LAHAN DI - repository.unp.ac.id
Transcript of LAHAN DI - repository.unp.ac.id
DAMPAK PERTAMBAHAN PENDUDUK TERHADAP KONVERSI LAHAN
DI KOTA PADANG
Oleh: Dra. Yurni Suasti, M.Si Dr. Dedi Hermon, SP
Ahyuni, ST, M.Si - .- ? , . . . ,
F._---- --,:: .:: ?;<?:?*... F b
h~ -.,hh . \.,;;.;~:j$'si;Rk i,. i t - ;\. .a a*Bq------i
\ :t.::;:,i 5isL- .-- H ! ' \ f&REI :---
. ICL \ : v, ~ E ~ ~ S I .-- -4.r tt-i i I , 7 7 p : ; : - )r/ b4!x!L- -- --- : ; ,,,:" r , , \MIJFI, \-. . . - _ _ _
. - li (:.:Ma.?! - - . . ,... - . - . - . .
L-.,..-', +.... C
I PADA KEGIATAN KERJASAMA PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN
HIDUP (PKLH) UNIVERSITAS NEGERI PADANG DENGAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
NASIONAL (BKKBN) PROVINSI SUMATERA BARAT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur dipanjatkan kepada Allah S.W.T tulisan yang berjudul"
Dampak Pertambahan Penduduk terhadap Konversi Lahan di kota Padang" dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Kajian ini terkait dengan tema
utama dampak kependudukan dilakukan atas kerjasama Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (l3KKBN) Provinsi Sumatera Barat dengan Pusat Penelitian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup PKLH) Universitas Negeri Padang.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu
pelaksanaan kajian ini, terutama BKKBN Provinsi Sumatera Batat, Pusat Penelitian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Padang, dan Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Padang.
Padang, Desember 20 12
DAFTAR IS1
. . DAFTAR IS1 .......................................................................................................... 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..... .. .. ...... .............. .......... . . ............................... . . ............. . . . 1 1.2.Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.3 .Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . . . 3
BAB I1 METODOLOGI 2.1. Landasan Konseptual ..... ..... . . .. . . . . . . ... . .. . ... .................... . . . . . . ......... . . . . . 4 2.2. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 . . 2.3. Pertanyaan Penelltlan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . , , . . . . . . . . . .. . . . .. . 6
BAB rn ANALISIS DAMPAK PERTAMBAHAN PENDUDUK TERHADAP KONVERSI LAHAN DI KOTA PADANG
3.1. Desain Analisis.. .. . . . . . . . . .... ........ . . ... ...... . . . .... ... ......................... .. ..... ............ ..... . 9 3.2. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 9 3.3. Data Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 3.4. Metode dan Teknik Analisis .......................................................................... 10
A. Meneliti Trend Pertambahan Jumlah Penduduk pada setiap Kecamatan di Kota Padang tahun 1990, 2000, dan 2010 ...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 10
B. Meneliti Trend Konversi Lahan menjadi Lahan Terbangun pada setiap Kecamatan di Kota Padang tahun 1990,2000, dan 20 10 . . . . . . . 10
C. Meneliti Pengaruh Trend Pertambahan Jumlah Penduduk terhadap Konversi Lahan menjadi Lahan Terbangun pada setiap Kecamatan di Kota Padang tahun 1990, 2000, dan 20 10.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Trend Pertambahan Jumlah Penduduk pada setiap Kecamatan di
Kota Padang rentang tahun 1990, 2000, dan 201 0 .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 4.2. Trend Konversi Lahan Menjadi Lahan Terbangun pada setiap
Kecamatan di Kota Padang rentang tahun 1990, 2000, dan 20 10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 4.3. Pengaruh Trend Pertambahan Jumlah Penduduk terhadap Konversi Lahan
menjadi Lahan Terbangun pada setiap Kecamatan di Kota Padang tahun 1990, 2000, dan 2010 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. ... . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .. .. . .. . . . .. .. ... . . . . . . . . . . .. . 18
BAB V KESJMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan .................................................................................................... . 21 5.2. Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . 2 1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk merupakan komponen utama suatu wilayah yang membutuhkan
kelaugsungan kehidupan sosial yang memerlukan tempat hunian atau perumahan dan
membentuk suatu kesatuan terbangun (Sobirin, 2001). Pertambahan jumlah penduduk
yang cepat akan menyebabkan terjadinya perluasan wilayah terbangun dan aktivitas
lainnya yang tidak terkontrol dengan baik, sehingga suatu kawasan akan berpotensi
mengalami degradasi lingkungan.
