ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID DARI DAUN …
Transcript of ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID DARI DAUN …
1
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID DARI
DAUN RIMBANG (SOLANUM TORVUM)
Susilawati1,*, Hafni Indriati NSt2,Widya Limra3
1Prodi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau Pekanbaru 28293 Hp 08153727771
ABSTRACT
Chemical constituent has been isolated from the dry aerial parts of rimbang (Solanum torvum). The finely chopped material was extracted with methanol then fractionated into different polarity of solvent ; hexane, and ethil acetate. Separated done with colom chromatography at silica gel-60 by step gradien polarity. 345,96 mg of colourless needles (Melting point 144-1460Celcius) has been isolated from hexane fraction. Based on Liberman Burchard and Roseinhein reagen, spectrum ultraviolet and spectrum infra red, it was identified as steroid that have double bonding conjugation and -OH function. Key Words : rimbang, solanum torvum, steroid
PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati (tumbuhan), kekayaan ini telah
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan
baku industri industri, pangan, dan sebagai obat.
Hasil metabolisme sekunder dari berbagai jenis tumbuhan telah banyak diteliti
dan sering senyawa kimia tersebut dapat memberikan efek fisiologis dan farmakologis.
Senyawa kimia tersebut dikenal sebagai senyawa kimia aktif seperti alkaloid, fenolik,
saponin, steroid, triterpenoid, dan lain-lain (1)
Senyawa golongan steroid memiliki bioaktivitas yang penting, misalnya dalam
pembentukan struktur membran, pembentukan hormon dan vitamin D, sebagai
penolak dan penarik serangga dan sebagai anti mikroba (2)
Senyawa steroid di alam terdapat pada hewan dan tumbuhan, uji fitokimia yang
dilakukan oleh Manjang (2001) tumbuhan yang mengandung senyawa steroid yaitu
beberapa spesies dari Solanaceae (terong – terongan), Theaceae (teh) dan
2
Annonaceae (sirsak). Salah satu contoh spesies dari Solanaceae yang telah diisolasi
yaitu Solanum mammosum (terong susu). Steroid merupakan salah satu senyawa
penting dalam bidang medis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap
senyawa steroid ini.
Pemanfaatan rimbang (Solanum torvum) yang telah dikenal luas baru sebatas
buahnya untuk dikonsumsi sebagai sayur atau lalap yang mengandung β – karoten
sebagai sumber vitamin A. Selain itu daun rimbang berkhasiat sebagai obat luka
dengan cara menggiling dan menempelkannya. Dilihat dari khasiat daun nya,
diperkirakan daun rimbang mengandung senyawa metabolit sekunder, salah satunya
senyawa golongan steroid. Senyawa golongan steroid yang diperkirakan memiliki
kemampuan membantu penyembuhan luka adalah 7 – dehidrokolesterol yang dapat
diubah menjadi vitamin D dengan bantuan cahaya ultraviolet, vitamin D inilah yang
membantu penyerapan kalsium sebagai salah satu komponen yang dibutuhkan pada
pembekuan darah pada saat terjadi luka. Menurut penelusuran literatur tentang
tumbuhan rimbang diketahui adanya senyawa aktif sapogenin dalam tumbuhan ini,
yaitu klorogenin. Senyawa ini dapat membunuh tikus dengan menurunkan jumlah
eritrosit, leukosit dalam darah (4)
Uji fitokimia terhadap daun rimbang ternyata mengandung steroid (+3), serta
alkaloid (+2). Keberadaan steroid ini dicirikan dengan timbulnya warna hijau kebiruan
dengan menggunakan pereaksi Lieberman – Burchard (3). Sedangkan berdasarkan uji
fitokimia yang telah penulis lakukan daun rimbang mengandung senyawa aktif steroid,
alkaloid, triterpenoid dan saponin. Maka penulis tertarik untuk mengisolasi senyawa
steroid dari daun rimbang (Solanum torvum.)
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi senyawa steroid dari
daun rimbang dan untuk melakukan identifikasi senyawa steroid hasil isolasi.
Kontribusi penelitian adalah untuk memberi informasi tentang kandungan
senyawa steroid daun rimbang (Solanum torvum) dan diharapkan dapat memberikan
3
sumbangan positif dalam pengembangan kimia organik bahan alam serta dalam
pengembangan obat-obatan.
