.: Rumah Tradisional Jawa

84
Rumah Tradisional Jawa : o UPATEN PACITAN *l'rh I: llltl"lXlll \r irlt ke lirlt I t A t .: , , : . , a i , : 1* t E _G-+*q F&q lr. TriYuniastuti, MT Satrio HB Wihowo, ST., MSc. Drs. Sukirman, MSn.

Transcript of .: Rumah Tradisional Jawa

Page 1: .: Rumah Tradisional Jawa

Rumah Tradisional Jawa :

o

UPATEN PACITAN*l'rh I: llltl"lXlll

\r irlt ke lirlt

It

A

t

.:

,

,

:

.

,a

i

,:

1*t

E

_G-+*qF&q

lr. TriYuniastuti, MT

Satrio HB Wihowo, ST., MSc.

Drs. Sukirman, MSn.

Page 2: .: Rumah Tradisional Jawa

Rumah ThadisionalJawaPacitan

**ry"ft

Page 3: .: Rumah Tradisional Jawa

Rumah ThadisionalJawaPacitan

Tri YuniastutiSatdo Hasto Broto VibowoSukirman

t'ffi;lPl

Page 4: .: Rumah Tradisional Jawa

Rumah Tradisional J aw a P acitan

TtiYuniastutiSatrio Hasto Broto WibovroSukirman

O penulis, 2016

r,:. ^i^ -,=' '.

J, J ee ve

S<-fe'e::l','1 e a -

mengulSC(3'I knnor+ < I

i, I\UPL t J

peneli: a.2 Selurur I

YogL a<a-;0Iu< 0€'

3 Sege"acsuneY'la1

4 Rekar )leKnr( Al

pengertii

PenelltiaLaPora r

hasil ka.lian o

yang masih

Provinsi Jawi

Penulis

bagi PembackesemPurnaTradisional J

Design Cover : Olis Ismawan

Setting La1'-out : Ba1.u Imarwanto

Cetakan pertama, i\gustus 2016

LPU.094.08.16

Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Lintang Pustaka Utama

Karangiati RT 19/RV/ 042, Sinduadi, NIlati, Sleman, Yogyakarta

Telp. (027\ 624801

Website: wwrlintangpustakautama.comEmail: pustak a-ttama@yahoo. com

rsBN 978-602-1546-54-3

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mempetbanyakkaryaruIis ini dalam bentuk dan

dengan cata apapvn, tanpaizin tertulis dari Penulis dan Penetbir

Page 5: .: Rumah Tradisional Jawa

a..a.l

-.:li.Lriil

fB 1'

_ :.-: .. -. *,: P. nrrbit.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat AllahSWT atas berkah rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkankepada penulis sehingga terlaksana penelitian yang berjudul"Kajian Arsitektur Jawa pedesaan Kecamatan DonorojoKabupaten Pacitan sebagai Dasar Pembuatan Peraturan Desa

Tentang Pelestarian dan Pengembangan Disain BangunanBaru'dengan bantuan dana dari Dikti Tahun Anggaran 2015

Skim Penelitian Hibah Bersaing.Melalui kesempatan ini, perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kopertis Wilayah V atas kesempatan penggunaan danapenelitian,

2. Seluruh civitas akademika Universitas Widya MataramYogyakarta atas dukungan moril dan penggunaan fasilitasuntuk pelaksanaan penelitian.

3. Segenap mahasiswa yang telah membantu dalam kegiatan

survey lapangan.4. Rekan Dosen dan Staf khususnya di Program Studi

Teknik Arsitektur UWMY atas diskusi yang membangun,pengertian dan ke{a samanya demi kelancaran pelaksanaan

penelitian.Laporan ini berisi temuan penelitian di lapangan, analisis,

hasil kajian dan kesimpulan tentang bangunan TradisionalJawa

yang masih ada di Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan

ProvinsiJawa Timur.Penulis berharap hasil penelitian ini semoga bermanfaat

bagi pembaca, masyarakat, pejabat terkait yang berwenang dan

kesempurnaan ilmu pengetahuan khususnya tentang Bangu nan

Tradisional Jawa.

Yogyakarta, 30 November 20L5

Tim Peneliti

rrx

Page 6: .: Rumah Tradisional Jawa

DAFTAR ISI

V

1

L

5

7

BAB tr PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENEUTI,AN 1_1

1_1

11

13

13

L3

L4

L4

A. Tujuan

B. Manfaat Penelitian

BAB IV METODE PENELMANA. Lokasi Penelitian

B. Metode penelitian1. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

c. Penentuan obyek dan wilayah pengamatan ... L6d. Catatan-catatan harian L7

L7

L7

18

18

19

19

2L

2L

e. Dokumen-dokumen2. Teknik Analisis......

a.

b.

c.

d.

Coding (pelabelan)

Kategorisasi

Memo (catatan kode)Penarikan kesimpulan

1. Gambaran Umum Kecamatan Donorojo.. 2L2. Kehidupan Sosial dan Budaya 223. Karakteristik Arsitektur Jawa Pedesaan di Desa-desa

di Kecamatan Donorojo 24a. Desa Widoro 24

1) Administratif Desa Widoro 24

Rumah Tradisional Jawa viiPacitan

KATA PENGANTAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...........

Page 7: .: Rumah Tradisional Jawa

:

_'

--J:

33

36

38

38

38

39

43

444749

50

=2.A)a

55

56

57

57

60

6L

61

61_

62

64

66

67

dan modernisasi rumah Jawa

-- :- -:,',r ...,,...,.....

: : - -::- f,an mencafi

lainnya

il

;an

rm pu 19

tektur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 7L

7L

7L

73

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Rumah Tradisional JawaPacitan

lx

E:'nas: -

f,;

Pf-L['r*,il*- - :

p"-

x:

"l

Page 8: .: Rumah Tradisional Jawa

2) Karakteristik arsititektur Jawa Pedesaan .....

b. Desa Gendaran ............

25

28

281) Jumlah hunian

2) Karakteristik hunian Arsitektur Jawa

Pedesaan di Desa Gendaran 29

29

30

33

a) Omah Joglob) Omah Limasan

c) Omah Kampung

4. Rumah "bangunan" dan modernisasi rumah Jawa

Pedesaan

B. Pembahasan .................

36

38

38

38

39

43

44

L. Perwujudan Arsitektura. Bentuk Arsitektur

1) Rumah Joglo2) Omah Limasan

(a) Jumlah Omah Limasan.....

(b) Perwujudan Omah Limasan 47

(c) Tata ruang 49

50

52

54

55

56

57

57

(d) Ukuran

3) Rumah panjang

2. Komposisi Arsitektura. Komposisi dua rumah

b. Komposisi tiga rumah

3. Tradisi dalam Pembangunan rumah Jawa ...............

a. Upacara natoh penuwun

b. Tradisi gotong royong, bancaan dan mencari

hari baik 60

61

61

61_

62

64

66

67

4. Elemen Pendukung Hunian

a. Pintu dan Jendela

1) Kerun dan Bomo

2) Pintu dan jendela lainnya

3) Gebyog

4) Dudukan lampu

5. Perkembangan Arsitektur

viii Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

"l

Page 9: .: Rumah Tradisional Jawa

DAFTAR GAMBAR

Gambar L. Tipe Arsitektur Jawa Pedesaan di Kecamatan

Donorojo, Kab. Pacitan

Gambar 2. Bentuk Perubahan Arsitektur Jawa Pedesaan

ke Arsitektur Modern

Gambar 3. Lokasi Penelitian

Gambar 4. Kegiatan Wawancara

Gambar 5. Kegiatan Observasi .

Gambar 6. Alur Analisis Data Penelitian

Gambar 7. Peta Kecamatan Donorojo, KabupatenPacitan, Jawa Timur

Gambar 8. Wayang Beber

Gambar 9. Peta Desa WidoroGambar L0. Omoh Joglo

Gambar LL. Omah Limos di Desa WidoroGambar L2. Omah loglo di Desa Gendaran

Gambar L3. Omoh Limosan di desa Gendaran

Gambar 14. Kandang

Gambar L5. Omah Kampung di desa Gendaran

4

5

L2

L4

15

L8

2L

23

24

2526

29

33

34

35

36

37

42

42

43

45

46

47

49

50

53

Gambar

Gambar

GambarGambarGambar

Gambar

GambarGambar

L6

L7

18

L9

20

2L

22

23

Hunian "bangunan" di desa Gendaran...........

Modernisasi Hunian Jawa Pedesaan ..............

Rumah Joglo di Desa Sekar...........

Omah Joglo di Desa Gendaran (1).. . .......

Omah Joglo di Desa WidoroOmah Limasan Berjumlah Satu ............

Omah Limasan Berjumlah Dua Tipe Satu......

Omah Limasan Berjumlah Dua Tipe Dua.......

Gambar 24. Wujud Omah Limasan

Gambar 25. Skema Tata Ruang Omah Limasan

Gambar 26. Omah Panjang

Gambar 27. Omah Panjong dengan Fungsi Kandang

dan Hunian.........

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

4

x

Gambar 28

Gambar 29

Gambar 30

Komoos s l-: :(-mn^: : - -: ::'D:n :n -" ,-" Y

Kompcs s - _:; i.Panlang.Keru',: icn }an: :

tr -;_

-:-:: i

.:-^---:-:--:-t -- -=- = -1

Page 10: .: Rumah Tradisional Jawa

rn Donoro]o Kdbt"c3ie-

2t23

24

2526

29

33

34

35

36

37

42

42

43

45

4647

49

50

53

)4

f 0 :as- r3endaran

)g 3 r:s:3enoaranrna^ : :=sa Gendaran..........-

J- .- - =.'. = leOeSaan ....,.........

Jes: C:- ia:an (1) .. ...........

Berjum ah Dua Tipe Satu.......

Berlumlah Dua Tipe Dua........

anE Omah Limasan

/. ... .

dengan Fungsi Kandang

oro

;Desa !'iidoro

ata ,e'e : a'

Des= Gerdaran

trasa n

3e'_-m ar Satu

-lmur

Gambar 28. Komposisi Dua Rumah 55Gambar 29. Komposisi Tiga Rumah (dua limasan + satu

Panjang)....

Gambar 30. KomposisiTiga Rumah (Joglo + Limasan +

PanjangGambar 3L. Kerun don Boma di Desa WidoroGambar 32. Pintu...

Gambar 33. JendelaGambar 34. Gebyog di Bagian Belakang Rumah

56

Gambar 35. Gebyog Bagian Depan Rumah

57

62

63

64

65

66

66

67

70

Gambar 36. Gebyog Di Bagian Dalam RumahGambar 37. Dudukan LampuGambar 38. Bangunan Hunian Baru Model"Bangunan, ....

Rumah Tradisional JawaPacitan

xl

Lkr

Page 11: .: Rumah Tradisional Jawa

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangFenomena perkembangan arsitektur modern yang

mendesak keberadaan arsitektur lokallndonesia kian hari kian

nyata dirasakan. Keberadaan arsitektur moderndi berbagai

pelosok tanah air; tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan.

Habitat-habitat arsitektur lokal yang terdapat di setiap propinsi

bahkan ka bupaten, terkena rambahan perkem bangan arsitekurmodern.Dominasi arsitektur modern di dalam habitat arsitektur

lokal mulai terjadi diberbagai tempat di Indonesia, tak terkecuali

di kecamatan Donorojo, kabupaten Pacitan provinsi Jawa

Timur. Akibatnya, akar tradisi yang melandasi arsitektur lokal

menjaditumpul. Amos Rapoport dalam Eddy Supriyana Marizar(1996),mengatakan, bahwa akar tradisi dalam olah arsitekturtradisional tidak lagi menjadi faktor penentu. Hal tersebutterjadi karena beberapa hal yaitu: 1) bertambahnya tipe-tipebangunan dalam jumlah lebih besar dan terlalu rumit untukdikerjakan secara tradisional; 2) adanya perubahan nilai-nilai

moral (tradisional) kenilai-nilai teknik (modern); dan 3) bahwa

originalitas dihargai tinggi sehingga masyarakat tidak lagi puas

dengan bentuk-bentuk tradisional.

Kabupaten Pacitan yang masuk dalam wilayah Propinsi

Jawa Timur pada umumnya dan Kecamatan Donorojo pada

khususnya, memiliki habitat arsitektur lokal yang khas berupa

a rsitektu r Jawa pedesaa n berbentu kjoglo da n lim osa n.Arsitektu r

Jawa pedesaan itujuga mengalami terjangan pengaruh arsitektur

modern yang begitu kuat berkembang diwilayah ini. Pengaruh

arsitektur modern di wilayah ini secara empiris telah mulai

mengubah keberadaan arsitektur Jawa pedesaan yang telah

lama tumbuh dan berkembang. Pengaruh arsitektur modern

pada tataran ideal, telah mengubah pandangan dan pola pikir

!

Page 12: .: Rumah Tradisional Jawa

": :: f tinggi, kemudian tern,p

,:'3 Cijual didirikan banguna- :e ah mencapai 22,5 persen

:::: ni bangunan-bangunan: i:esaan yang masih murni :

., :'g ada semu la.

Akibat dari mulai beru'rmah berarsitehur Jawa pedr

gaya arsitektur modern, ada

bangsa yang telah tumbuh d;

hingga ribuan tahun. Karya-ka

tersebut jelas akan berakibat p

lokalitas arsitektur di Kecamata

Kabupaten Pacitan pada umunyang memahami akan bangu

pedesaan dengan begitu jtkeberadaannya seiring dengarpikir masyarakat. Dengan demi

sebagian dari ilmu pengetahu

Pejabat Pemerintah se

Kecamatan Donorojo sebetu I n

untuk menyusun dan mener(Perdes) yang mengatur tenta nc

bangunan rumah berarsitebeliau merasa belum cukup rpenelitian ini diharapkan d;yang sangat berharga agar (

tersebut. Sehubungan deng;berusaha menggali dan mene

materi, dalam rangka ikut men

mengembangkan bangunan-Lpedesaan di Kecamatan Donorr

inijuga berusaha ikut menata

Jawa pedesaan maupun yan

masya ra kat a ka n keberadaa n a rsitektu r Jawa pedesaa n. M ereka

berpendapat bahwa arsitektur Jawa pedesaan telah kuno dan

ketinggalan jaman dan menganggap bahwa arsitektur modern

adalah arsitektur yang lebih baik dan bergengsi.Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pelestarian

dan pengembangan arsitektur tradisional, maka beberapaprogram pemerintah lebih berpihak kepada arsitetkur modernda ri pada a rsitektu r Jawa Pedesaa n. Prog ra m - p rog ra m tersebutseperti lantainisasi atau dindingisasi di masa pemerintahan ordebaru hingga bedah rumah di masa pemerintahan reformasi,

semakin menambah perubahan bangunan-bangunan Jawa

Pedesaan menjadi modern, yang tidak lagi sesuai dengannafas kejawaan dan lokus setempat. Konsep "ponggilan jagad"dalam arsitektur tradisional (Jawa) (Umar Kayam dalam Eko

Budihardjo,L989) yang pada hakekatnya menekankan pada

transformasi dari nilai-nilai lokalitas, kini hal itu dinilai mulaimemudar dan tergantikannya oleh konsep fungsionalitas dan

kesederhanaan arsitektur Modern (Yulianto Sumalyo, L997).

Tim penelititelah mengadakan pengamatan awaldi bulan

April 2014, hasil sementara diketahui bahwa ada dua tahapperubahan arsitektur rumah Jawa Pedesaan di KecamatanDonorojo. Tahap pertama, adalah perubahan sebagian dan

tahap kedua adalah perubahan total. Perubahan sebagianyang terjadi pada bangunan berarsitekturJawa pedesaan yaitu

dinding kayu (gebyog) dan asesorisnya diganti menjadi dindingbatu bata. Pada tahap ini sebanyak 40 persen dari kurang

lebih sejumlah 8250 bangunan, telah berubah dari bangunanbera rsitektu r Jawa pedesaa n menjad i berarsitektu r g ad o - gad o

yaitu kombinasi modern dan tradisionalJawa. Perubahan totalpada setiap bangunan rumah Jawa pedesaan yaitu berubahmenjadi bangunan baru bercorak arsitektur modern, tanpatertinggal sama sekali sentuhaan-sentuhan sedikitpun nuansa

arsitektur lokal. Perobahan total ini terjadi karena biasanya

bangunan lama umumnya diperjual belikan dengan harga yang

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

2

Page 13: .: Rumah Tradisional Jawa

relatif tinggi, kemudian tempat bekas berdirinya bangunanyang dijual didirikan bangunan rumah moderen. pada tahapini telah mencapai 22,5 persen. Akibat dari perubahan tersebut,saat ini bangunan-bangunan rumah bergaya arsitektur Jawapedesaan yang masih murni tinggal 37,5 persen darijumlahyang ada semula.

Akibat dari mulai berubahnya bangunan-bangunanrumah berarsitektur Jawa pedesaan ke arah bangunan rumahgaya arsitektur modern, adalah hilangnya kekayaan karyabangsa yang telah tumbuh dan berkembang selama ratusanhingga ribuan tahun. Karya-karya bangsa yang semakin hilangtersebutjelas akan berakibat pada semakin hilangnya identitaslokalitas arsitektur di Kecamatan Donorojo pada khususnya danKabupaten Pacitan pada umumnya. Narasu nmber-narasumberyang memahami akan bangunan rumah berarsitektur Jawapedesaan dengan begitu juga akan semakin menyusutkeberadaannya seiring dengan perubahan arsitektur dan polapikir masyarakat. Dengan demikian kita semua akan kehilangansebagian dari ilmu pengetahuan dan budaya kita sendiri.

Pejabat Pemerintah setempat dalam hal ini CamatKeca mata n Donorojo sebetu lnya suda h mem punya i pemi ki ranuntuk menyusun dan menerbitkan sebuah peraturan Desa(Perdes) yang mengatu r tentang pelestarian dan pengembanganbangunan rumah berarsitektur jawa pedesaan. Namunbeliau merasa belum cukup memiliki materi, oleh karena itupenelitian ini diharapkan dapat menemukan data/materiyang sangat berharga agar dapat disusun kedalam perdes

tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka penelitian iniberusaha menggali dan menemukan sedalam-dalamny adata/materi, dalam rangka ikut mempertahankan, melestarikan danmengem bangkan bangunan-bangu nan ru mah arsitektur Jawapedesaan di Kecamatan Donorojo yang masih tersisa. penelitian

inijuga berusaha ikut menata sebaran keberadaan arsitekturJawa pedesaan maupun yang telah berubah, serta upaya

Rumah Tradisional JawaPacitan

j

.E

@

mullr

ffi,ll

llll1

ilIh

lltt

Page 14: .: Rumah Tradisional Jawa

mengembangkan desain untuk bangunan-bangunan baru yangberdasar atau mengadopsi arsitektur Jawa pedesaan. Upaya ini

didahului dengan mengeksplorasi, menggali terlebih dahuluhingga menemukan karakteristik arsitektur Jawa pedesaanKecamatan Donorojo yang khas. Hasil penelitian inijuga akan

menjadi sumbangan besar materi Peraturan Desa (Perdes) di

Kecamatan Donorojo yang akan digunakan untuk mengaturpelestarian arsitektur Jawa pedesaan dan pengembanganpada bangunan-bangunan rumah yang baru. Penelitian inidiharapkanjuga dapat berguna bagi pengembangan kehidupan

sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat yang lebihbaikyang memiliki identitas dan jatidiriyang kuat, bernafaskan

kejawaan.

Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan Tipe Omoh (rumah) Joglo dan Interiornya

Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan fipe Omah (rumah) limoson dan Interlornya

Gambar 1.

Tipe Arsitektur Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kab. PacitanSumber: Dokumentasi, 2074

4

Bangunan Arsitektur Jawa Pedesaan Beru oe -Gebyog Kayu menjadi Dinding Tembc<

Bangunan Arsitektur Jawa Pedesan Be-!$-ABitek-:

GamBentuk Perubahan Arsitehur Jaw

Sumber: Dokt

B. PermasalahanBerdasarkan situasi dan ko

Pedesaan Kecamatan Donorojokinidan mendatang, maka pern

dalam hal ini adalah sebagai br

1. Apa penyebab semakin b

Jawa Pedesaan di Kecamat2. Mengapa keberadaan ars

semakin hilang.3. Bagaimana cara mengek

arsitektur rumah Jawa Pe

kekhasan karakteristik arsitKecamatan Donorojo.