Trend pertambahan penduduk yang selalu meningkat mengakibatkan proses
pembangunan yang berlangsung juga sangat pesat, sehingga menyebabkan perubahan pola
penggunaan lahan, dimana ruang terbangun semakin mendominasi dan mendesak ruang-
ruang alami untuk berubah fbngsi. Fenomena tersebut umumnya terjadi pada wilayah
perkotaan, dimana perubahan penggunaan lahan berlangsung dengan sangat dinamis
(Pribadi et al., 2006). Selain itu, Harun (1992) dan Kustiawan (1997) menjelaskan bahwa
perubahan pola penggunaan lahan mengakibatkan terjadinya fluktuasi daya dukung
sumberdaya lahan, sehingga menimbulkan terjadinya degradasi lahan, lahan kritis, erosi,
dan longsor (ZandsIide).
Dampak lain akibat trend pertambahan penduduk adalah semakin berkurangnya luas
lahan hutan yang dialihfbngsikan untuk lahan terbangun oleh penduduk dan untuk aktivitas
pertanian, serta alih fbngsi lahan pertanian yang juga untuk lahan terbangun. Hal ini tentu
mempunyai dampak yang negatif terhadap keberlanjutan sumberdaya lahan, umumnya
pada wilayah perkotaan (Sandy, 1978).
Kota Padang merupakan ibu kota propinsi Sumatera Barat dengan tipe relief datar-
berbukit. Pertumbuhan penduduk yang selalu dinamis dengan kecenderungan selalu
meningkat setiap tahunnya mengakibatkan pertumbuhan terbangun terus terjadi,
umumnya berkembang ke daerah pinggiran bagian timur, utara, dan selatan Kota Padang
yang sebagian wilayah tersebut masih didorninasi sebagai kawasan hutan dan areal
pertanian masyarakat. Kota Padang awalnya merupakan suatu terbangun kecil, secara
spasial mempunyai lokasi yang strategis bagi kegiatan perdagangan. Seiring dengan
perjalanan waktu, Kota Padang mengalami perkembangan sebagai akibat pertambahan
penduduk, perubahan sosio-ekonomi dan budayanya, serta interaksinya dengan kota-kota
lain dan daerah sekitarnya.
Hermon (2009) menjelaskan bahwa pertambahan penduduk di Kota padang secara
umum selalu menunjukan trend positif, dengan kata lain selalu meningkat pada setiap
periode tahun, yang mengakibatkan luas lahan yang digunakan untuk terbangun di Kota
Padang selalu meningkat. Luas lahan yang digunakan untuk terbangun sampai tahun 1980
adalah 3.044,20 ha, kemudian pada tahun 1995 luas lahan yang digunakan untuk
terbangun adalah 8.288,28 ha. Kemudian pada tahun 2005 berkembang menjadi 12.444,21
ha dari luas lahan Kota Padang seluas 69.496,OO ha (BPS Kota Padang tahun 1981, 1995,
dan 2006). Dengan terjadinya pertumbuhan terbangun akibat trend pertumbahan jumlah
penduduk yang cenderung meningkat mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan
lahan, masalah yang timbul di Kota Padang adalah banyaknya kawasan yang tidak sesuai
untuk terbangun dimanfaatkan oleh penduduk untuk mendirikan perurnahan, dan untuk
aktivitas lainnya yang mengakibatkan berkurangnya kawasan konservasi.
1.2. Batasan Masalah
Masalah penelitian dibatasi pada:
Trend pertambahan penduduk rentang tahun 1990,2000 dan 2010.
Trend Konversi lahan non terbangun menjadi terbangun periode periode
2000-20 10.
Hubungan antara konversi lahan dengan pertambahan penduduk periode
2000-20 10
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pertambahan penduduk
terhadap konversi lahan menjadi lahan terbangun di Kota Padang, meliputi.
Trend pertambahan penduduk setiap kecamatan di kota Padang periode
2000-20 10
= Trend Konversi lahan non terbangun menjadi terbangun setiap kecamatan
di kota Padang 2000-2010.
o konversi lahan hutan menjadi lahan terbangun
o konversi lahan semak menjadi lahan terbangun
o konversi lahan kebun menjadi lahan terbangun
o konversi lahan sawah menjadi lahan terbangun
Hubungan antara konversi lahan dengan pertambahan penduduk periode
2000-20 10
BAB I1 METODOLOGI
2.1.Landasan Konseptual
Salah satu permasalahan penduduk perkotaan adalah pertambahan penduduk yang
besar, baik karena pertumbuhan penduduk secara alamiah maupun pertambahan penduduk
karena arus urbanimsi dari daerah perdesaan. Pertambahan penduduk yang tinggi akan
berakibat pada kepadatan penduduk perkotaan. Kepadatan penduduk mendorong
peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang
kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya.
