapi berpijak pada triple bottom line, yaitu selain informasi keuangan
juga menyediakan informasi sosial dan lingkungan.
Pengungkapan Laporan Keberlanjutan (sustainability report) semakin
mendapat perhatian dalam praktik bisnis global dan menjadi salah satu
kriteria dalam menilai tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Para
pemimpin perusahaan-perusahaan dunia semakin menyadari bahwa
pengungkapan laporan yang lebih komprehensif (tidak hanya sekedar laporan
keuangan) akan mendukung strategi perusahaan.
39
Laporan keberlanjutan (sustainability report) harus benar-benar
menunjukkan bahwa perusahaan yang melaporkannya diyakini telah berada
pada kondisi keberlanjutan atau minimal telah berada di jalan yang tepat
menuju ke kondisi tersebut. Tentu saja, untuk mengetahui apakah perusahaan
telah sampai atau berada di jalan menuju keberlanjutan, diperlukan
pemahaman atas apa itu perusahaan yang berkelanjutan. Jalal (2007) dalam
Yunita Prastiwi (2011) ada empat konsep yang membangun keberlanjutan
suatu perusahaan, yaitu pembangunan berkelanjutan, CSR, teori pemangku
kepentingan, dan teori akuntabilitas perusahaan. Hanya perusahaan yang telah
memenuhi berbagai kondisi yang dijelaskan oleh masing-masing konsep
itulah yang bisa dikatakan telah menjadi perusahaan yang berkelanjutan.
Konsep pembangunan berkelanjutaan menjelaskan bahwa perusahaan
adalah alat bagi manusia untuk mencapai tujuan bersama, yaitu keadilan intra
dan antargenerasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Berikut
manfaat yang diperoleh perusahaan yang menerbitkan sustainability report:
a. Meningkatkan Citra Perusahaan
Pembangunan citra merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun kepedulian
perusahaan kepada lingkungan dan sosial masyarakat. Dengan
menerbitkan sustainability report, masyarakat dapat mengetahui bahwa
perusahaan telah melaksanakan komitmennya kepada lingkungan dan
masyarakat.
40
b. Disukai Konsumen
Hasil survei di Inggris menyatakan bahwa 60% konsumen akan membeli
produk yang dipersepsikan sedikit merusak lingkungan (ramah
lingkungan). Begitu pula sebaliknya, konsumen tidak akan membeli
produk yang dipersepsikan dapat merusak lingkungan.
c. Diminati oleh Investor
Investor tidak hanya berfokus untuk mencarai return yang besar tetapi
juga mencari perusahaan yang ramah lingkungan dan menjalankan
tanggung jawab sosial.
d. Dipahami oleh Stakeholder
Dalam pembuatan sustainability report, perusahaan harus memahami
para stakeholder-nya. Perusahaan harus membangun komunikasi dengan
para stakeholder-nya. Dalam melakukan komunikasi, perusahaan perlu
mengidentifikasi sifat dan kebutuhan stakeholder-nya. Dialog antara
perusahaan dan para stakeholder-nya akan membantu perusahaan
mengantisipasi berbagai isu yang mungkin terjadi, memenuhi kebutuhan
stakeholder, dan membangun bisnis yang lebih baik.
Pengungkapan sustainability report dalam standar yang
dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Initiatives). Dalam standar GRI
(GRI, 2006) indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu:
a. Indikator kinerja ekonomi meliputi:
1) Aspek kinerja ekonomi.
2) Keberadaan pasar.
41
3) Dampak ekonomi tidak langsung.
b. Indikator kinerja sosial meliputi:
1) Praktik Kerja: karyawan, hubungan manajemen dengan karyawan,
keselamatan dan kesehatan kerja, kesempatan kerja.
2) Hak Asasi Manusia: praktik dan investasi pengadaan, non
diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, buruh anak, kerja
paksa, keamanan praktik, masyarakat asli.
3) Masyarakat: komunitas, anti korupsi, kebijakan publik, kompetisi,
kepatuhan
4) Tanggung jawab produk: kesehatan dan keamanan pelanggan, labeling
produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi konsumen.
c. Kinerja lingkungan
1) Bahan baku, Energi, Air.
2) Keanekaragaman hayati.
3) Emisi, sungai, dan limbah.
4) Produk dan jasa.
5) Ijin pelaksanaan.
6) Transportasi.
7) Pakaian kerja.
Dengan menerbitkan sustainability report, banyak manfaat yang
diperoleh perusahaan. Namun ternyata di Indonesia sendiri, belum banyak
perusahaan yang menerbitkan sustainability report. Hal tersebut disebabkan
42
karena kendala-kendala seperti berikut (Witoelar, 2005) dalam Taufiq
Sanjaya (2013):
a. Rendahnya Political Will
Pengungkapan sustainability report di Indonesia masih bersifat sukarela
(voluntary) bukan mandatory untuk itu dalam pelaporannya diperlukan
political will yang kuat dari top management sebab mereka yang
menentukan kebijakan perusahaan.
b. Tidak Ada Pengukuran Kinerja
Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan. Rasio-rasio keuangan ini dapat secara langsung dihitung dari
laporan keuangan, misalnya rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. Kinerja
sustainability report tidak dapat diukur secara langsung dari kegiatan
perusahaan. Tidak ada kepastian apakah kenaikan penjualan perusahaan
merupakan pengaruh langsung dari adanya kegiatan sosial perusahaan.
Namun, kendala ini dapat diatasi yaitu dengan membuat indikator-
indikator atas dampak kegiatan perusahaan. Indikator ini biasanya bersifat
nonkeuangan.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report.
Untuk mendukung implementasi Good Corporate Governance
maka dibuatlah struktur tambahan dalam perseroan yaitu Komite Audit.
43
Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu
melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam melakukan
mekanisme pengawasan terhadap manajemen (Surat Keputusan Ketua
Bapepam KEP-29/PM/2004).
Putri (2013) berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki Komite
Audit yang independen cenderung lebih peka terhadap kinerja sosial dan
mencegah tindakan yang menimbulkan pelanggaran lingkungan. Dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 Pasal 121
menjelaskan bahwa Komite Audit beranggotakan sekurang-kurangnya 1
(satu) orang berasal dari Dewan Komisaris Independen dan 2 (dua) orang
anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
Komite Audit independen merupakan Komite Audit yang tidak
berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksusd dengan terafiliasi adalah
pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain,
serta dengan perusahaan itu sendiri. Komite Audit harus terdiri dari
individu-individu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari
dari manajemen yang mengelola perusahaan, serta memiliki pengalaman
untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif.
Anggota Komite Audit independen dapat bersikap netral terhadap
manajemen dengan cara bertindak secara objektif dalam membantu dewan
komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen. Pada
akhirnya, dapat mendorong manajemen untuk mengungkapkan seluruh
44
informasi perusahaan termasuk penggungkapan dalam laporan
sustainability report.
Penelitian Said et, al. (2009) menemukan independensi Komite
Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Berdasarkan analisis dan penelitian
terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Ha1: Independensi Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report.
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report.
Dalam menjalankan perannya untuk membantu Dewan Komisaris
melakukan mekanisme pengawasan laporan keuangan, pengendalian
internal, pelaksanaan GCG, anggota Komite Audit harus mempunyai
kompetensi di bidang keuangan dan atau akuntansi (financial literacy).
Komite Audit berperan sebagai alat untuk me-rivew perusahaan dalam
proses pengungkapan data keuangan dan proeses pengendalian internal.
Dengan demikian, keberadaan Komite Audit dengan kompetensi
yang dimilikinya akan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Menurut Forker (1992) dalam Said et. al. (2009), keberadaan Komite
Audit dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan pengendalian
internal sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaporan.
Rahman dan Ali (2006) dalam Waryanto (2010) menemukan
bahwa persentase anggota Komite Audit yang memiliki kompetensi dan
45
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan berhubungan positif dengan
kualitas pelaporan keuangan. Komite audit yang memiliki pengetahuan
dan keahlian terkait proses penyusunan laporan keuangan dan audit
internal sangat mungkin membatasi tindakan oportunistik yang dilakukan
pihak manajemen. Hal ini berarti Komite Audit dapat mempengaruhi
kualitas pelaporan perusahaan, termasuk laporan pengungkapan CSR.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Ha2: Keahlian Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report.
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report.
Berdasarkan keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004
dalam peraturan Nomor IX I.5 disebutkan bahwa Komite Audit
mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal
rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.
Rapat Komite Audit merupakan koordinasi antara anggota-
anggotanya agar dapat menjalankan tugas secara efektif dalam hal
pengawasan laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan
GCG perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi frekuensi rapat, maka
koordinasi Komite Audit akan semakin baik. Hal ini bertujuan untuk
melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan lebih efektif,
46
sehingga diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan
informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015) yang
menemukan bahwa frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap
penggungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian Risty
dan Sanny (2015) membantah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Yunita Prastiwi (2011), Nair, A., Ilham, E., & Utara (2014) yang
menemukan bahwa frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Ha3: Frekuensi rapat Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report.
4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report
Komite Audit merupakan komite yang bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen.
Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 dalam
peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa Komite Audit yang dimiliki
oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di mana sekurang-
kurangnya satu orang berasal dari anggota komisaris independen dan dua
orang lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
47
Komite Audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan
mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan
meningkatkan kualitas pengungkapan perusahaan (Foker, 1992 dalam Said
et.al, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Li, Pike, & Haniffa,
2008) dalam Risty dan Sanny (2015) menemukan bahwa jumlah anggota
Komite Audit berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam
sustainability report. Dengan demikian, dengan ukuran Komite Audit yang
semakin besar diharapkan pengawasan yang dilakukan akan semakin baik
dan dapat meningkatkan pengungkapan informasi sosial yang dilakukan
oleh perusahaan.