4. Bagaimanakah cara melest.menata sebaran arsitehur J;

mengembangkannya sebar

rumah baru berdasar nafas

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

II'

Page 15: .: Rumah Tradisional Jawa

J

1 -1 -

- - _: :- _:a

'rc v=-:i=J -l

It^a cag oeng-e- :a- -=-': - -.--i1i3 ras/ardkat Seier

=a-. ; =-: :: -

rs ca^,ati diri yang KLra: tr=--,'3s(3n

i::ij: -:+ :-:' '--a^ J)gta dan I'teriornya

5<:- :: - -:-'--a' ::-ss,rndanlnteriornya

r^ : .,,e:a*atan Donorojo, Kab. Pacitan

D:<--e':as1,2074

r,a

It""r! '. '-:': l

Bangunan ArsitekturJawa Pedesaan Berubah Sebagian dengan Dinding telah Berganti dariGebyog Kayu menjadi Dinding Tembok Batu Bata dengan Berbagai Aksesorisnya

Bangunan Arsitehur Jawa Pedesaan Berubah Total. Bangunan Telah Menggunakan Gaya

Arsitektur Modern

Gambar 2.Bentuk Perubahan Arsitektur Jawa Pedesaan ke Arsitektur Modern

Sumber: Dokumentasi, 20L4

B. PermasalahanBerdasarkan situasi dan kondisi keberadaan arsitektur Jawa

Pedesaan Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan dimasa lalu,

kini dan mendatang, maka permasalahan yang dapat diungkapdalam hal ini adalah sebagai berikkut:1. Apa penyebab semakin berkurangnya arsitektur rumah

Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo.2. Mengapa keberadaan arsitektur rumah Jawa pedesaan

semakin hilang.3. Bagaimana cara mengeksplor, menggali keberadaan

arsitektur rumah Jawa Pedesaan hingga mendapatkankekhasan karakteristik arsitektur Rumah Jawa Pedesaan diKecamatan Donorojo.

4. Bagaimanakah cara melestarikan arsitekturJawa Pedesaan,

menata sebaran arsitekturJawa pedesaan dan modern sertamengembangkannya sebagai dasar desain bagi bangunanrumah baru berdasar nafas arsitektur Jawa pedesaan.

Rumah Tradisional JawaPacitan

5

jI

I

Page 16: .: Rumah Tradisional Jawa

5. Data dan materi arsitektur tradisional Jawa pedesaan

apakah yang diperlkan sebagai materi Peraturan Desa yang

mengatur mengenai pelestarian dan penataan arsitektur

modern berbasis arsitektur lokal, agar keduanya dapatsaling berkomunikasi.

TIN

Dalam ranah arsit

mengungkapkan bahwa

tinggal Jawa diklasifikasi

raja (kraton); 2) rumah F

adalah rumah wong cil

Umar Kayam dalam Eko

hirarki dalam rumah Ja

yang berada dalam ker

tingkat sosialnya. Sehin

arsitektur; masyarakat Jav

takuk stratifikasi sosia I n

bangsawan tinggi keraja

masyarakat Jawa, tertrayang meliputi lima tipr

Limasan, Joglo dan Ta

Wibowo dkk, 1986/19{

masing tipe memeliki ke

ti pe-tipe tersebut ber.1 er

Tajug.

Masih menurut F

Panggang Pe memililPanggang Pe Pokok, G

Gedhang Setangkep, Cr

Barengan. TipologiKamKampung Pokok, Pacul (

Nyander; Lambang Tep

Gajah Njerum, Cere ga

Limasan memiliki seju rrPokok, Lawakan, Gajah t'

Nyander; Pacul Gowanc

6 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

ft*

Page 17: .: Rumah Tradisional Jawa

Dalam ranah arsitektur Jawa, Tri Yuniastuti, dkk (2008)

mengungkapkan bahwa secara empiris dan fungsional, rumah

tinggalJawa diklasifikasikan menjadi4 tingkatan yaitu: 1) rumah

raja (kraton); 2) rumah Pangeran; 3) rumah bangsawan dan 4)

adalah rumah wong cilik atau masyarakat kecil. Secara sosial,

Umar Kayam dalam Eko Budihardjo (1997) mengatakan bahwa

hirarki dalam rumah Jawa disebabkan oleh masyarakat Jawa

yang berada dalam kerajaan yang memiliki berlapis-lapisantingkat sosialnya. Sehingga menjadi wajar bahwa dalam olaha rsitektur, masyarakat Jawa juga meng gunakan konsep berta kuk-

takuk stratifikasi sosialnya mulai dari wong cilik hingga rumahban gsawa n ti n gg i kerajaa n. Konsep budaya berta ku k-ta ku knya

masyarakat Jawa, tertransformasi dalam karya arsitekturalnyayang meliputi lima tipe yaitu tipe Panggang Pe, Kampung,Limasan, Joglo dan Tajug dengan berbagai variasinya (HJ

Wibowo dkk, L986/1987 dan Arya Ronald, 1997). Masing-masing tipe memeliki kekhasan tersendiri dan secara arsitektural

tipe-tipe tersebut berjenjang dari Panggang Pe sampai denganTajug.

Masih menurut HJ Wibowo dkk, 1986/L987, tipologiPanggang Pe memiliki varian sejumlah tujuh jenis yaituPanggang Pe Pokok, Gedhang Selirang, Empyak Setangkep,

Gedhang Setangkep, Ceregancet, Trajumas dan Panggang Pe

Barengan. Tipologi Kampung memiliki L0 (sepuluh) varian yaituKampung Pokok, PaculGowang, Srotong, Dara Gepak, Klabang

Nyanderi Lambang Teplok, Lambang Teplok Semar Tinandu,Gajah Njerum, Cere gancet dan Semar Pinondong. TipologiLimasan memiliki sejumlah 17 (tujuh belas) varian yaitu Limasan

Pokok, Lawakan, Gajah Ngombe, Gajah Njerum, Apitan, Klabang

Nyander; Pacul Gowang, Gajah Mungku4 Ceregancet, Apitan,

BAB trTINJAUAN PUSTAKA

Page 18: .: Rumah Tradisional Jawa

Pengapit, Lambang Teplok Semar Tinandu, Trajumas Lambang

Gantung, Trajumas, Trajumas Lawakan, Lambang Sari, dan Sinom

Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang. Dan tipologiJoglo memiliki 8 (delapan) varian yaitu Joglo Pokok, Limasan

Lawakan, Sinom, Jompongan, Pangrawit, Mangkurat, Hageng

dan Semar Tinandu. Sedangkan tipologi Tajug memiliki 7 (tujuh)

varian yaitu Tajug Lawakan, Lawakan Lambang Teplok, Semar

Tinandu, Lambang Gantung, Semar Sinongsong LambangGantung, Mangkurat dan Ceblokan.

Dalam tataran ideal seperti diungkap oleh Tri Yu ni astuti

dkk (2008), arsitektural yang berada di wilayah Kecamatan

Donorojo tergolong pada tingkatan arsitektur wong cilik atau

masyarakat kecil. Pada tingkatan ini, tipe arsitekturalnya terdiridari tiga tipe yaitu Kampung, Limasan dan Joglo; dan sekaligus

sebagai identitas wajah daerah kecamatan Donorojo, Kabupaten

Pacitan. Saat ini khsusnya memasuki era modernisasi, keberadaan

arsitektur Jawa Pedesaan di kecamatan ini mulai mengalamiperubahan yaitu dengan hadirnya gaya arsitektur modern.Perubahan tersebut bukannya tanpa alasan; Umar Kayam dalam

Eko Budihardjo (1997) mengatakan bahwa masayrakat Jawa

berada dalam masa transisi, hal itu mengakibatkan berubahjuga masyarakat Jawa dalam berarsitektur. Perubahan tersebutjelas akan mengakibatkan juga berubahnya identitas dan jatidiriwajah wilayah ini.

Perubahan yang terjadi pada arsitektur Jawa Pedesaan

Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan memang sungguhdisayangkan; dan oleh karenanya agar tidak semuanyamengalami perubahan hingga menghilang keberadaannyamaka tindakan pelestarian terhadap bangunan-bangunanberarsitektur Jawa Pedesaan perlu untuk dilakukan. Upayapelestarian tersebut senada dengan plot pelestarian yang

dikemukan oleh Wayne Attoe dalam Anthony i. Catanese dan

James Snyder (1989) yang mengungkapkan adanya 8 kategoriperlindungan terhadap benda bersejarah. Kategori tersebut

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

meliputi: 1) daerah a

hutan,lereng pegunr

dan pedesaan, melip

nilaisejarah; 3) Skyll

meliputi wilayah d;

atau suatu tempat tr5) Bentang jalan, n

tradisionalsuatu jala

7) Bangunan, melipr-

lama, bangunan ber

baik; 8) Benda darfragmen yang berni

Daritelaah pus

bangunan berarsittbercorakJawa yang c

localwisdom )awaytini mengalami perub

banyakterdeteksi da

arsitekturyang penti

menjadikan posisiars

Kabupaten Pacitan t

penting oleh masyar

berolah arsitekturputren modern saat ini

8

Page 19: .: Rumah Tradisional Jawa

-,nandu T'ajumas -a-..' )an Lamban! Sari s3r' S '3'l'< \gamoa'g la^ : :: : rya,tl Jog l Do<3< - ^^:sa^

'g-ar,;t, t/a'9(-'3: - a=:' J

: :3 Ta,ug r^en i, r - i-- --(a^ :arnbang Tep c< Se-3r

-:- S ^o^gsonE -a-.='J

: --J<3o o eh T'ivun,ast-tl-3:? 3 v, ilayah Kecamatan

a- :'s :ehrr wong cilik atau

r' ::. arsltekturalnya terdiri

rsa- :a- , ogto; dan sekaligus

a- ::.- lcrorcjo Kabupaten

i i-j -::e 'nisasi, keberadaan

lr::i- - rnular mengalamiya :.;. a's tektur modern.

!e : i;:- -'r'ar Kayam dalam

a' =.-,',: masayrakat Jawa

lr- *:-::< batkan berubah

rs:..: -' ):'Lbahan tersebut

E'-::*-, j :e^titas dan jati

meliputi: L) daerah alami, meliputidaerah pantai, perkebunan,hutan, lereng pegunungan, dan lokasi-lokasi arkeologis;2) Kotadan pedesaan, meliputi kota ataupun pedesaan yang memilikinilai sejarah; 3) Skyline dan pemandangan koridor;4) Wilayahmeliputi wilayah daerah-daerah dengan konsistensi stylistisatau suatu tempat tradisional, ciri arsitektur dan ciri kehidupan;5) Bentang jalan, meliputijalan-jalan dengan penampilantradisional suatu jalan tertentu; 6) Bagian depan suatu gedung;7) Bangunan, meliputi bangunan yang memiliki sejarah palinglama, bangunan bernilai tinggi, tua, paling banyak dan palingbaik; 8) Benda dan bagian bangunan (fragmen), meliputifragmen yang bernilai estetis dan historis.

Dari telaah pustaka tersebut diketahui bahwa bangunan-bangunan berarsitektur Jawa Pedesaan adalah bangunanbercorakJawa yang dipandang penting sebagai bentuk kekayaanlocal wisdom Jawa yang lahir dan berkembang di Jawa yang saatini mengalami perubahan yang signifikan. Keberadaannya belumbanyak terdeteksi dan belum terungkap nilai-nilai pengetahuanarsitektur yang penting yang ada di dala mnya. Kondisi demikianmenjad ika n posisi a rsitektur Jawa Pedesaan Keca matan Donorojo,Kabupaten Pacitan tidak diperhitungkan atau tidak dianggappenting oleh masyarakat maupun pemerintah sehingga dalamberolah arsitekturpun menjadi seenaknya sendiri sesuai dengantren modern saat ini.

Rumah Tradisional JawaPacitan

E: :-r -:'-,-..,',: l:f,eSaan

9

Page 20: .: Rumah Tradisional Jawa

BAB MTUJUAN DAN MANFAAT PENEI.ITTAN

A. TujuanTujuan dari penelitian Kajian Arsitektur Rumah Jawa

Pedesaan Kecamatan Donorojo Kabupaten pacitan sebagaidasar pembuatan peraturan desa tentang pelestarian danpengembangan disain bangunan baru adalah sebagai berikut:1. Melakukan eksplorasi terhadap karakteristik Arsitektur

Jawa Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan

untuk mendapatkan karakteristik yang khas dari arsitekturJawa pedesaan.

2. Sebagai upaya untuk melestarikan arsitekturJawa pedesaandi Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan, menatakeberadaan arsitektur modern da lam ha bitat a rsitektu r Jawapedesaan dan mengembangkan konsep arsitektur JawaPedesaan untuk dasar desain bagi bangunan-bangunanbaru di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan.

3. Memberi sumbangan materi tentang arsitektur JawaPedesaan bagi Pemerintahan Kecamatan Donorojo, dalamusaha menyusun, menerbitkan peraturan Desa guna tujuanpelestarian, penataan dan pengembangan arsitektur JawaPedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten pacitan.

B. Manfaat PenelitianPenel itian in i diharapkan dapat memberika n ma nfaat ya n g

besar yaitu:1-. Secara akademik penelitian ini bermanfaat bagi pendidikan

tinggi arsitektur di Indonesia untuk memperkaya ilmupengetahuan tentang arsitektur Jawa pedesaan yanghingga saat ini literatur-literatur mengenainya tergolongmasih minim.

Page 21: .: Rumah Tradisional Jawa

2. Secara ideal, penelitian ini bermanfaat untuk menata danmengembalikan memoridan pola pikir masyarakart untukkembali mencintai dan menggunakan kembali arsitekturJawa Pedesaan sebagai arsitektur karya bangsa yang penuh

dengan nilai-nilai keindahan dan filosofi tinggi.3. Secara empiris, penelitian ini bermanfaat untuk

mengungkap dan membentuk kembali identitas dan.1ati

diriwajah Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan mela ;keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan serta mendukunEsemboyan Kabupaten Pacitan: "Paradise of Java."

4. Kecamatan Donorojo dengan wajah kerarsitekturan Jar,,a

pedesaan yang khas dapat menjadi daya tarik bagi duniapariwisata, budaya dan pendidikan arsitektur di IndonesLa

yang selanjutnya akan berdampak pada perkembangansosial ekonomi masyarakat.

ME

A. Lokasi Penelitian,Lokasi penelitie

Kabupaten Pacitan, Prc

di ujung Barat Kabupatr

dengan Kabupaten Wc

Barat; bagian Selatan L

dan Timur berbatasarPacitan.

S

B. Metode penelitiaMetode Penelitiar

Untuk tahun pertama,

maka paradigma yang I

adalah dengan paradig

t2 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Wilayah Kecamatan Doro'sebagai wilayah pene ,t :

Page 22: .: Rumah Tradisional Jawa

nir :€--:--::' :-r:: lan

Oltr ::- : - =: t - -ii :':':-' --:Ukn i--:-i=-'arl- ri-1: :-:.a...:iri arsr:ec-' <=',2 :z' :,=, a'

= ::-th

rda-a. ca1 f csc.. : -::tne . a- ^i berrra-ta.: -r:;kimc,e.t.rk kemball identltas dan jati

)orc ro.1o Kabupaten Pacitan melalui

l' r3',','i Pedesaan serta mendukung

r Pac ian: Paradise of Javal'

Ge-Ear wajah kerarsitekturan Jawa

Cacat r-nenjadi daya tarik bagi dunia

i.r 33'3 i Kan arsitektur di Indonesia

i. !€'farpak pada perkembangan

rra(e:

BAB IVMETODE PENEUTIAN

A. Lokasi Penelitian.Lokasi penelitian berada di Kecamatan Donorojo,

Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan ini terletakdi ujung Barat Kabupaten Pacitan dan sekaiigus juga berbatasan

dengan Kabupaten WonogiriJawa Tengah di bagian Utara dan

Barat; bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

dan Timur berbatasan dengan dua Kecamatan, Kabupaten

Pacitan.

.!

IIi...

Wilayah Kecamatan Donorojosebagai wilayah penelitian

Gambar 3.

Lokasi PenelitianSumber: data diolah

B. Metode penelitian.Metode Penelitian berbeda-beda untuk setiap tahunnya.

Untuk tahun pertama, berdasarkan karakteristik penelitian ini

maka paradigma yang tepat untuk menyelesaikan penelitian ini

adalah dengan paradigma fenomenologi khususnya grounded

r. l

I

t1' A:r

::l

F

Page 23: .: Rumah Tradisional Jawa

menurut Glasser (L969) dan Guba (1985). Paradigma ini berbasis

pada penelusuran empirik (lapangan) dan bukan bertolakdari teori, dan untuk memperoleh kesimpulan yang berupa

konsep maupun teori. Hipotesis dan analisis dilakukan secara

bersamaan dan terus menerus di lapangan hingga sampai pada

titikjenuh; dan baru dapat ditarik kesimpulan.1. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan

dengan metode wawancara. Menurut Norman K. Denzin

dan Y Yvonna S. Lincoln (h.495, 2009) mengungkapkanbahwa wawancara adalah bentuk perbincangan, senibertanya dan mendengar. Menurutnya terdapat tigabentuk wawancara yaitu terstruktur: tak terstruktur dan

terbuka. Dalam proses wawancara selain mencatat berbagai

informasijuga dengan cara merekam suara dengan alatrekam audio MP3. Perekaman suara selanjutnya ditulisulang menjadi logbook.

Untuk mendapatkan data dilakukan dengan melakukan

wawancara terhadap orang-orang yang dinilai mengertiakan arsitektural baik sejarah maupun filosofinya. Kriteria

informan yang diharapkan adalah: L) masyarakat asli

setempat yang memiliki bangunan-bangunan bercorakarsitektur Jawa Pedesaan; 2) masyarakat asli setempatyang telah berumur di atas 70 tahun; 3) masyarakat yang

berprofesi sebagai tu ka ng ba ngu na n kh usus a rsitehu r Jawa

Pedesaan; dan 4) budayawan serta 5) pejabat pemerintahan

setempat seperti Camat, Kepala Desa (Lurah) dan Kepala

Dusun (Dukuh).

Berdasar teori grounded maka materi yang akanditanyakan informan ada baiknya dibuat panduan,walaupun hal tersebut bersifat fleksibel dan tidak mengikat,

sehingga tidak membatasi informasi yang masuk. Materidari wawancara yang diharapkan dari penelitian ini adalah

14 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

sejarah, fungsi, fisi

asli dan perubahi

Jawa Pedesaan.

Sesuai dengmendapatkan infr

sampling (bola sa

dengan memilih I

dari keterangan inf

akan ditunjukkanmemahami hinggi

LJ:e

Wawa rcE

J,1

TWawanc,

Su.r

b. Observasi.

Mortis (1973

S. Lincoln (2009) r

aktifitas mencatat

instrumen dan me

lain. Metode init c

melainkan juga se

terdiriatas kumpu

Page 24: .: Rumah Tradisional Jawa

1a ini berbasis

-ran bertolak- -rang berupaacukan secara

u sirnpai pada

sejarah, fungsi, fisik arsitekturalJawa Pedesaan yang masih

asli dan perubahan maupun perkembangan arsitekturalJawa Pedesaan.

Sesuai dengan sifat grounded maka metode untukmendapatkan informan adalah dengan teknik Snowballsampling (bola salju). Langkah pertama teknik ini adalah

dengan memilih informan dalam jumiah terbatas (kecil);

dari keterangan informan yang terbatas tersebut selanjutnya

akan ditunjukkan informan-informan lainnya yang lebihmemahami hingga diperoleh kejenuhan informasi.

:::-:3n-- -

Wawancara dengan aparat setempat

Rumah Tradisional JawaPacitan

15

l-

l,'F'P

Wawancara denganpemilik bangunan

Gambar 4.Kegiatan Wawancara

Sumber ; Dokumentasi 2015

b. Observasi.

Mortis (1973) dalam Norman K. Denzin dan Y Yvonna' S. Lincoln (2009) mendefinisikan mengenai observasi yaitu

aktifitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya demitujuan ilmiah atau tujuanlain. Metode initidak saja hanya mengumpulkan data visual,

melainkan juga seluruh indera; dengan demikian observasiterdiriatas kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan

lI

Page 25: .: Rumah Tradisional Jawa

semua kemampuan daya serap panca indera manusia'

Observasi dilakukan secara khsusus pada arsitekturalnya baik

fungsi, tata letak, ukuran, bentuk, maupun bahan bangunan,

serta merekam keberadaan bangunan-bangunan baru yang

berkembang di Kecamatan Donorojo. Observasi dilakukan

langsung oleh peneliti dengan bantuan alat-alat khususnya

kamera digital dan alat pencatatan, meteran, sketsa untuk

mendoku mentasikan arsitektura I nya.

it.'&;

Observasi di dalam bangunan

Pengukuran KomPonen bangunan

Gambar 5. Kegiatan ObservasiSumber : dokumentasi, 2015

c. Penentuan obyek dan wilayah pengamatan

Untuk penentuan obyek dan wilayah penelitian, sesuai

dengan metode Grounded adalah melalui dua tahapan.

Pertama adalah melakukan grand tour di kecamatan Pacitan.