Semakin bertambah banyaknya penduduk, khususnya perkotaan tentu kebutuhan akan
rumah semakin banyak dan otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak. Sementara
lahan yang tersedia luasnya tetap. Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman
(kepadatan meningkat) dan sedikit sekali lahan-lahan kosong yang tersisa. Semakin
sedikitnya lahan yang kosong akan membuat harga tanah semakin melonjak, dan tentu
saja masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah untuk
membangun rumah, sehingga mereka mencari "lahan" lain untuk tinggal. Untuk mengatasi
kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif
maupun hutan lindung untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana
kehidupan. Apabila ha1 ini dibiarkan, dalam arti pertambahan penduduk yang besar,
khususnya pertumbuhan penduduk alamiah yang bisa dicegah, maka akan terjadi
penurunan kualitas lingkungan yang nantinya juga akan merusak lingkungan. Jadi peluang
terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan
penduduk.
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Pertambahan Penduduk Kota Padang tahun 1990-20 10
1 Trend Konversi Tanah Akibat Pertambahan Penduduk Kota
Padane; tahun 1990-20 10 I
4 4
Pertanyaan Penelitian
Analisis Tutupan Tanah Kota Padang
tahun 2000 -
Bagaimanakah trend pertambahan jumlah penduduk pada setiap kecamatan di
Kota Padang periode tahun 1990, 2000 dan 20 10
Bagaimanakah trend konversi lahan menjadi lahan terbangun pada setiap
Kecamatan di Kota Padang periode tahun 2000-2010 berdasarkan kategori
penggunaan lahan.
o konversi lahan hutan menjadi lahan terbangun
o konversi lahan semak menjadi lahan terbangun
o konversi lahan kebun menjadi lahan terbangun
o konversi lahan sawah menjadi lahan terbangun
Bagaimanakah hubungan antara konversi lahan dengan pertambahan penduduk
periode 2000-201 0
Analisis Tutupan Tanah Kota Padang
tahun 20 10 P
Perubahan Tutupan Lahan periode tahun -
2000-20 10 4
1 Perubahan Tutupan
Lalmn periode tahun - 2000-20 10
2.4 Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian adalah Kota Padang yang terdiri dari 11 kecamatan yaitu
1. Kecamatan Teluk Kabung
2. Kecamatan Lubuk Kilangan
3. Kecamatan Lubuk Begalung
4. Kecamatan Padang Selatan
5. Kecamatan Padang Timur
6. Kecamatan Padang Barat
7. Kecamatan Padang Utara
8. Kecamatan Nanggalo
9. Kecamatan Kuranji
10. Kecamatan Pauh
1 1. Kecamatan Koto Tangah
BAB m ANALISIS DAMPAK PENDUDUK TERHADAP KONVERSI LAHAN DI KOTA PADANG
3.1.Desain Analisis
Kajian ini merupakan Analisis Data Sekunder (ADS) atau yang disebut juga
Szcondary Data Analysis atau existing statistic. Martono (201 1) menyatakan, ADS adalah
metode analisis yang dilakukan dengan memanfaatkan data yang sudah matang yang dapat
diperoleh pada instansi atau lembaga tertentu. Data yang dianalisis dalam kajian ini adalah
data Jumlah Penduduk, dan data pengunaan lahan (dalam bentuk citra) dan time series
pada masing-masing kecamatan di kota Padang periode tahun 2000-2010.
3.2.Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa peta dan citra
serta peralatan untuk survei penelitian sosial masyarakat. Bahan dan alat penelitian dapat
di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bahan dan Alat Penelitian No Bahan dan Alat Kegunaan Sumber A Peta dan Citra
Peta Administrasi Lokasi Mengetahui Batas Administratif Bappeda Kota Padang Penelitian Lokasi Penelitian Citra Landsat 7+ETM Untuk melihat tutupan lahan di PPLH IPB Bogor, tahun 2000 lokasi mnelitian tahun 2000 Biotroa LAF'AN
Citra Landsat 7+ETM Untuk melihat tutupan lahan & PPLH IPB Bogor, tahun 2010 lokasi penelitian tahun 2010 Biotrop, LAF'AN Dab ke~endudukan per Un* meljllat pertambahan kecamatan di Kota penduduk per kecarnatan di Kota BPS Padang
'entang tahun Padang rentang tahun 1990-2000, 1990-2000, d m 2000- 2000-20 2010
B Peralatan Analisis Untuk Menyusun Angket
I Kertas clan Alat Tulis Penelitian dan Mencatat Data Lapangan
Perangkat Keras dan 2 Lunak Komputer serta Untuk Analisis Data Penelitian
Software GIs Arc View
sementara, yaitu: (1) hutan, (2) kebun campuran, (3) sawah, dan (4)
terbangun.
d. Melakukan survei lapang untuk mengkoreksi ketepatan dan keakuratan hasil
analisis citra dengan GPS, sehingga dihasilkan pola tutupan lahan yang
tepat dan akurat untuk dijadikan sebagai peta tutupan lahan lokasi
penelitian. Untuk mengeluarkan data atribzrt-nya di analisis melalui tools
Vector (raster to vector) dan di analisis lanjut dengan GIs Arc View 3.3.