Disisi lain, hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari (2014),
(Risty & Sany, 2015) dan (Djuitaningsih & Marsyah, 2012) menemukan
bahwa jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap
penggungkapan CSR dalam sustainability report.
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Ha4: Jumlah anggota Komite Audit berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam
Sustainability Report.
Pertumbuhan aktivitas pelaporan sustainability terus meningkat,
begitu pula dengan pengungkapan CSR pada perusahaan-perusahaan
global. Menurut Holder-Webb dalam Dilling (2009), hal ini disebabkan
48
semakin meningkatnya ketertarikan para investor dan stakeholder pada isu
CSR. Pengungkapan sustainability report merupakan bentuk
pengungkapan aktivitas sosial lingkungan yang disajikan secara terpisah
dari annual report.
Jumlah perusahaan yang membuat sustainability report di
Indonesia masih sedikit, hal ini disebabkan oleh kecenderungan
perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan pengungkapan
aktivitas sosial lingkungannya melalui program CSR dalam annual report.
Isi yang terdapat dalam Sustainability Report sebagian besar cenderung
identik dengan isi program CSR yang dimuat dalam annual report, yakni
seputar praktik sosial dan lingkungan perusahaan. Namun, kelengkapan
pengungkapan informasi yang disampaikan melalui sustainability report
akan lebih terperinci dan lebih banyak menyediakan informasi pendukung.
Hal ini disebabkan oleh bentuk sustainability report sebagai suatu laporan
yang berdiri sendiri. Pengungkapan sustainability report dilakukan,
sebagai salah satu bentuk usaha mewujudkan akuntabilitas perusahaan
kepada para stakeholder.
Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang
baik, umumnya akan berupaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas. Luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan adalah
upaya untuk memperoleh dukungan dan mencari simpati para stakeholder.
Perusahaan dengan kinerja yang tinggi akan meningkatkan nilai
49
perusahaan dalam proses pembentukan image yang sangat berpengaruh
untuk mendapat kepercayaan dari para stakeholder.
Kinerja perusahaan yang baik, dapat dicerminkan melalui tingkat
profitabilitas yang akan diperoleh dari waktu ke waktu. Laraswita (2010)
menemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2001) dalam Laraswita (2010) juga menyatakan
bahwa variabel net profit margin berhubungan positif dengan kelengkapan
pengungkapan. Robert (1992) dalam Rismanda (2003) menemukan
hubungan positif antara laba dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.
Pada penelitian Nelling dan Webb (2006) dalam Dewa Sancahya
(2010) yang mengukur CSR menggunakan CSR Performance (Measure by
KLD Index) menemukan bahwa hubungan antara CSR dengan kinerja
keuangan adalah lebih lemah dari yang diperkirakan. Ada hubungan yang
negatif dan signifikan antara CSR Score dan ROA. Hasil penelitian
Tsoutsoura (2004) dalam Dewa Sancahya (2010) mengindikasikan bahwa
hubungan CSR dengan kinerja keuangan (yang dilihat dari rasio
profitabilitas ROA, ROE, dan ROS) adalah positif dan signifikan secara
statistik. Artinya bahwa ada asosiasi positif antara CSR dan profitabilitas.
Ada hubungan positif antara CSR dengan ketiga ukutan–ukuran kinerja
keuangan tersebut (ROA< ROE< ROS).
50
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Ha5: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam
Sustainability Report.
C. Penelitian Sebelumnya
Berikut Tabel 2.2 menunjukkan hasil penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 2.2
Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
No.
Peneliti
Terdahulu
(Judul &
Tahun)
Variabel dan Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Said
et. al. (2009)
The
Relationship
between
Corporate
Social
Responsibility
and Corporate
Governance
Characteristics
in Malaysian
Public Listed
Companies
Variabel
dependen:
Pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
Komite Audit,
Profitabilitas
Sampel:
Perusahaan
Publik di
Malaysia
Penelitian ini
menunjukkan
Komite Audit
dan kepemilikan
saham oleh
pemerintah
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap luas
pengungkapan CSR
2. (Marga
Anugrah, 2011)
Pengaruh
Elemen-Elemen
Corporate
Governance
Terhadap Luas
Pengungkapan
CSR
Variabel
dependen:
Pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
Elemen-
elemen GCG
Sampel:
Perusahaan di
IDX
Penelitian ini
menunjukkan bahwa
independensi Komite
Audit
Tidak berpengaruh
terhadap luas
pengungkapan CSR
Bersambung pada halaman berikutnya
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No.
Peneliti
Terdahulu
(Judul &
Tahun)
Variabel dan Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Dilling
(2010)
“Sustainability
Reporting in
Global
Context.”
Variabel
dependen:
Pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
Corporate
governance
Sampel:
perusahaan di
eropa
Penelitian ini
menunjukan
bahwa tidak ada
hubungan
antara variabel
corporate
governance
dengan variabel
sustainability
disclosure
4. Djuitaningsih &
Marsyah (2012)
Pengaruh
Manajemen
Laba dan
Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
Variabel
dependen:
Pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
mekanisme
Corporate
Governance
Sampel: pada
penelitian dari
2008-2011
Penelitian ini
menemukan
bahwa Jumlah
Komite Audit
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR
5. Putri (2013)
Pengaruh
Corporate
Governance dan
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Pengungkapan
Tanggung
Jawab Sosial di
dalam
sustainability
Report
Variabel
dependen:
luas
pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
corporate
governance
dan ukuran
perusahaan
Sampel:
Menggunakan
tahun penelitian
dari 2008-2011
Komisaris
Independen dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR, sedangkan
kepemilikan asing
dan umur
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap
CSR
Bersambung pada halaman berikutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No.
Peneliti
Terdahulu
(Judul &
Tahun)
Variabel dan Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Risty dan Sany
(2015)
Pengaruh
Independensi,
Keahlian,
Frekuensi Rapat
dan Jumlah
Anggota
Komite Audit
Variabel
dependen:
Pengungkapan
CSR
Variabel
independen:
independensi ,
keahlian ,
frekuensi
rapat dan
jumlah
Komite Audit
Sampel:
perusahaan yang
terdaftar di
ISRA
Frekuensi rapat
Komite Audit
berpengaruh
terhadap
penerbitan
Sustainability
Report
7. Komalasari &
Anna
(2014)
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan dan
Profitabilitas
Perusahaan
Terhadap Luas
Pengungkpan
Corporate
Social
Responsibility
Variabel
dependen
yaitu luas
pengungkapan
CSR dan
Variabel
independen
yaitu
Corporate
Governance,
dan
Profitabilitas.
Sampel: tahun
2008-2011 pada
perusahaan
perbankan
Komposisi dewan
komisaris
independen, dan
profitabilitas
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
CSR
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
53
D. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.1.
Pengaruh Komite Audit Sebagai Struktur Corporate Governance Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Sustainability Report.
Basis Teori : Teori Agensi, Stakeholders, Signaling Theory, Legitimasi
Penggungkapan
CSR dalam
Sustainability Report
(Y)
VARIABEL INDEPENDEN
ya
VARIABEL DEPENDEN
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Independensi KA (X1)
Keahlian KA (X2)
Frekuensi Rapat KA (X3)
Metode Analisis:
Analisis Regesi Berganda
H1
H2
H3
Jumlah Anggota KA (X4)
Profitabilitas (X5)
H4
H5
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Karakteristik
komite
Audit
54
3BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang
merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dan mengolah data
tersebut dengan menggunakan prosedur statistik. Pengolahan data pada
penelitian ini menggunakan softwere SPSS 22.
Penelitian ini meneliti kualitas audit pada semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis
untuk mengetahui pengaruh Komite Audit sebagai struktur Corporate
Governance terhadap penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam
Sustainability Report.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan kumpulan data pengamatan yang dilakukan
terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari
populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan bagian
55
dari populasi. Metode penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan
mempertimbangkan persyaratan atau kriteria tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian.
Kriteria yang diperlukan dalam penentuan sampel adalah:
1. Perusahaan yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama
periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014.
2. Perusahaan yang menerbitkan secara konsisten menerbitkan laporan
keuangan yang telah diaudit dan menerbitkan laporan sustainability selama
periode pengamatan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah
agar perbandingan antar perusahaan sama dan tidak terjadi selisih kurs.
4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data berupa:
1. Laporan keuangan tahunan (annual report) dan laporan keuangan yang
telah diaudit perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2010 sampai dengan tahun 2014.
2. Laporan sustainability perusahaan tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
56
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi
klasik dan uji hipotesis yang perhitungannya dilakukan menggunakan software
SPSS 21. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
antara variabel independensi Komite Audit (X1), keahlian Komite Audit (X2),
frekuensi Rapat Komite Audit (X3), anggota Komite Audit (X4), profitabilitas
(X5) terhadap penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam
sustainability report (Y).
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian
untuk menjelaskan gambaran suatu objek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi dengan tujuan memudahkan dalam memahami variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai rata–rata (mean), nilai
median, nilai maksimum, nilai minimum, serta standar deviasi. Sedangkan
metode analisis data dilakukan dengan bantuan softwere SPSS 22.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda terhadap data
yang diperoleh dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji
asumsi klasik untuk mendeteksi apakah data dalam penelitian ini terjadi
penyimpangan. Berikut ini ada beberapa uji asumsi klasik yang digunakan:
57
a. Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2013), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik.