Rimbang (Solanum torvum) dalam dunia internasional dikenal dengan nama
turkey berri, sinonim dari Solanum torvum adalah Solanum facifolium Ortega, Solanum
daturifolium Dunal, Solanum torvum Var. daturifolium (Dunal) Schulz dan Solanum
maccai L. C Rich Sprena.
Gambar 1. Daun Rimbang
Klasifikasi dari tumbuhan rimbang (Gambar 1) adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Simphetalae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum torvum
Spesies ini sangat potensial digunakan dalam bidang farmakologi. Tumbuhan ini
berasal dari India bagian barat, Florida, Mexico, Amerika Selatan, Brazil, namun
4
dikarenakan pertumbuhannya yang cepat ditempat yang kering tumbuhan ini telah
menyebar hampir keseluruh dunia. Tumbuhan ini setiap tahunnya tumbuh sekitar 0,75
– 1,5 m. Hidupnya tidak terlalu lama, paling lama sekitar dua tahun.
Tumbuhan rimbang merupakan tumbuhan herba tegak yang berduri.
Ketinggiannya biasanya 2 sampai 3 m tetapi ada juga yang ditemukan dengan
ketinggian sekitar 5 m. daunnya lebar dan menjari dengan panjang 7 sampai 23 cm
dan sepanjang 5 sampai 18 cm permukaan daunnya ditutupi oleh bulu – bulu halus
sehingga membuat permukaan daunnya menjadi kasar, tangkai daunnya memiliki
panjang dari 1 sampai 6 cm. Bunganya lonjong dan bewarna putih sedangkan
buahnya berwarna hijau dan setelah matang akan bewarna kuning.
Uji fitokimia yang dilakukan Manjang (3) tumbuhan ini mengandung senyawa
kimia aktif seperti alkaloid dan steroid dan berdasarkan penelusuran literatur ternyata
senyawa ini juga mengandung senyawa aktif sapogenin (4), sedangkan berdasarkan
uji pendahuluan yang telah penulis lakukan daun rimbang mengandung senyawa aktif
seperti alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin.
Sejarah penemuan steroid bermula dari penelitian terhadap sterol (steroid
alkohol) dan dilanjutkan dengan asam empedu. Pada waktu itu belum dimengerti
kegunaan penelitian ini sampai akhirnya diketahui bahwa kebanyakan hormon dan
beberapa vitamin berintikan kerangka steroid (2). Contoh stigmasterol merupakan
materi pemula untuk sintesis hormon estrogen melalui koversi terlebih dahulu menjadi
androstadienedion dan estron. Estrogen adalah hormon pada wanita yang
mempengaruhi pertumbuhan dan sirkulasi darah dari uterus, vagina dan kelenjer air
susu. Karena itu estrogen kemudian digunakan bersama dengan gestagen sebagai
kombinasi agen kontrasepsi. (5)
Stereokimia steroid telah diselidiki oleh para ahli dengan menggunakan analisis
sinar X dari struktur kristalnya atau cara-cara kimia. Percobaan-percobaan
menunjukkan bahwa kerangka dasar steroid dapat dilihat pada gambar 2.