Grand tour ini dilakukan untuk mengenali, memahami

dan sekaligus menganalisis situasi dan kondisi lapangan

secara umum. Setelah melalui proses grand tour tersebut

barulah bisa ditentukan wilayah pengamatannya. Tahap

kedua adalah dengan menggunakan metode Purposive

Sampling yaitu menentukan wilayah pengamatan beserta

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

obyeknya berdasa

yang masih terdap

Pedesaan yang ma

bentuk).

d. Catatan-cataii

Catatan-cata'

adalah catatan harr

keberadaan arsi:e

arsiteldur Modern'Pedesaan kini terle

masyarakat seteml

telah keluar dari vi

e. Dokumen-doDokumen yl

arsitektur Jawa Per

Desa atau Camat

bangunan-banguhingga perubaha

didapat melaluimaupun gambar r

2. Teknik Analisis

Sesuai dengananalisis data berproser

dan dimulaidari penca

Proses analisis mengE

berupa constant comS

(2009) maupun Yulius

Coding (pelabelan), k;

Sesuai dengananalisis data berprose

dan dimulai dari penca

Proses analisis menr

L6

Page 26: .: Rumah Tradisional Jawa

-:'a Tlanusia.

=. .,ralnya baik

:-:-Sangunan,-:- OarU yang

- ,; Cilakukan

: : . .l'rUSUSI'IYO

,, ::Sa Untuk

obyeknya berdasarkan indikator utama adalah lokasi (desa)

yang masih terdapat banyak bangunan berarsitektur Jawa

Pedesaan yang masih murni (belum mengalami perubahan

bentuk).

d. Catatan-catatan harian.

Catatan-catatan yang perlu ditelusur untuk didapatkanada la h catata n ha ria n men gena i kegiata n - keg iata n sepanja n g

keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan hingga masuknyaarsitektur Modern ya n g merubah keberadaan arsitektur Jawa

Pedesaan kiniterjadi. Catatan ini diharapkan diperoleh dari

masyarakat setempat baikyang masih tinggal maupun yanE

telah keluar dari wilayah Kecamatan Donorojo.

e. Dokumen-dokumen.Dokumen yang diperlukan untuk mengeksplorasi

arsitekturJawa Pedesaan adalah dapat berupa surat Kepala

Desa atau Camat maupun Dukuh yang berkaitan denganbangunan-bangunan bergaya arsitektur Jawa Pedesaan

hingga perubahan-perubahannya. Dokumen juga bisa

didapat melalui koran, internet majalah baik diskriptifmaupun gambar visual.

2. Teknik Analisis

Sesuai dengan tata kerja penelitian grounded makaanalisis data berproseslberlangsung selama riset berlangsungdan dimulai dari pencarian data awal hingga akhir pengamatan.

Proses analisis menggunakan prinsip dari Glasser (1969) yangberupa constant comparative. Menurut Glasser (1969), Strauss(2009) maupun Yulius Slamet (2006) proses analisis dimulai dariCoding (pelabelan), kategorisasi, dan penarikan kesimpulan.

Sesuai dengan tata kerja penelitian grounded makaanalisis data berproses/berlangsung selama riset berlangsungdan dimulai dari pencarian data awal hingga akhir pengamatan.Proses analisis menggunakan prinsip dari Glasser (L969)

_ _ : - ::: f l

: _:-:-in

l-.- :r::an."'.---r-ami

:: r^9an. --_-^f,.!: ::Ul-lL

: :a1n

- - -- -cirro

: -:::l Ld

Rumah Tradisional JawaPacitan

t7

Fh

EF*a

F,

II

"tr

il(

lltrlf'

Page 27: .: Rumah Tradisional Jawa

yang berupa constant comporotive. Menurut Glasser (1-969),

Strauss (2009) maupun Yulius Slamet (2006) proses analisis

dimulai dari Coding (pelabelan), kategorisasi, dan penarikan

kesimpulan.

o. Coding (pelabelan).

Coding atau pelabelan merupakan langkah awal

dari analisis; ini dilakukan sesaat setelah data lapangan

didapatkan. Strauss (2009), menjelaskan bahwa proses

coding adalah dengan penguraian dan pengkonsepan

yaitu memisah-misahkan amatan, kalimat, paragraf dan

menamai insiden, ide atau peristiwa-peristiwa diskrit dengan

sesuatu yang mewaki li fenomena. Masing-masing fenomena

tersebut kemudian diberi nama tertentu setelah melalui

penelaahan dan pemaknaan yang mewakili pengertian dari

fenomena atau data mentah. Hasildari coding iniadalah akan

didapatkanjumlah pelabelan fenomena yang pada umumnya

relatif banyak sesuai dengan materi penelitiannya.

b. Kategorisasi.

Kategorisasi atau tema memiliki pengertianpengelompokan. Sesuai dengan prinsip constant

comporative maka materi yang dikelompokkan adalah

data-data dari fenomena yang telah diberi label nama

tertentu. Pengelompokan didasarkan atas kesamaan-

kesamaan yang saling berhubungan dari konsep

yang telah diberi label sebelumnya. Oleh karenanya

diperlukan proses membanding-bandingkan antara

konsep yang satu dengan konsep yang lainnya agat

dapat terjadi pengelompokan. Selanjutnya setelah terjadi

pengelompokan maka kategori tersebut diberi nama

tertentu sesuaidengan isi kelompoknya. Pemberian nama

tersebut merupakan hasil dari suatu proses analisis yang

mendalam yang didasarkan atas analisis terhadap arti

dan maknanya di setiaP kategori.

18 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

c. Memo (catatan

Memo merup

masing-masing kat

catatan teoritik. Me

kesimpulan akhir d

d. Penarikan kesir

Penarikan kesir

proses kristalisasi dar

saling silang antar ki

telah diperoleh dari

kesimpulan dapat d

Secara keseluruldilakukan dalam pen

berikut :

-:.

):

IAHUN I(E 1EKSPLORASI ARSITEKTUR

JAWA PEDESAAN

KECAMATAN DONORO]O,

KABUPATEN PACITAN

HASIL

PEMBUATAN

KONSEP PERDA

GUIDE L NE PE[ES::" -:'PENATAAI'J -4.i.

PE NG E i\''lBihG: lr

DISAI[] BANGUII:.i: 3:: -

Gambar 6

Page 28: .: Rumah Tradisional Jawa

- :'-:l6q\--

vJll

:: a^a iSiS

.- -a^ 3r kan

.-;'a- awal---: :_:^a2n

..- ::':SeS

:a::':j ian- - a. - _ _:aa:n--" Y""., .11-_:':^3mgna

. .- -::: i^ -frelalUi

: l='::': an dafi

: -; ' 3r3 ah akan

: -: ::la UmUmnya

c. Memo (catatan kode).

Memo merupakan catatan-catatan ide analisis dari

masing-masing kategori; dan akan berkembang menjadi

catatan teoritik. Memo ini akan bermanfaat dalam menarik

kesimpulan akhir dari penelitian.

d. Penarikan kesimpulan.Penarikan kesimpulan dari penelitian ini dilakukan melalui

proses kristalisasi dari berbaga i kategori ya ng d i laku ka n seca ra

saling silang antar kategori. Dengan keberadaan memo yang

telah diperoleh dari masing-msing kategori maka penarikan

kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah.

Secara keseluruhan, metoda yang sudah dan akandilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada baganberikut:

Gambar 6. Alur Analisis Data Penelitian

HA5IL

Rumah Tradisional JawaPacitan

-: * < pengertian

-.- :'-sip constont:.: l-cckkan adalah-: =- i ceri label nama

ia-..' a'tas kesamaan-

hubungan dari konsePlumnya. GIeh karenanya

lding-bandin g kan antarapnr"p yang lainnya agat

I Selanjutnya setelah terjadi

$ori tersebut diberi nama

lnpoknya. Pemberian nama

fi suatu proses analisis yang

i atas analisis terhadaP arti

lgori.

19

METODE

GROUNDEDJAWA PEDESAAN

KECAMATAN DONOROJO,(ABUPATEN PACITAN

HASIL

ANALISIS UNTUK

PELESTARIAN, PENATAAN

DAN PENGEMBANGAN

DESAIN BANGUNAN BARU

METODE

PRESERVASI,

PENZONINGAN, PEMILIHAN

DAN PEMILAHAN

]AWA PEDESAAN KECAMATAN

GUIDE LINE PELESTARIAN

PENATAAN DAN

PE NG E N'lBA N6AN

DISAIN BANGUNAN BARLI

DOK U N,lE NTASl

KARAKTERISTI K ARSITEKTU R

DONOROJO, KABUPATEN

PACITAN

HASIL

PEMBUATAN

KONSEP PERDA

METODE

TRANSFORMASI DARI GUIDE LINE

PELESTARIAN, PENATAAN DAN

PENGEMBANGAN

DESAIN BANGUNAN BARU

KONSEP RANCANGAN

PERATURAN DESA

Page 29: .: Rumah Tradisional Jawa

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.

1. Gambaran Umum Kecamatan Donorojo.

Secara administratit kecamatan Donorojo merupakan

bagian dari wilayah kabupaten Pacitan, propinsi Jawa Timur;

merupakan satu dari dua belas kecamatan yang dimilikioleh kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kecamatan Donorojomembawahi 12 desa yang terdiri dari-Desa Widoro, Desa

Sawahan, Desa Kalak, Desa Sendang, Desa Klepu, Desa

Gedompol, Desa Cemeng, Desa Gendaran, Desa Sukodono,

Desa Sekan Desa Donorojo, Desa Belah (Kecamatan Dalam

Angka,20L4)Secara geografis, letak kecamatan Donorojo berada

diantara 8,060 - 8,230 Lintang Selatan dan l-10,900-LLL,020

Bujur Timur dan menjadi bagian dari deretan pegunungan

seribu yang membujur sepanjang pulau Jawa di sisi Selatanpulau Jawa. Sebagai wilayah dari pegunungan seribu maka

kecamatan Donorojo memiliki wilayah yang berbukit dan

memiliki wilayah pantai khususnya di wilayah Selatan.

Dari sisi luasan, kecamatan Donorojo memiliki luas

L0309,22 ha dan terletak diujung Barat kabupaten Pacitan

yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah;

di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri,Jawa Tengah; sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan

Punung dan Pringkuku; dan sebelah Selatan berbatasan dengan

Samodra Indonesia.

Page 30: .: Rumah Tradisional Jawa

Gambar 7. Peta Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur

Sumber : Pacitankab.go.id, 2015

2. Kehidupan Sosial dan BudaYa

Salah satu hasil karya budaya asli Kecamatan Donorojo

yang menonjol da--n fenomenal adalah berupa wayang beber.

Wayang inisejak mulanya berada di desa Gedompol, kecamatan

Donorojo, kabupaten Pacitan. Saat ini wayang Beber telah

diakui oleh Unesco sebagai karya warisan dunia. Karakteristik

dari wayang beber sangat berbeda dari wayang-wayang yang

sudah lama dikenal sepertiwayang kulit, golek maupun wayang

wong;wujud wayang beber berripa lukisan di atas kertas putih

dengan panjang tertentu. Di kanan kiri kain diberi pegangan

seperti tongkat sebagai pegangan. Dalam satu kain tergambar

kisah/fragmen wayang tertentu, yang selanjutnya diceritakan

oleh dalang. Secara keseluruhan jumlah wayang beber hanya

terdiri dari beberapa kisah/fragmen yang tergambar pada

kain. Menurut akun https://iawatimuran.wordpress.com,cerita wayang beben terdiri dari enam gulung. Satu gulung

berisi empat adegan yang disajikan satu persatu. Jadi dalam

pertunjukan wayang beber Pacitan, gambar dalam gulungan

disajikan seperempat demi seperempat.

Dari informasi yang yang diperoleh secara langsung

dari Camat Donorojo yaitu Djoko Putro Utomo, S.Sos, M.Si

22 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

terungkap ba

wayang Bebe

sebelumnya. N

terakhir tidakoleh menantuyaitu mbah Su

Dari sejar

wordpress.co n

majapahit yan

bergelar Prabt

di kerajaan ir

gunaning bhuj

saka 1283 (13(

(1378), bentukhususnya dal;

berwarna sepr

Keberad

berasal dari I't

kepada mbah

menyembuhkwayan beberNolodermo d

turun temurtlvo rd p ress. c c

pada generar

termasuk way

Tllxlx | : lul,.lllrll

-\rlr ke srli,

l/o

Bandar

r e

I

AX"*:nqnrO

so {"

WilayahKecamatanDonorojosebagai

wilayahpenelitian

a,;

i.11

:'j

Page 31: .: Rumah Tradisional Jawa

;D,oa:er Pacitan, Jawa Timur

;c : l3-5

35 \=ci-atan DOnOTOjO

ia. reruDa wayang beber.

tesa Gedcm pol, kecamatan

i n ',',,avang Beber telah,ar san orn,a. Karakteristik

Ja.,.,3, 3nE_lvalang yang

ulr: c: e( maupun wayang

luk san di atas kertas putih

kiri kain diberi pegangan

)aiam satu kain tergambar

ng selanjutnya dicerita kan

rr la^ y,,a'.'ang Ce::- -2^yao^ ,^^ _: 2' :=:a

terungkap bahwa dalang sebagai orang yang memainkanwayang Beber haruslah keturunan langsung dari dalangsebelumnya. Namun saat inidijaman modern ini profesidalang

terakhir tidak langsung dari keturunannya namun dipegangoleh rnenantunya. Hal tersebut dikarenakan dalang terakhiryaitu mbah Sumarditidak memiliki anak laki-laki.

Dari sejarahnya seperti diungkap oleh https://pacitanisti.wordpress.com. kelahiran wayang beber bermula dari Kerajaan

majapahit yang dipimpin oieh raja Raden Jaka Susuruh yang

bergelar Prabu Bratana. Pembuatan wayang beber pertamakali

di kerajaan ini dittunjukkan dengan candrasengkala yaitugunaning bhujangga sembahing dewoyang menunjukkan tahun

saka 1283 (1361M). Padajaman pemerintahan Prabu Brawijaya

(1378), bentuk wayang beber mengalami penyempurnaankhususnya dalam pewarnaannya dariwarna hitam putih menjadi

berwarna seperti yang dapat dilihat saat ini.

Keberadaan wayang beber di Kecamatan Donorojo, juga

berasal dari Majapahit yaitu pemberian dari Raja Brawijaya

kepada mbah Nolodermo karena mbah Nolodermo berhasil

menyembuhkan puteri dari raja Brawijaya. Dengan pemberian

wayan beber tersebut raja Brawijaya berharap agar mbah

Nolodermo dapat hidup dari wayang beber tersebut secara

turun temurun. Hingga kini menurut https://pacitanisti.wordpress.com, keturunan mbah Nolodermo telah sampaipada generasi ke L3 yang menjadi dalang wayang bebertermasuk wayangnya.

Rumah Tradisional JawaPacitan

)7

-3

Pe ,{r

f-

I

r,-' :: c oBandar

Ioi. $rtao

'rb

tr

A

@

Page 32: .: Rumah Tradisional Jawa

Gulungan wayang beber

Pagelaran wayang Beber

Mng.Musyafiq Prasetyo sedang ndalang WayangBeber cara Pacitan, memainkan Wayang Beber dari

belakanq beber. Sumber: htto://iooianews.com

Pertunjukan wayang beber oleh Gunakarya dariGelaran, Gunung Kidul, di rumah Wahidin

Sudirohusodo, untuk penelitian G.A.J. Hazeu, L902.

htto://www.se ri bukata.com

desa Widoro ttDonorojo. Desa

Serenan;2) dus

Nguluh; 5) dust

Widoro dan 8)

GamtSumber: desa W

2) Karakterist

Berdasarl

2 jenis arsitektdan 2) omah Lil

khususnya unt

omah joglo ha

Widoro. Ruma

terutama penc

menjadi batu

Peralatan gamelan sebagaipendukung wayang Beber

https://jawatimuran.word pres

s.com

Gambar 8. Wayang BeberSumber: http://iosianews.com, htto://www.seribukata.com dan https://

iawatimu ran.wordpress.com, 2015

3. Karakteristik Arsitektur Jawa Pedesaan di Desa-desa diKecamatan Donorojo.

a. Desa Widoro.

1) Administratif Desa Widoro.Secara administratit desa Widoro merupakan

bagian dari pemerintahan kecamatan Donorojo,kabupaten Pacitan. Dari kota kecamatan Donorojo,

24 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

G9re1GS

$E

Page 33: .: Rumah Tradisional Jawa

desa Widoro terletak di ujung Barat Daya Kecamatan

Donorojo. Desa ini membawahi 8 dusun yaitu: 1) dusun

Serenan; 2) dusun Tenggar; 3) dusun Talunrejo;4) dusun

Nguluh; 5) dusun Sukoharjo; 6) dusun Gesing;7) dusun

Widoro dan 8) adalah dusun Tumpakwatu.

.-.-;:dalangWayang. - .'t aya ng Beber dari

io news.com

U,tt

SREffi882i5 ffiEruGE

.-i MA,s'ID

SEKOLAH

AAU DESA

- . . JALANDESA.-'-. JAIAN LINGKUNGAN

AATAA DUSUN

BATAS DESA/ WLAYAH

GESINGi09as

t$.616

Gambar 9. Peta Desa WidoroSumber: desa Widoro, Kecamatan Donorojo, 2015

2) Karakteristik arsititektur Jawa Pedesaan.

Berdasarkan observasi di desa Widoro, didapati

2 jenis arsitektur Jawa Pedesaan yaitu: l-) omah Joglo

dan2) omah Limasan. Berdasarkan penuturan informan

khususnya untuk omah joglo di desa Widoro, jumlah

omah joglo hanyalah satu buah dan berada di dusun

Widoro. Rumah joglo ini telah mengalami perubahan

terutama penggantian pada dinding luar dari gebyog

menjadi batu bata. Penggantian dinding ini juga

Rumah Tradisional JawaPacitan

25

, =,= li

;*qr"*tf

I i

I

I

Il

i

tiL

"$.

;a "".''''.1t'

.

'I

{& a

ilr

Page 34: .: Rumah Tradisional Jawa

turut mengubah pola pintu dan jendela yang berpolamodern. Sedangkan bagian dalam bangunan joglotidak mengalami perubahan.

Omah Joglo di desa ini tidaklah berdiri sendirinamun didapati omah lain yang mendukung keberadaanomah joglo yaitu omah limasan di bagian belakang danpawon dengan jenis kampung di sebelah kiri omahjoglo. Fungsi utama omah joglo dalam hal ini adalahsebagai pendapa yaitu yang berfungsi untuk ruangpertemuan, ruang tamu, maupun kegiatan-kegiatanbesar keluarga.

Karakteristik utama omah joglo ini adalahkeberadaan empat saka guru dengan kelengkapannyayang berupa tumpangsari, peret dan dhadha wesiyangberada persis ditengah-tengah omah joglo. Empat sakaguru tersebut mendukung atap di bagian atas dan atapdi bagian bawah. Atap di bagian bawah, selain ditumpuoleh saka guru dan kelengkapannya, ditumpu juga olehsaka uger-ugeryang berada di pinggir omah. Atas dasaritulah maka bila dilihat perwujudan omah joglo makaakan terbentuk kesatuan atap brunjung di bagian atasdengan atap di bawahnya yang mengelilingi brunjung.Di bawah atap akan terlihat keberadaan dinding danpintu jendela sebagai penopang atap omah joglo.

obser

keber

Dalar

berju

dua n

ada n,

kiri or

maka

ruang

berfuberjur

akan'I

terber

limas

d iant;

#il

Tampak Depan Omah Joglo Saka Guru

Gambar L0. Omah logloSumber: Observasi, 20L5

Teras depan

Ga

26 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Page 35: .: Rumah Tradisional Jawa

h:rn:#:,:rffr:EH:ff1,['fl;:::]ijrlnrasan di bagian belakang dan

]mpung di sebelah kiri omah

]*,;oglo dalam hal ini adalah

] f"ns berfungsi untuk ruang

L+ maupun kegiatan-kegiatan

ta*= :-ah joglo ini adalaha J--- r:^gan kelengkapannya

-- ::-=: :a^ dhadha wesiyang

F:e-:a^ omah joglo. Empat saka

trn: 3:ac dl bagian atas dan atap

d :aE 36 bawah, selain ditumpue{-

-: (a ca n nya, ditu mpu juga oleh

eraS: d i pinggir omah. Atas dasar

rt cer,,.,,ujudan omah joglo maka

ran a:ap brunjung di bagian atas

rnila i/a n g mengelilingi brunjung.

:erllhat keberadaan dinding dan

penopang atap omah joglo.

Saka Guru e':s:eoan

l. arnoh .)cglobse'r'as 2l-5

Untukomah limasan di desa Widoro, berdasarkan

observasi dan informasi dari informan diketahui bahwa

keberadaan omah limasan mendominasi di desa ini.

Dalam satu hunian, keberadaan omah limasan bisa

berjumlah satu atau dua; baik berjumlah satu maupun

dua maka kelengkapan omah limas adalah sama yaitu

adanya pawon atau dapur yang terletak di bagian

kiri omah limasan. Bila omah limasan berjumlah dua

maka limasan yang di bagian depan berfungsi sebagai

ruang pertemuan /ruangtamu dan di bagian belakang

berfungsi sebagai ruang. Tetapi bila omah limasan

berjumlah satu maka ruang pada omah limas tersebut

akan terbagi menjadi ruang tamu dan ruang tidur.

Dari sisi perwujudannya, omah limasan akan

terbentuk dan terlihat sebagai kesatuan antara atap

limas dan saka uger-uger serta gebyog yang berada

diantara saka uger-uger.