e. Melakukan analisis perubahan luas lahan (ha) pada masing-masing tutupan
lahan, pada setiap kecamatan dengan ERD AS 8.6. , dengan tools Interpreter
(GIs Analysis-Matrix)
f. Perumusan peta administrasi penelitian di analisis kembali dengan GIs Arc
View 3.3 untuk mengeluarkan data atribut-nya.
g. Overlay peta tutupan lahan tahun 2000 dengan tahun 2010 untuk melihat
konversi lahan dan luasannya dengan ERDAS 8.6
3.4.3. Meneliti Hubungan Konversi Lahan dengan karakteristik perubahan penduduk di setiap Kecamatan di Kota Padang periode tahun 2000-2010
Analisis hubungan konversi lahan dengan karakteristik perubahan penduduk
dilakukan dengan Tabulasi data hasil konversi lahan sebagai dependent
variabel, kemudian dikaitkan dengan variabel independent yaitu pertambahan
penduduk, dianalisis dengan model regresi menggunakan sofhare SPSS 16.
model regresi sederhana sebagai berikut: .
y = a, + alxl Dimana: y : dependent variable (konversi lahan) x : independent variable (pertambahan penduduk) a,: intercept a]: koefisien regresi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Trend Pertambahan Jumlah Penduduk pada setiap Kecamatan di Kota Padang Rentang Tahun 1990-2000,2000, dan 2010
Trend pertambahan penduduk pada setiap kecamatan d i Kota Padang rentang
tahun 1990, 2000, dan 2010 menunjukan trend yang berbeda pada setiap kecamatan. Pada
Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Padang Timur,
Padang Utara, Kuranji, Pauh dan Koto Tangah, jumlah penduduk selalu mengalami
peningkatan dari tahun 1990 ke tahun 2000, dan dari tahun 2000 ke tahun 2010.
Tabel 3. Trend Pertambahan Jumlah Penduduk Kota Padang tahun 1990,2000, dan 2010
Kecamatan
Bungus T.K
L.Begalung Pdng Selatan Pdnn Timur
I Pauh I 37657 I 42369 I 51354 I
Jumlah Penduduk
82075 59972 7823 1 -
Kuranji
1990
Pdng Barat Pdng Utara NW3galo
72802 73602 5468 1
Sumber: BPS Kota Padang tahun 1990,2000,20 10 (20 12)
88563 63969 83873
7 1976 73111 40456
59895 73730 56604
78923
Koto Tangah Total
Pada periode 1990-2000 Kecamatan Nanggalo dan kecamatan Koto Tangah
2000
110912 63003 8723 1
mengalami pertambahan penduduk yang paling tinggi dibanding dengan kecamatan-
2010 16452
8 1477
94324 662922
kecamatan yang lain. Kecamatan Padang Barat dan Padang Utara pada periode tersebut
133976
mengalami pertambahan penduduk paling sedikit karena pada periode tersebut kawasan di
20611
10473 1 723321
26400
173075 881740
kedua kecamatan tersebut merupakan pusat kota dengan doninasi kegiatan perdagangan
dan jasa.
L ---- Gambar 2. Trend Pertambahan Penduduk Kota Padang
tahun 1990,2000, dan 2010
Pada periode 2000-2010 trend pertambahan penduduk kota Padang mengalzmi
perubahan dibanding dengan periode tahun 1990-2000. Kecamatan Bungus Teluk Kabung,
Lubuk Kilangan, dan Lubuk Begalung merupakan daerah dengan keterbatasan fisik tinggi
(topografi agak curam sampai curam) juga mengalami pertambahan penduduk, yang tidak
mencolok dibanding dengan kecamatan lainnya. Sedangkan Kecamatan Padang Timur,
Padang Barat, dan Padang Utara dan Nanggalo tergolong rendah bahkan untuk
Kecamatan Padang Barat dan Padang Selatan pertambahan penduduk minus pada selang
waktu tahun 2000 ke 2010 . Hal tersebut terjadi karena daerah ini merupakan wilayah inti
kota yang berhngsi sebagai pusat perdagangan, industri, dan pendidikan, bukan
didominasi untuk perurnahan, Kecamatan Nanggalo pada Periode 1990-2000 mengalami
pertambahan paling tinggi pada periode 2000-20 10 hampir mengalami kejenuhan karena
wilayah kecamatan tersebut hampir semuanya wilayah terbangun. Sedangkan Kecamatan
Padang Barat, Padang Utara, Padang Selatan mengalami pertambahan yang negatif atau
sedikit disebabkan adanya issu tsunami yang akan melanda kota Padang sehingga
masyarakat berbondong-bondong pindah ke kecamatan yang aman dari tsunami seperti
Kecamatan Koto Tangah Bagian Timur, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Lubuk
Begalung. Kecamatan tersebut mengalami pertambahan penduduk yang tinggi, sehingga
konversi lahan di ketiga kecamatan tersebut sangat tinggi .