Menurut (Ghozali, 2013), pengujian normalitas dengan
menggunakan analisis grafik, baik menggunakan histogram maupun
Normal Probability Plot dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Sebab
terdapat kemungkinan analisis grafik yang secara visual terlihat normal
belum tentu normal secara uji statistik atau sebaliknya. Artinya, antara
orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam
menginterpretasikannya. Maka sangat dianjurkan melakukan uji
statistik untuk melengkapi analisis grafik.
Uji statistik untuk memperkuat uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai
Asymp. Sig. > Alpha.
b. Uji Heterokedastisitas
Menurut (Ghozali, 2013), uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
58
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas.
Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini
menggunakan uji glejser untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya
heterokedasitas. Uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara
variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai
signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih
dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedasitas (Ghozali, 2013).
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya (Ghozali, 2013).
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dengan menggunakan run test. Run test sebagai bagian
dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
59
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi
secara random atau tidak (sistematis).
Pengambilan keputusan pada uji run test adalah sebagi berikut:
H0: residual (res_1) random (acak)
Hα : residual (res_1) tidak random
Jika hasil uji run test menunjukkan nilai probabilitas signifikan
pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
Jika hasil uji run test menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual.
d. Uji Multikolinearitas
Menurut (Ghozali, 2013), uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
adalah dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF) dengan ketentuan sebagai berikut:
60
1) Jika nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10, terjadi multikolinearitas.
2) Jika nilai tolerance≥0,1 dan VIF≤10, tidak terjadi multikolinearitas.
3. Pengujian Hipotesis
Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk
mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2013).
Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independensi Komite Audit (X1), keahlian Komite Audit (X2), frekuensi
rapat Komite Audit (X3), anggota Komite Audit (X4), Profitabilitas (X5)
terhadap penggungkapan Corporate Social Responsibility dalam
sustainability report (Y).
Menurut Ghozali (2013) regresi berganda (multiple regression)
digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas (metrik)
terhadap satu variabel terikat (metrik).
CSD = α0 + β1AUINDP1 + β2AUEXCT2 + β3AUMEET3 + β4AUSIZE4
β5PROFIT5+ ε
61
Keterangan :
CSD
= Corporate Sustainability Disclosure dengan
proksi berdasarkan indikator GRI (Global
Reporting Initiative)
α = Konstanta
AUINDP1 = Proporsi anggota Komite Independensi
AUEXCT2 = Proporsi keahlian anggota Komite Audit
AUMEET3 = Jumlah rapat Komite Audit dalam satu tahun
AUSIZE4 = Jumlah anggota Komite Audit
PROFIT5 = Profitabilitas
ε = Error
Dalam uji hipotesis dapat dilakukan melalui Pengujian Goodness of Fit:
a. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1
(satu). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian pengaruh simultan atau uji F ini bertujuan untuk
menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
62
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0.05 (α=5%).
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan
F Tabel, jika F hitung > dari F Tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima.
Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha.
Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika F
hitung < F Tabel maka H0 di terima atau Ha ditolak.
Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar
dari alpha. Artinya semua variabel independen tidak mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Pengujian Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali,
2013:98).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t
Tabel, jika t hitung > dari t Tabel maka H0 di tolak atau Ha diterima.
Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha.
Artinya variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial
63
terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya jika t hitung < t Tabel
maka H0 di terima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom
signifikansi akan lebih besar dari alpha. Artinya variabel independen
tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan
variabel independen.
1. Variabel Dependen: Penggungkapan Corporate Social Responsibility
Dalam Sustainability Report.
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pokok perhatian
utama peneliti. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penggungkapan CSR dalam sustainability Report yang diproksikan
dengan berdasarkan indikator GRI (Global Reporting Initiative). Daftar
pengungkapan sosial GRI yang digunakan adalah daftar item yang
mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Sembiring (2005) yang terlampir dalam Rustiarini (2010).
Terdapat empat indikator GRI yang meliputi kemasyarakatan, produk dan
konsumen, ketenagakerjaan, dan lingkungan.
Item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
dilampirkan dalam Lampiran 1. Berdasarkan peraturan BAPEPAM
No.VIII.G.2 mengenai Laporan Tahunan dan Kesesuaian Item Untuk
64
Diaplikasikan di Indonesia menyebutkan bahwa terdapat 78 item
pengungkapan yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Tujuh puluh
delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-
masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari
setiap sektor berbeda-beda (Sembiring, 2005).
Pengkuran CSRD menggunakan content analysis, yaitu sebuah
metode pengkodefikasian sebuah text dari sebagian tulisan kedalam
berbagai kategori berdasarkan kriteria tertentu. Setiap item CSRI yang
diungkapkan akan diberi nilai 1, dan apabila tidak diungkapkan akan
diberi nilai 0. Setiap item-tem tersebut akan dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan skor perusahaan. Pengungkapan sosial
menunjukkan seberapa luas butir-butir pengungkapan yang disyaratkan
telah diungkapkan.
Rumus perhitungan CSRD adalah sebagai berikut:
CSRDIj = ∑Xi,j
nj
Keterangan :
CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j
Nj : jumlah item untuk perusahaan j
Xij : 1 = jika item I diungkapkan;
0 = jika item tidak diungkapkan.
Dengan demikian, 0 < CSRDI j < 1
65
2. Variabel Independen
Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini yang akan
diuji sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas audit:
a. Independensi Komite Audit
Komite Audit independen adalah anggota yang ada di luar emiten atau
perusahaan publik. Variabel independen ini diproksikan melalui
proporsi Komite Audit independen. Proporsi Komite Audit independen
diukur dari prosentase jumlah anggota Komite Audit independen
dengan jumlah anggota Komite Audit, seperti dalam penelitian Said
et,al. (2009).
AUINDP = Jumlah Komite Audit Independen
Total Komite Audit
b. Keahlian Komite Audit
Keahlian Komite Audit diproksikan dengan latar belakang pendidikan
Komite Audit yang dapat dilihat dari pendidikan bisnis yang ditempuh
oleh masing-masing anggota Komite Audit. Anggota Komite Audit
yang berlatar belakang bisnis dan ekonomi kemudian ditotal. Total
latar belakang pendidikan Komite Audit dapat dilihat di annual report
perusahaan pada bagian profil direksi, seperti dalam penelitian (Risty
dan Sany, 2015).
AUEXCT = Jumlah Komite Audit Berpengalaman Bidang
Akuntansi atau Keuangan
Total Komite Audit
66
c. Frekuensi Rapat Komite Audit
Komite Audit diproksikan dengan jumlah rapat antara anggota Komite
Audit pada suatu perusahaan dalam periode 1 tahun. Jumlah rapat
antara anggota Komite Audit akan mencerminkan keefektifan dalam
komunikasi dan koordinasi antara anggota Komite Audit untuk
mewujudkan Good Corporate Governance, seperti dalam penelitian
(Yunita Prastiwi, 2011)
AUMEET = Jumlah Rapat Komite Audit dalam Satu Tahun
d. Jumlah Anggota Komite Audit
Jumlah Komite Audit diproksikan dengan jumlah anggota Komite
Audit pada suatu perusahaan dalam periode 1 tahun, seperti dalam
penelitian (Yunita Prastiwi, 2011)
AUSIZE = Jumlah Seluruh Komite Audit
e. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang saham. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan Return On Asset (ROA) (Dewa Sancahya , 2010).
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
67
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Indikator Skala
1 Independensi
Komite Audit
(X1) (Said et.
al., 2009)
AUINDP = Jumlah Komite Audit Independen
Rasio Total Komite Audit
2 Keahlian
Komite Audit
X2 (Risty dan
Sany, 2015)
AUEXCT =
Jumlah Komite Audit Berpengalaman
Bidang Akuntansi atau Keuangan Rasio
Total Komite Audit
3 Frekuensi
Rapat Komite
Audit X3
(Yunita
Prastiwi, 2011)
AUMEET = Jumlah Rapat Komite Audit dalam
Satu Tahun
Rasio
4 Jumlah anggota
Komite Audit
X4 (Yunita
Prastiwi, 2011)
AUSIZE = Jumlah Seluruh Komite Audit
Rasio
5 Profitabilitas
X5 (Dewa
Sancahya ,
2010:).
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Rasio
Total Aktiva
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya.
68
4BAB IV ANLISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari laporan keuangan auditan emiten yang menerbitkan
sustainability report. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014 yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada
alamat website www.idx.co.id. Selain itu data yang digunakan dalam
penelitian ini juga bersumber dari sustainability report yang diperoleh dari
situs resmi perusahaan.
Perusahaan yang menerbitkan sustainability report masih terbilang
sangat sedikit sekali. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
menerbitkan sustainability report hanya terdapat 11 perusahaan saja. Sampel
yang digunakan di penelitian ini dipilih secara purposive sampling yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Berikut Tabel 4.1 menyajikan
perolehan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
69
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
Perusahaan
1. Perusahaan yang terdaftar secara konsisten di Bursa
Efek Indonesia selama periode pengamatan 5 tahun
berturut-turut, yakni dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014 445
2. Perusahaan yang secara tidak konsisten
menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit
dan sustainability report selama periode
pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2014
(430)
3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan
keuangan bukan dalam mata uang rupiah (mata
uang asing) (2)
4. Perusahaan yang mengalami kerugian selama
periode pengamatan 5 tahun berturut-turut, yakni
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. (2)
Perusahaan yang menjadi sampel 11
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 2010-2014 55
Berdasarkan Tabel di atas maka dapat dilihat bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 11 perusahaan dengan total 55
sampel selama lima tahun pengamatan. Sampel tersebut dipilih karena telah
memenuhi kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis
penelitian.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua data yang
berhubungan dengan penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif dengan
70
membandingkan nilai minimum, nilai maksimum dan rata-rata dari
sampel.