Gambar L!. Omah Limos di Desa WidoroSumber: Observasi, 20L5

Rumah Tradisional JawaPacitan

)7

Page 36: .: Rumah Tradisional Jawa

b. Desa Gendaran.

1-) Jumlah hunian.

Secara administratifl desa Gendaran membawahi

enam dusun yaitu: L) dusun Krajan; 2) dusun Waru; 3)

dusun Tumpak; 4) dusun Ngantir; 5) dusun Turi Rejo;

dan 6) dusun Duwet.

Berdasarkan hasil observasi lapa ngan, keseluru han

rumah tinggaldidesa belah berjumlah 588 rumah;darijumlah tersebut terdapat satu dusun yaitu dususn

Ngantir yang tidak memiliki data jumlah rumah baru

bergaya modern atau "bangunan" dan rumah bergaya

Jawa pedesaan. dari data yang terkumpul maka

diperoleh L47 adalah rumah dengan model lama yaitu

menggunakan gaya arsitektur Jawa Pedesaan dan 357

rumah bergaya modern. Selengkapnya data jumlah

rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: KomposisiJumlah Rumah di Desa Gendaran

Sumber: Observasi, 2015

Memperhatikan tabel di atas maka diketahuibahwa jumlah rumah baru dengan gaya "bangunan"

lebih banyak daripada rumah lama bergaya Jawa

pedesaan dengan perbandi ng an 25 %o u ntu k ba ngu na n

lama dan 75% untuk bangunan baru.

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

2) Karakteris

Desa Genr

Untuk m

Pedesaan di dr

dusun. Dusun'dusun Waru.

Darihasil

tiga jenis arsit

yaitu: 1) Joglo

o) OmotKhus

joglo hany

karakterist(saka utanguru ini mr

di bawahr

yang men

yang menr

dengan je

biasanya

dan luas. S

digunakardilepas bil

Da ri

joglo ada

menerima

Jawa, keb,

sendiri na

yang diletihunian ke

kampungjoglo daromah jogdepan on

28

No DusunJumlah Rumah

Lama (buah)Jumlah Rumah

Baru (buah)Jumlah Total

(buah)

1 Kraian 190 2492 Waru 36 50 86

3 Tumpak 31 43

4 Nqantir 84

5 Turireio 34 5L 85

6 Duwet 6 35 41

Jumlah Total L47 357 588

\

59

12

Page 37: .: Rumah Tradisional Jawa

I o* Gendaran membawahi

F#':;l;il*::#il]ic5.-, :: apangan, keseluruhan

he.- :;'. -mlah 588 rumah;dari

lE.- !: - l-SUn Yaitu dususn

Er , r::l _tmlah rumah baru

"\e- = -- ,' ::n rumah bergaya

i:=-= :-: ::'K!mPUl maka

lrl---r- -=- -.- -:ie' lamayaitulgi:i.--- . =

l:::saan dan 357

!.r := =- -.a=';a oata jumlah

rc=-::: : :a,.'a; ini.

rr l--r- : lesa Gendaran

Sumber: Observasi, 2015

n tabel di atas maka diketahui

baru dengan gaya "bangunan"

da rumah lama bergaya Jawa

mndingan 25 % untuk bangunan

bangunan bar-u

2) Karakteristik hunian Arsitektur Jawa Pedesaan diDesa Gendaran.

U ntuk mengu ng kap ka ra kteristi k a rsitektu r Jawa

Pedesaan didesa Gendaran akan diambil i- kasus skala

dusun. Dusun yang dipilih untuk d'rjadikan kasus adalah

dusun Waru.

Dari hasi I observasi seca ra em pi ris di ketahu i ada nya

tiga jenis arsitektur Jawa Pedesaan di desa Gendaranyaitu: L) Joglo; 2) Limasan; dan 3) Kampung.

a) Omah Joglo

Khusus di dusun Waru, Desa Gendaran, jenisjoglo hanya didapatisatu buah saja. Joglo memilikikarakteristik utama dengan adanya empat saka guru(saka utama) yang berada ditengah bangunan. Saka

guru ini menopang atap tengah (brunjung) dan atap

di bawahnya; dan dilengkapi dengan tumpangsariyang menjadikan omah joglo tinggi dan dada wesiyang mengikat rangka saka guru. Bila dibandingkandengan jenis rumah lainnya maka omah joglo ini

biasanya memiliki ketinggian yang paling tinggidan luas. Sebagaipembatas rumahjoglo umumnyadigunakan gebyog dari papan kayu yang dapatdilepas bila diperlukan.

Dari sisi kegunaan fungsi utama omahjoglo adalah untuk pendapa yaitu rumah untukmenerima tamu. Dalam komposisi sebuah hunianJawa, keberadaan omah joglo tidak dapat berdirisendiri namun akan diikuti dengan omah limasanyang diletakkan di bagian belakang sebagaitempathunian keluarga dan pawon dengan jenis omahkampung yang biasanya diletakkan di sisi kiri omahjoglo dan limasan. Kelengkapan lainnya untukomah joglo adalah adanya teras yang terletak didepan omah Joglo.

Rumah Tradisional JawaPacitan

)q

-- :_ - m:n Jumlah Totalbuah

_9: 2498643

84

51 854L35

357 588

3t

Page 38: .: Rumah Tradisional Jawa

Dilihat dari bahan baku pembuatan bangunan

Joglo, secara keseluruhan terbuat dari bahan

kayu. Kayu yang biasanya digunakan adalah kayu

jati, nangka dan akasia. Kecuali genteng sebagai

penutup atap dan lantai (dari floor atau tanah)

seluruh komponen omah joglo digunakan kayu

mulai dari saka, pengeret, pemanjang, dada wesi,

suwunan, uger-uger, sendeng, usuk, gebyok

hingga reng. Berikut ditunjukkan omah joglo di

desa Gendaran.

wawanc;adalah ;Saka iniberlajarbelakanc

ruang er

saka 8. Ipira m id

bagian b

didukunryang be

Diantaradi pasa nc

sebag a i

don njer<

Om

akan dic

berada d

terdapatutama linjenis kan

arah dep

limasan.juga di9limasan.

Eler

yang perjoglo ak;

limasan r

atau ruan

atau acar

limasan y

untuk ke

dan ruan

Tampak depan (kiri) dan tampak samping kiri (kanan)

lnterior omah joglo dengan elemen pokok empat saka guru

Gambar 72" Omoh Joglo di Desa GendaranSum ber: Doku mentasi, 2075

a) Omoh Limason

Di desa Gendaran, sebagian besar dari

hunian yang berarsitektur Jawa Pedesaan

adalah berjenis limasan. Dari hasil observasi dan

30 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

I

Page 39: .: Rumah Tradisional Jawa

t-an baku pembuatan bangunan

ie -rr.rhan terbuat dari bahanr asanya digunakan adalah kayu

N(as 3, Kecuali genteng sebagai

^ a.tai (dari floor atau tanah)^ :mah joglo digunakan kayu

e'geret, pemanjang, dada wesi,

-ge' sendeng, usuk, gebyoki<.: Citunjukkan omah joglo di

wawancara, didapatkan bahwa ciri utama limasanadalah adanya keberadaan saka berjumlah 8.

Saka ini berada di tengah bangunan, ditataberjajar dengan 4 saka di depan dan 4 saka dibelakang saling berhadap-hadapan membentukruang empat persegi panjang yang dikelilingisaka 8. Dari saka 8 inilah akan menopang atappiramida terpancung di bagian atas dan dibagian bawah. Ujung atap di bagian bawah akandidukung oleh saka-saka yang disebut uger-ugeryang berjumlah 16 mengelilingi omah limasan.Diantara saka uger-uger pada Omah limasan inidipasang gebyok berbahan kayu yang berfungsisebagai dinding pembatas antara omah njabadan njero

Omah limasan sebagaiomah utama biasanyaakan didukung oleh teras dan pawon. Terasberada di bagian depan omah limasan biasanyaterdapat teras dengan atap menyatu dengan ataputama limasan. Sedangkan pawon (dapur) denganjenis kampung dengan perletakan memanjangarah depan belakang dan terletak di kiri omahlimasan. Sebagai elemen dinding pada pawonjuga digunakan gebyog seperti halnya omahlimasan.

Elemen pendukung omah limasan lainnyayang penting adalah omah joglo. Biasanya omahjoglo akan ditempatkan di bagian depan omahlimasan dengan fungsi utama sebagai pendapaatau ruang tamu serta untuk pertemuan-pertemuanatau acara-acara besar keluarga; sedangkan omahlimasan yang berada di belakang joglo berfungsiuntuk kegiatan privat keluarga yatiu ruang tidurdan ruang keluarga.

Rumah Tradisional JawaPacitan

31

r- : :-:- ccxok empat saka guru

:-:.c c Desa Gendaran:<--entasr,2015

1a

lraaran sebagla- cesa' dari

erarsltek.-',2,',: l=::saan

-as3- i="=: --::-:i lan

- '.-:..::-o ng k n (kanan)

_i'1

Page 40: .: Rumah Tradisional Jawa

Dari hasil observasi, sangatlah sedikit sekali

(terbatas) keberadaan Omah joglo sebagai

elemen pendukung omah limasan di desa

Gendaran; hal tersebut dikarenakan banyaknya

kayu yang dibutuhkan dalam pembuatan omah

joglo.Sebagai omah limasan pokok yang teridir

dari omah limaan, teras dan pawon maka bila

dilihat dari sisi luar maka omah limasan tersebut

akan tampak atap limasan ( kesatuan kedua atap

piramida terpancung) dibagian atas dan gebyog

serta saka uger-uger di bagian bawah atap. Terlihat

juga bahwa Omah limasan ini akan menyambung

dengan pawon di kirinya; serta atap teras juga

menyambung di bagian depan dengan pawon'

Didapatijuga di lapangan, dalam omah limasan

ini adanya teras di bagian samping omah limasan

dengan fungsi untuk menaruh hasil bumi dan

berbagai alat Pertanian.Bila omah limasan dilengkapi dengan omah

joglo, maka bila dilihat dari luar akan terlihat

keberadaan joglo dengan pawon di sampingnya;

sedangkan omah limasan akan tertutupi oleh

omah joglo.

:-E-Gamb

a)

kan

ompol,

7) Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

"il,{a

Page 41: .: Rumah Tradisional Jawa

;ervasi, sangatlah sedikit sekali

adaan Omah joglo sebagai.r n g omah limasan di desa

seD ut dikarenakan banYaknYa

nkan dalam pembuatan omah

ah lrmasan pokok Yang teridirr, teras dan pawon maka bila

rr maka omah limasan tersebut

limasan ( kesatuan kedua ataP

rng) dibagian atas dan gebYog

er di bagian bawah ataP. Terlihat

r lrmasan ini akan menYambung

i k,rinya; serta ataP teras juga

bagian depan dengan Pawon.apangan, dalam omah limasan

i bagian samping omah limasan

niuK menaruh hasil bumi dan

:anran.

r'lasan dilengkapi dengan omah

dillhat dari luar akan terlihatdergan pawon di samPingnYa;

r limasan akan tertutupi oleh

Gambar L3. Omoh Limasan di desa GendaranSumber: Observasi Lapangan, 201-5

a) Omah Kompung.

Berdasarkan observasi pada kasus omahkampung di dusun Waru, desa Gendaran, jenisomah kampung terdiri dari Sjenisyaitu: L) kampungpokok; kampung dara gepak (lsmunandar; 1993;

Rumah Tradisional JawaPacitan

3.7

Page 42: .: Rumah Tradisional Jawa

Slamet DS, L981/1982); 2) kampung srotongan(Slarnet DS, 1981/1982); 3) kampung gajah ngombe

(lsmunandar; 1993; Slamet DS, 1981/1982);dan 4)

kombinasi dari ketiga jenis kampung.

Menurut para informan, omah kampung yang

paling sederhana adalah kampung pokok. Omah

kampung pokok ini biasanya digunakan untukkandang sapi dengan ukuran yang relatif kecil.

Berbeda dengan omah kampung untuk hunian,

omah kampung untuk kandang, penyekat yang

digunakan adalah bukan gebyok namun berupa

balok-balok kayu besar ataupun bambu yang

dipasang melintang. Para keluarga biasanya membuat

kandang ini L-2 kandang tergantung banyaknya sapi

yang dimilikinya dan menempatkannya di samping

rumah. Omah kampung untuk kandang ini biasanya

didapati dua ruang; ruang pertama (ruang bawah)

digunakan untuk sapi dan ruang atas digunakan

untuk menyimpan makanan sapi (damen).

Gambar 14. KandangSumber: Observasi 2015

Untuk

hunian, seL

(omoh tuw

limasan. Fur

hunian dan

limasan ma

kesatuan de

sebagai pa

omah kam

omah pokc

Gambar 1,5. OrSun

34 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

.i

\

Page 43: .: Rumah Tradisional Jawa

A : kampung srotongan

!f <anrpung gajah ngombe

,!,Et DS, L98L/L982);dan 4)

prns kampung.(rrnan, omah kampung Yang

tah kampung pokok. Omah

h - .,2^., a digunakan untuk

-. *'an yang relatif kecil

c,-:- .:-pung untuk hunian,

hrk kandang, penYekat Yang

h : -.:' Eebyok namun beruPa

nr ::>a' atauPun bambu Yang

*=z'e (c .,3rQO biasanya membuat

n6:^ g :er''gantung banYaknYa saPi

ta' -enempatkannYa di samPing

nF -g untuk kandang inibiasanYa'lg[ ru3n! pertama (ruang bawah)

r -c dan ruang atas digunakan

r n'akanan sapi (domen).

-i Kandang)'oser''as,2015

Untuk omah kampung yang berfungsi untuk

hunian, sebenarnya merupakan omah mula-mula(omah tuwo) sebelum seseorang memiliki omah

limasan. Fungsi mula-mula adalah ganda yaitu untuk

hunian dan pawon. Setelah seseorang memiliki omah

limasan maka omah kampung tersebut menjadisatu

kesatuan dengan omah limasan dengan fungsi utama

sebagai pawon (dapufl. Dalam perkembangannya

omah kampung tersebut berdiri sendiri sebagai

omah pokok tanpa adanya omah limasan.

rJ!t'ts

IUE

fr

\

Gambar 15. Omoh Kompung di desa GendaranSumber: Observasi, 201"5

Rumah Tradisional JawaPacita n

35

__a_. - .

il

j

Page 44: .: Rumah Tradisional Jawa

4. Rumah "bangunan" dan modernisasi rumah Jawa

Pedesaan.

Dari hasil observasi di lapangan ditemukan banyak

hunian dengan gaya arsitektur bukan Jawa Pedesaan namun

bangunan baru yang oleh masyarakat disebut sebagai hunian

bergaya "bangunan". Hingga saat ini, hunian model "bangunan"

menjadi tren di masyarakat. Mereka menganggap bahwa hunian

model "bangunan" adalah bangunan yang lebih baik daripada

Jawa pedesaan. Faktor murah dalam pemeliharaan dan gengsi

menjadi alasan kuat untuk mereka beralih dari hunian bergaya

Jawa Pedesaan.

Model hunian "bangunan" pada umumnya berbentuk

dasar atap limasan dan kampung dengan ukuran dan proporsi

bebas, berbahan dinding dari batu bata ataupun batako serta

elemen bangunan lain yang bersifat modern. Penggunaan

warna bangunan yang cukup mencolok juga menjadi bagian

dari model hunian "bangunan" ini.

Di sisi lain r

yang berwajah b

dari gebyog mer

Penggunaan dindipenggunaan elermodern dengan k

Bagi masyar

dindingnya biasa

cukup mencolok. i

ruang dengan ben

pokok. Sebaliknymaka penggantiar

sederhana tanpa i

Gambar 16. Hunian "bangunan" di desa Gendaran

Sumber: Observasi, 201-5

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Gambar 1

36

Page 45: .: Rumah Tradisional Jawa

m :: -- sasi rumah Jawa

Ih,a-;:r ditemukan banyak

lh*r" rawa Pedesaan namun

Jffi:l',.,T:::?ffi#[ilt -re-,ganggap bahwa hunian

lF.n yang lebih baik daripada

IF- pemeiiharaan dan gengsi

H:,,:H*:;;Iff;:#niri#:"",';

F,"ry,r;J;::,T#:l

Di sisi lain didapatijuga omah-omah Jawa Pedesaanyang berwajah baru dengan mengubah dinding penyekatdari gebyog menjadi dinding dari batu bata atau batako.Penggunaan dinding batu bata atau batakojuga diikutidenganpenggunaan elemen-elemen modern seperti pintu, jendelamodern dengan kaca sebagai pelengkapnya.

Bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi, makadindingnya biasanya diplester halus dan diberi warna yangcukup mencolok. Penggubahanjuga terjadi dengan menambahruang dengan bentukan baru yang digabung dengan bangunanpokok. Sebaliknya bagi masyarakat yang kurang mampu,maka penggantian gebyok menjadi dinding dilakukan dengansederhana tanpa plesteran.

Gambar l-7. Modernisasi Hunian Jawa PedesaanSumber: Observasi, 2015

ng!nan" di desa Genda'a'bservasi 2015

Rumah Tradisional JawaPacitan

37

F

I

.l

:j

Page 46: .: Rumah Tradisional Jawa

B. Pembahasan.

1. PerwujudanArsitektur.

38

a. Bentuk Arsitektur.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, arsitektural

diwilayah Kecamatan Donorojo didominasi oleh bangunan-

bangunan dengan fungsi hunian, yang menyebar di desa-

desa di kecamatan ini;fungsi lain selain hunian walau dalam

skala kecil didapati juga fungsi-fungsi seperti komersial,

jasa, perdagangan dan lainnya terutama terletak di pusat

kota Kecamatan. Untuk perwujudannya, didapati tiga jenis

bentuk arsitektur yaitu joglo, limasan dan panjang. Dari

penuturan informan, omah joglo digolongkan sebagai

omah termuda, dan omah panjang sebagai rumah tertua.

Penggolongan i ni terungkap berdasarkan sejarah dan u rutan

dalam membangun rumah bagi masyarakat di wilayah ini.

Dikatakan bahwa pertama kali rumah yang dibangun adalah

rumah panjang dengan pola atap empyak setangkep dengan

ukuran yang relatif kecil; pada mulanya walaupun rumah

panjang ini berukuran kecil, namun fungsi sebagai hunian

tetap berlangsung. Dalam perkembangannya hingga kini

omah panjang ini kemudian menjadi powon.

Keberadaan tiga bentuk arsitektur di kecamatan

Donorojo sepertiterungkap di atas, diketahui bahwa bentuk-

bentuk arsitektur tersebut bukanlah asli karya dari wilayah ini

namun merupakan si nkretisme da ri berbagai wi layah seperti

Daha Kediri, Majapahit, Demak, Cirebon dan Yogyakarta.

Demikian diungkap oleh informan bapak Mislan.

"Jadi budaya sini itu sebenernya banyak dari Jogja. Cuma orang

karena ekonomi sini larinya ke Wonogiri dan Solo. Makanya

kalo saya bilang sini itu sinkritisme, atau gabunganlah itu

makanya di sini tidak ada bentuk khusus. Awalnya daha kediri,

kemudian ada Majapahit, Kemudian Demakyang menyerang

majapahit.tentaranya kan sampai sini, makanya kenapa ada

tangkluk itu ya, itu kan tentara demak dan orang orang

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

pelar

kepa

'Ada

Lural

limas

CireL

1)

S(

Kt

p(

di

m

m

S€

ol

J

Page 47: .: Rumah Tradisional Jawa

E;-atan di lapangan, arsitektural

o,.:_: drdominasi oleh bangunan-h-- an yang menyebar di desa-

gs : n selain hunian walau dalam

fu--:s -fungsi seperti komersial,

i,r'-_.: terutama terletak di pusat

er,,, -, rdannya, didapati tiga jenis

lg : imasan dan panjang. Dari

tr''!a- _,lgio digolongkan sebagai

l' :a-;ang sebagai rumah tertua.

a,c ::'Casarkan sejarah dan urutan

d" ::;i masyarakat di wilayah ini.

k.: '-mah yang dibangun adalah

,xa a:ac empyoksetongkep dengan

p;:a mulanya walaupun rumah

Er -3mun fungsi sebagai hunian

n :e"<embangannya hingga kini

ar- -en.1adi powon.

rer:uk arsitektur di kecamatan

[p : atas, diketahui bahwa bentuk-

b'<anlah asli karya dariwilayah ini

:s-e dari berbagaiwilayah seperti

)e-ak, Cirebon dan Yogyakarta.

infcrman bapak Mislan.

r-,, a canyak dari Jog.1a. Cuma orang

ia <e rVonogiri dan Solo. Makanya

sir'<'::sme atau gabunganlah itu

)e':-< (hrsr-S. Aivalnv'a daha kediri,

Ke,-.-: a^ Dem:< \'a^c .'en\/eTang-- -!^

-'- -:a : =(= ,= <= =-i d-d

te-::'3 :?- a,:. =rl a-r-; crang

pelarian tadi. Lah itu faktanya sedangkan sejarah berpihak

kepada yang sedang memerintah".