Tabel 4 Peningkatan Jumlah Penduduk Kota Padang tahun 1990 ke tahun 2000, Tahun 2000 ke tahun 2010
Total 60399 158419
Dari gejala pertambahan penduduk di atas maka terdapat 3 pola jumlah penduduk
yang terjadi yaitu jumlah penduduk dengan (1) tipe linear pusitif terdapat di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Padang Timur, dan Pauh. Trend pertambahan
penduduk dengan (2) tipe eksponensial positif terdapat pada Kecamatan Lubuk Begalung,
Kuranji dan Koto Tangah dan dengan (3) tipe statisllinier negatif terdapat di Kecamatan
Padang Selatan, Padang Barat, Padang Utara, dan Nanggalo. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3 .
Gambar 3. Trend Pertambahan Penduduk Per Kecamatan dl Kota Padang Tahun 1990,2000 dan 2010
+BungusT.K
4 L . K i l a n g a n
---- L. Begalung
U Pdng Selatan
+PdngTimur
-4% Pdng Etarat
.- ,-,a Pdng Utara
.+*- %-- Nanggalg
0 -1 . - Kuranji
1990 2000 2010 ,:+>.-* Pa u h
. . . Tahun " ' Koto Tangah
4.2. Trend Konversi Lahan Menjadi Lahan Terbangun pada setiap Kecamatan di Kota Padang rentang tahun 2000-2010
Konversi lahan menjadi lahan terbangun di Kota Padang disebabkan oleh pesatnya
pembangunan, sehingga ruang terbangun semakin mendominasi dan mendesak ruang-
ruang alami untuk berubah fkngsi. Tingginya desakan terhadap ruang-ruang alami akan
menyebabkan menurunnya kemampuan alami lahan untuk menyerap dan menampung air,
terutama pada musim penghujan. Pribadi et al. (2006) menunjukkan bahwa perubahan
alami di suatu wilayah lebih dominan di dorong oleh terjadinya perluasar, aktivitas
ekonomi, pertanian, dan perkebunan-perkebunan besar yang selanjutnya akan
menyebabkan terjadinya perluasan terbangun ke wilayah pinggir (urbar~ fringe).
Pembukaan lahan hutan untuk aktivitas pertanian dan terbangun akan berdampak pada
makin berkurangnya fungsi ekosistem, sehingga arahan kebijakan adalah perlu menata
kembali aktivitas terbangun dan pertanian dalam konteks ruang agar tidak mengeser
kepentingan ekologis. Secara spasial, perubahan penggunaan lahan Kota Padang selama
periode tahun 2000-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.
Konversi Lahan di Kota Padamg
. *
Gambar 4. Trend Konversi Lahan menjadi Lahan Terbangun di Kota Padang tahun 2000, dan 2010
Berdasarkan hasil analisis citra untuk dua titik tahun diperoleh data perubahan
tutupan lahan selama 10 tahun, yaitu antara tahun 2000-2010. Data perubahan tutupan
lahan ini dioverlaykan dengan data administrasi kecamatan, sehingga diperoleh perubahan
tutupan lahan untuk setiap kecamatan di Kota Padang (Tabel 4). Data ini kemudian
diplotkan menjadi variabel dependent dari model persamaan yang disusun untuk
memperoleh pengaruh pertambahan jumlah penduduk terhadap perubahan tutupan lahan
untuk terbangun.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa luas lahan yang terkonversi dari lahan non
terbangun manjadi lahan terbangun pada masing-masing kecamatan di kota Padang selama
sepuluh tahun terakhir (2000-2010) cukup bervariasi. Daerah-daerah dengan konversi
lahan terluas terdapat di kecamatan Koto Tangah, yaitu seluas 41 52,4 hektar, kemudian
Kuranji seluas 3010,2, dan Pauh seluas 2834,6 hektar. Daerah ini disamping masih luas,
dengan morfologi yang sebagian relatif datar, juga cukup strategis terutama untuk daerah
permukiman, karena terletak jauh dari pantai dibanding daerah lainya. Tsunami di Aceh
pada tahun 2004, dan kemudian gempa 30 September 2009 di kota Padang memberikan
traumatik tersendiri bagi penduduk di kota Padang, sehingga ada kecendrungan sebagian
penduduk berpindah mencari lokasi permukiman yang dirasa cukup aman menjauhi pantai.
Daerah yang menjadi orientasi permukiman tersebut sebagian besar berupa sawah irigasi,
dan perkebunan, sehingga menimbulkan permasalahan ketahanan pangan.