Berikut Tabel 4.2 merupakan analisis deskriptif untuk variabel
yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRD 55 0,120 1,080 0,587 0,286
AUINDP 55 0,250 1,000 0,552 0,166
AUEXCT 55 0,250 1,000 0,550 0,220
AUMEET 55 4,000 59,000 17,309 13,700
AUSIZE 55 3,000 7,000 4,145 1,192
ROA 55 0,004 0,480 0,106 0,106
Valid N
(listwise) 55
Sumber: Output SPSS yang diolah
a. Variabel Independen
1) Independen Komite Audit
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel Independen Komite Audit (AUINDP) dengan jumlah
sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 0,250 atau 25%
yang diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance pada tahun
2014. Nilai maksimum dalam hasil penelitian ini sebesar 1,000
atau 100% yang diperoleh dari PT. Semen Indonesia Tbk pada
tahun 2011 dan PT. Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2012. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki
Komite Audit yang beranggotakan Komite Audit independen
71
seluruhnya. Nilai rata-rata (mean) variabel independen Komite
Audit sebesar 0,552 dan standar deviasi sebesar 0,166.
2) Keahlian Komite Audit
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel keahlian Komite Audit (AUEXCT) dengan jumlah sampel
(N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 0,250 yang diperoleh dari
PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai maksimum
1,000 yang diperoleh dari PT. Astra Agro Lestari Tbk pada tahun
2010, PT. Astra International Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk,
Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2012, PT. Bank
Negara Indonesia Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk pada
tahun 2013 dan Bank Internasional Indonesia Tbk pada tahun 2014
Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit sebesar 0,550 dan
standar deviasi sebesar 0,220.
3) Frekuensi rapat Komite Audit
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel frekuensi rapat Komite Audit (AUMEET) dengan jumlah
sampel (N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 4,000 yang
diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance sedangkan nilai
maksimum 59,000 yang diperoleh dari PT. Bukit Asam Tbk pada
tahun 2014. Nilai rata-rata (mean) Frekuensi rapat Komite Audit
sebesar 17,309 dan standar deviasi sebesar 13,700.
72
4) Jumlah Komite Audit
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel Jumlah Komite Audit (AUSIZE) dengan jumlah sampel
(N) 55 memiliki nilai minimum sebesar 3,000 yang diperoleh dari
PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Bukit Asam Tbk,
Holcim Indonesia Tbk, Semen Indonesia Tbk, Wijaya Karya Tbk
pada tahun 2010. PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk,
Holcim Indonesia Tbk, Semen Indonesia Tbk, Wijaya Karya Tbk
pada tahun 2011. PT. Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk,
Bukit Asam Tbk, Holcim Indonesia Tbk, pada tahun 2012. PT.
Astra Agro Lestari Tbk, Jasa Marga Tbk, Holcim Indonesia Tbk,
pada tahun 2013 dan pada tahun 2014, sedangkan nilai maksimum
7,000 yang diperoleh dari PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk
pada tahun 2011 dan tahun 2012. Serta PT. Wijaya Karya pada
tahun 2014. Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit
sebesar 4,145 dan standar deviasi sebesar 1,192.
5) Profitabilitas
Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa
variabel Profitabilitas (ROA) dengan jumlah sampel (N) 55
memiliki nilai minimum sebesar 0,004 yang diperoleh dari PT.
Bank Negara Indonesia Tbk pada tahun 2014 sedangkan nilai
maksimum 0,480 yang diperoleh dari PT. Semen Indonesia Tbk
73
pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) Independen Komite Audit
sebesar 0,106 dan standar deviasi sebesar 0,106.
b. Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Corporate Social
Rensposibility (CSR). Hasil uji statistik pada Tabel 4.2 menunjukan
bahwa variabel corporate sosial responsibility memiliki nilai minimum
sebesar 0,120 yang diperoleh dari PT. Astra Internasional Tbk pada
tahun 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 1,080 yang diperoleh
dari PT. Wijaya Karya Tbk pada tahun 2012 Nilai rata-rata (mean)
Corporate Social Responsbility sebesar 0,587 dan standar deviasinya
sebesar 0,286.
2. Analisis Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik
memiliki data yang berditribusi normal. Ada 2 cara untuk mendeteksi
normalitas data yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk
menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji
statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Asymp.
Sig. > 0.05.
74
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean 0,000
Std.
Deviation 0,224
Most Extreme
Differences
Absolute 0,087
Positive 0,087
Negative -0,052
Test Statistic 0,087
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.3 menunjukan hasil dari pengujian uji Kolmogorov-
Smirnov menunjukan Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil uji
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200. Nilai tersebut di atas nilai
signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal, maka model regresi dapat digunakan untuk
pengujian berikutnya.
75
Hasil uji normalitas data yang ditunjukan Kolmogorov-
Smirnov tersebut konsisten dengan hasil analisis grafik histogram dan
grafik normal P-Plot berikut ii:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Histogram
76
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik histogram
maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data yang
normal. Dapat dilihat pada grafik histogram yang menggambarkan
lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-titik yang mewakili
jumlah sampel dalam penelitian ini mendekati garis diagonal.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada
ketidaksamaan varians dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah
data yang homoskedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian
ini menggunakan uji glejser yang dilakukan dengan cara
meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut
residualnya. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
masalah heterokedasitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,388 0,159 2,445 0,018
AUINDP -0,105 0,147 -0,128 -0,716 0,478
AUEXCT -0,139 0,090 -0,224 -1,538 0,131
AUMEET 0,000 0,001 0,021 0,142 0,888
AUSIZE -0,019 0,020 -0,162 -0,943 0,350
ROA -0,038 0,196 -0,029 -0,193 0,847
a. Dependent Variable: GLEJSER
Sumber: Output SPSS yang diolah
77
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi antara semua
variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai
kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas.
Hasil uji glejser ini konsisten dengan hasil uji grafik scatterplot
berikut ini:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Scatterplot
Grafik scatterplot menunjukan bahwa data tersebar di atas dan
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola
yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini mengindikasikan
bahwa penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada Scatterplot di
atas mengemukakan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai
kesamaan varians dalam fungsi regresi atau homoskedastisitas.
78
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya (Ghozali, 2013).
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dengan menggunakan run test. Run test sebagai bagian
dari statistik non-parametrik digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi
secara random atau tidak (sistematis).
Pengambilan keputusan pada uji run test adalah sebagi berikut:
H0: residual (res_1) random (acak)
Hα : residual (res_1) tidak random
79
Tabel 4.5
Hasil Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -0,0267
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 27
Z -0,406
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,685
a. Median
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji
Autokorelasi pada nilai Run test adalah 0,685. Nilai tersebut signifikan
(>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung
gejala autokorelasi.
d. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai
Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas. Berikut Tabel 4.6 menunjukan
hasil dari uji Multikolinieritas.
80
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Uji VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
AUINDP 0,599 1,669
AUEXCT 0,903 1,108
AUMEET 0,866 1,154
AUSIZE 0,651 1,536
ROA 0,829 1,206
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas dapat dilihat
bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi,
karena memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka dapat
dikatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel.
3. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis regresi berganda melalui pengujian
Goodness of Fit yaitu uji koefisien determinasi, uji F dan uji t.
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Berikut hasil uji koefisien determinasi dalam Tabel 4.7:
81
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 0,624a 0,390 0,327 0,235
a. Predictors: (Constant), ROA, AUMEET, AUEXCT, AUSIZE,
AUINDP
b. Dependent Variable: CSRD
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.7 menunjukan nilai adjusted R2
sebesar 0,327. Hal
ini menandakan bahwa variasi variabel independensi Komite
Audit, keahlian Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite
Audit, jumlah anggota Komite Audit dan profitabilitas perusahaan
hanya bisa menjelaskan 32,7% variasi variabel pengungkapan CSR
dalam sustainability report. Sedangkan sisanya, sebesar 67,3%
dijelaskan oleh sebab lain di luar model. Seperti Komisaris
Independen (Yunita Prastiwi, 2011), (Putri Cynthia, 2013), Jumlah
Komisaris Independen (Rismanda, 2005), (Yunita Prastiwi, 2011),
kepemilikan manajerial (Nur Fitria, 2014), kepemilikan
institusional (Nur Fitria, 2014) dan kepemilikan asing (Putri
Cynthia, 2013).
2) Hasil Uji F
Pengujian pengaruh simultan atau uji F tujuannya adalah
untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang
dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
82
sama terhadap variabel dependen atau tidak (Ghozali, 2013).
Tabel 4.8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.731 5 .346 6.254 .000b
Residual 2.712 49 .055
Total 4.443 54
a. Dependent Variable: CSRD
b. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP
Tabel 4.8 menunjukan hasil uji F dengan nilai F hitung
sebesar 6,254 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat
signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05 yang dapat disimpulkan
bahwa semua variabel independensi Komite Audit, keahlian
Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite Audit, jumlah
anggota Komite Audit dan profitabilitas perusahaan berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan
CSR dalam sustainability report.
3) Hasil Uji t
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji t ditunjukan dalam Tabel 4.9.
83
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Tabel 4.9 di atas menunjukan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel independensi
Komite Audit (AUINDP) memiliki thitung positif sebesar 1.254
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,216 (>0,05). Dengan
demikian H1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa independensi
Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam sustainability report.