'Ada yang model Cirebonan itu yang rumahnya deket Bu

Lurah setelah balai desa. Ngidul sedikit kan ada rumah

limasan yang segitiga atasnya itu sangat sempit. Itu model

Cirebonan".

1) Rumah Joglo.

Di desa-desa d i Keca mata n Donorojo, keberadaan

omah joglo sangatlah sedikitjika dibandingkan dengan

omah limasan; bahkan dari hasileksplorasi ditemukan

bahwa di setiap dusun (pedukuhan) belum tentudidapati omah joglo. Kalaupun didapati rumah joglomaka dari penelusuran di lapangan dikeketahui bahwa

rumah Joglo di wilayah ini kebanyakan tidak asli dibuatdi wilayah ini namun didatangkan dari desa-desa

tetangga. Demikian seperti d iu ng ka pkan oleh i nforman

bapak Mislan berikut ini:

"Kemudian pengerjaan di sini itu memang kita ambil

contoh yang masih ada joglo tadi itu sebenarnya beli.

Jadi yang mulai dari nol itu tidak ada. karena karena tadi

perkembangan tempat, bahan dll.ltu dua kali lipat untukrumah yang biasa itu."

Dari beberapa informan dikemukakan bahwa

sedikitnya keberadaan rumah joglo di wilayahKecamatan Donorojo dikarenakan sa ngat mahal dalampembangunannya karena banyak membutuhkan kayu

dalam pembangu nannya, sehingga hanya orang-ora ng

mampu secara ekonomi, perangkat desa maupunmasyarakat yang memiliki derajat sosial tinggi saja yang

sanggup memiliki nya. Demikian seperti diungka pkan

oleh informan.

"Tempat sebenarnya yang menggunakan joglo baikciri khasnya jogja- solo atau jatim paling barat itu ya.

Rumah Tradisional JawaPacitan

39

Page 48: .: Rumah Tradisional Jawa

Itu adalah tempat jadi sebenarnya pemakaiaan joglo

itu sebenarnya adalah orang-orangnya yang kinachek.

Itu orang -orang yang dianggap drajat sosialnya lebih

tinggi jadi gret sosialnya lebih tinggi. Ya mungkin

perangkatlah." (informan bapak Mislan)

Dalam kesatuan rumah Jawa dalam satu keluarga

atau dalam satu pekarangan, omahjoglo memilikifungsi

sebagai ruang publik terutama untuk menerima tamu

dan kegiatan-kegiatan keluarga yang bersifat umum.

Jumlah omah joglo dalam kesatuan hunian rumah Jawa

di Kecamatan Donorojo ini hanya berjumlah satu saja

yang terletak di bagian terdePan.

Dari hasil empiris diketahui bahwa bila didapati

joglo dalam kesatuan rumah Jawa, maka akan diikuti

oleh omah limasan dan omah panjang' Omah limasan

untuk fungsi privat (keluarga) dan omah panjang

untuk fungsi pawon/dapur. Sebagai ruang publik

(pendapa) maka omah joglo selalu ditempatkan di

bagian terdepan..Dari sisi eksterior, perwujudan omah Joglo

terbentuk oleh adanya kesatuan antara atap di bagian

atas dan gebyog beserta sako-sako di bawahnya. Pada

bagian atap terdiri atas kesatuan dua bagian atap yaitu

atap brunjung di bagian atas dan atap di bawahnya.

Kedua atap menyambung membentuk kesatuan

atap yang landai di bagian bawah hingga bertemu

dengan dasar brunjung dan memuncak ke atas di

bagian brunjung, seperti gunung yang semakin ke

puncak semakin meruncing. Dilihat dari arah depan

dan belakang maka atap di bagian puncak terlihat

terpancung, sedangkan dari sisi samping kiri dan kanan

terlihat meruncing. Bila dilihat dari sisi geometris maka

atap joglo ini terbentuk oleh dua trapesium atau dua

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

pira

baw

atap

emlkiri

ben

bag

yan

ata r

gur

sak

darblar

di t

ditttiditerl

ad;kec

seL

rua

ter,

Ser

be

bar

40

Page 49: .: Rumah Tradisional Jawa

f se::'arnya pemakaiaan joglo

h :-:^;-orangnya yang kinachek.

ry : .-;gap drajat sosialnya lebih

ia - ,: ebrh tinggi. Ya mungkinna- :acaK Mislan)

rrg*3r'rJawa dalam satu keluarga

ar:a., omah joglo memilikifungsi

:te--tama untuk menerima tamu

lr'': <eiuarga yang bersifat umum.

ala- <esatuan hunian rumah Jawa

o,: r hanya berjumlah satu saja

ar te'depan.ris drketahui bahwa bila didaPati

rn r;mah Jawa, maka akan diikutilan cmah panjang. Omah limasan

,<e uarga) dan omah panjangn,/'capur. Sebagai ruang publikrar' ,o9 o selalu ditempatkan di

:rior, perwujudan omah Jogloy,a kesatuan antara atap di bagian

erta soko-sako di bawahnya. Pada

.as kesatuan dua bagian ataP Yaiturgian atas dan atap di bawahnYa"

rmbung membentuk kesatuanbagran bawah hingga bertemu

ljung dan memuncak ke atas di

eperti gunung yang semakin ke

lruncing. Dilihat dari arah depan

r atap di bagian puncak terlihatran dari sisi samping kiridan kanan

lila dilihat darisisi geometris maka

rtuk oleh dua trapesium atau dua

piramida terpancung dengan ukuran besar di bagian

bawah dan kecil di bagian brunjung.

Dari sisi interior, terlihat saka-saka yang menopang

atap; di tengah-tengah terdapat saka guru berjumlah

empat buah menopang atap brunjung. Di sampingkiri dan kanan saka guru terdapat banyak saka yang

berukuran lebih kecildarisaka guru menopang atap di

bagian bawah brunjung. Saka-saka dengan perletakan

yang teratur tersebut membentuk ruang tengah di

atara saka guru dan ruang besar mengelilingi saka

9Uru.Khusus di atas saka guru didapati elemen-elemen

saka guru yang berupa uleng (balok bersusun ke luar)

dan dhadho besi yaitu balok yang melintang diantara

blandar-blandar saka guru. Dari temuan di lapangan,

di bagian kiri dan kanan dhadha besi terdapat yang

ditutup menjadi plafon. Namun didapatijuga yang

tidak diberi plafon sehingga rangka atap brunjungterlihat dari bawah.

Karakteristik lainnya dari omah joglo ini adalah

adanya emper (teras) yang mengelilingi bangunankecuali sisi Timur. Keberadaan emper ini berfungsisebagai ruang antara sebelum seseorang masuk ke

ruang dalam omah joglo dan juga berfungsi sebagai

teras untuk duduk-duduk terutama di bagian depan.

Sedangkan emper di bagian samping kanan dan

belakang banyak digunakan untuk penyimpananbarang-barang tertentu.

Rumah Tradisional JawaPacitan

4r

Page 50: .: Rumah Tradisional Jawa

Tamp

Gan

Wujud Omah Joglo llnterior Omah Joglo dengan

SakaGuru

Gambar 18. Rumah Joglo di Desa Sekar

Sumber: Dokumentasi, 2014

ITampak Depan

Interior Omah Joglo

Gambar 19. Omah Joglo di Desa Gendaran (1)

Sumber: Dokumentasi, 2015 2) Or

t\

dijamasli se

42 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

i.- !1.rr !.. '. ;r.-.'

Page 51: .: Rumah Tradisional Jawa

llnterior Omah Joglo dengan

SakaGuru

h Joglo di Desa Sekarkumentasi, 2014

Oran.Joglo

>glo di Desa Gendaran (1)

rkumentasi, 2015

Tampak Depan Struktur Soko Guru + Tumpang sari

Gambar: Omah Joglo di Desa Gendaran (2)

Sumber: Dokumentasi, 2015

Tampak Depan

lnterior bangunan dengan saka gurunya

Gambar 20. Omah Joglo di Desa WidoroSumber: Dokumentasi, 2015

2) Omah Limasan.

Menurut informan, istilah limasan munculdijaman Belanda ketika penjajahan terjadi. Nama

asli sebelum istilah limasan muncul adalah rumah

Rumah Tradisional JawaPacitan

43

t

E

7

t-F.It.

!t

{,l-. -*.ll

Page 52: .: Rumah Tradisional Jawa

u eu]l ll ns

o/v\oqlM olol8 olseH ol.lles'rlnlsPrunA uIw

u rledeprp lepl]I rp Psap-esap lp

uaLUala-uaualarr 6un>16uag sr.re6

>lgrseds t)tlttraLU

a] qeunJ enpel6uer{ euoq uep

o enpal eleluelplenp qelunfraq

r6renlal uelerOa>1

tp ueselUll qeuon+req er{uesetq

c'sutduua ltseqr 6unque{uauta} qeujnJ enpa>l

)rlro lnlun

loc:laqunsI LleLuo'Tz reqrxe9

'nuJel 6uen.t

uep Jnprl 6uenr ruedas 6uent-6uenr rledeptpuele rur ueseutl qeuo uelpp e66urqas lueseuttl

qeunJ urplep epelaq uptunq rs6un1 qnJnlas e)PU

'nles qplun0eq ueseutl qeuo e;rg 'rdes undnele

6urqrue>1 6uepuel uep rpueu Jerue) e{uepeelJas uo/v\ed re6eqes ls6un;req 6ue{ 6ueluedqeuo e{uepe qalo 6unlnptp eset}ueues ueseutlLleuo enp nele nles )le8 'ueseull qeuo qPnq Pnp

nele uep nles r)rlruau ledep e6ten1e1 L{enqes

'ue6uede; rp rsero;dqa ltseq ue)JesepJeg'ueseurl LIeLUO qe1un1 (e)

'rJrpuas

qeurnJ ueun6ueq r)rlrtuotu 6uer{ tpuetu uep )PseuaLurlen)al lpel'ra] e6ren;e1 qenqas uplep uerunq euelnrs6un; qnrnles Llplrur ueseurl qerxnJ rp eMLleq qelepe

lul leq uelep eueln qeunr te6eqes ue)pns)eutp6ue1 'rur olorouo6 ue]eue)al !p ie)ere{setu r6eqpueln qeunJ uelednraut ueseutl Lleuo e/v\qeq

ue)euarp)!p lnqasral leH 'te)pdrp leIueq 6urled6uer{ qeun: srualuep ln]uaq ue>lednleu ue)PuaJPItp

rseururopuo['ue]r)ed ualednqe1'olo;ouo6 ue]euelalrp esap-psap lp rseutuopuaur n1r6aq 6ue{ uetunqqeunr )nluaq uelednrau ueseur!'1 qpurO

,,6ue1ep epuelaq unlaqas 6undu.re1 qeunrer{ueueu nlnp nlel 'seutl ue) se}e tp 1o4od )n}uoqrpef 'epueloq ueutef n1 seurl qeulnl lnqer{uau 6ue;

:uelsrl ledequeuJolur qa;o deluntp lpadas uptllula6 '6undtue1

ueseull qeruo uedaP qe[e1y1

j

Page 53: .: Rumah Tradisional Jawa

<t

'euoq uep unla) rledeprp )eptl'Pnpa) adrl 'olo.rouoo up]eurelol tp esap-esap rp

ueseulll qeuo eped 6un)npuad uauala-uaulalopped rledpplp )epll rle)as eues rur 6un16ua; sue6

eueurp'6un16ua; sue6-sue6 tselUtsads rlrlruaurJrpuas euroq uep unre) 'lnqasJal qeunJ enpa)6unqnq6uad re6eqes rs6unllaq 6uer{ er.uoq uep

unJaI rledeprp nlelas ueseutl qeuo enpal eleluetpqe6ua1-qe6uel !p eueuad adrl lenp qe;trnl:aqueseu r

I q euo ad 11 enp ledepiel'e6t en 1a1 ueler 6e1

)nlun rsOunyeq 6ue1e1aq uer6eqrp ueseurl qeuouep nurel 6uenr re6eqes rs6un;.req er{ueserq

uedap uer6eqrp ueseurl qeuo 'surdtua ;rseque)r?sepre6'6ue1e1aq uedap 6unqure{ueu.ruep lnJn eJe)as refefteq lnqasial qeurnl enpa)e)eu enp qe;urnlraq ueseull qeuo In]un

uep rnprl 6ue^ue)e lur ueseE

Lletunr [J.Jelep €c

'n1es qelurnLao

6urqLue>1 6uepr

e1:eS uOrvred le

qeuo e,{uepe qr

Lleuro Pnp nele r

nelP uep nlPs I

'ue6uede; rp rse

sloz'rseluaunloc :raqunsn1e5 qepunl.rag ueseurl qeuJ6 'IZ requegqetunJ ueun6ue

rlen)a) rpe[ra1 e

rs6unl qnrnlas r

lu! lPq L!elep e

6ue1 'rur oloroteueln qeL!nJ

ue>leuaJe)rp ln6uer{ qeirnr sru;

rseururopuar{ ur

rp esap-esap iF

qeunr Inluaq6,,

er(uetueu nlnp

rpe|epuelaq u

uesetu!l qetuo JolJalu!ueseurll qeuro uedap qefery1

uetuJolur qalo (

uel!)ederv\er leuo!srpe{ qeuJnu

.a

:.:. .. :

:,*

" --' ,-:il .,'gr:

Page 54: .: Rumah Tradisional Jawa

uetrlJllnso/v\oql^ oloJg olseH olJles

'llnlselun^ !{ w

ua6 ueP qPMPq

as 6oAqa6 qalo

Pnlesal eAuePe

aA uepn[nrvrted

1es qelLunI lteq!ep ieqlllouepn[nrrtla6 (q)

3C :.raqLUns

eurll qeLUO '€Z Jequle!

uedap uel8eq ueseurll qeulo loualul

q uep luH)qEuic uenuJauad

Iuedap seuS

sT0z'!seluaun)oc :laqLUns

n1e5 adrl en6 qe;unlrag uesPulll L]eLuO 'ZZ ieque9

?ue1e1eq ueP uedeP u€setul'I

qerug Sunqnq8ued le8eqes Druoq $ep unraN

(uerer.l!la{ lep!r SueIelaq ueseur;1 qeuo}

en6 qelunf ueseul!'t qeuo uedag uelteg

e3:en;a1Suenr leteqas

gstunyeqtuo;e1ag seutS

*e

r

:j

Page 55: .: Rumah Tradisional Jawa

uelr)edLt/ e/v\ef leuolslpe{ qeurnu

ueunEueq dnlnuad re6eqos 6uelua6 uep qeMeq

uerbeqrp ueun6ueq rsrued reEeqas 6o.(qa6 qalo

lnleqlp 6ue{ ueunoueq e16uer uen}esal e{uepeqalo )nluaqJa] 6ue/{ eules 6uer( uepnlnrvrJad

Inluoq rlrlruau enp undnele nles L.;elunf )requeseultl Lleuo 'ueleue6ued lrseq uep leq!llo

'ueseurl L{eLUO uepnlnrrue6 (q)

sT0z'rseluaunloo :j€,quJnsen6 edrl en6 qe;rlnfiog ueseuq qeug'€Z requeg

8ue4elaq uepeq ueseu;; qeuo ropalul uedap ue!3eq ueseull qeuo Joyalul

nlPS 30 - e-: -:

Lif '.-.i' : -- -

(ueue1) 8ue1e1aq uep (;.rq)

uedap ue13eq uEsetu!l qeuro uenurauad

3ue4e;aq seur11uedap seurpl

(ue1e-

eno ue

uedap 3uen.r

/ {nuel Suenr)

edepuad !eteqas;stunyag

uedap seur!'t

e8ren;a1Sueu ge8eqas

lstunpaqtue{elag seur!l

j!-.

fl' !i--

Page 56: .: Rumah Tradisional Jawa

di bagian atas. Rangka kayu pembentuk omahlimasan terdiri dari 8 saka guru di tengah dandikelilingi oleh 16 saka di pinggir. Bila omahlimasan dilengkapi dengan emperan makajumlah saka yang mengelilingi saka guru akanbertambah 5 buah menjadi 21 saka. Keseluruhansaka mulai dari saka guru-saka...dan saka empermemiliki ketinggian dan besaran yang berbedayaitu semakin rendah dan semakin kecil kearahluar bangunan Diatas delapan saka akan tersusunra ng ka atap ya ng berbentu k .piramida terpancu n gdengan puncaknya (balok suwunan) memiliki tinggitertentu. Saka 16, di atasnya akan tersusun rangkaatap yang memiliki ketinggian lebih rendah dariatap yang terbentuk oleh saka 8; dan saka 5 akanmendukung atap emper yang memiliki ketinggianterendah dari keseluruhan atap omah limaasn.

Dari struktur pembentukan omah limasantersebut yang terbentuk oleh saka guru berjumlah8, saka ubengan L6 dan 5 saka uger-uger (saka

emper), maka pada prinsipnya perwujudan omahlimasan membentuk bentukan gabungan piramidaterpancung di bagian tengah yang disebut limas,dan emperyang mengelilingi limas serta emper dibag ia n depan. Ketiga nya tersusu n bersambau n ganmenyatu, tinggi dibagian tengah dan semakinrendah di bagian depan. Selanjutnya bentukan darirangka 8, 16 dan 5 dibalut dengan gebyog sebagaipartisi /dinding dan sebagai pintu omah limasanbagian luar bangunan bagian bawah.

Dari keseluruhan pembentukan omah limasan,maka bila dilihat dari sisi perwujudan luar omahlimasan maka akan terbentuk kesatuan atap limas-emper dan emper teras di bagian atas dengan saka

48 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Tampak Depan omah Limasi

Tampak samping ornh frcGambar 24. I

Sumbec I

(c) Tata ruang

Untuk o

keruangannya r

tidurdan ruang t

yang dinaungi c

dan kanan; di ba

yang dinaungiTerkadang didaS

depan omah lirataupun dua. K,

oleh pawon yan

atau kanan omKhusus untuk or

ubengan darserta gebyogdepan bangutermasuk linsamping akadan pada poterbentuk me

j

Page 57: .: Rumah Tradisional Jawa

H#:1?:::ffT:lE Ui pinggir. Bila omah

Jl"ngrn emperan maKa

!r;= ingi saka guru akan

rr-a: 21 saka. Keseluruhan

gru-- -saka...dan saka emper

ia- cesaran yang berbeda! san semakin kecil kearah

de apan saka akan tersusun

le.:u k piramida terpancungnhc< suwu nan) memiliki tinggitssn) a akan tersusun rangka

etrnggian lebih rendah dari

rieh saka 8; dan saka 5 akan

€r iang memiliki ketinggian

.rhan atap omah limaasn.

rmbentukan omah limasan

uk oleh saka guru berjumlah

Jan 5 saka uger-uger (saka

rinsi pnya perwujudan omah

entu kan gabungan piramida

tengah yang disebut limas,

lelilingi limas serta emper di

ya tersusun bersambaungan

rgian tengah dan semakin

n. Selanjutnya bentukan dari

alut dengan gebyog sebagai

ebagai pintu omah limasan

r baEian bawah.pem bentukan omah limasan,

sisr p,erilujudan luar omah

ben't.,lk <esatuan atap limas-

s C bag an atas dengan saka

ubengan dan saka uger-uger (saka pada emper)serta gebyog sebagai partisi bangunan. Dari sisi

depan bangunan akan terlihat posisi memanjang;termasuk limas yang juga memanjang. Di sisisamping akan terlihat pada posisi memendek;dan pada posisi memendek, bentuk atap akanterbentuk meruncing membentuk segitiga.

Limas

Emper mengelilingi limas(atasl. Emper teras (bawahl

Saka uger-uger (saka emper)

Partisil Gebyog

Tampak Depan omah Limasan

LimasEmper mengelilingi limas{atas}. Emper teras (bawah}

Sako uger-uger (saka emper)

Partisilgebyog

Tampak samping omah limasan

Gambar 24. Wujud Omah LimasanSumber: Dokumentasi, 2015

(c) Tata ruang.