Tabel 5. Luas Perubahan Tutupan Lahan Menjadi Lahan Terbangun Di Kota Padang Periode 2000-2010
Sumber: Hasil Analisis Matrix Citra Landsat ETM 7+ tahun 20C0 dan 2010 dengan ERDAS 9.1 (20 12)
Daerah-daerah lainnya di kota Fadang menunjukkan luas lahan yang terkonversi
dengan jumlah yang relatif sama, berkisar antara 208,2 hektar sampai 729 hektar, kecuali
kecamatan Padang Barat, luas lahan yang terkonversi hanya 13,2 hektar. Besarnya
perbedaan luas lahan yang terkonversi pada kecamatan Padang Barat dibanding kecamatan
lainnya di kota Padang, selain karena daerah ini juga relatif sempit, hanya 71 1 hektar saja,
juga karena daerah ini merupakan inti kota yang sudah sejak lama berhngsi sebagai pusat
kegiatan ekonomi dan perdagangan, sehingga di daerah ini sudah tidak terdapat lagi lahan
yang dapat dikonversikan. Dengan kata lain, hampir semua lahan yang ada sudah
merupakan area terbangun.
Selanjutnya bila dilihat dari penggunaan lahan yang terkonversi di kota Padang, yang
terluas adalah dari kebun menjadi terbangun seluas 3398,8 hektar, kemudian lahan sawah
menjadi terbangun seluas 2674,4 hektar. Tanpa terkecuali hutan juga digunakan penduduk
untuk diolah menjadi lahan permukiman, sehingga dalam masa sepuluh tahun (2000-2010)
di kota Padang terjadi penyusutana hutan menjadi lahan terbangun seluas 229,7 hektar.
Konversi lahan tak terbangun yang bersifat alami terutama hutan menjadi lahan terbangun
tefitunya dalam jangka panjang jika dibiarkan akan berakibat kepada kerusakan lingkungan
dan bencana seperti tanah longsor, dan banjir. Apalagi di kota Padang, lahan hutan pada
umumnya terletak pada daerah dengan topografi yang kasar (agak curam dan curam).
Dengan topografi yang demikian maka di kota Padang terdapat kawasan yang berpotensi
dan beresiko bencana banjir dan longsor (dapat dibuktikan dengan terjadinya banjir dan
longsor pada tahun 2012 mulai dari hulu Batanglsungai Kuranji sampai hilir sungai, yang
meliputi kecamatan Pauh, Kuranji, Nanggalo, Padang Utara). Konversi konversi lahan,
sebagaimana sudah disampaikan pada bagian pendahuluan terkait erat dengan pertambahn
penduduk dimanapun daerahnya. Untuk melihat keterkaitan penduduk, dalam arti
pertambahan penduduk dan konversi lahan di kota kcia~lg, dibahas sendiri pada point 4.3
berikut ini.
4.3. Pengaruh Trend Pertambahan Jumlah Penduduk terhadap Konversi Lahan menjadi Lahan Terbangun di Kota Padang tahun 2000-2010
Hubungan anatar pertambahan penduduk dan konversi lahan yang terjadi di Kota
Padang dapat dianalisis lebih lanjut dengan menganalisis pengaruh pertambahan penduduk
terhadap konversi lahan yang terjadi padaiode yang sama. Dengan menggunakan data yang
telah diolah dari hasil interpretasi Citra tahun 2000 dan 2010 diperoleh luas lahan yang
terkonversi per kecamatan, dan dari data jumlah penduduk yang diperoleh di BPS kota
Padang diperoleh bentuk hubungan (regresi) anatar kedua variabel tersebut. Dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 16 diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 225.149 + 0,025 X, dimana :
Y = lahan terkonversi
X = pertambahan penduduk
Persamaan tersebut memiliki korelasi sebesar 0,853 yang artinya hubungan antar
dua variabel yaitu konversi lahan dan peta.mbahan penduduk sangat erat. Persamaan
memiliki nilai koefisien determinasi 0,728, yang artinya gejala konversi lahan dapat
diterangkan oleh Iakibat pertambahan menduduk sebesar 73 %, sedangkan 17 % gejala
konversi lahan diterangkan oleh faktor lain diluar jumlah penduduk. Persamaan tersebut
signifikan karena nila F sebesar 24,ll dengan taraf signifikansi 99,99 % ( a = 0,001). Jika
dilihat secara parsial maka signifikansi nilai konstanta adalah 0,14 di atas 10 %, sedangkan
nilai signifikansi variabel pertamnbahan penduduk sebesar 0,001 berada dibawah 10 %.
Jika diambil patokan nilai signifikansi 0,l maka persamaan menjadi: Y = 0,025 X
Secara keseluruhan kedua persamaan tersebut dapat diartikan bahwa peningkatanf
pertambahan penduduk satu jiwa akan menyebabkan terjadinya konversi lahan menjadi
terbangun sebesar 0,025 Ha atau 250 m2.