5
10
191
2
3
4
5
6
7
8
9
12
1311
14 15
1617
18 20
21 22
23
24 25
26
27
Gambar 2. Kerangka Dasar Steroid
Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoid tetrasiklik lain,
tetapi hanya pada 2 gugus metil yang terikat pada sistem cincin, pada posisi 10 dan
13. Rantai samping 8 karbon yang terdapat dalam lanosterol terdapat dalam stroid
yang berasal dari hewan, tetapi kebanyakan steroid tumbuhan mempunyai 1 atau 2
atom karbon tambahan (2)
OHStigmasterol
(Glycine max)
OHSpinasterol
(Spinacia oleracea)
OHb- sitosterol
(Pinus sp)
OH
(Triticum sativum)Ergosterol
Gambar 3. Struktur dan Sumber Beberapa Steroid Tumbuhan
Klasifikasi steroid dapat dikelompokkan menjadi sterol, sterolin, saponin
(sapogenin), glikosida jantung dan asam empedu. Sterol alam selalu mempunyai
6
gugus hidroksi pada posisi C3 pada cincin A dan rantai samping C17 serta kadang-
kadang berikatan rangkap pada posisi 5-6, contoh : stigmasterol, β-sitosterol, dan lain-
lain (Gambar 3) (2)
Steroid mempunyai kerangka dasar siklopentano perhidro fenantren. Ditinjau
dari segi struktur molekul perbedaan antara kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis
substituen R pada C17, C13 dan C10 yang terikat pada kerangka dasar karbon (gambar
1). Perbedaan antara senyawa satu dengan yang lain dari suatu kelompok tertentu
ditentukan oleh panjang rantai karbon R pada C17, gugus fungsi yang terdapat pada
substituen R pada ketiga C serta jumlah posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan
rangkap. (6)
Senyawa ini sering terdapat tidak bebas tetapi sebagai turunan senyawa yang lebih
rumit, seperti glikosida atau ester dengan asam lemak atau asam aromatik. Steroid
hewan yang khas, kolesterol terdapat pada lipid permukaan dan organel tumbuhan.
Peranan sterol :
- Dalam struktur membran
- Sebagai vitamin (kolekalsiferol dan 1,25 dihidroksivitamin D)
- Sebagai hormon (Pada serangga : ekdison dan ekdisteron, pada hormon kelamin
mamalia)
- Sebagai feromon
- Sebagai pelindung tumbuhan (penolak serangga, menarik serangga lain)
- Mendorong pertumbuhan
EKSPERIMEN
Bahan : Sampel daun rimbang diambil di desa daerah Duri Kabupaten Bengkalis.
metanol, etil asetat, n-heksan, asam sulfat pekat, asetat anhidrida, khloroform,
dragendorff, logam Mg, HCl pekat, FeCl3, TCA, plat KLT silika gel GF254, silika gel 60,
7
Peralatan :Alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, neraca analitik,
seperangkat alat destilasi, bejana maserasi, rotary evaporator Buchi, corong pisah,
kolom khromatografi, bejana KLT, termometer, lampu UV 365, alat pengukur titik leleh
Fisher John, dan spektrofotometer UV Shimadzu tipe 1240, serta spektrofotometer IR.
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan di Laboratorium Prodi Pendidikan Kimia FKIP
dan laboratorium FMIPA UNRI Pekanbaru Riau.
Prosedur
1. Pengambilan dan Persiapan sampel
Sampel daun rimbang diambil di sekitar Duri Jl Cendana Kelurahan
Babussalam Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Riau.
Daun rimbang dibersihkan dan dikeringkan selama beberapa hari dalam
ruangan terbuka dan terlindung dari sinar matahari. Setelah kering tumbuhan tersebut
dipotong kecil-kecil kemudian bahan ini siap untuk perlakuan selanjutnya
2. Uji fitokimia
Adanya steroid dalam daun rimbang dapat diketahui dengan cara sebagai
berikut: 10 gram sampel dari daun rimbang dihaluskan selanjutnya dimaserasi
dengan metanol kemudian disaring, filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman
Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat tetes dimasukkan ekstrak metanol kemudian 5
tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk, setelah kering ditambahkan 1 tetes asam
sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau-biru berarti sampel positif mengandung steroid.
3. Ekstraksi dan Fraksinasi
Sampel daun rimbang yang telah dikering anginkan selama beberapa hari
dimaserasi dengan metanol kemudian disimpan ditempat yang terlindung cahaya
matahari selama 3 hari sambil sekali-sekali dikocok. Penyaringan dilakukan untuk
8
memisahkan sari metanol dari ampasnya. Perlakuan ini diulangi sampai 3 kali dan
filtratnya digabung menjadi satu.
Sari metanol yang terkumpul dirotary evaporator untuk menguapkan pelarut
sehingga diperoleh ekstrak metanol kering yang dapat ditimbang.
Ekstrak kering metanol dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan aquades 2
:1 sambil dikocok. Selanjutnya difraksinasi berturut-turut dengan heksan (7 x 200 mL) ,
etil asetat (3 x 300 mL) untuk memisahkan fraksi-fraksi yang non polar, semi polar dan
polar. Untuk fraksi heksan dan fraksi etil asetat dapat dilakukan rotary langsung.