Untuk omah limasan berjumlah satu,keruangannya meliputi dua jenis ruang yaitu ruangtidurdan ruang tamu. Ruang tidur menempati ruangan

yang dinaungi oleh atap emper bagian belakang, kiri

dan kanan;di bagian depan bersama dengan ruanganyang dinaungi atap limas merupakan ruang tamu.Terkadang didapati pula teras yang terletak di bagiandepan omah limasan baik limasan berjumlah satu

ataupun dua. Kedua jenis omah limasan didukungoleh pawon yang umumnya berada di sebelah timuratau kanan omah limasan sebagai rumah utama.Khusus untuk omah limasan berjumlah dua terdapat

I

Rumah Tradisional JawaPacitan

49

J

Page 58: .: Rumah Tradisional Jawa

finuad 'uednptqa) teuep)p lelele^seu tp tpe[a]qe ny e66uelnd ue1n1lre e,,(u u nrvrn uad er{u ;esl u.r

[ -]e os un)tni epe n]t rIepe lueu ruelsr 1e6uesrsic, ^qalts.le ne;e1 lpe[,

'tut qeMeq

ude> 5ualas uet)lula6ESeu.r ll q PLUo er{ueserq

r1e renl rp epereq 6up^'urel eLUas leloqs )nlun16uepa5

'r;ena eled n1r

rn Llelst un)nj tuejagrerAuaul 6uer{ n1r 'S epe

Ilc /T uep ,I )e)aduelqPqLueuau e6n[

'1o.r qelLlnl qelepe /Ie61 6uel qelepe I uepq uerpa6uad 11r;rurau

lq ueuJolul ue)elP)tord ruelsl uetele ueOuap

aLr.J']nqasJal uelerad, '9T'?T'91 1e:ad r.rep

ueseuJrl qeuo epedvunuad )nlun ueJnlne1s rpeluaur:6ue1

rolur) ,e[es eueu e[u1;se

e EZ eues 97 n1 url6unu1 nlr e,(uueural olel nltoqur uDl tnryt oh1 ualuaualua tluas aMDlas ualua

ry uohlDtu iluDs auDlDad

ff o*Q llul'Dl Dl otlt pt!,,

ueuJqnso^ oqr^^

"r"rr,,iffjlr""iTi os

'w) SZ-OZ qrqal 6uern4 6uelued ueouaprle) uern)n nye(>1otad ueJnln eppd Jesepreq 6ue{ueJn)n rsJodoJd Dlrlruau, uPseurl LleunJ lr)a) Jesoq

ueJnln 'ueurJolur uep ispurJolur reEeqraq ue6'uernln (p)

srsrleuv:Jaqunsueseurl qpuro 6ueny elel euo)S 'SZ Jequleg

z-qqiEfrl-ffiliqe'.!-6ffinTEiEI

tr

nuel tuenr

lEteqas uedap

uEserull qEuro

IIII

uorrred

IIEtrenpltuenr lerEqas

tue)lEpquEseu!l qEuo

rnp;1tuen.r

lnlun auoz

seJaII q-Emfiiffiliiim-ffiru err-

tr

UO'I\Ednurel tuenu

rnp;1 Suenr

lnlun suoz

'6ue1e1aq uep uedap qeseurl

qeuo ereluerp lelolJal 6ue^ pJelue 6uen.r e6n[

I se

rIII

rr

J

Page 59: .: Rumah Tradisional Jawa

"iki lho kaki,kaki (pecok), namanya itu pecokon koklPecakone sami mowon konten ponjong enten pecok niki

enten selowe senti enten selongkung enten kaleh doso

enten tiga likur kan mboten somi,beda dengan kamu

itu kalo temannya itu kan beda panjangnya. mesti

mungkin itu 20 sana 23 atau 25 gaktau panjangnya,ini

aslinya mana saja" (informan bapak Sokiman)

Yang menjadi standar dalam pecak ini adalah

ukuran untuk penuwun atau nok. Jumlah pecak

pada omah limasan rata-rata bervariasi mulaidari pecak L3, L4,l-6, dan l-7. Munculnya proporsipecakan tersebut, menurut para informan terkaitdengan ajaran Islam yang dibawa oleh wali songo.

Dikatakan Informan bapak Misino bahwa pecak 14

memilikipengertian bahwa 13 adalah rukun Islam

dan l- adalah Yang Maha Kuasa. Sedangkan pecak

17 adalah jumlah rokaat dalam sholat. Informanjuga menambahkan penjelasannya mengenaipecak 14 dan 17. Dikatakan bahwa rukun islam

ada 5, itu yang menyiarkan walisongo, jadi 14-9=5.Berarti rukun islam untuk orang adalah 5 dan 9itu para wali. Sedangkan 17 adalah jumlah rokaatuntuk sholat semalam. Didapatijuga ukuran pecak

yang berada di luar aturan pecak; dan hal tersebutbiasanya omah limasan akan menjadi lebih besan

Demikian selengkapnya penuturan informan dibawah ini.

Jadi kalau arsitektur disini ada misi kejawennya yang

sangat islami. nanti ada yang pecak itu sebenarnya

14 itu ada rukun solat. Itu lo tadi ada budaya yang

misalnya penuwunnya ada 13 itu karena rukun islam.

itukan pujangga itulah lucunya disitu. Tapi yang

terjadi di masyarakat. dengan falsafah itu membuatdamai kehidupan. Penuwunnya 1-4 pecakyang 13 ada

Rumah Tradisional JawaPacitan

51

yang terletak diantara omah

belakang.

la Ruang Omah Limasanr : Analisis

ri lnformasi dari informan, ukuran

limasan memiliki proporsi ukuranja ukuran pecok yaitu ukuran kaki

kurang lebih 20-25 cm.

I

I

Pawon

Pawon

Zona untukruang tidur

Zone untuk

ruang tidur

-E-E

J

Page 60: .: Rumah Tradisional Jawa

ueurJr)nsoMoqrM olo.rg olseH otrles

'rlnlsetun^ t{ zs

qo lrseq ueo '(lndep

unq 6uenr selequod

le^ueq uelunq Inlun6uen: nles) ue6uenl

ruap unuPp'uornedeseLU nles ednlaq tut

rnq Inlun e6n[untleu

lun ueleun6rp er{ueq

pual.rad LUele6'6ue[ued

;ruaI rlrpr,uau unueuepuel elnd rledepgp

6ue,{ leurai 6uepuel

lreq Ieura] buepueli qeuo enqeq e6n[o lrseq uJelPo

loc :raquns'92 reqLUe9

; s€unyaqtvsDutl qDLuo VeP ueuel lsls ueun8ueg

uelued qPuo Euefued

undnele 7 qeltunfiaq

?ureln qeuJnl 6ueluedqeulo Euefued e4eul

lepe eureln qeruni ell8

ues nele ueltensaduaut

l1a5 depeq6uar.tr e6nf

6uelued qeuo pleu ue]elos depeq6ueu eue]nqeurnr elrg 'e[ue]n qeutnJ depeq qele ue6uap tensas

rut 6ue[ued qeuo depeq qery'(og6o[undneur ueseurr;)euleln qerunJ Jnrutl nele Utl !s!s !p epeJaq esetlueuose{uueepe.raqal 'urnned le6eqa5 '"rndep nele uoanedte6eqas rs6un;.raq 6ue{ o16o[ qpuo undneuu upseutlqeuo ueeperaqa) Uep uer6eq ue>lednlau Euefuedqeuo e^ qeq uedap tp uqqnua)tp qelal rpade5

'6ue[ued L{euny (g

(oursryrl ledequeuro;ur) ,;rle nqalu 1n1e6 unmnued uo6lee)eJ /I6urd 1e1oqs 11 rOuames outpas neul /I 1rs unannuad

rqequJelrp snl] aMap uelst un)nJ aueputu tleM auerefe ]n:nu )au Dl amap a)en e olol eped'n1r r;ean eledn1r 6 6urs eql S l) aiv\ap )eme uelstaun)nJ ue) tUelaq

S Bpe ue) 6 r6ueln>; Vl ,pe{ o6uosr;ern uollerluatu

6ue{ ure;sr un)nr nlnp ueureluel ;eqeped S epp uelnlr uelsr un>lnJ ,T nlrb ue1 n1r'obuos r;ean e{uueue[ue6uep uelrol epe e6n[ n]l ,I uqlqrp ue6ue1uag,,

(oursryl ledeq ueulo;uI,,"')l)aq eJo uelselalueu netl nele)'uelselafip e6n;np ueuref rdel n1 e{ueq e{uueyel e('1ee4et 11ue) uelsr 6uelo rbeq qepeqr uelue;efueu snle[.1

n1l'ueuror(e6uad e{ueueu ue) n}t,es3 eqeyl 6ue1ueqnf uep ueuo{e6ued ledepuaur ur6ul o;e1 n1r

ure;sr 6uelo e{ueu4eur n}t ole) e{upns>;er.u n1r 2

lede;a1 /T ulMlp LleunJ e[upnsler.u ede'n1r eueln-eureln eped sedn>; sedn4 e{es qelalas'o6uosr;eannlle/rt eped ue;sr uelefe ue6uep e{uue1lel n1l

rdel'n1r6 p1 6uert nele €I 6uert epe,71 reduresbunlrqrp 11e1 lede;a1 leled rlsed n1r'qe;unnnuad

1ou er(ueuteu nlt )olsaqtp nelel er{u6un[n,,

'(our1e5 ledeq ueur.rolur)

;lsp psen) eqeu 6ue{ qelppe 1 6ue[ uelst un)nl

J

Page 61: .: Rumah Tradisional Jawa

rg 1 adalah yang maha kuasa dst."

k Sakino).

lau drbestek itu namanya nokr pasti pakai telapak kaki dihitungyang 13 atau yang 14 gitu,taPi

dengan ajaran islam pada waktu

ai-, saya kupas kupas pada ulama-raksudnya rumah dibikin 17 telapak

ya kalo itu maknanya orang islam

nendapat pengayoman dari Tuhan

r,itu kan namanya pengayoman,itu

rkan ibadah bagi orang islam kan

ritannya hanya itu tapi jaman dulu

aIa.r mau menjelaskan ora becik..."

k Misino)

:lk r i4 itu juga ada kaitan dengan

5e-qc,itu kan gitu L4 rukun islam itu.a Kan _iaman dulu rukun islam yang

iisc'Ec .ladi 14 kurangi 9 kan ada 5

ine s a'r awak dewe ki 5 lha sing 9 itu

:e <-'1a',vake dewe ki nek nurut ajaran

s '-<-rn islam dewe trus ditambahi

' -3- sedlno sewengi ki sholat ping

3e.-,,,,;n gatuk mlebu ati." (informan

1g

drkerrukakan didepan bahwa omah(an caEian dari keberadaan omah

o-ah ;oglo yang berfunEsi sebagai

rn Seoagar pawon, keberadaannya

r d s si kiri atau Timur rumah utamajog o'. Arah hadap omah panjang ini

ah hadap rumah utama. Bila rumah

iap Selatan maka omah panjang

juga menghadap Selatan. Panjang omah panjang ini

menyesuaikan atau sama dengan panjang rumah utama.

Bila rumah utama adalah omah limasan berjumlah satu

maka panjang omah panjang juga sepanjang ukuran

panjang rumah utama. Sedangkan bila omah limasan

berjumlah 2 ataupun kombinasi joglo-limasan maka

panjang omah panjang juga menyesuaikan (sama).

Bangunan sisi kanan dari omah limosan dan omoh ioglo adalah omoh panjang yang

berfungsi sebagai powon

Gambar 26. amoh PoniongSumber: Dokumentasi, 201-5

Dalam hasil observasi lapangan, diketahuijuga bahwa omah panjang juga digunakan untukkandang ternak baik sapi maupun kambing. Terdapat

kandang ternakyang cukup besar dan panjang namun

didapati pula kandang ternak yang relatif pendek

namun memilikijenis atap yang sama dengan omah

panjang.

Dalam perkembangannya omah panjang tidak

hanya digunakan untuk pawon maupun kandang saja

namun juga untuk hunian. Omah panjang untuk hunian

ini berupa satu masa bangunan panjang seperti halnya

pawon. Namun demikian bila pawon tanpa penyekat

ruangan (satu ruang besar) maka pada omah panjang

untuk hunian banyak didapati penyekat ruang sebagai

pembatas ruanE hunian (ruang tamu, keluarga hingga

dapur). Dari hasil observasi umumnya didapati teras

Rumah Tradisional Jawa 53Pacitan..]

\

'{

J

Page 62: .: Rumah Tradisional Jawa

fcc iaquns,0> 8z reque9

rndep

aq 6uelued qeuto uel6uePas

LlepeMaur 6ue{ eure}n LleulnJ

LleLuo '!uls !o 'ueseull qeuo;erill L.leulo lJl) qelaqas lp

c qeLr.ro ]ere8 Lielaqaslp nele

:u o'er(u ue1e1a1.rad tstsoduolIO r)rlruau lnqeslal LleLunl

z6urpuesraq e{uenPa>1 rstsod

lt 6uer{ rstsodtuol ln}un'qeunl enp tstsodulo; 'e

Ple 'urI 6urdues'uedaP uer6eq tP

rPpue) 'rpueul leuPl ueP 6urqtue4

I e,{uepe qalo 6un1nP!P }nqara}rnlasa) '6uelued qeulo n]es ueP

o/v\oqr^ "r"r, "*rXiT,'ll3 'llnlselunfi l{ tZS

ueseurl qeuo nles-o;6o[qeuo nles (7l6uelued qeruo n]ps uepueseurl qeuJo enp (I :tJpp tJtpla] qerunJ e6l1 lsrsoduro) lnlunue16uepa5 '6uefued qputo nles uep ueseutl qeuo nles trep

ulpJal er{ueselq Lleunl enp )n}un 'tut LleunJ n}es wplep epeJoqe6ren;a1 uprunq ue1e1er6a1 ueL{nJnlasa) ue6uap nles qe;r.unfieq6uelued qeuo ednteq er{utunutn'qeulnJ nles rstslodruo) )n}un'qeun.r e6r1 uep LleunJ enp 'qeunr nles uep r.rrp.ra1 6uer{r nl)alrsJe rsrsod tuol 1ed epral 1e1 eler{seu uel ep u etu nq d erlasuplep emqeq ue)nuleltp 'ue6uede; tp pJefue/v\ean undneuueleue6uad rnle;aur lreq rselo;dqa ltseq ue)JesepJag

lnl)eltsJvrsrsoduroy'Z

sl}z-vT}z'rseluaunloc :raqu nsuerunH uep 6uepue; rs6un3 ueOuap 6uofuo4 tlDuro'LZreqwe,

uelunH rs8unl >1n1up buofuo4 tlowg pnln111

)euraj buopuoy 1n1u1 Euefue6 qeug pnfn1tr

'lapued6uBr{ ueun6ueq rsrs qelppe ueunEueq uedep uelEeqeueurp lueun6ueq uedep uer6eqrp lplalrel 6uel(

J'

Page 63: .: Rumah Tradisional Jawa

n depan bangunan; dimanaln adalah sisi bangunan yang

)n:tr Kandong Ternak

Untuk Fungsi Hunian

lan Fungsi Kandang dan Hunianrntasi, 2014-201-5

rasi baik melalui pengamatan

;an. ditemukan bahwa dalamrt terdapat komposisi arsitektur

dua rumah dan tiga rumah.mumnya berupa omah panjang

rhan kegiatatan hunian keluarga

ltuk dua rumah biasanya terdiri

atu omah panjang. Sedangkan

rdiri dari: 1) dua omah limasan

omah joglo-satu omah limasan

/dan satu omah panjang. Keseluruhan kompo-sisi arsitektur

terebut didukung oleh adanya kandang ternak khususnya

kambing dan kamar mandi. Kandang ternak umumnya terletak

di bagian depan, samping kiri, atau belakang omah panjang.

a. Komposisidua rumah.

Untuk komposisi yang terdiri dari dua rumah, maka

posisi keduanya bersandingan. Pada umumnya kedua

rumah tersebut memiliki orientasi Selatan, sehinggakomposisi perletakannya, omah limasan di sebelah kanan

atau disebelah Barat omah Panjang dan omah Panjang

di sebelah Kiri omah Limasan atau disebelah Timuromah Limasan. Di sini,.omah Limasan berfungsi sebagai

rumah utama yang mewadahi kegiatan privat dan publik;

sedangkan omah panjang berfungsi sebagai powon atau

dapur.

OmahLimasan

OmahPanjang

Pekarangan

Gambar 28. Komposisi Dua RumahSumber: Dokumentasi, 2OL5

Rumah Tradisional JawaPacitan

55

Page 64: .: Rumah Tradisional Jawa

b. Komposisitigarumah.Untuk hunian yang memiliki tiga rumah baik yang

teridiri dari dua limasan dan omah panjang maupun satujoglo-satu limasan dan omah panjang memiliki komposisiyang sama. Dari sisi perletakannya secara substansifmemilik prinsip yang sama dengan rumah-rumah dengankomposisi2 rumah. Omah panjang selalu berada di bagian

Timur (kanan rumah utama), sedangkan limasan maupunjoglo juga selalu berada di sisi Barat (kiri) dari omahPanjang. Hanya saja untuk dua limasan ditata denganurut depan belakang. Di bagian depan untuk fungsi publikdan belakang untuk fungsi privat. Demikian juga untukkomposisi joglo-limasan-pajang; omah joglo terletakdi bagian depan sedangkan limasah berada di bagianbelakang joglo. Fungsi keduanya sama dengan fungsidualimasan; omah joglo untuk fungsi publik dan omah limasan

untuk fungsi privat.

GamL

LimasanBelakang

3. Tra

M

pemba

Dononselamar

upacari

a-

OmahPanjang

Pekarangan

te ri

me

runper

per(a rr

untinfc

ters

ban

Omah Limasann

Gambar 29. KomposisiTiga Rumah (dua limasan + satu Panjang)Sumber: Dokumentasi, 2015

56 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Page 65: .: Rumah Tradisional Jawa

ldh.

rg .nemiliki tiga rumah baik yang

n dan omah panjang mauPun satu

omah panjang memiliki komposisi

perletakannya secara substansiflma dengan rumah-rumah dengan

rah panjang selalu berada di bagian

iama), sedangkan limasan maupun

ada di sisi Barat (kiri) dari omah

rntuk dua limasan ditata dengan)i bagian depan untukfungsi publik

rrngsi privat. Demikian juga untuk

san-pajang; omah joglo terletakrngkan limasah berada di bagian

keduanya sama dengan fungsi dua

tuk fungsi publik dan omah limasan

LimasanBelakang

OmahPaniang

Pekarangan

Omah Limasan

Depan

Rumah (dua limasan + satu Panjang)Dokumentasi, 2015

Omah Limasan

OmahPanjang

Pekarangan

OmahJoglo

Gambar 30. KomposisiTiga Rumah (ioglo + Limasan + PanjangSumber: Dokumentasi, 20L5

3. Tradisi dalam Pembangunan rumah Jawa.

Menurut berbagai informan, diketahui bahwa dalam hal

pembangunan rumah Jawa Pedesaan di wilayah Kecamatan

Donorojo ini senantiasa didahului dengan upacara-upacaraselamatan sebagai tradisi bagi masyarakat setempat. Beberapa

upacara yang berhasil ditemukan dijelaskan di bawah ini.

a. Upacara natah penuwun.

Penuwun adalah balok nok yang terdapat di bagianteratas dari bangunan rumah hunian. Natah penuwunmerupakan bagian dari rangkaian pembangu nan pendirian

rumah Jawa Pedesaan. Sebelum penuwun dipasang makapedu diadakan upacara yang disebutnatoh penuwun. Natahpenuwun dilakukan oleh satu orang tukang bangunan(arsitek rumah Jawa) yang telah memiliki "kekuatan"untuk melakukan pekerjaan tersebut. Seperti diungkapkaninforman bapak Samsi bahwa untuk memperoleh kekuatan

tersebut maka harus meguru atau berguru kepada tukangbangunan pendahulunya dengan melalui puasa. Setelah

Rumah Tradisional Jawa 57

Page 66: .: Rumah Tradisional Jawa

mendapatkannya maka untuk selanjutnya Tukang bangunan

Jawa tersebut akan selalu bertugas untuk melakukan notah

penuwun.

Persyaratan penting dalam pembuatan natahpenuwun ini adalah bahwa balok penuwun tidak boleh

dilongkahi oleh perempuan. Oleh karenanya kebiasaan

yang dilakukan oleh bapak Samsi sebagaitukang bangunan

rumah Jawa adalah dengan memerintahkan kepada para

perempuan yang membantu pembangunan rumah untuk

tidak diperbolehkan keluar rumah diseputar pengerjaan

pembangunan rumah. Hal tersebut dilakukan agar jangan

sampai balok kayu penuwun terlangkahi oleh perempuan.

Bila terlangkahi perempuan maka kayu tersebut akan batal

digunakan dan harus diganti dengan kayu yang baru.

beriktu seperti dituturkan oleh bapak Samsi.

" Kulo niku terus nyoniangi tiyong setri enten powon: "wong

wedok oro kena sriweton liwat nggone wong nyombut gawe

kayu. Nek kepengin opo to opo kongkono men ditandangi

wong lonong. emon-eman koyune mengke nak ngontikelongkahan wong wedok. mosiyo soko mosyio ngoten mos

pak ning nek dilangkhai dilaLoh niku sing nglongkohi niku

tiyong setri".

Selain itu persyaratan penting lainnya adalahpersyaratan khusus bagi tukang yang akan natah penuwun;

sehari sebelum mengerjakan penuwun maka tukangpenatah penuwun tidak diperbolehkan untuk bersetubuh

dengan perempuan. Demikian seperti diungkapkan oleh

bapak Samsi di bawah ini.

"Mung sirikone nek ojeng natoh dinten niki, wau dalu mboten

kenging owor wong wedok. sepindoh. Caro golek ngelmu

ngeten niku teloson. nggih. nggih mung sing disirik ngontos

dugi mbenjing niku nok oieng notoh penging awor wong

wedok, niku wou. koleh dilongkohi mboten kenging".