Jika dari pola yang terjadi dimana pusat kota sudah mengalami kejenuhan jumlah
penduduk (kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Selatan dan Padang Utara
maka bentuk hubungan antara konversi lahan dan pertambahan penduduk di Kota padang
menajdi :
Y = 243.813 + 0,025 X, dimana :
Y = lahan terkonversi
X = pertambahan penduduk
Persamaan tersebut memiliki korelasi sebesar 0,804yang artinya hubungan antar
dua variabel yaitu konversi lahan dan petambahan penduduk sangat erat. Persamaan
memiliki nilai koefisien deetrminasi 0,646 yang artinya gejala konversi lahan dapat
diterangkan oleh Iakibat pertambahan menduduk sebesar 65 %,s edangkan 35 % gejala
konversi lahan diterangkan oleh faktor lain diluar jumlah penduduk, misalnya faktor
keamanan dari bencana (?). Persamaan tersebut signifikan karena nila F sebesar 9,126
dengan taraf signifikansi 97,l % ( a = 0,029). Jika dilihat secara parsial maka signifikansi
nilai konstanta adalah 0, 422 di atas 10 %, sedangkan nilai signifikansi variabel
pertambahan penduduk sebesar 0,029 berada dibawah 10 %. Jika diambil patokan nilai
signifikansi 0,l maka persamaan menjadi:
Y = 0,025 X
Secara keseluruhan kedua persamaan tersebut dapat diartikan bahwa peningkatanl
pertambahan penduduk 1 (satu) jiwa akan menyebabkan terjadinya konversi lahan
menjadi terbangun sebesar 0,025 Ha atau 250 m2.
BAB V KESliVlPULAN DAN mKOMENDASI
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan kajian ini, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Trend pertambahan penduduk kecamatan di kota Padang dapat dikelompokkan
atas: (1) tipe linear positif terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan,
Padang Timur, dan Pauh, (2) tipe eksponensial positif terdapat pada Kecamatan Lubuk
Begalung, Kuranji dan Koto Tangah, (3) tipe statisllinier negatif terdapat di Kecamatan
Padang Selatan, Padang Barat, Padang Utara, dan Nanggalo.
5.1.2. Konversi lahan yang terjadi di Kota Padang bervariasi, dengan dominan
terdapat di kecamatan Koto Tangah, yaitu seluas 41 52,4 hektar, kemudian Kuranji seluas
3010,2 hektar, dan Pauh seluas 2834,6 hektar karena daerah tersebut masih luas untuk
dijadikan daerah terbangun, dengan morfologi yang sebagian relatif datar. Hal tersebut
dikarenakan karena kecendrungan sebagian penduduk berpindah menjauhi pantai, mencari
lokasi permukiman yang dirasa cukup aman dari bahaya tsunami. Daerah yang menjadi
orientasi permukiman tersebut sebagian besar berupa sawah irigasi, dan perkebunan,
sehingga akan menimbulkan permasalahan ketahanan pangan di Kota Padang
5.1.3. Hubungan antar pertambahan penduduk dan konversi lahan pada periode
tahun 2000-2010 adalah : Y = 0,025 X yang dapat diartikan bahwa peningkatanl
pertambahan penduduk 1 (satu) jiwa akan menyebabkan terjadinya konversi lahan
menjadi terbangun sebesar 0,025 Ha atau 250 m2.
5.2.Rekomendasi
Penelitian ini merupakan penelitian awal dengan menggunakan data sekunder,
sehingga untuk lebih memberi penjelasan lebih lanjut perlu dilakukan penelitian tentang
2 1
pemetaan kondisi sosial masyarakat pada lahan yang terkena konversi. Pengalaman pada
daerah-daerah lain menunjukkan konversi lahan berdampak negatif pada penduduk yang
memiliki lahan terkonversi.
Mengingat daerah-daerah yang terkonversi diakibatkan oleh pertambahan
penduduk maka sebaiknya program-program BKKBN terutama KJE diarahkan pada
daerah-daerah yang paling cepat pertumbuhan penduduknya yaitu derah yang mengalami
konversi tinggi baik untuk masyarakat pendatang maupun untuk penduduk yang
melakukan konversi lahan melalui pengintegrasian program KIE dengan pengembangan
ekonomi kerakyatan atau PNPM BKKBN (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 1991. Padang dalam Angka. BPS Kota Padang. Sumatera Barat
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Padang dalam Angka. BPS Kota Padang. Sumatera Barat
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Padang dalam Angka. BPS Kota Padang. Sumatera Barat
Harun, U.R. 1992. Dinamika Penggunaan Sumberdaya Lahan di Jawa Barat 1970-1 990. Jurnal PWK. 3: 48-53
Hermon, D. 2009. Dinamika Permukaan dan Arahan Kebijakan Pengembangan Terbangun pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang Sumatera Barat. Disertasi. PSL. IPB. Bogor