Hasil uji t untuk variabel keahlian Komite Audit
(AUEXCT) memiliki thitung negatif sebesar 0,253 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,801 (>0,05). Artinya H2 ditolak sehingga
dapat dikatakan bahwa keahlian Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability report.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .480 .268 1.791 .079
AUINDP .312 .249 .181 1.254 .216 .599 1.669
AUEXCT .039 .152 .030 .253 .801 .903 1.108
AUMEET -.001 .003 -.038 -.318 .752 .866 1.154
AUSIZE -.047 .033 -.196 -1.414 .164 .651 1.536
ROA 1.154 .332 .427 3.482 .001 .829 1.206
a. Dependent Variable: CSRD
84
Hasil uji t untuk variabel jumlah pertemuan rapat Komite
Audit (AUMEET) memiliki thitung negatif sebesar -0,318 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,752 (>0,05). Artinya H3 ditolak
sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah pertemuan rapat Komite
Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam
sustainability report.
Hasil uji t untuk variabel jumlah anggota Komite Audit
(AUSIZE) memiliki thitung negatif sebesar -1,414 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,164 (>0,05). Artinya H4 ditolak sehingga
dapat dikatakan bahwa jumlah anggota Komite Audit tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam sustainability
report.
Hasil uji t untuk variabel profitabilitas perusahaan (ROA)
memiliki thitung positif sebesar 3,482 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,001 (<0,05). Artinya H5 diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report.
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, maka dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
CSD = 0,480+ 0,312 AUINDP1 + 0,039 AUEXCT2
- 0,001 AUMEET3 - 0,047 AUSIZE4
+ 1,154 PROFIT5+ ε
85
Hasil di atas dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta sebesar
positif 0,480 yang berarti bahwa pengungkapan Corporate Social
Responsibility dalam sustainability report akan bernilai 0,480 jika
masing-masing variabel independensi Komite Audit, keahlian
Komite Audit, jumlah pertemuan rapat Komite Audit, jumlah
anggota Komite Audit dan profitabilitas bernilai 0.
Variabel independensi Komite Audit memiliki koefisien
regresi sebesar positif 0,312. Hal ini menggambarkan bahwa jika
setiap kenaikan 1% variabel independensi Komite Audit, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan pengungkapan
Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar
31,2%.
Variabel keahlian Komite Audit memiliki koefisien regresi
sebesar 0,039. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan
1% variabel keahlian Komite Audit, dengan asumsi variabel lain
tetap maka akan menaikkan pengungkapan Corporate Social
Responsibility dalam sustainability report sebesar 3,9%.
Variabel jumlah pertemuan rapat Komite Audit memiliki
koefisien regresi sebesar negative 0,001. Hal ini menggambarkan
bahwa jika setiap kenaikan 1% variabel jumlah pertemuan rapat
Komite Audit, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
86
menurunkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam
sustainability report sebesar 0,1%.
Variabel jumlah anggota Komite Audit memiliki koefisien
regresi sebesar negative 0,047. Hal ini menggambarkan bahwa jika
setiap kenaikan 1% variabel jumlah anggota Komite Audit, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan pengungkapan
Corporate Social Responsibility dalam sustainability report sebesar
4,7%.
Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar
1,154. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan 1%
variabel profitabilitas, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan
menaikkan pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam
sustainability report sebesar 1,1%.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Independensi Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa independensi Komite Audit memiliki thitung sebesar
1,254 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,216 (>0,05). Dengan demikian
hipotesis pertama (H1) ditolak, variabel independensi Komite Audit
87
terbukti tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam
sustainability report.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Said et, al. (2009) menemukan independensi Komite Audit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan CSR.
Namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri Cynthia,
2013), (Waryanto, 2010), (Aziz, 2014) dan (Anugrah, 2011) yang
menemukan bahwa independensi Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap penggungkapan CSR.
Hasil penelitian yang dilakukan Marga Anugrah (2011)
menunjukan bahwa independensi Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap peggungkapan CSR. Hal ini disebabkan karna kurangnya
kompetensi anggota komite audit independen yang menyebabkan Komite
Audit tidak dapat melaksanakan fungsinya secara optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Marga Anugrah (2011) didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri Cynthia (2013) yang
berpendapat bahwa tidak semua anggota Komite Audit independen dapat
menunjukkan independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan
dengan baik dan berdampak pada kurangnya dorongan terhadap
manajemen untuk melakukan pengungkapan sosial. Kurangnya
kemampuan Komite Audit independen dalam rangka memantau proses
keterbukaan akan mengakibatkan penyediaan informasi akan terbatas
88
apabila pihak-pihak terafiliasi yang ada di perusahaan lebih mendominasi
dan dapat mengendalikan anggota Komite Audit.
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perusahaan
yang memiliki jumlah Komite Audit independen yang banyak namun
memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang rendah yaitu
seperti PT. Holcim Indonesia, PT. Adira Dinamika Multi Finance, PT.
Wijaya karya, PT. Bank Negara Indonesia dan PT. Jasa Marga.
Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki proporsi Komite Audit
independen diatas 50%, namun belum secara konsisten mengungkapan
tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report dengan tingkat
pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI.
Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya independensi
Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan
untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Peneliti menduga ketidaksignifikannya independensi Komite Audit karena
pemilihan dan pengangkatan Komisaris Independen yang kurang efektif.
Hal ini merupakan isu atau hal yang penting, bahwa banyak anggota
Dewan Komisaris tidak memiliki kemampuan, dan tidak dapat
menunjukkan independensinya, sehingga fungsi pengawasan tidak dapat
berjalan dengan baik dan tidak dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan mengenai pengungkapan CSR.
89
2. Pengaruh Keahlian Komite Audit Terhadap Pengungkapan CSR
dalam Sustainability Report
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa keahlian Komite Audit memiliki thitung sebesar 0,253
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,801 (>0,05). Dengan demikian
hipotesis kedua (H2) ditolak, variabel keahlian Komite Audit tidak
berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Felo et. al. (2003) dalam Rahman dan Ali (2006) menemukan
bahwa persentase anggota Komite Audit yang memiliki kompetensi dan
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan berhubungan positif dengan
kualitas pelaporan. Komite audit yang memiliki pengetahuan dan keahlian
terkait proses penyusunan laporan keuangan dan audit internal sangat
mungkin membatasi tindakan oportunistik yang dilakukan pihak
manajemen. Hal ini berarti Komite Audit dapat mempengaruhi kualitas
pelaporan perusahaan, termasuk laporan pengungkapan CSR.
Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Waryanto (2010)
menjelaskan bahwa fungsi komite audit tidak hanya bertanggung jawab
dalam pengawasan pelaporan keuangan saja, namun juga termasuk
pengawasan pelaksanaan GCG dan pengendalian internal perusahaan.
Dengan demikian, keahlian dan kompetensi komite audit dibidang
keuangan dan akuntansi (Financial literacy) saja tidak cukup.
90
Hal ini sejalan dengan Risty dan Sany (2015) dalam penelitiannya
menemukan bahwa organisasi yang melakukan laporan sustainability
report tidak sepenuhnya dilatarbelakangi karena adanya komite audit
dibidang akuntansi dan keuangan, namun perusahaan yang melakukan
penerbitan sustainability report harus memiliki keahlian diluar bidang
akuntansi dan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat para peneliti sebelumnya.
Terbukti bahwa beberapa perusahaan yang memiliki Komite Audit dengan
keahlian yang dilatarbelakangi pendidikan akuntansi yang banyak namun
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan tersebut
relatif rendah salah satunya seperti PT. Bank Negara Indonesia.
Perusahaan ini telah memiliki proporsi keahlian Komite Audit diatas 50%,
namun belum secara konsisten mengungkapan tanggung jawab sosialnya
dalam sustainability report dimana tingkat pengungkapan dibawah 50%
dari seluruh indikator yang ditetapkan GRI.
Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya keahlian
Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan
untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,
dikarnakan Komite Audit tidak hanya harus kompeten dalam bidang
akuntansi atau keuangan saja, namun harus kompeten juga pada keahlian
dan pemahaman lain dibidang hukum, peraturan pasar modal, serta proses
bisnis terkait.
91
3. Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan
CSR dalam Sustainability Report
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel frekuensi rapat Komite Audit memiliki thitung
negatif sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,752 (>0,05).
Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) ditolak, variabel frekuensi rapat
Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan CSR dalam
sustainability report. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Risty dan Sanny (2015), namun konsisten dengan
Yunita Prastiwi (2011), Nair, A., Ilham, E., dan Utara (2014).
Risty dan Sanny (2015) berpendapat bahwa semakin sering Komite
Audit mengadakan rapat, maka semakin banyak hal yang dievaluasi, salah
satunya adalah melaksanakan pengawasan terhadap manajemen dengan
lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan
informasi sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.
Namun, hasil penelitian ini konsisten dengan Yunita Prastiwi
(2011), Nair, A., Ilham, E., dan Utara (2014) yang menemukan bahwa
frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan
CSR dalam sustainability report.
Pertemuan Komite Audit merupakan wadah untuk
mempertanggungjawabkan fungsi dari Komite Audit kepada perusahaan
melalui Dewan Komisaris. Frekuensi pertemuan yang tinggi menjadi
92
tuntutan bagi Komite Audit dalam rangka mempertanggungjawabkan
tugasnya sekaligus memberikan informasi terbaru kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan. Oleh sebab itu, semakin tingginya
frekuensi pertemuan yang dilakukan oleh Komite Audit, maka semakin
banyak hal-hal yang akan dievaluasi, salah satunya adalah mengenai
penggungkapan laporan berkelanjutan (Risty dan Sany, 2010).