4. Uji Steroid terhadap masing-masing Fraksi
Ekstrak dari fraksi heksan (hijau kecoklatan), fraksi etil asetat (hijau kehitaman)
dan fraksi metanol air (coklat) diuji dengan pereaksi Lieberman Burchard Campuran
asam asetat anhidrat dengan asam sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau–biru berarti
fraksi tersebut positif mengandung steroid (8) dan dengan uji Roseinheim
menghasilkan warna biru (9)
5. Pemisahan dan Pemurnian
Fraksi heksan yang positif mengandung steroid dilanjutkan ke kromatografi
kolom dengan mensuspensikan silika gel dengan heksan, kemudian dimasukkan
kedalam kolom yang bagian bawahnya telah disumbat dengan kapas. Pelarut yang
ada dalam kolom dibiarkan mengalir perlahan-lahan sambil diketok sehingga diperoleh
massa yang homogen. Fraksi yang positif mengandung steroid dipreabsorbsi dengan
cara menambahkan pelarut sampai semua sampel larut, lalu ditambahkan silika gel
dalam jumlah yang sama banyak dengan sampel kemudian dirotary sampai kering.
Hasil preabsorpsi dimasukkan kedalam kolom, selanjutnya dielusi dengan pelarut
(heksan sampai etil asetat) yang kemudian dinaikkan kepolarannya secara bertahap
9
(sistem SGP) dengan volume tertentu. Fraksi yang turun (+ 20 ml) ditampung dengan
vial-vial kosong dan diberi nomor urut lalu dibiarkan kering.
Eluat di KLT dan yang mempunyai Rf yang sama digabung menjadi 1 fraksi
kemudian dikeringkan dan dilakukan uji steroid. Fraksi yang positif mengandung
steroid digabung menjadi 1 fraksi, dibiarkan terbentuk kristal kemudian dilakukan
rekristalisasi dan selanjutnya diuji kemurniannya dengan pengukuran titik leleh dan
analisis KLT.
Pengukuran titik leleh dengan melting point apparatus dilakukan untuk
memastikan kemurnian senyawa, yaitu dengan cara meletakkan beberapa butir kristal
diantara 2 lempeng kaca objek mikroskop, kemudian alat dihidupkan dan diatur
kenaikan suhu. Amati suhu saat kristal mulai meleleh sampai saat meleleh sempurna.
6. Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
Untuk identifikasi dilakukan reaksi warna steroid (dengan pereaksi Lieberman
Burchard dan Roseinheinn), analisis KLT untuk penentuan Rf dan uji spektroskopi. Uji
spektroskopi dilakukan dengan spektrofotometer UV untuk penentuan ikatan rangkap,
serta IR untuk analisis gugus fungsi.
Pengukuran spektrum UV dilakukan dengan menggunakan alat spektrometer
UV Shimadzu, yaitu kira-kira 1 mg kristal dilarutkan dengan 100 ml metanol, kemudian
diatur serapannya pada daerah panjang gelombang 200–400 nm. Sebelum sampel
diukur terlebih dahulu yang diukur larutan blanko yaitu metanol sebagai pembanding.
Pengukuran spektrum IR dilakukan dengan alat spektrofotometer IR Shimadzu,
sampel digerus, ditambah KBr kemudian penggerusan diteruskan sehingga tercampur
sempurna, campuran tersebut kemudian divakumkan dan dipress membentuk cakram
tipis atau pelet, diatur serapan pada daerah 4000 cm-1 (11)
10
HASIL DAN DISKUSI
Sampel daun rimbang diuji fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam tumbuhan tersebut. Hasil uji fitokimia tersebut
menunjukkan daun rimbang positif mengandung steroid
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia daun rimbang
No. Kandungan kimia Pereaksi Hasil
1. Alkaloid Dragendorff +
2. Flavonoid Logam Mg + HClpkt -
3. Fenolat FeCl3 -
4. Triterpenoid LB +
5. Steroid LB +
6. Saponin + air, dikocok +
Uji fitokimia merupakan langkah awal untuk mengetahui golongan senyawa
yang ada pada daun rimbang, dari uji fitokimia (tabel 1) diketahui bahwa daun rimbang
mengandung steroid, triterpenoid, alkaloid dan saponin.