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Per

penatahr

secara kl

bersih. S

adalahtidak dipdimaksubersama

menikah

ibu Sriya

"Notoh 1

otou ort

itu haru

masih st

ombil itboleh kt

penuwu

rumoh i

Sel;

maka ker

maka pa

bara ng -

persyara

Pedesaar

diantararkelapa, kt

boskom.

Sriyanti c

"ltu Per

sesuhun

emos itt

tengoh t

kendL Lc

masih o

58

Page 67: .: Rumah Tradisional Jawa

rtuk selanjutnYa Tukang bangunan

bertugas untuk melakukan notah

inE dalam Pembuatan natah

wa balok penuwun tidak boleh

ruan Oleh karenanYa kebiasaan

k Samsi sebagai tukang bangunan

Jan memerintahkan kePada Para

antu pembangunan rumah untuk

uar rumah disePutar Pengerjaanal tersebut dilakukan agar jangan

wun terlangkahi oleh PeremPuan.

ran maka kaYu tersebut akan batal

Jiganti dengan kaYu Yang baru'

rn oleh bapak Samsi.

ngi:,i'cng setri enten powon: "wong

: lr,',oi nggone wong nYombut gowe

) ic oro kongkono men ditondangi

rno. <oyune mengke nok ngonti

)K .t xslyo soko mosYio ngoten mas

i s;.ctch ntku sing nglongkohi niku

aratan penting lainnYa adalah

i tukang yang akan natah Penuwun;

ler;akan penuwun maka tukang

< diperbolehkan untuk bersetubuh

emikian sePerti diungkaPkan oleh

lni

g notch dinten niki, wau dalu mboten

edor. seplndoh. Cora golek ngelmu

gth ,nggih mung sing disirik ngontos

tk o,,eng natoh Penging owor wong

tlc ng kohi mboten kenging".

Persyaratan penting lainnya selain bagi tukang

penatahnya, pemilik rumah juga dikenakan persyaratan

secara khusus yaitu mandi/keramas dan berpakaian yang

bersih. Selain itu persyaratan lainnya bagi pemilik rumah

adalah harus menghadiri upacara dan pemilik rumah

tidak diperkenankan menikah lebih dari sekali. Hal tersebut

dimaksudkan agar pemilik rumah bisa hidup langgeng

bersama pasangannya tidak mengalami perceraian atau

menikah lagi. Demikian seperti dituturkan oleh informan

ibu Sriyanti di bawah ini.

"Notoh penuwun sebelum itu kolou minta tolong somo sesepuh

otau orang tua paling ndok kita itu, yang mendirikon rumoh

itu harus mondi, keromas dulu. Pokoi boiu yang bersih, itu

mosih sakroL Harus diikuti yang seperti itu. Nanti kito bersama

ombil itunyo iuga orang 2. Terus penuwun, sesuwun tidok

boleh kolou kita itu nikoh 2 koli. Jando otoupun dudo, notoh

penuwun itu jugo nggak boleh. Filosofinya bior yang punyo

rumah itu tidok mengolomi yong seperti itu!'

Selanjutnya setelah natah penuwun selesai dikerjaka n

maka kerangka bangunan segera didirikan;setelah berdiri

maka pada penuwun diletakkan banyak uborompe atau

barang-barang khusus yang merupakan bagian dari

persyaratan dalam mendirikan bangunan rumah Jawa

Pedesaan. barang-barang yang diletakkan pada penuwun

diantaranya adalah bendera merah putih, emas, padi ulen,

kelapa, kendi dan kembang setaman yang diwadahi dengan

boskom. Demikian seperti disampaikan oleh informan ibu

Sriyanti dari desa Sukodono.

"ltu Penuwun. Kolou di sini penuwun. lya... itu mosih. ltu

sesuhunon, masih odo bendera meroh putih, odo yang dikasih

emas itu. PorL Pari ulen somo kelopo itu masih.ltu dio tengoh-

tengoh masih odo meroh-merohnyo. Terus, itu kon mosih ado

kendl Loh, itu kon buat notah penuwun, masih oda syarat yang

mosih ado di situ iuga. Bungo sekor setomon dikasih baskom.

Rumah Tradisional Jawa 59

Page 68: .: Rumah Tradisional Jawa

Kalou ndak baskom, kolau orang Jawa, njenengan kon pirso

kalou yong dari gerobah".

b. Tradisi gotong royong, bancaan dan mencari haribaik.

Sepertidituturkan oleh informan ibu Sriyanti, didapatijuga tradisi gotong royong khususnya untuk pendirianrumah Jawa. Menurutnya tradisi gotong royong masihdilestarikan hingga saat ini.

Untuk tradisi bancaan hingga saat ini juga masihdilakukan oleh masyarakat diwilayah ini. Menurut informanbapak Sugiyarto dari desa ....., tradisi bancaan merupakantradisi untuk selamatan atau syukuran. Tradisi ini biasa

dilakukan pada saat memulai mendirikan rumah. Malamsebelumnya, warga diundang untuk berkumpul, danlek-lekan (begadang tidak tidur sampadijam tertentu) ditempat warga yang akan membangun rumah. Hidanganyang disajikan ketika bancaan berupa nasi yang digulungkecil-kecil dan pisang raja. Acara tersebtu dipimpin olehsesepuh desa setempat. Bancaan juga dilakukan pada saatnatah penuwun dengan mengundang warga yang biasanyapara pria di lingkunagan terdekat. Menurut Ibu Sriyatin,

bancaan yang berupa makanan berbentuk tumpeng yangteridiri dari tumpeng tulus, tumpeng kroyok dan berbagaitumpeng lainnya.

'Ada tumpeng tulus, ada tumpeng kroyok, ado tumpeng ini,

oda tumpeng ini, gitu;'(informan Ibu Sriyatin)

Tradisi penting lainnya selain gotong royong dan

bancaan yang selalu dilakukan olah masyarakat diwilayahini adalah dengan mencari hari yang baik, tepat dalammembangun rumah baru. Pencarian terhadap hari baiktersebut dilakukan oleh sesepuh desa setempat yangmemang memiliki keahlian untuk haltersebut.

Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

"Mbah Horun:kolou odo hol.

dengon syorot

Horun honyomaksute klenibulannyo boik

4. Elemen Pendu

a. Pintu dan

1) Kerun

Salallimoson at

disebut se

dan hasiljendela ya

sebagai pe

depan den

demikian,

dan boma

disain seb

pintu, kerr

dan demiljendela y;Dalam pelt

dan kirinya

depan bag

Seba<

yang berbr

kerun mengebyog, dr

bentuk das

dengan leratas.

60

Page 69: .: Rumah Tradisional Jawa

)m nienengon kon pirso

l:;aan dan mencari hari

' 1- o.r Sriyanti, didapati

-;-,,a untuk pendirian: ::: rr g royong masih

:, s:et ini juga masih

tr ini. Menurut informan

lsr bancaan merupakan

hrran. Tradisi ini biasa

r -.3i-r rumah. Malam

- - ,. cerkumpul, dan

s. * -: r jam tertentu) di

rEUn rumah. Hidanganqpa nasiyang digulungErsebtu dipimpin oleh

_-.. : :<ukan pada saat

ng warga yang biasanya

. Menurut Ibu Sriyatin,

rbentuk tumpeng yang

rg koyok dan berbagai

tyok, oda tumpeng ini,

Srrriatin)

h gotong royong dan

h masyarakat di wilayah

pnE baik, tepat dalam

= - ::'hadap hari baik

h desa setempat yangha{tersebut.

4. Elemen Pendukung Hunian.

a. Pintu dan Jendela.

" M bo h H o ru n se n d iri tokoh m a syo ro kat ota u sesepu h, m u n g kin

kolau ada hal yang mistis kito gok tou, biso minta tolong, tapidengon syarot hoti ikhlas dan percoyo podo Yong di otos. Pak

Harun honya sebagoi perontoro sojo. Masih ada. Masih ado

moksute klenik, horiyang baik, tanggolnya baik, jomnyo baik,

bulonnyo baik. ltu mosih." (informan Ibu Sriyatin)

L) Kerun dan Boma.

Salah satu karakteristik pendukung omahlimason adalah adanya elemen omah limasan yangdisebut sebagai kerun dan boma. Menurut informandan hasil observasi, kerun dan bama adalah pintujendela yang berada di dalam rumah dan berfungsisebagai penghubung antara omah limasan di bagian

depan dengan omah limasan bagian belakang. Namundemikian, tidak semua rumah limasan memiliki kerun

dan boma; didapatijuga pintu penghubung dengandisain sebagai pintu biasa pada umumnya. Sebagaipintu, kerun tidak dilengkapai dengan daun pintudan demikian juga dengan boma, sebagai sebuahjendela yang tidak juga dilengkapi daun jendela.Dalam peletakannya kerun diapit oleh boma di kanan

dan kirinya. Kerun dan boma terletak di omah limasan

depan bagian belakang pada deretan saka ubengon.

Sebagai pintu, kerun memiliki ukuran dan disainyang berbeda dengan pintu lainnya. Dari sisi ukurankerun memiliki ukuran sebesar yaitu empat kali pintugebyog, demikian juga dengan boma. Secara khusus

bentuk dasar kerun dan boma adalah kotak dan dihiasidengan lengkungan-lengkungan disisi kiri, kanan danatas.

Rumah Tradisional JawaPacitan

61

Page 70: .: Rumah Tradisional Jawa

!(enrn model iniydipasang t

Bentt

adalah pirsorong ini

dalam ban

Pacitan. Pir

Perletakan

dalam run

Eomo sebelahkanan mengapit

kerun

Borna sebelahkiri mengapit

krun

Xerun dengan Iengtungan Kerun dan Pclltu dengan

besar di bagian atas dan lenglctqan kecil di bagian

samping kri-kanan atas dan sanqirg ktui-lanail

Gambar 3L. Kerun dan Boma di Desa WidoroSumber: Dokumentasi, 2015

2) Pintu dan jendela lainnYa.

Ditemukan jenis pintu dan jendela di wilayah

penelitian yang menggunakan corak kombinasi kerun

dan boma. Salah satunya adalah ditemukan di desa

Cemeng. Kerun dan boma yang sebenamya terpisah,

namun dalam disain bentuknya dijadikan satu' Pintu

lainnya adalah berupa pintu dengan bentuk persegi

panjang (kotak) mengikuti pola gebyog yang juga

kotak-kotak dengan panil. Didapati juga kombinasi

pintu panil dengan jendela jeruji; dan pintu panil

dengan kaca. Untuk pintu dengan kaca diduga

merupakan bentuk baru yang dikembangkan oleh

masyarakat. Umumnya pintu-pintu kotak ini memiliki

daun pintu dobel; namun begitu didapatijuga pintu

Keterangan:1 : Pintu gebyog (prntu pa;

4: Pintu Panil kombinas k:

Sur

U ntuwilayah p

dengan jejendela; ugebyog. J

modulgeklengkunga

62 TriYuniastuti,Satrio Hasto Broto WbowoSukirman

1

4

. .....r.".,,':1. -' 'aa:a'::-...:.::a.-

.t

{ffiis

Page 71: .: Rumah Tradisional Jawa

Xerirn

aano sebelahkiri mengapit

lerun

Kerun daa Bomo dengan

lengtungan kecil di bagian

atas dan sam$rg kiri-tanan

1 Bomo di Desa Widoroumentasi, 2015

lainnya.

s pintu dan jendela di wilaYah

gunakan corak kombinasi kerun

Jnya adalah ditemukan di desa

)oma yang sebenamya terpisah,

bentuknya d'ljadikan satu. Pintu

E pintu dengan bentuk Persegi

rgikuti pola gebyog Yang juga

panil. DidaPati juga kombinasi

jendela jeruji; dan Pintu Panilk pintu dengan kaca diduga

baru yang dikembangkan oleh

ya pintu-pintu kotak ini memiliki

rmun begitu didaPatijuga Pintu

model iniyang tidak memiliki daun pintu namun hanya

dipasang tirai yang berfungsi sebagai daun pintu.

Bentuk pintu lainnya yang berhasil ditemukanadalah pintu panil sorong. Menurut informan, pintu

sorong ini merupakan pintu yang sudah lama ada

dalam bangunan rumah Jawa di kecamatan Donorojo,

Pacitan. Pintu sorong ini berpola panil sepertigebyog"Perletakan pintu sorong ini diperuntukkan untuk ruang

dalam rumah seperti ruang tidur.

Keterangan:1 : Pintu gebyog (pintu panil); 2 : Pintu dengan tirai; 3: Pintu Kombinasi Kerun dan boma;

4: Pintu Panil kombinasi kaca; 5 : Pintu sorong; 6: Pintu panil kombinasi jeruji

Gambar 32. PintuSu mber: Doku mentasi 2014-2015

Untuk jendela, terdapat dua jenis jendela di

wilayah penelitian. Pertama adalah jendela kotakdengan jeruji kayu sebagai isian jendela tanpa daunjendela; ukuran jendela menggunakan ukuran modulgebyog. Jenis kedua adalah jendela dengan ukuran

modul gebyog namun berbentuk kombinasi kotak dan

lengkungan. Bentuk kotak menjadi dasarnya (di bagian

Rumah Tradisional JawaPacitan

63

321

54

t.f:,'

6

Page 72: .: Rumah Tradisional Jawa

bawah) sedangkan lengkungan berada di bagian atasjendela. Lengkungan pada jendela diperkirakan berasal

dari lengkungan pada kerun.

Jendela dengan pola kerun Jendela jeruji

Gambar 33. JendelaSumber: Dokumentasi, 2014

3) Gebyog.

Berdasarkan eksplorasi di lapangan, terungkapbahwa gebyog merupakan salah satu elemen sangatpenting dalam omah limasan. Secara substansif,keberadaan gebyog hanya didapati di omah limasan

dengan fungsi utama sebagai partisiatau dinding bagi

omah limasan. Untuk omah limasan yang masih utuhkeberadaannya maka keseluruhan dinding baik dindingluar maupun dalam, selalu digunakan elemen gebyog.Untukgebyok bagian luaI berfungsi sebagai pembatas

dalam rumah dengan luar rumah; sedangkan gebyog

di bagian dalam berfungsi sebagai pembatas ataupenyekat ruang tidur maupun powon.

Dari sisi penempatannya, gebyog ditempatkandiantara saka-saka. Untuk gebyok bagian luar makapenempatannya diletakkan diantara saka-sakaubengon; sedangkan di bagian dalam rumah, gebyog

diletakkan di antara saka-saka utama.

Gebyog yang berbentuk dasar persegi panjangpada dasarrnya seperti pintu panil dengan kombinasi

64 TriYuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

(

J.

Page 73: .: Rumah Tradisional Jawa

lngkungan berada di bagian atas

pada jendela diperkirakan berasal

la kerun.

r Jr .len0ela:kumentasi,2014

Jendela jeruji

kso orasi di lapangan, terungkaP

upakan salah satu elemen sangat

nah limasan. Secara substansil

; hanya didaPati di omah limasan

ra sebagai partisi atau dinding bagi

"rk omah limasan Yang masih utuh

a keseluruhan dinding baik dinding

. selalu digunakan elemen gebYog.

rn iLra r, berfungsi sebagai pembatas

lan Iuar rumah; sedangkan gebYog

rerfungsi sebagai Pembatas atau

ur maupun powon.

]rnpatannya, gebYog ditemPatkan

. Untuk gebYok bagian luar maka

diletakkan diantara saka-saka

rn di bagian dalam rumah, gebYog

a saka-saka utama.

r berbentuk dasar Persegi Panjangperti pintu panil dengan kombinasi

ram dan panilyang digabung-gabungkan menjadi partisi

membentuk kotak-kotak panil. Pada umumnya gebyog

dilengkapi dengan pintu dan jendela. Kelengkapan

pintu memilikibentukyang sama dengan gebyog yaitu

berupa panil dengan bahan utama kayu. Sedangkanjendela umumnya berbentuk persegi panjang denganjeruji-jeruji kayu sebagai pengisi jendela.

Darisisi pewarnaan, terungkap bahwa pada rumah

limasan yang masih utuh (asli) rata-rata digunakanwarna asli kayu (tidak dicat), sehingga semakin lama

maka warnanya akan menjadi semakin tua (coklat tua).

Namun demikian didapati pula gebyog yang telah dicat

dengan warna-warna sesuai selera pemilik rumah.

Secara struktural, pemasangan gebyog bersifat

bongkar-pasang; artinya adalah bahwa gebyog dapat

dengan mudah untuk dipasang dan dilepas sesuai

dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan. untukpemasangannyaa dilakukan dengan menggapit gebyog

dengan kayu ukuran reng dimana ujung reng dipakukan

ke blandac dan ujung lain digapitkan pada gebyog.

Untuk acara-acara besar seringkali gebyo-gebyogdilepas dan dipasang kembali setelah acara tersebutselesai.

Gambar 34. Gebyog di Bagian Belakang RumahSumber: Dokumentasi, 20L4

Rumah Tradisional JawaPacitan

65o

J.

Page 74: .: Rumah Tradisional Jawa

pad:

lagi,

rumilamp

Gambar 35. Gebyog Bagian Depan RumahSumber: Dokumentasi, 2014

Gambar 36. Gebyog Di Bagian Dalam Rumah

Sumber: Dokumentasi, 20L4

4) Dudukan lampu.

, Di dapati dudukan lampu untuk penerangan

dalam rumah terutama di malam hari. Keberadaan

dudukan lampu ini berguna untuk meletakkan lampu

penerangan dikala di wilayah ini belum teraliri listrik.

Dudukan lampu ini berbentuk ukiran dan ditempatkan

5. Perkemb

Dari ha:

keca mata n

arsitehur Jal

sudah tidakhunian berE;

baru di kecibaru; mereka"bangunan" i

oleh penggu

dengan bentlagi terikat dr

Huniarkeberadaansedangkan ur"bangunan" r

setiap desa r

bangunan-ba

Untuk hmasih banyal

66 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

;Til "illl lli'!: '-try:1

l

Page 75: .: Rumah Tradisional Jawa

aq='

29 Bagian Depan Rumah

okumentasi,20l-4

pDi Bagian Dalam Rumah

blo.rmentasi,20t4l;.rilukan lampu untuk Penerangan

h-, di malam hari. Keberadaan

iberguna untuk meletakkan lamPu

id wilayah ini belum teraliri listrik.

i berbentuk ukiran dan ditempatka n

pada saka rumah. Walaupun sudah tidak digunakanlagi, dudukan lampu ini masih terlihat terpasang dirumah-rumah warEa; sekaligus untuk berjaga-jaga bilalampu listrik padam.

Gambar 37. Dudukan LampuSu m ber: Doku mentasi, 2014-2AL5

5. PerkembanganArsitektur.Dari hasil eksplorasi secara empiris di lapangan di wilayah

kecamatan Donorojo ini, terlihat bahwa perkembanganarsitektur Jawa Pedesaan mulai mengalami stagnasi. Saat inisudah tidak didapati lagi pembangunan baru untuk hunian-hunian bergaya Jawa Pedesaan. Hingga saat ini hunian-hunianbaru di kecamatan Donorojo hampir semuanya bergayabaru; mereka menyebutnya sebagai gaya "bangunan". Model"bangunan" initergolong bangunan modern yang didominasioleh penggunaan unsur dinding batu bata, beton dan kacadengan bentuk arsitektural yang bebas yang sama sekali tidaklagi terikat dengan konsepsi arstektur Jawa Pedesaan.

Hunian-hunian baru dengan gaya "bangunan"keberadaannya berpusat di kota kecamatan Donorojo;sedangkan untuk di desa-desa keberadaan hunian baru bergaya"bangunan" menyebar ke berbagai penjuru desa dan dihampirsetiap desa di kecamatan Donorojo, telah banyak didapatibangunan-bangunan hunian baru.

Untuk hunian yang masih berciriJawa Pedesaan, walaupunmasih banyak dijumpai namun saat ini mulai terjadi berbagai

Rumah Tradisional Jawa 67

lll lF' 'rtll

J,

Page 76: .: Rumah Tradisional Jawa

dikecamatan Donc

bangunan-bangunrumah-rumah ber

penghilangan denc

rumah Jawa Pedesi

Selain karena

dianggap lebih br

Pedesaan yang bmaupun stakeholhingga propinsi mt

"bangunan" berke

dan menghilangPedesaan di kecan

Pedesaan yang di,

pasti mulai terkikr:Artinya adalah bal

di Kecamatan Dor

desa-desa lain bail

di seluruh Indones

Kondisi denKecamatan Donoro

khususnya dalam ar

menjadi garda de;

wkdom (arstiehur

Lalu bagaimini, maka tindak,mengembalikan lor

Kecamatan Donorc

1) menyadarkanarsitektur Jawa pec

arsitekturJawa Ped

Pedesaan menjadi

yang dapat digun,dengan membuat

perubahan baik dari tataran fisik arsitektural maupun tataran

absrak (pandangan masyarkat). Pada tataran fisik arsitektural,

perubahan yang terjadi dapat digolongkan menjadi dua bentukperubahan yaitu adanya penggantian dan penghilangan.