Peneliti menduga ketidakefektifan rapat yang dilakukan oleh
Komite Audit dikarenakan adanya dominasi suara dari anggota Komite
Audit yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya
sehingga mengesampingkan kepentingan perusahaan dalam melakukan
penggungkapan laporan berkelanjutan. Selain itu, hal ini juga mungkin
terjadi karena kurangnya kompetensi yang memadai dari anggota Komite
Audit sehingga tidak mampu menjalankan tugasnya secara efektif
(Waryanto, 2010).
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perusahaan
yang dengan frekuensi rapat Komite Audit yang tinggi namun, memiliki
tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang rendah yaitu seperti PT.
Bukit Asam, PT. Bank Negara Indonesia. Kedua perusahaan ini memiliki
frekuensi rapat Komite Audit diatas 30 kali, namun belum secara konsisten
mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report
dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator yang
ditetapkan GRI. Artinya, besarnya frekuensi rapat Komite Audit belum
93
tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4. Pengaruh Jumlah Anggota Komite Audit Terhadap
Pengungkapan CSR dalam Sustainability Report
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian
ini menunjukan bahwa variabel jumlah anggota Komite Audit
memiliki thitung negatif sebesar -1,414 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,164 (>0,05). Dengan demikian hipotesis keempat (H4)
ditolak, variabel jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Li, Pike, & Haniffa (2008), namun konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Utari (2014), Risty & Sany (2015) dan
Djuitaningsih & Marsyah (2012) yang menemukan bahwa jumlah
anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penggungkapan
CSR dalam sustainability report.
Komite Audit merupakan komite yang bertugas membantu
Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen.
Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan
yang dikutip Siswanto dan E. john Aldridge (2005) mangharuskan
bahwa :
94
“Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk
masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar
tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota
tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota lain bukan
Akuntan Publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan
menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang
pensiun”
Dan berdasarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-
29/PM/2004 dalam peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa Komite
Audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang di
mana sekurang-kurangnya satu orang berasal dari anggota Komisaris
independen dan dua orang lainnya berasal dari luar emiten atau
perusahaan publik.
Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa besarnya jumlah
Komite Audit belum tentu meningkatkan atau mendorong perusahaan
untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
sehingga variabel jumlah Komite Audit tidak berpengaruh terhadap
penggungkapan CSR dalam sustainability report. Dapat disimpulkan
jumlah Komite Audit hanyalah formalitas untuk memenuhi aturan saja,
tanpa mempertimbangkan efektifitas dalam perusahaan.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang membuktikan
bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki jumlah anggota
95
Komite Audit yang banyak belum mampu mengungkapkan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam laporan sustainability report, seperti
PT. Bank Danamon, PT. Adira Dinamika Multi Finance, PT Wijaya
Karya. Ketiga perusahaan ini telah memiliki proporsi jumlah anggota
Komite Audit diatas 5 orang, namun belum secara konsisten
mengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam sustainability report
dengan tingkat pengungkapan dibawah 50% dari seluruh indikator
yang ditetapkan GRI.
5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan CSR dalam
Sustainability Report.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian
ini menunjukan bahwa profitabilitas memiliki thitung sebesar 3,482
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (<0,005). Dengan demikian
hipotesis kelima (H5) diterima, profitabilitas berpengaruh terhadap
penggungkapan CSR dalam sustainability report.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sari (2014), Anastasian et. al. (2014), Ahmad (2014), Santoso Budi
(2011), Laraswati (2010), Rismanda (2003), Tsoutsoura (2004) dan
Maria (2014) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap penggungkapan CSR dalam sustainability report.
96
Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang
baik, umumnya berupaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas. Luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan adalah
upaya untuk memperoleh dukungan dan mencari simpati para
stakeholder. Perusahaan dengan kinerja yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan dalam proses pembentukan image yang
sangat berpengaruh untuk mendapat kepercayaan dari para
stakeholder. Kinerja perusahaan yang baik, dapat dicerminkan melalui
tingkat profitabilitas yang akan diperoleh dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa rata-rata
perusahaan yang menjadi sampel yang memiliki profitabilitas yang
tinggi tiap tahunnya seperti PT. Semen Indonesia dan PT Adira
Dinamika Multi Finance telah mengungkapkan sustainability report
secara konsisten tiap tahunnya dan dengan nilai pengungkapan yang
tinggi. Maka dengan hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa
semakin besar profitabilitas perusahaan maka akan semakin besar pula
penggungkapan laporan bekerlanjutan pada perusahaan.
97
5BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian
yang telah dilakukan dengan model regresi, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Independensi Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan
Marga Anugrah (2011).
2. Keahlian Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan Risty
dan Sany (2015).
3. Jumlah frekuensi rapat Komite Audit tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini
konsisten dengan Yunita Prastiwi(2011) dan Waryanto (2010).
4. Jumlah anggota Komite Audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR dalam sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan
yang dilakukan oleh Nur Fitria (2014).
5. Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dalam
sustainability report. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2014) dan Anastasian et. al. (2014).
98
B. Saran
Berikut saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya,
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan agar menambah variabel yang akan
digunakan seperti pengaruh manajemen laba, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sehingga hasilnya dapat
memperkaya pembahasan mengenai pengungkapan CSR dalam
sustainability report.
2. Penelitian selanjutnya disarankan memperpanjang periode pengamatan.
3. Penelitian selanjutnya disarankan menambah kategori penggungkapan
item CSR.
4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas kriteria sampel dengan
mengambil sampel perusahaan yang menggunakan satuan mata uang
selain rupiah seperti dollar.
99
DAFTAR PUSTAKA
Adityasih, Tia. “Analisa Pengaruh Pendidikan Profesi, Pengalaman Auditor,
Jumlah Klien (Audit Capacity) dan Ukuran Kantor Akuntan Publik
Terhadap Kualitas Audit”. Tesis Universitas Indonesia. 2010.
Anggraini, Fr. R. R. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX,
Padang, 23-26 Agustus 2006.
Anugerah, Marga. ”Pengaruh Elemen-Elemen Corporate Governance Terhadap
Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility” Universitas
Dipenogoro. 2011.
Aziz, Abdul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance” Jurnal Audit dan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 3, No.2,
Hal. 65-84. 2014.
Belkaoui, Ahmed Riahi. “Teori Akuntansi” Buku Dua Edisi Lima. Salemba
Empat. Jakarta. 2007.
Benn, S., dan Bolton, D. “Key Concepts in Corporate Social Responsibility”.
Sage Publication. 2013.
Boyd, C. “Sustainability is Good Business”. 2014.
Carol, A. A., and Carlos, L. G. “Engaging with Organisations in Pursuit of
Improved Sustainbility Accounting and Performance”. Accounting
Auditing and Accountability Journal. 2007
Chariri, A., dan Ghozali, I. “Teori Akuntansi”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. 2007.
Claire. B Roberts. “Environmental Disclosures: A Note on Reporting Practices in
Mainland Europ”. Accounting Auditing and Accountability Journal.
Vol.4. No.3. pp.62-71. 1991.
Dilling, P.F. “Sustainability Reporting in Global Context.” International Business
and Economics Research Journal, 9 (1), pp.19-30. 2010.
100
Djuitaningsih, Tita dan Marsyah, Wahdatul A. “Pengaruh Manajemen Laba dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure”. Media Riset Akuntansi, Vol.2, No.2, 2012.
Elkingston, John. “Caninibals with Forks, The Line of Twentieth Century
Business”, Capston, Oxpord. 1998.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). “Seri Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance)”. Jakarta. 2006. www.fcgi.or.id
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Salemba
Empat. Jakarta. 2013.
Global Reporting Initiatives (GRI). “Sustainability reporting Guidelines.
Amsterdam”. 2006.
Handayani, Mutia. “Penggaruh Ukuran Perusahaan dan Penerapan Good
Corporate GovernanceTerhadap Tingkat Pengungkapan CSR”.
Universitas Negeri Padang 2007.
Harahap, Sofyan Syafri. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja
Grofindo Persada. 2002.
Honimah. “Analisis Profil Perusahaan, Profitabilitas, Tingkat Leverage, dan
Kelengkapan Laporan Keuangan Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Islahuzzaman. “Istilah-istilah Akuntansi & Auditing”. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2012.
Kolk, Ans. “Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250.
Business Strategy and the Environment”. pp. 279. 2003.
Laraswita, N dan Indrayani, E.. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Sektor Properti
dan Real Estate yang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Akuntansi. 2010.
Li, J., Pike, R., dan Hannifa, R. “Intellectual Capital Dislosure and Corporate
Governance Structure in UK firms. Accounting and Business
Research” 38(2), 137-159. 2008.
Maria, Anandita. ”Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Tipe
Industri Terhadap Pengungkapan Sukarela Pelaporan Bekerlanjutan”.
2014.
101
Mulyadi. “Ekonomi Sumber daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan”.
Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2003
Nur, Fitria Galuh “pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Penggungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2014.
Prastiwi, Yunita “Penggaruh Corporate Governance Terhadap Luas
Pengungkapan Tanngung Jawab Sosial Perusahaan di dalam
Sustainability Report” 2011.
Purnasiwi, Jayanti dan Drs.Sudarno. “Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, dan
Leverage terhadap Pengungkapan CSR Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Diponegoro. 2010
Putri, Cynthia Dwi. “Penggaruh Corperate Governance dan Karakteristik
Perusahaan Terhadap Penggungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan dalam Sustainability Report”. Universitas Negeri Padang.