Kustiawan, I. 1997. Permasalahan Konversi Lahan Pertanian dan Implikasinya terhadap Penataan Ruang Wilayah. Studi Kasus: Wilayah Pantura Jawa Barat. Jurnal P W . 8: 49-60
Martono, Nanang. 201 1. Metode Penelitian Kuantitatic Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Rajawali Press. Jakarta
Pribadi, D.O., D. Shiddiq, dan M. Ermyanila. 2096. Mode! Perubahan Tutupan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Teknologi Lingkungan. Pusat Pen~kajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. 7: 3 5-5 1
Sandy, I.M. 1978. Kota di Indonesia. Publikasi No.123. Direktorat Tata Guna Lahan. Ditjen Agraria. Depdagri. Jakarta
Sobirin. 2001. Distribusi Pemukiman dan Prasarana Kota. Studi Kasus Dinamika Pembangurlan Kota di Indonesia. Dalam Koestoer, R.H., R.P. Tambunan., H.T. Budianto., dan Sobirin. 2001. Dimensi Keniangan Kota. Universitas Indonesia. Jakarta
Zain, A.F.M. 2002. Distribution, Structure dan Function of Urban Green Space in Southeast Asian Mega-Cities with Special Reference to Jakarta Metropolitan Region (JABOTABEK). Doctoral Degree Program. Department of Agricultural and Environmental Biology Graduate School of Agricultural and Life Sciences. The University of Tokyo. Japan
Lampiran
Data mentah
perubahan kec 2000 2010 90-2000
Pdng Utara 1 73602 1 73730
konversi lahan
2000-2010
Bungus T 260,3
L.Kilang 229,2
L.Begalu 204,6 Nanggalo 191,6
Kuranji 1505,l Pauh 1417,3
Koto Tanga h 2076,2
5789
8917
22349
-966
3358
-12907
Bungus T.K
L.Kilangan
L.Begalung
Pdng Selatan
Pdng Timur
Pdng Barat
128
Nanggalo
Kuranji
Pauh
Koto Tangah
Total
Pertambahan penduduk
2000-2010
5789
8917
22349 1923
52439 8985
68344
Hasil olahan SPPS
20611
36643
88563
63969
83873
72802
5468 1
81477
42369
104731
723321
Tahun 200-20 10 (semua kec)
26400
45560
110912
63003
87231
59895
56604
133976
51354
173075
881740
Variables ~ n t e r e d l ~ e r n o v e d ~
Variables Variables
Model Entered Removed Method
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: konverlhn2
Model Summary
I I I I Adjusted R I Std. Error of the I R I R Square I Square I Estimate
a. Predictors: (Constant), pertmpddk2
AN OVA^
a. Predictors: (Constant), pertmpddk2
b. Dependent Variable: konverlhn2
Coefficientsa
Model
1 Regression
Residual
Total
a. Dependent Variable: konverlhn2
Sum of Squares
3761 189.972
1403740.937
51 64930.909
Jika dipisah kec (tidak masuk padang timur, utara, selatan, barat) 90- 2000
Model
1 (Constant)
pertmpddk2
REGRESSION
df
1
9
10
Variables ~nteredl~emoved~
Variables Variables
Model Entered Removed Method
a. All requested variables entered.
Sig.
,142
.001
Standardized
Coefficients
Beta
.853
Unstandardized Coefficients
b. Dependent Variable: konverlhnla
Mean Square
3761 189.972
155971.215
t
1.610
4.91 1
B
225.149
,025
Model Summarv
Std. Error
139.828
.005
Adjusted R Std. Error of the
L l T L : u a r e I square 1 Estimate 1
F
24.115
a. Predictors: (Constant), pertmpddkla
Sig.
.00Ia
a. Predidors: (Constant), pertmpddkla
b. Dependent Variable: konverlhnl a
Coefficientsa
Model
1 Regression
Residual
Total
a. Dependent Variable: konverlhnla
Dipisah(tidak masuk kec pdg barat, utara, sel, timur) tahun 200-2010
Regression
Sum of Squares
1461 88.525
2254362.332
2400550.857
Model
1 (Constant)
pertmpddkl a
Notes
Variables Variables
Model Entered Removed Method
df
1
5
6
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: konverlhn2a
Sig.
.082
,594
Model Summary
Unstandardized Coefficients
Sig.
.594=
Mean Square
146188.525
450872.466
Standardized
Coefficients
Beta
-.247
B
1 181.886
-.039
a. Predictors: (Constant), pertmpddk2a
F
.324
t
2.172
-. 569
Std. Error
544.065
,068
Model
1
R
. 804a
R Square
.646
Adjusted R
Square
,575
Std. Error of the
Estimate
521.26161
a. Predictors: (Constant), pertmpddk2a
b. Dependent Variable: konverlhn2a
Model
1 Regression
Residual
Total
a. Dependent Variable: konverlhn2a
Mean Square
2479699.123
271713.661
Sum of Squares
2479699.123
1358568.305
3838267.429
Sig.
,422
.029
F
9.126
df
1
5
6
Model
1 (Constant)
pertmpddk2a
Sig.
. 02ga
Standardized
Coefficients
Beta
.804
t
.874
3.021
Unstandardized Coefficients
B
243.813
,025
Std. Error
278.928
.008