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, yang menjadi dasar
pemilihan cara ini adalah jumlah sampel, sifat zat yang belum diketahui dan
kesederhanaan kerjanya. Pada proses ekstraksi dengan cara maserasi ini tidak
dibutuhkan alat-alat khusus, hanya dengan merendam sampel dalam pelarut organik
selama beberapa hari (7)
Pelarut untuk maserasi digunakan metanol pada suhu kamar untuk
menghindari proses termolisis yang mungkin dapat merusak kandungan senyawa yang
terdapat dalam tumbuhan ini. Pemilihan metanol sebagai pelarut untuk maserasi,
karena metanol mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga dapat menembus
11
organel sel tempat terdapatnya senyawa metabolit sekunder, selain itu metanol juga
mempunyai harga yang relatif murah dibandingkan pelarut organik lainnya.
Dari ± 1 kg sampel diperoleh ekstrak metanol (hijau kehitaman) setelah
dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator, kemudian ekstrak kental
metanol (41,512 gr) dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan air dengan
perbandingan 1: 2 (100 : 200) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepolaran dan
berat jenis metanol. Selanjutnya dilakukan fraksinasi dalam corong pisah dengan
pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu heksana dan etil asetat, fraksinasi dihentikan
bila pelarut tersebut tidak lagi mengikat warna. Sebelum dilakukan pemisahan
dilakukan uji LB untuk melihat fraksi yang positif steroid, fraksi heksana dan etil asetat
adalah fraksi yang positif steroid
Pemisahan fraksi heksana sebanyak 3 gram dilakukan dengan teknik
kromatografi kolom, menggunakan fasa diam silika gel 60, fasa gerak campuran
heksana-etil asetat dengan berbagai perbandingan dan diperoleh 12 fraksi. Pada
kromatografi kolom ini didapat kristal pada fraksi II dengan pelarut campuran heksana-
etil asetat 9 : 1, uji LB menunjukkan warna hijau kebiruan yang menandakan positif
terhadap steroid (8), dan uji dengan KLT terdapat 2 noda.
Pemurnian terhadap senyawa hasil isolasi dilakukan dengan cara rekristalisasi.
Pelarut yang digunakan adalah metanol : etil asetat (9 : 1). Pelarut yang digunakan
adalah pelarut yang mampu memperkecil tingkat pengotoran, sehingga dapat
memurnikan senyawa hasil isolasi, yaitu pelarut yang tidak melarutkan pada suhu
kamar dan melarutkan pada keadaan panas (7). Setelah dilakukan rekristalisasi
didapatkan kristal yang lebih murni berbentuk kristal jarum berwarna putih sebanyak
345,96 mg.
Pada penelitian ini, didapatkan titik leleh senyawa hasil isolasi rentang 144 –
146 0C berarti senyawa yang diperoleh relatif murni. Kristal organik murni mempunyai
rentang temperatur leleh antara 0,5-1,5o (8)
12
Analisis KLT dengan pelarut Etil asetat : Metanol (5:5), etil asetat 100% dan
heksana 100% dihasilkan noda tunggal dan bulat dengan nilai Rf berturut-turut, 0,97,
0,93 dan 0,58 (dapat dilihat pada gambar 4). Pemilihan pelarut berdasarkan pada sifat
pelarut, dari pelarut polar sampai nonpolar.
a b c
Gambar 4. Kromatogram isolat faksi II dengan 3 pelarut yang berbeda
Spektrum UV hasil isolasi daun rimbang (Gambar 5) mempunyai serapan
maksimum pada panjang gelombang 197 nm, 271 nm dan 281 nm. Maksimum pada
panjang gelombang 197 nm berarti senyawa steroid hasil isolasi ini mempunyai ikatan
rangkap yang tidak terkonyugasi dan pada panjang gelombang 271 nm dan 281 nm
memiliki ikatan rangkap yang terkonyugasi hal ini sesuai dengan kaidah Woodward
untuk meramalkan serapan maksimum untuk sistem diena menggunakan harga dasar
214 nm untuk ikatan rangkap terkonyugasi (3).