2013.
Putri, Maharani Destika. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba” Fakultas Dipenogoro Semarang. 2011.
Rahman, Rashidah Abdul dan Ali, Fairuzana Haneem Mohamed. “Board, Audit
Committee, Culture and Earning Management: Malaysian evidence”
Managerial Auditing Journal. Vol. 21, No. 7, hal. 783-804. 2006.
Rismanda, Edy Sembiring “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial”. Tesis Universitas
Dipenogoro. 2005.
Ristifani. “Analisis Implementsi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
(GCG) Dan Hubungannya Terhadap Kinerja PT.Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk”. Universitas Gunadharma, 2009.
Risty, Ilyona dan Sanny. ”Pengaruh Independensi, Keahlian, Frekuensi Rapat.
Dan Jumlah Komite Audit terhadap Penerbitan Sustainability Report”.
Universitas Kristen Petra. 2015.
Ross A Stephen. “The Determination of Financial Structur: The Incentive-
Signaling Approach. The Bell Journal of Economics, Vol. 8, No. 1
(Spring, 1977), pp. 23-40
Runhaar, H., and Lafferty, H. “Governing Corporate Social Responsibility: an
Assessment of the UN Global Compact to CSR Strategies in the
Telocommunications Industry”. Business Ethics. 84, pp.479-495. 2009.
102
Rustiarini, Ni Wayan. “Penggaruh Struktur Kepemilikan Saham Pada
Penggungkapan Corporate Social Responsibility” Universitas
Mahasaraswati Denpasar. 2010
Said, Roshima., Yuserrie Hj Zainudin., dan Hasnah Haron. “The Relationship
between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance
Characteristics in Malaysian Public Listed Companies”. Social
Responsibility Journal. Vol.5, No. 2, hal. 212-216. 2009.
Sancahya, Dewa “Pengarus Corporate Social Responsibilty Terhadap
Profitabilitas perusahaan” Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Sanjaya, Puspita Taufik “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap
Corporate Environmental Disclosure” Fakultas Dipenogoro Semarang
2013.
Sukrisno, Agoes. “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. 2012.
Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial
Performance”. Haas School of Business University of Calofornia at
Berkeley. 2004.
Waryanto. “Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG)
Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
diIndonesia”. Universitas Diponegoro Semarang. 2010.
Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”. Surabaya: Media
Grapka. 2011.
103
LAMPIRAN
104
Lampiran 1 Item Pengungkapan CSR
KATEGORI
Sektor Industri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Lingkungan
1 Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluaran riset dan
pengembangan untuk pengurangan polusi Y Y Y Y Y Y T T T T Y Y
2 Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak
mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan
polusi; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan
dikurangi; Y Y Y Y Y Y T T T T Y Y
4 Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan
sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi; Y T Y T Y T T T T T Y Y
5 Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air
dan kertas; T T Y T Y T T T T T Y Y
6 Penggunaan material daur ulang; T T Y Y Y Y T T T T Y Y
7 Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang
dibuat perusahaan; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
8 Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
9 Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
10 Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
11 Pengolahan limbah Y Y Y T Y T T T T T Y Y
12 Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan
perusahaan; Y Y Y Y Y Y T Y T T Y Y
13 Perlindungan lingkungan hidup. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Energi
1 Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
2 Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi; T Y Y T Y T T T T T Y Y
3 Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang; T Y Y T Y T T T T T Y Y
4 Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
5 Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk T T Y T Y Y T T T T Y Y
6 Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk; Y T Y T Y Y T T T T Y Y
7 Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga kerja
1 Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
2 Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau
mental; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
4 Mentaati peraturan standard kesehatan dan keselamatan kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
5 Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
6 Menetapkan suatu komite keselamatan kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
7 Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
8 Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Lain-lain tentang Tenaga kerja
1 Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
105
2 Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat
dalam tingkat managerial; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
4 Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
5 Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
6 Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
7 Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
8 Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam
proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
9 Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
10 Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
11 Pengungkapkan persentase gaji untuk pensiun; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
12 Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
13 Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
14 Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
15 Mengungkapkan disposisi staff - di mana staff ditempatkan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
16 Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
17 Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. penjualan per tenaga kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
18 Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
19 Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
20 Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
21 Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja
dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
22 Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa
depan perusahaan; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
23 Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
24 Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
25 Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
26 Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
27 Peningkatan kondisi kerja secara umum; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
28 Informasi re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
29 Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Produk
1 Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk
pengemasannya, Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
2 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki
produk Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
4 Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan; Y Y Y Y Y Y T T T Y Y Y
5 Membuat produk lebih aman untuk konsumen; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
6 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan Y Y Y Y Y Y T Y T Y Y Y
7 Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan
penyiapan produk; Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y Y
8 Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan Y Y Y Y Y Y T Y T Y Y Y
106
Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam
penerimaan penghargaan Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
10 Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat
(Misalnya ISO 9000). Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Keterlibatan Masyarakat
1 Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y masyarakat, pendidikan dan seni
2 Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
3 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
4 Membantu riset medis; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
5 Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
6 Membiayai program beasiswa Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
7 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
8 Mensponsori kampanye nasional; Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
9 Mendukung pengembangan industri local Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Umum
1 Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
2 Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain
yang disebutkan di atas Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y
Total item yang diharapkan diungkapkan 73 73 78 71 78 73 64 67 63 67 78 78
Sumber : Dimodifikasi dari Hackston dan Milne (1999)
* untuk sektor Others dilakukan penyesuaian untuk masing-masing perusahaan
Keterangan:
Y = item yang diharapkan diungkapkan sektor bersangkutan
T = item yang tidak relevan untuk sektor bersangkutan
Sektor Industri
1 = Agriculture Forestry and Fishing
2 = Animal Feed and Husbandry
3 = Mining and Mining service
4 = Construction
5 = Manufacturing
6 = Transportation Service
7 = Communication
8 = Whole Sale and Retail Trade
9 = Banking, Credit Agencies Other than Bank, securities, Insurance and Real estate
10 = Hotel And Travel Service
11 = Holding and Other Investment
12 = Other
107
Lampiran 2 Daftar Kode GRI No Kode GRI Indikator
1 EC1 Perolehan distribusi nilai ekonomi
2 EC2 Implikasi finansial akibat perubahan iklim
3 EC3 Dana pensiun karyawan
4 EC4 Bantuan finansial dari pemerintah
5 EC5 Standar upah minimum
6 EC6 Rasio pemasok local
7 EC7 Rasio karyawan local
8 EC8 Pengaruh pembangunan infrastruktur