Penggantian yang dimaksud dalam hal ini adalah adanya

penggantian pada elemen-elemen bangunan dalam arsitektur

Jawa Pedesaan menjadi elemen baru baik dari sisi bahan maupun

bentuknya. Pada kategori tersebut, elemen-elemen yang banyak

tergantikan adalah penutup atap dan partisi luar bangunan. Pada

bagian elemen pentutup atap umumnya terjadi penggantian dari

genteng tanah liat menjadi asbes gelombang. Penggantian ini

tidak untuk keseluruhan genteng namun rata-rata hanya terjadi

di teras rumah. Pada partisi luar bangunan, umumnya dirubah

dari gebyok berbahan kayu menjadi dinding tembok batu bata;

dan didapatijuga penambahan pagarteras dari batu bata dimana

sebelumnya tanpa partisi. Mengenai perubahan bangunan dalam

bentuk penghilangan, umumnya dilakukan dengan cara menjual

bangunan-bangunan tersebut kepada agen-agenjual beli rumah

tradisional. Setelah bangunan tersebut dijual selanjutnya ditempat

itu diganti dengan bangunan baru model "bangunan".

Untuk perubahan arsitektur Jawa Pedesaan pada tataran

abstrak (pandangan masyarakat) hingga saat ini memangtelah terjadi pergeseran-pergeseran. Pergeseran tersebutterletak pada pemikiran masyarakat bahwa hunian yang baik

bagi mereka adalah hunian model "bangunan" bukan lagi

hunian tradisional. Bangunan-bangunan model tradisionaldianggapnya telah ketinggalan jaman. Walaupun masih didapatipandangan yang masih kuat terhadap arsitektur Jawa Pedesaan

namun hal itu sangatlah minim jumlahnya. Akibatnya tidak saja

terjadi berbagai perubahan yang telah diurai di atas, namunjuga banyaknya para Arsitek Jawa (tukang bangunan) yang

menganggur karena tidak ada lagi pekerjaan pembangunan

bangunan hunian Jawa Pedesaan.

Memperhatikan perkembangan arsitektur Jawa Pedesaan

68 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

J,

Page 77: .: Rumah Tradisional Jawa

fisik arsitektural mauPun tataran

at). Pada tataran fisik arsitektural,

: digolongkan menjadi dua bentuk

enggantian dan Penghilangan'rd dalam hal ini adalah adanYa

emen bangunan dalam arsitektur

:n baru baik dari sisi bahan maupun

;ebut elemen-elemen Yang banYak

tap dan partisi luar bangunan. Pada

) umumnya terJadi penggantian dari

asbes gelombang. Penggantian ini

teng namun rata-rata hanya terjadi

luar bangunan, umumnYa dirubah

menjadi dinding tembok batu bata;

an pagar teras dari batu bata dimana

ngenar perubahan bangunan dalam

rnya drlakukan dengan cara menjual

.rt kepada agen-agen jual beli rumah

r tersecut dijual selanjutnya ditempat

n baru model "bangunan".

teKur lawa Pedesaan Pada tataran

/ara<ai t'ingga saat ini memang

pergeseran. Pergeseran tersebut

aryarakat bahwa hunian Yang baik

an model "bangunan" bukan lagi

rnan-bangunan model tradisional

rlan jaman. Walaupun masih didapati

It terhadap arsitektur Jawa Pedesaan

nim lrmlahnya. Akibatnya tidak saja

n )/ang lelah diurai dl atas, namun

te<..larra ltukang bangunan) yang

. aCa ag Pekerlaan Pembangunandesaa n

ernrancan arsitehur Jawa Pedesaan

di kecamatan Donorojo ini menunjukkana bahwa pemba ngunan

bangunan-bangunan baru bergaya "bangunan" dan perubahan

rumah-rumah bergaya Jawa Pedesaan kearah modern serta

penghilangan dengan cara menjual hingga merobohkan rumah-

rumah Jawa Pedesaan akan terus berlangsung tak terkendali.

Selain karena merebaknya tren rumah "bangunan" yang

dianggap lebih bergengsi serta nilai tinggi bangunan Jawa

Pedesaan yang belum dianggap bernilai oleh masyarakatmaupun stakeholder di Pedesaan, Kecamatan, Kabupatenhi ngga propinsi menjadi kan ba ng u nan-bangu nan baru bergaya

"bangunan" berkembang dan sebaliknya terjadi kemandegan

dan menghilangnya arsitektur bangunan bergaya Jawa

Pedesaan di kecamatan Donorojo. Akibatnya, identitas lokalitas

Pedesaan yang diwakili oleh arsitektur Jawa Pedesaan secara

pasti mulai terkikis dan tergantikan oleh identitas modernitas.

Artinya adalah bahwa identitas yang terbangun di desa-desa

di Kecamatan Donorojo ini, menjadi sama dengan identitas

desa-desa lain baik di Kecamatan Donorojo maupun desa-desa

di seluruh Indonesia yang berjiwa modern.

Kondisi demikian jelas akan merugikan desa-desa di

Kecamatan Donorojo; loka litas dengan ni lai -ni lainya (local wisdo m)

khususnya dalam arsitekturJawa Pedesaan yang semestinya dapat

menjadi garda depan dalam globalisasi (mengglobalkan /ocal

wisdom (arstiektur Jawa Pedesaan) akan terpupus.

Lalu bagaimanakah seharusnya? Seperti dalam studiini, maka tindakan yang harus dilakukan adalah denganmengembalikan local wisdom khususnya arsitektur Jawa pedesaan

Kecamatan Donorojo. Cara yang harus ditempuh adalah dengan:

1) menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan

arsitektur Jawa pedesaan; 2) menghidupkan kecintaan terhadap

a rsitektu r Jawa Pedesaa n; dan 3) mengembalikan arsitektur Jawa

Pedesaan menjadi kekuatan dan identitas setempat. Nah alat

yang dapat digunakan untuk mewujudkan hal tersebut adalah

dengan membuat regulasi mengenai peraturan desa mengenai

Rumah Tradisional JawaPacitan

69

rC

}-

J,

Page 78: .: Rumah Tradisional Jawa

arsitektur Jawa pedesaan.

KESIMPU

A. KESIMPULANBerdasarkan hasii pe

dikemukakan adalah sebac1-. Telah berhasil ditem

arsitektur Jawa Pedesa ;Pacitan.

2. Karakteristik utama ar:Donorojo adalah berupdengan komposisi pec

untuk omoh limason. Di

semuanya menggunak;strukturnya serta gebyr

3. Karakteristik pelengkapyang berfungsi sebag;limoson yang kedua.

4. Banyak didapati jugabergaya modern. Olehpenghilang an omoh-odijual maupun dirubah

B" SARANUntuk mencegah kep

yang ada di Kecamatan DoPacitan pada umumnya,pelestarian dengan berbag;1-. Sosialisasi kepada ma

aturan, pola tata ruankekuatan konstruksi a

warisan budaya nenek r

2. Perlu dirumuskan pand

Penggantian elemen asli arsitekturJawa Pedesaan pada penutup atap emper

(teras) dari genteng menjadi asbes gelombang

.':wPenggantian elemen asli arsitektur Jawa Pedesaan dari gebyok

menjadi dinding batu bata

Hunian baru model "bangunan" yang didambakan sebagian besar masyarakat

Gambar 38. Bangunan Hunian Baru Model "Bangunon"Su mber: Doku mentasi, 20!4-2015

70 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

fl'

J,

Page 79: .: Rumah Tradisional Jawa

:n: :i_i:: .- :aaz iSnUtUP aiaP emAer

-:' '.- =:-.::: l*laig

:E

E:r-h*.I

tf ddamUafan sebagian besar masyarakat

]lrnian Baru Model "Bangunon"

irmentasi, 20L4-20L5

BAB VIKESIMPUI.AN DAN SARAN

A. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat

dikemukakan adalah sebagai berikut:1. Telah berhasil ditemukan karakteristik (pra konsep)

arsitektur Jawa Pedesaan Kecamatan Donorojo, KabupatenPacitan.

2. Karakteristik utama arsitektur Jawa Pedesaan KecamatanDonorojo adalah berupa omah Limosan, Jogto don Fonjarrgdengan ko-g*i+cea*S untuk loglo, pecak 14 dan L7untukdfr-a h lim a sa n. Da ri keti g a j e n i s ka ra kte ri sti k te rse b ut,semuanya menggunakan bahan kayu untuk konstruksi danstrukturnya serta gebyok kayu untuk partisinya.

3. Karakteristik pelengkap interior didapati kerun dan bomoyang berfungsi sebagai gerbang untuk masuk ke omahlimosan yang kedua

4. Banyak didapati juga bangunan-bangunan baru yangbergaya modern. Oleh karenanya didapatijuga terjadinyapenghilangan omoh-omoh Jawa Pedesaan baik karenadijual maupun dirubah menjadi baru.

B. SARANUntuk mencegah kepunahan arsitektur jawa pedesaan

yang ada di Kecamatan Donorojo khususnya dan KabupatenPacitan pada umumnya, maka sangat diperlukan upayapelestarian dengan berbagai cara, antara lain:1. Sosialisasi kepada masyarakat tentang makna filosofi,

aturan, pola tata ruang, tata cara pembangunan dankekuatan konstruksi arsitektur jawa pedesaan sebagaiwarisan budaya nenek moyang secara turun-temurun.

2. Perlu dirumuskan panduan konsep rancangan bangunan

ara Pedesaan dari gebYok

I

lffi$EflrI

1

I

k&

Page 80: .: Rumah Tradisional Jawa

baru yang tidak meninggalkan karakter bangunan

tradisional Jawa Pedesaan disesuaikan dengan fungsi yang

baru.

3. Perlu adanya penghargaan terhadap pemilik bangunan dan

insentif pemeliharaan terhadap arsitektur Jawa Pedesaan

yang masih asli yang terdapat di Wilayah Kabupaten

Pacitan.

4. Perlu adanya pelestarian arsitektur Jawa Pedesaan di

kecamatan Donorojo yang masih asli sebagai aset wisata

budaya dengan mengalihkan fungsi sebagai Homestay atau

Rumah Budaya untuk memeperkuat fasilitas wisata yang

@n Donorojo KabuPaten Pacitan.

5. perlu adanya@ta1g bangunan baru

berkarakter tradisional jawa khas Pacitan sebagBtaluqn

pembangunan baru.

Untuk merumuskan konsep menuju bangunan baru

berkarakter dan upaya pelestarian arsitektur jawa pedesaan di

Keca mata n Donorojo ka bu paten Pacita n, d i perl u ka n penelitian

lanjutan yang menkaji secara mendalam terhadap hasiltemuan

penelitian pada tahaP ini.

AnthonyPr

Arya Ror

laPr

BameyGG

A]

Eko BudiR

HJ Wib(AD

In

John W.

D

Pr

Noerg In

Nonnan

aTri Yunia

B

D

sYvonna I

sYulianto

dUndarqg.

72 Tri Yuniastuti,Satrio Hasto Broto WibowoSukirman

Page 81: .: Rumah Tradisional Jawa

I

' ggalkan karakter bangunan

d isesuaikan dengan fungsi Yang

r terhadap pemilik bangunan dan

hadap arsitektur Jawa Pedesaan

:rdapat di WilaYah KabuPaten

n arsitektur Jawa Pedesaan di

rg masih asli sebagai aset wisata

kan f ungsi sebagai HomestaY atau

emeperkuat fasilitas wisata Yang

ojo Kabupaten Pacitan.

l desa tentang bangunan baru

awa khas Pacitan sebaqai aEuan

onsep menuju bangunan baru

:arran arsitekturjawa Pedesaan di

ten Pacitan, diperlukan penelitian

rn,endalam terhadap hasil temuan

DAFTAR PUSTAKA

Anthony J. Catanese dan James Snyder, 1989, pengantar

Perencanaan Kota.

Arya Ronald, 2002, Rumah Jawa Sebagai Aktualisasi BudayaJawa, Jurnal Kabanaran, Volume 2, Retno Aji MataramPress- Percetaka n Ad iCitra, Yogya karta

Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss, 1969, The Discovery ofGrounded Theory, Strategies for Qualitative Research,

Aldine Publishing Company, Chicago.Eko Bud i ha rjo, Prof.,lr., M Sc., 1997, J oti Diri Arsite ktu r I n do n esia,

Penerbit PT. Alumni, Bandung.HJ Wibowo, Gatut Murniatmo, Sukirman Dh, LggO/LgB7,

Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa yogyakarta,

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan ProyekInventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

John W. Chreswell, 1-998, Qualitative Inquiry and Research

Design Choosing Among Five Tradition, Sage

Publications, London-New Delhi.Noeng Muhadjir, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi

IV Rake Sarasin, Yogyakarta.

Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln, 2009, Handbook ofQualitative Research, Pustaka Pelajar; Yogyakarta

Tri Yuniastuti dan Satrio HB Wibowo, 2008, Perubahan BentukBangunan Tradisional Jawa "Bangsal Alit Kilen" Pada

Dalem Mangkubumen Yogyakarta, Ju rnal Ilmiah Padma

Sri Kresnha Volume l- No. l-1, Yogyakarta

Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba, 1985, Naturalistic Inquiry,Sage Publications, London-New Delhi.

Yulianto Sumalyo, 1997, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX

dan Abad XX, Gadjah Mada University Press.

Undang-undang No l-0 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Rumah Tradisional JawaPacitan

73

J,

Page 82: .: Rumah Tradisional Jawa

Rumah Tradisional Jawa,

PanttanPr*r,-,r,o* mengenai kajian arsitektur rumah Jawa pedesaan Kecamatan

Donorojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur sebagai dasar pembuatan peraturan desa

tentang pelestarian dan pengembangan disain bangunan baru, secara substantif dilandasi

oleh adanya dua fenomena. Fenomena pertqma adalah adanya habitat arsitektur Jawa

Pedesaan di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan yang masih murni dan banyak yang

masuk da lam kategori cagar budaya. Fe n ome na ked uo adalah ada nya perubahan-perubahan

bentuk pada arsitektur Jawa Pedesaan yang berubah menjadi bergaya arsitektur Modern.

Perubahan itu sendiri terdiri dari perubahan sebagian dan total. Fenomena ketigo adalah

terjadinya perubahan pada tataran ideal yaitu mulai berubahnya pola pikir masyarakat

setempat mengenai arsitektur Jawa Pedesaan; mereka menganggap bahwa arsitektur Jawa

Pedesaan telah kuno dan ketinggalan zaman.

Akibat dari terjadinya perubahan-perubahan baik secara empiris maupun ideal, maka

dalam jangka panjang akan menyebabkan hilangnya arsitektur Jawa Pedesaan Kecamatan

Donorojo, Kabupaten Pacitan sebagalkarya lokalitas budaya bangsa. Menindaklanjuti kondisi

demikian, maka diperlukan tindakan penyelamatan keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan

yang berupa pelestarian dan sekaligus pengembangan terhadap arsitektur Jawa Pedesaan

yang nantinya dituangkan dalam bentuk peraturan desa. Metode yang digunakan adalah

metode grounded (khususnya pada tahun pertama); metode ini menekankan pada eksplorasi

lapangan. Hasil dari penggunaan metode ini adalah berupa dokumentasi karakteristik

arsitekturJawa Pedesaan yang masih murni (belum berubah).

Selanjutnya dengan terdokumentasikannya arsitektur Jawa Pedesaan tersebut maka

pada tahun kedua, hal tersebut dianalisis untuk mendapatkan bangunan-bangunan

berarsitektur Jawa Pedesaan yang layak untuk dipertahankan (dilestarikan), pemilihan dan

pemilahan unsur-unsur arsitektur yang dapat digunakan untuk pengembangan bagi

bangunan-bangunan baru di wilayah Kecamatan Donoharjo; serta untuk penataan (zonasi)

terhadap bangunan-bangunan berarsitektur Jawa Pedesaan dan Modern agar keduanya

dapat sa ling berinteraksi.

Pada tahap terakhir (tahun ketiga) dllakukan penulisan rancangan peraturan desa

yang didasarkan atas hasil dari tahap sebelumnya. Diharapkan dengan penelitian ini,

keberadaan arsitektur Jawa Pedesaan sebagai karya lokalitas budaya bangsa akan lestarl dan

berguna bagi pengembangan bangunan baru sehlgga keduanya dapat saling berinteraksi

membentuk jati diri Kecamatan Donoharjo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. ***v

f

lintong Pustofia UtomoKarangjati RT 19 RW 042Sinduadi, Mlati, Sleman, YogyakartaE-mail: [email protected] W

L-

Page 83: .: Rumah Tradisional Jawa

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : BUKU

Judul Karya Ilmiah : Rumah Tradisional Jawa: Pacitan Nama Penulis : Tri Yuniastuti; Satrio Hasto Broto Wibowo; Sukirman Jumlah penulis : 3 (tiga) Orang Status pengusul : Penulis kedua Identitas Jurnal Ilmiah : a. Nama buku : Rumah Tradisional Jawa Pacitan

b. Nomor P-ISSN : - c. Nomor E-ISSN : - d. Nomor ISBIN : 978-602-1546-54-3

d. Volume,Nomor,Bulan,Tahun : -/-/-/2016 e. Penerbit : Lintang Pustaka Utama f. DOI Artikel (jika ada) : - g. Alamat Web Buku :

Url Website : www.lintangpustakautama.com Url Dokumen : - Kategori Publikasi Buku Buku Monograf

(beri v pada kategori yang tepat) Buku Ajar

Buku Umum

Hasil Penilaian Peer Review :

Surakarta, 23 Februari 2021 Reviewer 1

Nama : Dr. Nur Rahmawati Syamsiyah, ST.,MT.

NPP/NIDN : 720/0612056801 JAFA : Lektor Unit kerja : Universitas Muhammadiyah Surakarta Program studi : Arsitektur

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal Prosiding

Nilai Akhir Yang Diperoleh Monograf Ajar Umum

a. Kelengkapan unsur isi buku (10%)

2 2

b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

6 6

c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%)

6 5.5

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)

6 4.5

Total = (100%) 20 18 Nilai Pengusul 4 3.6 Komentar/Catatan Artikel oleh Reviewer 1:

1. Tentang kelengkapan dan kesesuaian unsur : sistematika sudah lengkap dan sesuai dengan ketentuan penelitian, namun kesimpulan masih berupa identifikasi saja. Untuk sebuah buku sebaiknya ada pembahasan bersifat ‘why’ mencari tahu mengapa bentuk rumah Jawa di Pacitan seperti yang ditemui

2. Tentang ruang lingkup dan kedalaman pembahasan : pembahasan sudah cukup mendalam 3. Kecukupan dan kemutakhiran data/informasi dan metodologi : data cukup mutakhir dan metodologi penelitian

sesuai tujuan penelitian 4. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit : kualitas pustaka sudah baik, namun untuk sebuah buku, pustaka yang

diacu masih kurang 5. Indikasi Plagiasi : 6. Kesesuaian Bidang Ilmu : sesuai

V

V

V

V

Page 84: .: Rumah Tradisional Jawa

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW

KARYA ILMIAH : BUKU

Judul Karya Ilmiah : Rumah Tradisional Jawa: Pacitan Nama Penulis : Tri Yuniastuti; Satrio Hasto Broto Wibowo; Sukirman Jumlah penulis : 3 (tiga) Orang Status pengusul : Penulis kedua Identitas Jurnal Ilmiah : a. Nama buku : Rumah Tradisional Jawa Pacitan

b. Nomor P-ISSN : - c. Nomor E-ISSN : - d. Nomor ISBIN : 978-602-1546-54-3

d. Volume,Nomor,Bulan,Tahun : -/-/-/2016 e. Penerbit : Lintang Pustaka Utama f. DOI Artikel (jika ada) : - g. Alamat Web Buku :

Url Website : www.lintangpustakautama.com Url Dokumen : - Kategori Publikasi Buku Buku Monograf

(beri v pada kategori yang tepat) Buku Ajar

Buku Umum

Hasil Penilaian Peer Review :

Jakarta, Reviewer 2

Nama : Dr. Maria Immaculata Ririk Winandari NIDN : 0305027101 JAFA : Lektor Kepala

Unit kerja : Universitas Trisakti Program studi : Arsitektur

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal Prosiding

Nilai Akhir Yang Diperoleh Monograf Ajar Umum

b. Kelengkapan unsur isi buku (10%)

2 1.5

e. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

6 5

f. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%)

6 5

g. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)

6 4

Total = (100%) 20 15.5 40 % x 20 dibagi 2 Nilai Pengusul 3.1 Komentar/Catatan Artikel oleh Reviewer 2:

1. Tentang kelengkapan dan kesesuaian unsur : memadai

2. Tentang ruang lingkup dan kedalaman pembahasan : memadai 3. Kecukupan dan kemutakhiran data/informasi dan metodologi : memadai 4. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit : cukup memadai 5. Indikasi Plagiasi : 6. Kesesuaian Bidang Ilmu : sesuai

V

V

V

V