Pada spektrum inframerah (Gambar 6) frekuensi 3400 cm-1 merupakan rentang
O-H. Daerah absorbsi gugus NH juga terletak pada tempat yang sama dengan gugus
OH tetapi absorbsi gugus NH lebih tajam dan lemah dari pada gugus OH, hal ini
dipengaruhi oleh ikatan hidrogen OH yang lebih kuat dari pada NH (10), sedangkan
pada frekuensi 2900 cm-1 menunjukkan adanya rentangan C-H alifatik bukan aromatik,
karena C-H aromatik menyerap angka gelombang diatas 3000 cm-1. Pita serapan pada
13
frekuensi 1630 cm-1 menunjukkan rentangan = C-H (11). Hasil spektrum IR dan UV
tidak banyak memberikan informasi tentang struktur steroid.
Gambar 5. Spektrum UV senyawa hasil isolasi steroid dari daun rimbang
Pada penelitian ini belum dapat ditentukan struktur molekul senyawa steroid
hasil isolasi yang lengkap. Untuk menentukan struktur lengkap dari suatu senyawa
steroid hasil isolasi dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
spektroskopi massa dan spektroskopi resonansi magnet inti 1H dan 13C
14
Gambar 6. Spektrum IR Senyawa Hasil Isolasi Steroid dari Daun Rimbang
KESIMPULAN
1. Hasil isolasi senyawa steroid dari daun rimbang kering (1 kg) adalah berupa
kistal jarum berwarna putih 345,96 mg. Pengujian dengan LB memberikan
warna hijau kebiruan, pengujian degan Roseinheinn memberikan warna biru.
Hasil kedua pengujian menandakan positif terhadap steroid. Hasil pengujian titik
leleh 144-146 0C dan analisis KLT menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi
relatif murni.
2. Analisis KLT dengan berbagai pelarut menunjukkan bahwa senyawa steroid
hasil isolasi yang didapatkan murni ditunjukkan oleh 1 noda yang bulat. Dengan
pelarut etil asetat : metanol (1:1) harga Rf 0,97, dengan etil asetat 100 % harga
Rf 0,93 dan dengan n-heksan 100 % harga Rf 0,58
3. Hasil analisis spektroskopi UV diperoleh puncak-puncak pada panjang
gelombang 197,271 dan 281 nm. Pada panjang gelombang 197 nm tidak
15
terdapat ikatan rangkap terkonyugasi sedangkan pada panjang gelombang
271,281 nm menunjukkan adanya ikatan rangkap terkonyugasi.
3. Hasil analisis spektroskopi IR, menunjukkan adanya gugus O-H pada frekuensi
3400 cm-1, rentangan C-H alifatik pada frekuensi 2900 cm-1 dan pada frekuensi
1630 cm-1 terdapat rentangan = C-H.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdi, 1988, Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat, Pusat Penelitian
Universitas Andalas, Padang, hal 3-19
2. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung
3. Manjang, 2001, Survey dan profil fitokimia tumbuhan Sumbar, kajian terpenoid dan steroid, makalah Workshop peningkatan SDM untuk pemanfaatan SDA hayati dan rekayasa bioteknologi, FMIPA Unand-Dikti Depdiknas, Padang, 8-9
4. Lioger, 1995, Solanum torvum Sw. http: //www.fs.fed. us. /global/ iift/ pdf/
shrubs/ Solanum 20% torvum. Pdf. Howard. Amerika
5. Elvers, B., Hawkins, S., Ravenscroft, M., Sculz. G., 1989, Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chem., vol A3 , VCH Publisher, Wenheim, Germany, 108-119
6. Manitto, P., 1980, Biosynthesis of Natural Products, John Wiley & Sons, New
York, 228-229, 316-323
7. Ibrahim, S, 1998, Teknik laboratorium kimia organik, Diktat kuliah, Pasca Sarjana, Univ. Andalas, Padang, 9-50
8. Harborne, 1987, Metode Fitokimia, terjemahan Padmawinata, K. Sudiro., ITB,
Bandung
9. Heltmann, E. and Mossetty, E., 1961, The biochemistry of Steroid, Modern Asia-ed, Reinhold Publishing Coorporation, New York.
10. Fessenden, R. J., dan Fessenden J.S., 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta.
11. Sastrohamidjojo, H., 1992, Spektroskopi Inframerah, Liberty, Yogyakarta.
16