9 EC9 Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung
10 EN1 Pemakaian material
11 EN2 Pemakaian material daur ulang
12 EN3 Pemakaian energi langsung
13 EN4 Pemakaian energi tidak langsung
14 EN5 Penghematan energy
15 EN6 Inisiatif penyediaan energi terbaru
16 EN7 Inisiatif mengurangi energi tidak langsung
17 EN8 Pemakaian air
18 EN9 Sumber air yang terkena dampak
19 EN10 Jumlah air daur ulang
20 EN11 Kuasa tanah di hutan lindung
21 EN12 Perlindungan keanekaragaman hayati
22 EN13 Pemulihan habitat
23 EN14 Strategi menjaga keanekaragaman hayati
24 EN15 Spesies yang dilindungi
25 EN16 Total gas rumah kaca
26 EN17 Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas
rumah kaca
27 EN18 Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca
28 EN19 Pengurangan emisi ozon
29 EN20 Jenis-jenis emisi udara
30 EN21 Kualitas pembuangan air dan lokasinya
31 EN22 Klasifikasi limbah dan metode pembuangan
32 EN23 Total biaya dan jumlah yang tumpah
33 EN24 Limbah berbahaya yang ditransportasikan
34 EN25 Keanekaragaman hayati
35 EN26 Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan
36 EN27 Persentase produk yang terjual dan materi kemasan
dikembalikan berdasarkan kategori
37 EN28 Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum
lingkungan hidup
Bersambung pada halaman selanjutnya
108
No Kode GRI Indikator
38 EN29 Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat
transportasi produk
39 EN30 Biaya dan investasi perlindungan lingkungan
40 LA1 Jumlah karyawan
41 LA2 Tingkat perputaran karyawan
42 LA3 Kompensasi bagi karyawan tetap
43 LA4 Perjanjian kerja sama
44 LA5 Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional
45 LA6 Majelis kesehatan dan keselamatan kerja
46 LA7 Tingkat kecelakaan kerja
47 LA8 Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
48 LA9 Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja
49 LA10 Rata-rata jam pelatihan
50 LA11 Program persiapan pension
51 LA12 Penilaian kinerja dan pengembangan karir
52 LA13 Keanekaragaman karyawan
53 LA14 Rasio gaji dasar pria terhadap wanita
54 HR1 Perjanjian dan investasi menyangkut HAM
55 HR2 Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM
56 HR3 Pelatihan karyawan tentang HAM
57 HR4 Kasus diskriminasi
58 HR5 Hak berserikat
59 HR6 Pekerja di bawah umur
60 HR7 Pekerja paksa
61 HR8 Tenaga keamanan terlatih HAM
62 HR9 Pelanggaran hak penduduk asli
63 SO1 Dampak program pada komunitas
64 SO2 Hubungan bisnis dan resiko korupsi
65 SO3 Pelatihan anti korupsi
66 SO4 Pencegahan tindakan korupsi
67 SO5 Partisipasi dalam pembuatan kebijakan public
68 SO6 Sumbangan untuk partai politik
69 SO7 Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha
70 SO8 Hukuman atau denda pelanggaran peraturan prundangaN
71 PR1 Perputaran dan keamanan produk
72 PR2 Pelanggaran peraturan dampak produk
73 PR3 Informasi kandungan produk
74 PR4 Pelanggaran penyediaan info produk
75 PR5 Tingkat kepuasan pelanggan
76 PR6 Kelayakan komunikasi pemasaran
77 PR7 Pelanggaran komunikasi pemasaran
78 PR8 Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan
Sumber: Sembiring (2005)
109
Lampiran 3 Sampel Data Penelitian
KODE EMITEN NAMA PERUSAHAAN
AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
ADMF PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk
ASII PT. Astra Internasional Tbk
BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
BNII Bank Internasional Indonesia Tbk
INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
JSMR PT. Jasa Marga Tbk
SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
WIKA Wijaya Karya Tbk
Sumber: Data sekunder yang diolah
Lampiran 4 Data Diolah
Keterangan:
CSR : Pengungkapan Corporate Social Responsibility
AUINDP : Independensi Komite Audit
AUEXCT : Keahlian Komite Audit
AUMEET : Jumlah Frekuensi Rapat Komite Audit
AUSIZE : Jumlah Anggota Komite Audit
ROA : Profitabilitas
SAMPEL CSRD AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
AALI 2010 0,918 0,667 1,000 18 3 0,239
AALI 2011 1,000 0,667 0,667 14 3 0,245
AALI 2012 0,932 0,667 0,667 15 3 0,203
AALI 2013 0,781 0,667 0,667 18 3 0,127
AALI 2014 0,712 0,667 0,667 16 3 0,141
ADMF 2010 0,352 0,500 0,500 4 4 0,193
ADMF 2011 0,507 0,286 0,571 4 7 0,094
Bersambung pada halaman selanjutnya
110
SAMPEL CSRD AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
ADMF 2012 0,155 0,286 0,571 4 7 0,056
ADMF 2013 0,324 0,600 0,600 4 5 0,055
ADMF 2014 0,141 0,250 0,500 4 4 0,026
ASII 2010 0,731 0,750 0,500 9 4 0,338
ASII 2011 0,769 0,500 0,500 9 4 0,371
ASII 2012 0,795 0,500 1,000 6 4 0,125
ASII 2013 0,346 0,500 0,500 5 4 0,104
ASII 2014 0,115 0,500 0,500 7 4 0,094
BBNI 2010 0,349 0,500 0,750 37 4 0,017
BBNI 2011 0,429 0,500 0,750 37 4 0,019
BBNI 2012 0,730 0,500 1,000 38 4 0,021
BBNI 2013 0,317 0,500 1,000 35 4 0,023
BBNI 2014 0,349 0,750 0,750 37 4 0,026
BDMN 2010 0,254 0,333 0,500 10 6 0,024
BDMN 2011 0,317 0,333 0,333 10 6 0,024
BDMN 2012 0,794 0,333 0,500 10 6 0,026
BDMN 2013 0,317 0,333 0,333 9 6 0,023
BDMN 2014 0,349 0,400 0,600 9 5 0,014
BNII 2010 0,587 0,500 0,500 20 4 0,006
BNII 2011 0,349 0,400 0,600 18 5 0,007
BNII 2012 0,381 0,400 1,000 15 5 0,010
BNII 2013 0,286 0,500 1,000 16 4 0,011
BNII 2014 0,349 0,400 1,000 17 5 0,005
JSMR 2010 0,644 0,667 0,333 14 3 0,063
JSMR 2011 0,616 0,667 0,333 15 3 0,062
Bersambung pada halaman selanjutnya
111
SAMPEL CSRD AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
JSMR 2012 1,041 0,333 0,333 13 3 0,062
JSMR 2013 0,329 0,333 0,333 23 3 0,033
JSMR 2014 0,301 0,667 0,333 17 3 0,038
PTBA 2010 1,000 0,667 0,667 37 3 0,229
PTBA 2011 1,000 0,400 0,600 36 5 0,268
PTBA 2012 1,000 0,667 0,667 48 3 0,178
PTBA 2013 0,551 0,500 0,500 57 4 0,155
PTBA 2014 0,179 0,500 0,250 59 4 0,129
SMCB 2010 0,769 0,667 0,333 5 3 0,079
SMCB 2011 0,782 0,667 0,333 5 3 0,097
SMCB 2012 0,487 1,000 0,333 5 3 0,111
SMCB 2013 0,718 0,667 0,333 5 3 0,064
SMCB 2014 0,40 0,67 0,33 5 3 0,04
SMGR 2010 0,99 0,67 0,67 33 3 0,48
SMGR 2011 0,99 1,00 0,33 13 3 0,34
SMGR 2012 1,00 0,80 0,40 8 5 0,19
SMGR 2013 0,59 0,50 0,67 12 6 0,17
SMGR 2014 0,45 0,40 0,40 26 5 0,16
WIKA 2010 0,97 0,67 0,33 17 3 0,05
WIKA 2011 0,89 0,67 0,33 13 3 0,05
WIKA 2012 1,08 0,60 0,40 9 5 0,05
WIKA 2013 0,30 0,60 0,40 16 5 0,05
WIKA 2014 0,48 0,71 0,29 6 7 0,05
Sumber: Data Sekunder yang diolah
112
Lampiran 4 Perhitungan CSR
113
Lampiran 5 Perhitungan Variabel
114
Lampiran 6 Hasil Output SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRD 55 ,12 1,08 ,5870 ,28685
AUINDP 55 ,25 1,00 ,5522 ,16636
AUEXCT 55 ,25 1,00 ,5502 ,22095
AUMEET 55 4,00 59,00 17,3091 13,70033
AUSIZE 55 3,00 7,00 4,1455 1,19285
ROA 55 ,00 ,48 ,1065 ,10603
Valid N (listwise) 55
Correlations
CSRD AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
Pearson Correlation CSRD 1.000 .450 -.017 .062 -.401 .545
AUINDP .450 1.000 -.174 -.006 -.550 .390
AUEXCT -.017 -.174 1.000 .256 .039 .004
AUMEET .062 -.006 .256 1.000 -.210 .123
AUSIZE -.401 -.550 .039 -.210 1.000 -.270
ROA .545 .390 .004 .123 -.270 1.000
Sig. (1-tailed) CSRD . .000 .450 .326 .001 .000
AUINDP .000 . .102 .483 .000 .002
AUEXCT .450 .102 . .030 .390 .489
AUMEET .326 .483 .030 . .062 .185
AUSIZE .001 .000 .390 .062 . .023
ROA .000 .002 .489 .185 .023 .
N CSRD 55 55 55 55 55 55
AUINDP 55 55 55 55 55 55
AUEXCT 55 55 55 55 55 55
AUMEET 55 55 55 55 55 55
AUSIZE 55 55 55 55 55 55
ROA 55 55 55 55 55 55
115
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ROA, AUEXCT,
AUSIZE,
AUMEET,
AUINDPb
. Enter
a. Dependent Variable: CSRD
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .624a .390 .327 ,23528 1.768
a. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP
b. Dependent Variable: CSRD
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.02678
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 27
Z -.406
Asymp. Sig. (2-tailed) .685
a. Median
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.731 5 .346 6.254 .000b
Residual 2.712 49 .055
Total 4.443 54
a. Dependent Variable: CSRD
b. Predictors: (Constant), ROA, AUEXCT, AUSIZE, AUMEET, AUINDP
116
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .480 .268 1.791 .079
AUINDP .312 .249 .181 1.254 .216 .599 1.669
AUEXCT .039 .152 .030 .253 .801 .903 1.108
AUMEET -.001 .003 -.038 -.318 .752 .866 1.154
AUSIZE -.047 .033 -.196 -1.414 .164 .651 1.536
ROA 1.154 .332 .427 3.482 .001 .829 1.206
b. Dependent Variable: CSRD
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) AUINDP AUEXCT AUMEET AUSIZE ROA
1 1 5.001 1.000 .00 .00 .00 .01 .00 .01
2 .452 3.325 .00 .00 .01 .01 .01 .73
3 .332 3.881 .00 .01 .00 .79 .02 .00
4 .115 6.581 .00 .17 .53 .04 .00 .14
5 .089 7.476 .00 .12 .37 .08 .26 .11
6 .010 22.399 .99 .70 .09 .06 .71 .01
a. Dependent Variable: CSRD
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,3225 1,0965 ,5870 ,17904 55
Std. Predicted Value -1.477 2.846 .000 1.000 55
Standard Error of Predicted
Value .045 .127 .075 .020 55
Adjusted Predicted Value ,3078 1,1361 ,5899 ,18485 55
Residual -,45378 ,59212 ,00000 ,22412 55
Std. Residual -1.929 2.517 .000 .953 55
Stud. Residual -1.965 2.587 -.006 1.011 55
Deleted Residual -,53546 ,62913 -,00292 ,25346 55
Stud. Deleted Residual -2.027 2.756 .000 1.035 55
Mahal. Distance 1.003 14.826 4.909 3.311 55
Cook's Distance .000 .253 .023 .044 55
Centered Leverage Value .019 .275 .091 .061 55
117
a. Dependent Variable: CSRD
118
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 55
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .22411863
Most Extreme Differences Absolute .087
Positive .087
Negative -.052
Test Statistic .087
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .388 .159 2.445 .018
AUINDP -.105 .147 -.128 -.716 .478
AUEXCT -.139 .090 -.224 -1.538 .131
AUMEET .000 .001 .021 .142 .888
AUSIZE -.019 .020 -.162 -.943 .350
ROA -.038 .196 -.029 -.193 .847
a. Dependent Variable: GLEJSER
46